Jejak Karya

Jejak Karya

Saturday, October 02, 2010

ENONG cs ENUNG : MENJAGA NYALA API MIMPI




Sepenggal cerita dari mahakarya luar biasa Kang Andrea Hirata : Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas

Gulungan kertas itu dibuka Ikal dengan berdebar. Penulisnya adalah detektif swasta M. Nur yang eksentrik. Isinya, menyatakan keprihatinan atas patah hati yang dialami Ikal. M. Nur mengaku memiliki informasi soal pria perebut kekasih Ikal. Yang menarik hati Ikal, sang detektif menyisipkan nama Jose Rizal. Siapa dia? Ternyata nama merpati yang mengantar gulungan surat. Nama yang lebih bagus ketimbang orang Melayu mana pun. Ahihihihi…

Inilah bagian dari petualangan baru Ikal dalam novel terbaru Andrea Hirata. Berbeda dengan tetralogi yang diluncurkan satu demi satu, kali ini Andrea mengemasnya dalam dwilogi yang menjadi satu buku sekaligus: Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.

Sedikit banyak, dwilogi ini masih berhubungan dengan empat novel sebelumnya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Empat karya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan sejumlah bahasa Eropa lain seperti Jerman dan Belanda. Juga dalam bahasa Asia seperti Cina, Jepang, dan Vietnam. Kesuksesan yang menempatkan Andrea sebagai novelis yang go international.

Novel pertama, Padang Bulan, misalnya, menceritakan lanjutan kisah cinta Ikal dengan A Ling. Gadis Tionghoa ini menjadi cinta sejati Ikal sejak kecil seperti diceritakan dalam Laskar Pelangi, sampai ayah Ikal menolak merestui hubungan keduanya dalam tetralogi terakhir. Maka diceritakan Ikal minggat dari rumah. Belakangan, Ikal menerima informasi soal perjodohan A Ling dengan Zinar, pria Tionghoa yang diceritakan mirip bintang film Hongkong.

Jadilah Ikal yang dikuasai cemburu berusaha merebut A Ling. Lucunya, upaya perebutan ini bukan dengan melakukan hal-hal yang biasa. Tapi justru melalui berbagai lomba di kampung yaitu catur, voli, tenis meja, dan sepak bola. Bahkan Ikal sampai membeli peralatan peninggi badan supaya A Ling mau kembali.

Perjuangan yang luar biasa. Kadang tak masuk akal dan berlebihan. Tapi inilah kehebatan seorang Andrea: meramu cerita biasa menjadi tak biasa-biasa saja. Lupakanlah logika sejenak karena novel ini memang fiksi. Dengan membaca santai, kita bisa semakin merasakan betapa romantisnya ternyata seorang Ikal. Perjuangan cinta yang sangat layak dinikmati. Bahkan sangat mungkin kita menjadi bagian dari cerita itu sendiri.

Selain itu, pada novel pertama juga berkisah tentang Enong yang memiliki 3 orang adik dan ayah seorang pendulang timah. Suatu ketika ayahnya terkena musibah ketika sedang mendulang timah dan meninggal dunia. Ayahnya yang merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga telah meninggalkan keluarga Enong untuk selama-lamanya. Sebagai anak yang paling tua, Enong telah dibebani oleh tanggung jawab yang besar. Tak rela melihat ibunya berjuang sendiri, Enong memutuskan untuk keluar dari sekolahnya dan menjadi pendulang timah, pekerjaan yang paling kasar dan hanya dilakukan oleh laki-laki pada saat itu. Enong yang memiliki minat yang begitu besar pada Bahasa Inggris, berusaha dengan keras mendulang timah hingga mengalami kejadian-kejadian pahit yang tidak terlupakan selama hidupnya.

Sedangkan pada novel kedua “CINTA DI DALAM GELAS”, inti ceritanya adalah keinginan Enong yang tak lain adalah Maryamah Karpov untuk mengikuti pertandingan catur dalam menyambut 17 Agustus-an. Sebelumnya, hanya laki-laki saja yang boleh mengikuti pertandingan ini. Apa alasan Enong yang tidak bisa main catur ini bersikeras untuk mengikuti pertandingan catur? Di novel ini pula diceritakan mengapa Maryamah binti Zamzami mendapat julukan Maryamah Karpov. Dalam novel ini pula, segala kenangan pahit yang pernah dialami Enong yang belum tuntas diceritakan di novel pertamanya diulas hingga tuntas.

Jika diperhatikan lebih lanjut, di dalam novel yang kedua ini ada beberapa pesan moral yang bisa diambil: kesabaran, kerja keras, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Bagaimana seorang Enong yang pada mulanya tidak bisa bermain catur sama sekali berniat dan bekerja keras agar bisa bermain catur untuk mengalahkan mantan suaminya yang dulu pernah menghianatinya. Selain itu, perjuangannya pun akhirnya tidak hanya membuahkan hasil untuk dirinya sendiri, namun juga untuk masyarakatnya dimana kaum perempuan tidak dilarang lagi untuk bertanding catur pada acara 17 Agustus-an. Sungguh inspiratif!!!. Inti dari pesan moral ini mungkin bisa dirangkai dalam 3 kata: SACRIFICE, HONESTY, FREEDOM. Ketiga kata inilah yang merefleksikan hidup Enong yang penuh pengorbanan dan ketulusan untuk mencapai kebebasan yang diidam-idamkannya.

***

Hm, kalau Enong punya 3 kata itu, Enung juga punya…IPK. [I]nspiratif. [P]restatif, dan [K]ontributif!!! Enong cs Enung…(hehe, cs-an lho!! Semangat Enong patut Enung tiru!!!). Kata-kata Enong yang paling Enung suka :
“BERIKAN PADAKU SESUATU YANG PALING SULIT, AKU AKAN BELAJAR!!!”

Semangat Ikal juga terinternalisasi dalam diri Enung :
“Aku menengadah dan kepada langit ku katakan : ‘Inilah aku! Putra ayahku! Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukkan! Beri aku MIMPI-MIMPI yang tak mungkin, karena AKU BELUM MENYERAH!! TAK KAN PERNAH MENYERAH!! Takkan pernah!!!”
[Ikal, Padang Bulan : 254]


***

Catatan : Enung merupakan panggilan ‘aneh’ dari seorang ‘korti Biologi 2006 yang sangat aneh’. Di saat sahabat lain manggil Nungma, dia sendiri yang manggil ‘Enung’. Ahihihihi…Dasar Backom!!!!


“Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan!!”

{sepucuk surat atas nama “CAHAYA CINTA” untukku dengan perantara Jose Rizal pagi ini…hoho.. fiktif!!! –menyemangati diri sendiri-}

[Terima kasih Jose Rizal, kau telah mengobati kerinduanku dan menyemangati untuk tetap MENJAGA NYALA API MIMPI!!!…Zona Nostalgia Romantic Keisya Avicenna, 1 Oktober 2010]

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna