Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, July 06, 2011

TIME HEALS EVERY WOUND

TIME HEALS EVERY WOUND :
“Karena Aku Sangat Mencintaimu, Ibu…”

Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan…

Bulan Juli 2003, detik ini Keisya kembali mengenangnya…
Tak terasa sudah 8 tahun yang lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otaknya. Saat ini, Keisya seperti memutar kembali ‘sebuah rekaman skenario kehidupan’ yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, Keisya adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik-asyiknya menikmati masa putih abu-abu. Bulan Juli 2003 ia naik kelas 2 SMA. Prestasinya di kelas 1 SMA pun tidak mengecewakan. Peringkat 5 besar masih menghiasi rapornya dan di kelas 1 SMA dia berkesempatan duduk satu bangku dengan saudara kembarnya dan seringkali membuat guru-guru dan teman-temannya keliru karena sulit membedakan. Keisya dan Aisya memang kembar identik.
Masuk hari pertama di tahun ajaran baru kelas 2 SMA. Keisya masuk di kelas 2.2 dan Aisya di kelas 2.3. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Wah, Keisya dah punya adik tingkat nih. Berangkat pagi, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Keisya memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang. Sebelum bel masuk berbunyi, Keisya dan Ifang serta beberapa teman yang lain turun ke lapangan upacara untuk melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para ‘senior’ (kebanyakan dari para pengurus OSIS). Keisya menyaksikan MOS yang tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung, peraturan para ‘senior’ pun masih sama: pertama, senior selalu benar dan kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan yang pertama. Hah, peraturan macam apa ini??? Pada waktu itu, tiba-tiba Keisya mengalami sesuatu hal yang membuat dirinya seolah kembali ke masa MOS-nya satu tahun silam. Keisya seolah-olah ‘di-MOS’ lagi. Setahun lalu, Keisya memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan pada waktu MOS. Waktu itu, sehabis pengecekan barang PR, para senior berteriak-teriak mirip orang kesetanan, seolah mencari-cari kesalahan para junior dan Keisya juga menjadi salah satu ‘korban’ dari ‘keganasan’ para senior.
Pada waktu baris, tiba-tiba Keisya dihampiri oleh salah seorang senior (yang pada akhirnya senior ini dinobatkan sebagai ‘senior tergalak’), Keisya ditanya macam-macam. Keisya menjawab pertanyaannya sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan yang Keisya ketahui. Senior ini sepertinya tidak puas dengan jawaban Keisya. Mungkin jawaban Keisya membuat dia seolah diremehkan atau kurang dihargai jabatannya sebagai seorang senior. Wah, Keisya jadi bulan-bulanan senior nih! Apalagi dia memanggil beberapa senior yang lain. Nyali Keisya pun ciut. Bagaimana tidak, Keisya masih merasa terasing dengan lingkungannya yang baru. Masih butuh adaptasi. Keisya pun jadi bertanya-tanya : “Apa yang salah dengan jawaban tadi??”. Aduh, ni senior bikin gara-gara aja….
Yah, itu peristiwa setahun yang lalu dan saat Keisya melihat MOS adik kelasnya, ia seolah merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya mungkin ini yang disebut trauma! Trauma MOS. Pasca melihat MOS adik kelasnya itu, mendadak kepala Keisya pusing bukan main. Keisya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua yang seharusnya ia nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telinga Keisya berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang ia alami satu tahun silam. Ketika di rumahpun ia mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan. Keisya jadi benar-benar aneh pada waktu itu.
Hari kedua masuk sekolah, Keisya kembali mengalami hal yang sama. Seperti kaset yang memutar kembali semua kejadian itu. Kejadian yang benar-benar menyakitkan dan menyisakan semacam trauma. Pada akhirnya, Keisya ‘ambruk’. Ia mengalami sebuah guncangan psikologis dalam dirinya. Kemudian ia pun dibawa pulang ke rumah. Sore harinya karena kondisi Keisya bukannya semakin membaik tapi justru semakin memburuk, Keisya akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit khusus syaraf di kota Solo. Keisya masih boleh dibawa pulang karena kondisinya bisa dibilang masih cukup stabil dan hanya butuh waktu dan istirahat total untuk menenangkan diri. Tapi selang beberapa hari kemudian, Keisya akhirnya harus ditangani serius oleh para dokter. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otaknya. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa. Terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluarga Keisya. Pada waktu itu, rumah Keisya sebenarnya tengah direnovasi. Tapi, karena Keisya harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan seluruh biaya dialihkan untuk biaya pengobatan Keisya. Ya Rabbi…cobaan ini terlalu berat bagi keluarga Keisya. Biaya rumah sakit, biaya pengobatan, biaya terapi, semuanya tidak murah.
Pada waktu Keisya pertama kali masuk rumah sakit, Ibu-lah sosok yang paling syok dengan peristiwa yang dialami Keisya. Ibu selalu menangis. Tapi Ibu jugalah sosok yang selalu mengajari Keisya makna ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Mas Dhody, kakak sulungnya Keisya menjadi orang yang pertama kali yakin, suatu hari nanti Keisya pasti sembuh. Sembuh total!! Bapak adalah sosok yang selalu memberikan motivasi. Satu hal yang paling Keisya ingat, sehabis terapi Bapak mengelus rambut Keisya dan membisikkan sesuatu ke telinga Keisya : “Bapak ingin melihat kamu sembuh, dik…” . Bapak berkata sambil menahan air matanya. Bisikan itu selalu membuat Keisya menangis dan memiliki semangat luar biasa untuk bisa sembuh. Aisya, saudari kembar Keisya juga menjadi sosok yang selalu berusaha menghadirkan keceriaan dan rasa optimis dalam hari-hari Keisya saat menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.
Masa itu menjadi masa-masa terpuruk dalam kehidupan Keisya. Tapi kehadiran keluarga selalu bisa memberikan motivasi dan harapan baru bagi dirinya untuk selalu sabar dan tegar melalui masa-masa sulit itu. Keisya benar-benar merasakan kasih sayang dan cinta luar biasa dari keluarganya, terutama Ibu. Selama 22 hari, Ibu rela izin dari pekerjaannya di kantor. Selama 22 hari, Ibu rela jatah waktu tidurnya dikurangi. Selama 22 hari, Ibu-lah yang selalu ada di samping Keisya, selama 22 hari Ibu yang selalu memenuhi kebutuhan Keisya ketika dirawat di rumah sakit, selama 22 hari Ibu yang selalu menangis di setiap sholat malamnya, selama 22 hari Ibu-lah yang selalu berusaha membuat Keisya tersenyum. Ibu yang tak pernah lelah membisikkan kata-kata motivasi untuk Keisya, Ibu yang selalu menemani Keisya menikmati udara segar kala pagi dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, menyaksikan hiruk-pikuk jalan utama kota Solo, melihat pembangunan sebuah mall terbesar kota Solo….ya, selama 22 hari Keisya harus menjalani perawatan, terapi, dan pengobatan intens yang ditangani oleh dokter-dokter dan perawat yang ahli. Sampai akhirnya, Keisya sembuh!!!
Bulan Agusus 2003…setiap pekan Keisya harus rutin check up dan membeli obat. Dan inipun membutuhkan biaya yang tidak murah. Pertengahan Agustus 2003 dokter mengizinkan Keisya untuk kembali ke sekolah. Kebahagiaan luar biasa yang Keisya rasakan, bisa bertemu kembali dengan teman-teman, para guru, dan semua hal yang Keisya rindukan di SMA. Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bukan hal yang mudah mengejar ketinggalan pelajaran selama kurang lebih 1,5 bulan. Kemampuan otak Keisya belum maksimal. Akhirnya, Keisya ‘ambruk’ lagi. Dokter yang selama ini menangani Keisya akhirnya membuat keputusan Keisya cuti sekolah dulu selama satu tahun!!! Serasa petir menyambar di siang hari, Keisya benar-benar syok waktu itu. Menangis…ya Keisya menangis sejadi-jadinya. Di hadapan dokter, para perawat, bapak dan ibu. Ia sangat sedih…sedih sekali. Keisya tidak bisa membayangkan harus cuti sekolah selama satu tahun. Benar-benar Keisya merasa saat itu menjadi saat-saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupnya. Tapi sekali lagi, Ibu yang memeluk, ibu yang mencium, ibu yang menguatkan Keisya, Ibu yang menghapus air mata Keisya….Oh, Ibu…semoga Keisya bisa kuat dan tegar karena Allah SWT…”karena Allah SWT pasti punya hikmah dan pelajaran berharga di balik ini semua” dan itu yang selalu engkau ajarkan, Bu…

Al waqtu juz’un minal ilaj : “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan”

Keisya mulai menjalani masa-masa ‘cuti’ nya di rumah, di istana KYDEN, istananya yang baru setengah jadi. Setiap hari, Keisya merasakan kesedihan yang teramat sangat saat menjalani masa-masa awal ‘cuti’ di rumah. Bagaimana tidak sedih, setiap hari ia menyaksikan saudari kembarnya, Aisya, memakai seragam putih abu-abunya dan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Sedangkan ia??? Setiap hari di rumah, sibuk dengan pikirannya : ‘Kapan aku bisa kembali ke sekolah?”. Sampai akhirnya, tanggal 26 Oktober 2003, Bapak dan Ibu mendirikan sebuah warung kecil di depan rumah dan Keisya-lah yang harus mengelolanya. Setidaknya itu bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Keisya. Setiap hari, setelah Keisya benar-benar bisa melakukan aktivitasnya sendiri, bapak dan ibu memulai aktivitasnya kembali seperti biasa, berangkat ke kantor, Mas Dhody bekerja di Solo dan Aisya menikmati masa-masa kelas 2 SMA. Iri, Keisya benar-benar iri sama saudari kembarnya waktu itu. Tapi rasa itu berangsur hilang karena Keisya mulai sibuk juga dengan aktivitasnya sehari-hari. Setiap hari ia menunggu warung kecilnya sambil membaca, menulis buku harian, membuat puisi, membuat es lilin aneka rasa, dan mendengarkan musik. Ia ditemani oleh tetangganya, salah seorang ‘murid’ Bapak di panti. Ya, orang yang sudah Keisya anggap sebagai kakak ini menderita gangguan pada pendengaran dan cara dia berbicara. Tapi, ia juga menjadi sosok motivator dalam hidup Keisya. Pada waktu luang, Keisya mengajari ia membaca, Keisya pun belajar main gitar. Seru…setidaknya Keisya bisa menikmati masa-masa keceriaan dalam hari-harinya. Sesekali ada beberapa sahabat SMA yang main ke rumah dan itu membuat Keisya terhibur dan semakin bahagia.
***
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari dan bulan demi bulan pun berganti…Tak terasa, sebentar lagi sudah memasuki tahun ajaran baru. Insya Allah, Keisya benar-benar sudah sembuh total. Keisya sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 Keisya kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, Keisya sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat tahajud. Benar-benar Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya dan pasca kejadian itu, Keisya semakin yakin dan mantab untuk kembali ke sekolah. Ibu-lah orang yang pertama kali bertanya : “Kenapa menangis, Dik?”. Keisya pernah ragu kala itu, apakah Keisya bisa menyesuaikan diri lagi di sekolah? Apakah mental Keisya siap untuk kembali menjadi murid kelas 2 SMA dan memiliki teman-teman yang dulu menjadi adik kelasnya sedangkan teman yang seangkatannya sekarang sudah menjadi kakak kelasnya? Dan lagi-lagi, Ibu-lah yang memeluk dan menghapus air mata Keisya. Ibu menenangkan dengan kata-kata bijaknya, ibu kembali menguatkan Keisya!!
Akhirnya, Keisya kembali ke sekolah. Respon dan sambutan yang luar biasa Keisya dapatkan dari semua teman-temannya yang sekarang sudah kelas 3 dan adik-adik kelasnya yang sekarang menjadi teman seangkatannya. Keisya pun menunjukkan prestasi gemilang di sekolahnya, selalu masuk peringkat 3 besar dan ini salah satu bukti kalau ia sudah benar-benar sembuh serta menjadi bukti rasa sayang dan cinta Allah SWT untuk dirinya begitu luar biasa!
“Ya Rabbi, Engkau takkan pernah memberikan keputusan-Mu yang nomor dua…keputusan-Mu pastilah selalu nomor satu dan itu pasti yang TERBAIK”. Ya Allah, izinkan Keisya memaknai semua ini. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Keisya pun menjalani hari-harinya di sekolah dengan penuh semangat. Ia seolah merasa ‘terlahir kembali’. Keisya menjadi gadis yang selalu tersenyum ceria, sosok yang selalu bersemangat, tegar, tidak mudah rapuh dan pantang mengeluh. Kalimat “Laa Yukalifullahu Nafsan Illa Wus’aha” senantiasa menjadi motivator terdahsyat dalam kesehariannya.
Tak terasa sudah 8 tahun silam, semua peristiwa itu menjadi sebuah [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan. Ketika mengenang peristiwa itu, mengingatkan Keisya akan perjuangan Ibu, Bapak, Mas Dhody, Aisya, dan semua orang yang telah berpengaruh dan membersamai Keisya pada masa-masa ‘terpuruk’ itu dan salah satu hikmahnya menjadikan Keisya semakin sayang dan cinta dengan keluarganya. Semangat BIRRUL WALIDAIN akan selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya, dalam setiap detak jantungnya. Terutama untukmu, Ibu…
Melukiskan keindahan seorang ibu butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadirannya untuk diri kita. Terkadang kita sadar, banyak hal yang terjadi, banyak khilaf yang telah berlalu, begitu banyak arti, banyak makna dan mengalir begitu saja. Tanpa kita sadar, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kita pun melupakan begitu saja. Sadar ataupun tidak, terkadang yang ada hanya harapan, tuntutan dan bahkan menyalahkan. Nauu`dzubillah…
Just for my mom…
Sebuah rangkaian kalimat sarat makna, menghadirkan berjuta inspirasi, menyuguhkan penggalan pertanyaan yang kita sendirilah yang mampu menjawabnya! ”Mau nggak dapat ‘door prize’ tanpa diundi dan surprise full prestise? Penghargaan besar, peluang yang jarang, investasi hakiki. Segera, rebut dan dapatkan kelas surga sebaik-baiknya! Beramal bakti sepanjang hari kepada kedua orangtua. Raih hidup penuh berkah. Anugerah di atas anugerah. Tak perlu gelisah. Pintu surga itu ada di rumah. Buku yang menggugah jiwa kepahlawanan, menggali energi kesuksesan, menemukan motivasi dan inspirasi dahsyat meraih sukses dan bahagia dunia akhirat. Bukalah pintu tobat kala dosa menggelisahkanmu. Bukalah jendela rahmat untuk mengantar suksesmu. Nikmati belaian ventilasi nan wangi kala berbagai problem menghampiri. Temukan relung-relung kebahagiaan dengan berbakti kepada kedua orangtua, khususnya kepada ibu. Ibu yang sangat berjasa kepadamu. “The Great Power of Mother, inspirasi dahsyat dunia akhirat.” [Solikhin Abu Izzudin]

Allah swt pun telah berfirman dalam ayat-ayat CINTA-Nya…
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu Bapaknya; Ibunya telah mengandung dalam keadaan LEMAH yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah tempat kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu maka Ku-berikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(Q.S. Luqman [31]:14-15).
Betapa dahsyatnya ayat tersebut menjelaskan posisi orang tua. Bahkan, ketika mereka memaksa kita untuk mensekutukan-Nya, meski kita diperintahkan oleh Allah untuk menolaknya, tapi kita tetap harus mempergauli/ memperlakukan mereka dengan baik di dunia. Bahkan, amalan kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang paling utama selain sholat tepat pada waktunya dan Jihad fisabilillah.
Sekarang Keisya masih mendapati Ibu menanti kedatangannya, kepulangannya di rumah. Keisya masih mendapatkan kasih sayang Ibu setiap saat…Untuk itu saudaraku, jika Ibu-mu masih ada, belum terlambat jika mulai saat ini kita mencoba untuk menghargai jerih payahnya..untuk memberikan yang TERBAIK bagi Ibu. Menunjukkan PRESTASI dan KESUKSESAN kita, untuk ditukar dengan senyum BANGGA dan BAHAGIA dari Ibu…! Pun jika beliau sudah kembali ke Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian, tetap jadilah anak yang sholih dan sholihah agar Ibu senantiasa tersenyum bahagia di syurga-Nya.

"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia, sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "
"Titip Ibuku ya Allah"

[Based on true story, by : Keisya Avicenna]

Keisya Avicenna adalah nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai pengajar SD di Ganesha Operation Solo dan penulis freelance. Menguatkan azzamnya untuk menjadi seorang penulis dengan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya angkatan ke-7. Senang membaca, menulis,menggambar, membuat puisi, mengisi training, koleksi buku, berpetualang, melihat bintang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Penulis yang berdomisili di Banaran Rt 02/X Wonoboyo Wonogiri ini bisa dihubungi di keisya_avicenna@yahoo.com, webblog : http://nungma.blogspot.com

Link postingan Ke FB :
http://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=10150095001855660#!/note.php?note_id=10150095001855660¬if_t=like&fbb=r9ce69696&refid=0

KETIKA AKU MERASA FUTUR, SEMANGAT MELEMAH… KISAH INI YANG KEMBALI MELECUTKAN SEMANGATKU!!!
Semoga “senyuman” senantiasa menghias di wajah ini… ^^v. Love u, all…

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna