Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, March 12, 2019

BER-“FLOWER-FLOWER” DI 4 TAHUN GANDJEL REL




BER-“FLOWER-FLOWER” DI 4 TAHUN GANDJEL REL

Foto bareng ^_^


Ber-“FLOWER-FLOWER” #1 : SEBUAH PUISI SEDERHANA
GRes, izinkan saya berpuisi barang sejenak… simak yes *krukupanpancinahanmalu… cek cek…

(G)empita syukur membahana di seantero semesta
(A)tas bertambahnya usia sebuah komunitas rasa keluarga
(N)ge-Blog ben rak ngganjel adalah jargonnya
(D)eretan aksara mereka akrabi setiap harinya
(J)ejak-jejak karya dan ukiran aneka prestasi pun tercipta
(E)nergi positif selalu terpancar setiap kali kopdar terlaksana
(L)ima founder kece : Mak Rahmi, Mak Uniek, Mak Dedew, Mb Taro, n Mak Wuri tak pernah lelah berjuang bersama

(R)atusan anggota kini tergabung di dalamnya
(E)mpat tahun sekarang usianya
(L)ove u full, Gandjel Rel tercinta!

Gimana GRes puisinya? Semoga berkenan yaaa… ^_^ *sinipeluksatusatu

Ber-“FLOWER-FLOWER” #2 : SEBUAH NOSTALGIA ROMANTIS
Alhamdulillah, 4 tahun sudah… Barokallahu fii umrik, Gandjel Rel! Tak terasa ya, sudah tahun ke-4. Meski baru pertama kalinya saya menghadiri seremonial hari lahirnya Gandjel Rel. Bersyukur sekali rasanya, akhirnya bisa datang. Cihuuuy! Apalagi setelah kelahiran Dzaky, rasanya saya absen lama untuk ikutan kopdar-kopdar. Lagi seneng-senengnya menikmati peran baru setelah penantian sekian purnama soalnya. Blog juga sudah banyak sarang laba-labanya padahal sudah dipercantik sama Cikgu Marita. Tekad saya, semoga pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang mampu melecut semangat saya untuk kembali semangat ngeblog lagi. Uhuuuy, lha kok malah curcol.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, ingatan saya kembali terkenang dengan beberapa hal istimewa bersama Gandjel Rel. Awalnya, setelah pindah ke Kota Semarang di 2013, saya gabung di komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang waktu itu diketuai Mbak Dewi Rieka. Rumah Mbak Uniek menjadi saksi sejarah pertemuan pertama saya dengan Mbak Dewi Rieka, Mbak Taro, Mbak Wuri, dan mbak-mbak lain. Waktu itu, ada Mbak Dian Kristiani yang sharing tentang dunia kepenulisan bacaan anak. Kopdar-kopdar pun berlanjut, seperti acara bedah buku, undangan seminar, workshop, dll. Sampai akhirnya, atas inisiasi Mbak Rahmi, Mbak Dewi Rieka, Mbak Uniek, Mbak Taro, dan Mbak Wuri tergagaslah sebuah komunitas blogger perempuan di Kota Semarang tanggal 22 Februari 2015. Gandjel Rel namanya. Unik, kan? Seperti nama salah satu foundernya! Saya saja baru tahu kalau Gandjel Rel itu nama kue tradisional khas Kota Semarang waktu ikut arisan PKK. Waktu itu, ada penjelasan dan pembagian resep kue Gandjel Rel. Hohoho.

Saking penasaran sama rasanya (karena males bebikinan *plak), saya pun menyempatkan diri mampir ke sebuah toko kue khusus membeli Gandjel Rel. Hmm, bentuknya saja sudah menggoda selera dengan warna coklat dengan taburan wijen di atasnya. Setelah saya icip-icip, ternyata memang manis (karena ada campuran gula arennya), empuk (meski teksturnya cenderung bantat), legit, dan maregi (bikin kenyang). Mungkin para founder mengambil nama Gandjel Rel –selain menunjukkan kearifan lokal khas Semarang- karena punya cita-cita mulia agar komunitas ini berkembang menjadi komunitas yang ‘legit’ dengan anggota yang manis-manis (cihuuuy), juga karya-karya anggotanya bisa maregi (=bermanfaat buat banyak orang). Aamiin. Waktu itu, anggota IIDN sebagian besar juga menjadi anggota Gandjel Rel. Terlalu banyak kenangan manis yang lain sepert saat event Blogger Nusantara di tlatah Ngayogyakarta, jalan-jalan ke Solo, jalan-jalan ke Jogja, dan aneka kopdar yang sayang untuk dilewatkan. Oh ya, ultah yang ke-4 ini juga dimeriahkan dengan blog challenge dengan tema yang berbeda-beda selama 4 pekan dan ada juga video challenge yang serentak tayang pada hari H ultah #g4andjelrel, 22 Februari 2019 lalu.

Ber-“FLOWER-FLOWER” #3 : MENJARING INSPIRASI BERSAMA KANG AGUS MULYADI
Oh ya, dresscode perayaan ultah Gandjel Rel tanggal 23 Februari 2019 kemarin bernuansa bunga-bunga lhooh! Acara dibuka oleh MC kondang nan kocak asli bikin ngakak, yakni Mbak Hartari. Terus kerennya founder Gandjel Rel bisa menghadirkan sosok guest star yang sungguh istimewa. Siapa sih yang nggak kenal dengan sosok yang cukup viral di jagad virtual ini? Saya saja sudah rajin membaca tulisannya sejak 2011. Gaya nulis beliau yang cukup unik, kepribadian yang langka dan juga gaya bahasa yang tak biasa menjadikan saya selalu tertarik untuk menikmati setiap celoteh aksaranya. GRes bisa baca tulisan pemimpin redaksi media online mojok.co itu lebih lengkapnya di sini. http://www.agusmulyadi.web.id/ dan di sini http://www.agusmulyadi.com/
Gus Mul mengawali sharingnya dengan sedikit bernostalgia tentang sejarah hidupnya di masa lalu yang bagi dirinya cukup ngenes namun bergelimang berkah. Berawal dari penjaga warnet merangkap tukang edit foto yang sempat berjaya di masanya karena pernah menerima order ratusan editan per hari dengan tarif sekali edit 50K. Karena profesi jasa edit foto ini pun cukup mampu melambungkan namanya. Namun, akhirnya Gus Mul sadar dan insaf. Baginya menulis itu menyenangkan. Menjadi penulis itu prestasi dan edit foto itu skandal.  Menulis Kreatif di Media Online ala Gus Mul :

1.   Ide Tulisan
“Menulis Sekitarmu Sebisamu,” kata Gus Mul.
Gus Mul mengasah keterampilan menulisnya dengan membuat catatan personal atau pelit atau personal literatur. Karena Gus Mul merasa tidak kreatif (*asli bikin ngakak pas bilang gini), ide kreatif itu ada di lingkungan sekitar kita, lho! Semuanya juga murni soal kebiasaan. Semakin terasah, semakin terampil menjaring ide. Dari apa yang kita jumpai sehari-hari pun bisa jadi ide. Gus Mul mencontohkan hasil jepretan fotonya kemudian dia jadikan tulisan. Ide dari tulisan-tulisan di bokong truk, ide dari kucing-kucing peliharaannya, dll. Tulisan-tulisan yang bermula dari pengalaman dan kegelisahan. Bapak Gus Mul sempat tidak setuju karena bagi beliau menulis itu hobi bukan pekerjaan. Bagi Bapak Gus Mul, bekerja = ada kantornya, ada seragam, dan ada jam kerjanya. Gus Mul sempat kerja di mall Artoz Magelang sebagai tukang karcis parkiran basement di 2012. Hingga akhirnya ada yang menawari Gus Mul untuk nulis di mojok.co dengan honor 250K per artikel. Karier kepenulisannya pun berkembang pesat, dapat kolom reguler di kompas.com, jawapos.com, dll. Gus Mul juga sudah menulis dan menerbitkan buku, diantaranya Jomblo tapi Hafal Pancasila dan Lambe Akrobat.
2.   Pemilihan diksi
Diksi = pilihan kata. Semakin mendayu-dayu, semakin unik, semakin aneh.
Contoh : penulis biasa akan menulis kata “lupa”, tapi penulis yang kreatif menulis “lupa” dengan kalimat “saat ingatanku berkhianat”.
Wajahmu tua = wajahmu telah melesat jauh mengkhianati umurmu.
Memaksamu = menggedor-gedor pintu keyakinanmu
3.   Ciri khas
Kalau Gus Mul salah satu ciri khas tulisannya adalah mempertahankan istilah kosakata bahasa Jawa, punya ciri kelokalan tersendiri. Misal : “Ooo… mbahmu kiper!” (untuk menyanggah suatu pernyataan) kan aneh tu ketika diganti : “Ooo… eyangmu penjaga gawang!” (hahaha… akan hilang lucunya, maknanya, bahkan semangatnya).
4.   Sudut pandang
Kita harus belajar menggunakan sudut pandang yang “out of the box” agar berbeda dari sudut pandang orang kebanyakan atau klise.
5.   Kutipan
Orang cenderung mudah mengingat kutipan daripada konten tulisan.
Wah, GRes… keren kan ilmu kanuragan yang Gus Mul sampaikan? Nggak sia-sia banget deh saya bisa datang di perayaan ultah 4 tahunnya GR kali ini. Ilmunya ndaging semua!
Usai penyampaian materi dan sesi tanya jawab selanjutnya potong tumpeng dan potong kue juga ada kuis plus pembagian doorprize. Alhamdulillah, semua peserta juga mendapatkan pouch cantik persembahan sayang dari Bunda Dirga. Saya juga dapat doorprize yang isinya sedotan stainless stell. Wah, kebetulan sekali saya belum punya dan ada rencana untuk beli sebagai upaya mewujudkan rumah minim sampah dan kampanye #zerowaste. 


Undian doorprize dan pouch istimewa dari Bunda Dirga

Ber-“FLOWER-FLOWER” #4 : RESTO PRONGSEWU YANG MEMANJAKAN LIDAHMU
Ini baru pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Resto Pringsewu yang berlokasi di kawasan Kota Lama. Dulunya resto ini merupakan gedung peninggalan sang raja gula dari Semarang yang bernama Oei Tiong Ham. Sesampainya saya di lokasi, saya disambut beranda yang instagramable banget, juga kelihatan asyik untuk nongki sore-sore sambil ngemil ‘n ngeteh hangat. Namanya Teraz Oei Tiong Ham yang ternyata buka mulai sore hingga malam hari. Masuk ruangan resto akan kita jumpai beberapa sudut interior yang terkesan vintage sekali plus layak jadi sasaran narsis. Para pelayannya juga ramah, saya ditunjukkan tempat berlangsungnya acara ultah Gandjel Rel. Hmm, tumpeng istimewa untuk Gandjel Rel juga persembahan dari Pringsewu, lho! Snack dan menu makan siangnya juga menggoyang lidah. Endeeez semua! Rasanya pas sesuai selera. Terus ada sebuah ruangan yang mendisplay aneka oleh-oleh dan makanan khas Semarang. Yuk GRes, yang berencana berwisata ke Kota Lama jangan lupa mampir ke resto Pring Sewu!
Teraz Oie Tiong Ham



Akhirnya, saya merasa sangat bersyukur dan bahagia, Allah mengizinkan saya untuk bisa menyambung kembali silaturahim dengan emak-embak tercinta Gandjel Rel.

Jalan-jalan ke Kota Lama
Tak lupa mampir resto Pringsewu
Terima kasih sahabat GRes semua
Smoga bisa kembali bertemu

Salam sayang dan cinta,
Norma Keisya Avicenna




2 comments:

  1. Waah berarti kita ketemu tuh yg di rumah mba Uniek, aku juga ke sana pas ada mba Dian Kris.

    ReplyDelete
  2. Ke Pringsewu jalan kaki
    Sambil makan buah duku
    Cakep nian puisi bunda Dzaky
    Buat hati sepenuh rindu

    Eeaaa...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna