Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label arisan blog. Show all posts
Showing posts with label arisan blog. Show all posts

Wednesday, May 20, 2020

MENCINTAI KEHILANGAN

Wednesday, May 20, 2020 0 Comments


Hidup di dunia tidaklah kekal. Apa yang kita miliki tidak selamanya akan terus menjadi milik kita. Demikian halnya setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, ada kelahiran selalu diiringi dengan kematian. Dari sana kita belajar tentang "mendapatkan" atau sebaliknya, "kehilangan". Hmm... begitulah hakikat hidup. Terkadang kita sebagai manusia terlalu mengikuti ego dan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu, atau menambah jumlah suatu kepemilikan. Hingga mungkin kita pernah melakukan hal yang tidak sepatutnya untuk mencapai apa yang kita inginkan, pun ketika kita mencintai sesuatu, kita akan merasa sangat sedih saat kita kehilangannya. Setiap manusia pasti pernah merasakan kehilangan. Kita bisa saja kehilangan materi, jabatan, kesehatan, dan cinta, bahkan keberhasilan yang dicapai seseorang.

Kehilangan memang menyedihkan, tapi kita tidak bisa menghindari itu. Jangan pernah disesali dan ditangisi kehilangan itu. Tapi mari kita renungkan, buatlah perbandingan dengan kondisi sebelumnya. Hitunglah dan ukurlah porsinya, seberapa besar kita kehilangan dan seberapa besar yang telah kita dapatkan.

Jangan pernah terlena dengan sebuah kehilangan, apalagi yang hilang itu sifatnya materi atau kebendaan. Jangan pernah menangis atau menjerit histeris bila yang hilang itu adalah sesuatu yang memang akan hilang pada saatnya. Sabar dan ikhlas itu ada pada "pukulan atau hendakan" pertama. Lakukan yang seharusnya kita lakukan, berbesar hatilah dan persiapkan diri kita untuk kehilangan itu. Dalam hidup, suatu hal akan muncul dan akan pergi pada waktunya nanti. Tak ada yang abadi di dunia ini. Kehilangan terkadang membuat diri kita begitu rapuh, namun di sisi lain kehilangan bisa membuat kita menjadi pribadi yang tegar dan tangguh.

Sikap yang perlu kita lakukan saat kita menjalani episode kehilangan adalah introspeksi diri (muhasabah. Apakah kita pernah mengambil hak orang lain, sehingga Allah mengambil hak kita secara paksa? Apakah kita kurang menghargai kepemilikan yang telah Allah amanahkan? Sadari, apakah kehilangan itu membawa manfaat. Contoh, ketika seseorang kehilangan pekerjaan, ternyata setelah proses kehilangan itu ia justru menjadi pengusaha sukses karena ia berusaha untuk tidak meratapi episode kehilangannya, ia menjadi sosok yang tahan banting, pantang menyerah, terus berusaha untuk optimis dan bangkit dari keterpurukan. Walaupun dalam keadaan kehilangan, akan lebih menyejukkan hati jika kita berusaha mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

Kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam perguliran kehidupan. Memang, sesungguhnya apapun yang ada pada diri kita selama hidup di dunia ini tiada yang abadi. Karenanya, kita harus selalu dalam kondisi siap. Siap untuk "mendapatkan" terlebih siap untuk "kehilangan". Segala sesuatu adalah milik-Nya dan kelak semuanya akan kembali pada-Nya. 


Sesuatu yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan semata karena jejak-jejak yang ditinggalkannya tak pernah benar-benar hilang. Maka, marilah terus belajar mencintai kehilangan, karena itu sunatullah, karena ia adalah bagian alamiah dari hidup kita. 

Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru agar kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri. Kata pepatah bijak, "manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup"/ Bila kita menyadari bahwa kita tak pernah seutuhnya memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilangan. Kemenangan hidup bukan ketika berhasil mendapat banyak, namun ada pada kemampuan menikmati dan mensyukuri apa yang telah didapat tanpa menguasai. 

Dalam setiap kehilangan, ada pembelajaran istimewa yang akan membuat jiwa kita semakin kaya dan dewasa atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri.

[Rangkuman materi yang penulis dapatkan dari penyampaian Bapak Erwin Arianto dan Theory of Happiness dari para pakar psikologi]
***
Ayah (Seventeen)


Engkaulah nafasku
Yang menjaga di dalam hidupku
Kau ajarkan aku menjadi yang terbaik
Kau tak pernah lelah
Sebagai penopang dalam hidupku
Kau berikan aku semua yang terindah
Aku hanya memanggilmu ayah
Di saat ku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku t'lah jauh darimu
Kau tak pernah lelah
Sebagai penopang dalam hidupku
Kau berikan aku semua yang terindah
Aku hanya memanggilmu ayah
Di saat ku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku t'lah jauh darimu


Lirik lagu Ayah yang dinyanyikan Seventeen mengalun begitu syahdu. Melemparku pada banyak kenangan indah di masa silam, bersamamu yang kini fisikmu takkan bisa kupeluk lagi, tanganmu takkan bisa kujabat erat lagi, nasihat-nasihat bijakmu takkan bisa kudengar lagi. Be, Cenung kangen… Kehilanganmu adalah salah satu kehilangan terbesar dalam hidup kami. Semoga kelak bisa berkumpul kembali di Surga ya, Be… Kita bisa seru-seruan bareng lagi.

Inilah kami, putra-putrimu yang akan terus saling bepelukan dan menguatkan.
Al Fatihah untukmu... 

Tak terasa 8 bulan engkau meninggalkan kami untuk menjemput kehidupan abadi. Segala hal tentangmu sungguh indah. Terima kasih telah menjadi sosok Bapak yang hebat untuk kami, sosok kakung humoris untuk Dzaky.
Kepergianmu menyisakan kesedihan yang sungguh menyesakkan dada.
Jumat, 20 Agustus 2019. Ibuk mengirim WA di grup keluarga: “Semuanya yang ikhlas ya, Ahha sudah dijemput ke surga.” Be, engkau berpulang di hari yang sangat baik dalam kondisi terbaik. Engkau tak merasakan sakit lagi. Kami semua ikhlas melepas kepergianmu.
***
Salah satu hal yang saya lakukan untuk self healing adalah menulis puisi untuk Babe yang kami cetakkan dalam buku Yasin.

[B]abe... 65 tahun engkau mencipta jejak penuh makna di dunia
[A]langkah banyak daftar kebaikan dan kisah indah yang tercipta penuh cinta
[B]abe... sosok suami romantis, ayah demokratis, juga kakung super humoris
[E]ngkaulah pribadi panutan, teladan keluarga yang kami banggakan

[K]ala bintang-gemintang tumpah ruah di langit semesta
[A]las tikar digelar, sekeluarga duduk bersila bermandikan sinaran purnama
[K]au berbagi cerita, mengisi tangki cinta, sesekali diiringi gelak tawa
[U]ntaian nasihat menjadi pengobar semangat, bahwa hanya jalan surga yang harus kita tuju bersama
[N]amun, pagi itu takdir langit punya rencana lebih indah
[G]enggaman tangan dan ragamu kian melemah

[A]jal pun menjemput, akhir untuk sebuah perjalanan abadi, perjumpaan dengan Ilahi Rabbi
[H]ari Jumat, 20 September 2019, tugasmu di dunia purna sudah
[H]ari nan indah penuh berkah, semoga engkau husnul khatimah
[A]yat suci Alquran terlantun syahdu, teriring doa-doa yang melesat tinggi ke singgasana Arsy-Nya

[W]aktu kanvas langit terlukis senja menawan usai prosesi pemakaman
[O]bati sendu yang menggelayut qalbu, menjadi senyuman yang melukis berjuta harapan
[K]elak semoga di surga Firdaus-Nya, kami sekeluarga kembali bersama

Dari kami semua yang mencintaimu tanpa batas waktu,
Yati, Dhody, Widowati, Febri, Etika, Siswadi, Norma, Dzaky



***
Saya jadi ingat review Misi Asik ke-6 dari Ndan Hessa saat kelas Batalyon Pejuang Literasi berlangsung. Waktu itu, kami mendapatkan tugas untuk menuliskan secara ekspresif satu kisah yang membuat kami merasa sedih atau terluka di masa lalu. Saya menulis kisah saat saya “diomongin” tetangga karena belum punya keturunan. Saya tuliskan emosi dan perasaan saya waktu itu di selembar kertas. Ternyata, selain belajar memaafkan masa lalu, menulis ekspresif juga mampu membantu melepaskan “beban negatif” dari masa lalu. Ini review dari Ndan Hessa…

“This is the journey of surviving through poetry.”
  –Rupi Kaur.

Kalimat tersebut tertulis pada sampul belakang buku antologi puisi “Milk and Honey” karya Rupi Kaur. Sebuah buku yang menceritakan perjalanan seseorang melewati kekerasan seksual, menemukan cinta, patah hati dan pemulihan diri. Kalimat tersebut mengisyaratkan buku tersebut merupakan perjalanan penulisnya untuk menyembuhkan diri dari penderitaan yang ia alami, sebagai strategi untuk coping.

Apa itu Coping?
Manusia memiliki kemampuan untuk berusaha keluar dari masalah yang ia alami. Strategi coping merupakan serangkaian usaha yang dilakukan seseorang untuk mengendalikan, menoleransi, atau mengurangi situasi yang memicu stres. Terdapat dua jenis strategi coping. Pertama, coping secara aktif dengan cara menyelesaikan masalah yang muncul. 
Kedua, coping yang terfokus pada pengurangan dampak emosional yang muncul akibat situasi pemicu stres tersebut.
Jika melihat pada jenisnya, strategi coping yang dilakukan oleh Rupi Kaur lewat bukunya termasuk pada pengurangan dampak emosional yang dialami.

Menulis ekspresif dapat membantu seseorang untuk mengarahkan perhatian ke tempat yang seharusnya. Pemikiran yang terpecah dan tidak teratur saat mengalami stres dapat terorganisir secara lebih baik ketika menulis ekspresif. Individu juga akan terbantu untuk dapat fokus dalam memahami penyebab stres dan meregulasi emosi dengan lebih baik.

***
Bagi saya, menulis juga dapat menyembuhkan luka. Sejak SMA hingga kuliah saya sangat aktif menulis catatan harian di sebuah buku diary (kreasi sendiri) dan itu sangat membantu saya menyikapi setiap permasalahan yang menghampiri dan sebagai sarana belajar mengikat makna sekaligus “mendewasakan diri”.

Saat ini pun saya masih mencoba menuliskan segala hal yang indah dan seru bersama Babe, ya ini bagian dari cara saya mengurai kesedihan, mengikat kenangan, sekaligus mencoba mengambil hikmah dalam upaya “mencintai kehilangan”.

Ahha Wok dan cucu kesayangannya. Mereka selalu kompak dan menggemaskan. ^_^

***
Sepenggal nasihat untuk diri sendiri…
“Nung, kesedihan itu indah, manakala kita mampu menyikapi lapis demi lapis hikmah yang tersembunyi didalamnya. Meski demikian kita harus berjuang untuk mendapatkan keindahan di balik setiap kesedihan. Meski kita harus berjuang untuk mengalahkan fikiran negatif dan sempitnya akal dan nafsu kita yang sering kali membujuk kita untuk lunglai, lalu terpuruk dalam kesedihan.”

Kesedihan itu indah, karena Allah Swt Maha dalam setiap kehendak-Nya...

NOTE: “Ahha Wok” panggilan kesayangan Dzaky untuk “kakung terkocak sedunia”-nya itu.


Monday, March 30, 2020

MARI NGEBLOG DENGAN SUKA CITA

Monday, March 30, 2020 0 Comments



“Mbak, kenalin nama saya Ima (bukan nama sebenarnya), saya juga dari Semarang, kemarin saya baca tulisan di blog Mbak tentang perjalanan program hamil, yang judulnya “Metamorfosis Penantian…”. Saat ini, saya dan suami juga sedang program hamil, Mbak. (bla…bla…bla, intinya beliau curhat panjang x lebar). Setelah baca tulisan Mbak, saya jadi tambah optimis. Mohon doanya ya, Mbak…”

“Selamat siang. Benar dengan Kak Norma? Kak, saya mau daftarkan anak saya untuk bergabung di DNA Writing Club. Saya dapat info setelah browsing di internet dan baca blognya Kak Norma.” (Ada pesan masuk ke WA siang itu).

Cuplikan ‘adegan’ di atas bermula dari kebiasaan orang jaman now untuk bertanya di dunia virtual lewat browsing di internet alias nanya mbah Google dengan keyword tertentu. Yups, ketika keyword yang diharapkan itu mengarah ke tulisan kita di blog… wow, manfaatnya sungguh luar biasa! Sebenarnya, saya sudah mulai nulis di blog sejak zaman masih kuliah, isinya curhatan atau catatan keseharian, puisi, dll. Lalu sempat aktif banget, semangat nulis one day one postingan setelah dapat tantangan dari Kang Nassirun Poerwokartun, seorang kartunis dan novelis (salah satu karyanya tetralogi Penangsang). Terus mulai naik-turun konsistensi menulis di blog dengan beragam alasan karena bagi saya ngeblog masih sebatas mengasah keterampilan menulis di zona hijau (masih untuk diri sendiri).

Tahun 2015 mulai bergabung di komunitas blogger perempuan di Semarang: Blogger Gandjel Rel dengan tagline-nya “Ngeblog ben rak ngganjel”. Dengan bergabung di komunitas ini, saya pun mulai konsisten ngeblog lagi, sering ikut kopdar/gathering sesama blogger, beberapa kali dapat job (tentunya dapat transferan fee dong, yak), bahkan pernah beberapa kali menang lomba blog juga. Senang sekali rasanya. 2017-2019 aktivitas ngeblog saya mengalami penurunan yang sangat tajam, super ndlosor sampai tiarap semangat ngeblognya. Hihihi (*plak!). Padahal domain tiap tahun udah dibayarin saudari kembar saya. Meski begitu, saya tetap menulis di ranah yang lain, kok. Bismillah, salah satu goal saya di 2020 adalah konsisten ngeblog lagi. Bahkan salah satu impian saya bisa posting 100 tulisan di blog. Ya Allah, paringono istiqomah! Aamiin. Terus tampilan blog saya sudah dipercantik sama Mbak Marita (makasih ya, Mbak!). So, nggak ada alasan untuk nggak rajin nulis di blog lagi. Apalagi masih bergabung di Blogger Gandjel Rel dengan para anggota yang semakin cetar dalam dunia per-bloggingan. Harus banyak belajar lagi dari mereka. Harus semangaaat!!!

Nah, banyak sekali manfaat ngeblog yang saya rasakan:
Mengasah keterampilan menulis
Dengan mengelola sebuah blog membuat kita memiliki lingkungan menulis yang baik. Mau tidak mau, ngeblog benar-benar “memaksa” kita untuk terus menulis. Akibatnya, ketrampilan menulis kita akan menjadi semakin baik karena setiap hari terus mengasah kemampuan menulis. Kita bisa belajar dari para blogger yang sukses menerbitkan buku. Mereka menjadi penulis profesional, penulis hebat yang membuat bukunya menjadi best seller. Salah satu contohnya: Raditya Dika.

Punya dokumentasi catatan secara virtual
Bermula dari kebiasaan menulis pengalaman, menulis reportase kegiatan, bahkan menulis hal receh dari peristiwa keseharian, bisa jadi kelak tulisan kita ini menjadi hal yang berguna di masa depan. Apalagi jika tulisan itu mendatangkan inspirasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk mereka, itu bisa jadi poin plus yang sangat istimewa.

Menambah jejaring dan pertemanan dengan beragam latar belakang
Alhamdulillah, dengan ngeblog, teman saya bertambah banyak. Salah satu dengan dengan blog walking (BW), merupakan kegiatan mengunjungi blog milik orang lain dengan meninggalkan komentar yang biasanya akan saling berbalas komen (dengan catatan nggak nyepam). Bermula dari BW inilah kita sudah menjalin pertemanan dengan orang lain. Selain BW, di setiap wilayah sekarang bisa kita jumpai beragam komunitas salah satunya komunitas blogger. Dengan bergabung di komunitas, kita akan mendapatkan banyak informasi dan bisa sharing banyak hal.

Membangun personal branding
Salah satu media sosial yang bisa digunakan untuk membangun personal branding adalah blog. Dengan menulis artikel-artikel tertentu (atau mungkin jenis tulisan lain) secara konsisten, kita akan belajar menjadi pribadi yang ‘khas dan spesialis’. Hal ini yang masih terus saya pelajari dan latih, tentu saja semuanya mensyaratkan waktu, kedisiplinan, dan konsistensi.

Dapat uang dari ngeblog
Alhamdulillah, saya sudah merasakan ini. Teman-teman blogger yang sudah profesional bahkan banyak yang menjadikan aktivitas blogging sebagai profesi utama  dan menghasilkan pundi-pundi rupiah yang fantastis. Wow, keren, ya!

Ada beberapa tips ngeblog agar konsisten yang nantinya akan saya terapkan agar goal 100 postingan tulisan di blog pada 2020 ini bisa terealisasi. Simak, yuk!
  1. Senantiasa meluruskan niat. “Niat jadi Blogger untuk apa?” (tanyakan selalu pada dirimu, Nung!)
  2. Menentukan target sesuai dengan kemampuan diri. Misal: target jadi blogger untuk menjadi penulis, maka lakukan latihan-latihan kecil untuk mencapai target itu, seperti menulis pengalaman di blog.
  3. Memanajemen waktu dengan baik. Langkah sederhana yang bisa dilakukan dengan membuat jadwal postingan.
  4. Belajar dari kesuksesan blogger lain. Hal ini juga nantinya akan saya lakukan, dengan ngepoin blognya juga rajin blog walking. Uhuy, semangaaat!
  5. Jangan pernah merasa puas, selalu dahaga ilmu dan lapar belajar. Karena ilmu akan terus berkembang dan ingat selalu pepatah: di atas langit masih ada langit. So, once again, jangan cepat merasa puas! Semesta ini terhampar begitu luas, banyak ayat-ayat kauniyah-Nya yang bisa kita resapi dan renungi maknanya, lalu kita goreskan bersama para pasukan aksara menjadi rentetan kata penuh makna. Masya Allah…
  6. Kreatif. Kata Raditya Dika, Jika kalian tidak bisa menyamai karya orang lain. Buat sesuatu yang berbeda.” Blogger yang mampu bertahan dengan genre yang sejak awal ia pilih dan konsisten itu karena mereka kreatif. Menciptakan sesuatu inovasi yang paling beda dari blog lain. Menjadi kreatif tentu saja butuh perjuangan, butuh proses dan mensyaratkan waktu.

Hmm… setelah saya mengalami hiatus yang panjang, ‘hibernasi yang melenakan’ dan harus nulis di blog lagi, itu bukanlah pekerjaan mudah untuk bisa mencapai titik konsisten yang sebenarnya. Tapi, Bismillah… optimis, saya pasti bisa! Kamu pun pasti bisa!



Fokus! Fokus! Fokus!

Mamiko kerja di Jakarta
Papipeb jemput di Pondok Cina
Mari ngeblog dengan suka cita
Posting tulisan penuh makna