Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label blogger gandjel rel. Show all posts
Showing posts with label blogger gandjel rel. Show all posts

Friday, November 25, 2022

CANDU RAJIN NGEBLOG ITU BERNAMA 1W1P

Friday, November 25, 2022 0 Comments


Selama pandemi, satu aktivitas yang sering saya lakukan untuk menjaga kewarasan adalah dengan menulis jurnal atau catatan harian. Bahkan iseng-iseng bikin semacam bullet journaling yang ada gambar-gambar lucu seperti doodle, handslettering, lengkap dengan aneka stiker. Jadi aktivitas motorik halus dengan menggerakkan jemari menjadi candu tersendiri. Sesekali melepaskan stiker dari perekatnya lalu menempelkannya ke kertas. Mensetting setiap halaman kosong menjadi halaman yang semarak beraneka rupa untuk kemudian mencoretinya dengan beragam warna pena. Masya Allah, healing with journaling rasanya. Apalagi waktu pandemi saya dalam kondisi hamil. Terkadang rasa cemas itu muncul, aneka rupa rasa yang kemudian saya coba netralkan dengan aktivitas mensejajarkan aksara di buku atau menggambar kondisi hati. Jadi, menciptakan semacam visual story dalam sebuah catatan harian.

Alhasil, aktivitas ini menyita fokus saya dari aktivitas mengetik dengan laptop, khususnya menulis untuk mengisi rumah maya di blog. Karena waktu itu juga lagi ada tugas menulis buku pengayaan. Jadi kerja di depan laptop hanya untuk menyelesaikan proyek menulis buku pengayaan itu, tidak kemudian menulis artikel atau apapun lalu posting di blog. Makanya, setahun hingga dua tahun terakhir ini blog sudah penuh dengan sarang laba-laba.

Sampai kemudian para emak founder Gandjel Rel menginfokan bakal ada aktivitas 1W1P, 1 Week 1 Post. Jadi sepekan sekali bakal ada 1 tema yang harus ditulis dan diposting di blog masing-masing dengan persyaratan dan ketentuan yang sangat mudah dan tidak memberatkan. Kuncinya cuma butuh: semangat, disiplin, dan konsisten. Berat memang awalnya, tapi menjadi sebuah pematik semangat dalam diri. Minimal alon-alon waton kelakon bersih-bersih blog dari sarang laba-laba.

Taraaa… dan inilah ke-8 tema yang Alhamdulillah bisa saya tulis dan posting di blog. Meski saat tema 7  bukan di blog utama karena entah kok tiba-tiba eror, mungkin sudah waktunya bayar domain. Hehehe.

Tema periode 1 (3-8 Oktober 2022: Tragedi Kanjuruhan

Tema periode 2 (10-15 Oktober 2022): Postingan Viral, Yeay or Nay?

Tema periode 3 (17-22 Oktober 2022): Mengapa Suka atau Tidak Suka Drakor?

Tema periode 4 (24-29 Oktober 2022): Buku Favorit

Tema periode 5 (30 Oktober – 5 November 2022): Tips Mengatasi Badmood

Tema periode 6 (6-12 November 2022): Film Favorit

Tema periode 7 (13-19 November 2022): Kebaya Merah

Tema periode 8 (20-26 November 2022): Kesan Mengikuti Aktivitas 1 Week 1 Post. Ingin Lanjut Lagi atau Cukup 8 Periode Saja?

Menjawab tema periode ke-8 cukup satu kata saja: LANJUUUUUUT!

Bismillah, semoga dengan minimal menulis 300 kata setiap kali posting 1W1P menjadi salah satu ikhtiar membangun kebiasaan positif untuk rajin ngeblog. Menjadi candu istimewa untuk rajjin ngeblog. Karena prinsip gabung komunitas Gandjel Rel adalah NGEBLOG BEN RA’ NGGANJEL. 

So, yuk semangat ngeblog, Nung!




Thursday, September 10, 2020

MBOLANG RIANG SEPUTAR TEMBALANG

Thursday, September 10, 2020 0 Comments

 

Tak terasa ya, sudah hampir setengah tahun kita banyak beraktivitas di rumah saja. Pandemi Corona ini membuat ruang gerak kita untuk beraktivitas di luar menjadi sangat terbatas. Aku pun demikian. Jika tidak ada hal penting, benar-benar penting, yang membuatku harus keluar rumah, aku lebih memilih di rumah saja. Ya, salah satu alasan terbesarku karena Dzaky (3,5 tahun) bakal nginthilin kemana pun aku pergi. Jadi dengan alasan demi menjaga kesehatan, mencegah penyebaran virus Corona, juga karena menjalankan imbauan Pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, maka di rumah saja adalah pilihan terbaik.

 

“Umma, kapan kita jalan-jalan ke Cimory?”

“Umma, kapan kita lihat kuda?”

“Ayo, Umma, ke Giyi (Wonogiri,-red). Dek Ah sudah kangen Titi Ya.”

 

Beberapa pertanyaan dan pernyataan itu sering terlontar dari mulut mungil Dzaky. Mungkin dia sudah merasakan kenapa kami sekeluarga jarang pergi bersama-sama setiap akhir pekan, seperti sebelum pandemi. Dulu setiap bulan, kami selalu mengegendakan untuk mbolang bersama atau wisata keluarga.

 

Sebelum pandemi, kalau aku merasa kangen Wonogiri, homesick, kangen masakan ibu, aku akan bilang suami. Jika suami tidak ada pekerjaan di hari Sabtu-Ahad, biasanya Jumat sore kami meluncur dari Semarang menuju Wonogiri. Tapi untuk saat ini, semua itu belum memungkinkan. Kasus positif Corona, di Semarang khususnya, masih terus naik. Bahkan kemarin sempat baca  berita, kalau Semarang menjadi kota dengan kasus positif tertinggi di Indonesia. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

 

Meskipun masih masa pandemi, beberapa tempat wisata Semarang sudah buka. Kebanyakan dengan alasan karena setiap orang itu butuh refreshing untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun yang terpenting, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, kalau bisa lengkap dengan pakai face shield, selalu cuci tangan dengan sabun, selalu membawa hand sanitizer, jika harus bepergian pastikan tubuh harus benar-benar dalam kondisi sehat.

 

Ingin rasanya, kami kabulkan permintaan Dzaky untuk sekadar piknik tipis-tipis ke Cimory, namun kami urungkan niat itu karena masih teramat riskan. Apalagi di usia yang sekarang, fase Dzaky sedang kepo-keponya terhadap banyak hal, pegang sesuatu yang dia ingin tahu lebih, terus tanpa sadar pegang hidung dan mulutnya. Aaargh… situasi belum aman!

 

Refreshing di sekitar UNDIP Tembalang

Akhirnya, sebagai alternatif wisata murah meriah, pekan kemarin aku mengajak Dzaky berwisata ke kampus abinya, Universitas Diponegoro (UNDIP). Hehe. Awalnya atas ajakan Mbak Desi untuk berolahraga sore di waduk UNDIP Tembalang. Aku iya-in saja karena lokasinya cukup dekat.

 

Aku sempat menyiapkan kangkung dan wortel karena rencananya setelah dari Waduk UNDIP, kami akan mampir ke Taman Rusia yang lokasinya dekat dengan Laboratorium Terpadu UNDIP. Dzaky sangat excited karena dia suka sekali kegiatan memberikan makan hewan-hewan. Setelah salat Asar, kami pun berangkat.

 

Aku pun baru tahu lho, kalau di UNDIP Tembalang ada jembatan merah, terus ada waduk juga. Hehe. Waduk ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diberi nama Waduk Pendidikan Diponegoro. Pembangunan waduk ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan, serta pengendali banjir di kawasan kampus UNDIP Tembalang. Waduk ini juga bisa jadi tempat belajar bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Biologi, Kimia, maupun Perikanan dan Kelautan. Selain itu, waduk ini juga difungsikan sebagai pembangkit listrik dan tempat rekreasi.


Dzaky di pinggir Waduk UNDIP


Saat kami di sana, ternyata ada banyak kegiatan yang dilakukan para pengunjung di sekitar Waduk UNDIP. Ada yang memancing, ada yang jogging, ada yang main skateboard, ada yang main sepatu roda, ada yang bersepeda, dan ada yang hanya duduk-duduk santuy sambil ngemil dan menikmati pemandangan. Kunjungan singkat ke waduk UNDIP ini cukup membuat pikiran lebih fresh dan hati lebih bahagia. Alhamdulillah.

 

Lokasi selanjutnya, kami menuju Taman Rusa. Sesampai di lokasi, ada 2 keluarga (bapak, ibu, dan anak-anak mereka) sedang asik dengan rusa. Dulu pas terakhir ke sini, rusanya baru segelintir, belum sebanyak sekarang. Aku pun seketika merasa so amazing. Hehe.

“Umma, minta kangkungnya,” pinta Dzaky.

 

Dzaky pun menjulurkan tangannya dan rusa-rusa itu saling berebut untuk menikmati kangkung yang diberikan Dzaky. Ada seorang anak yang dari tadi memandang Dzaky dengan tatapan mupeng (muka pengen, -red). Hehe. Aku bisikkan ke telinga Dzaky, “Boleh ya, berbagi kangkung ke kakak itu. Kakak itu ingin memberi makan rusa kayak Dzaky. Tapi, dia nggak bawa kangkung.” Alhamdulillah, Dzaky mengiyakan. Dzaky mau berbagi kangkung. Mata anak laki-laki itu berbinar-binar tatkala beberapa tangkai kangkung berpindah ke tangan mungilnya. Dia pun semakin asik memberi makan rusa bersama Dzaky. Ibunya turut mengucapkan terima kasih kepada kami.

 

Masya Allah, banyak yang bisa kami pelajari dan lakukan saat mengunjungi Taman Rusa. Kami tidak perlu repot-repot datang ke kebun binatang apabila ingin melihat rusa.  Taman Rusa ini terletak di belakang Laboratorium Terpadu, dekat dengan Pojok Tanaman Langka, tak jauh dari Fakultas Peternakan.

 

Taman ini bisa menjadi media rekreasi dan edukasi bagi keluarga. Bagiku, kegiatan sore itu sekaligus bisa mengasah fitrah keimanan dan fitrah belajarnya Dzaky. Aku pun memancing dialog dengan Dzaky.

 

UmmaMa: “Siapa pencipta rusa, Dzak?”

Dzaky: “Allah.”

UmmaMa: “Masya Allah, ya. Indah sekali salah satu hewan ciptaan Allah ini.”

 

Terus aku jelaskan tentang rusa. Rusa itu berkaki empat dan memiliki tanduk di kepalanya. Kadang orang menyebut rusa dengan nama sambar atau menjangan. Rusa termasuk dalam keluarga mamalia (hewan yang berkembang biak dengan beranak) dan termasuk jenis hewan herbivora (pemakan dedaunan). Ya, aku jelaskan sebatas yang aku tahu dan Dzaky sangat senang menyimak penjelasanku.

 

Dzaky: “Kok rusa juga suka wortel, Ma? Kayak kelinci.”

UmmaMa: “Iya, rusa juga suka wortel, selain suka kangkung karena rusa pemakan tumbuhan. Tuh lahap sekali, kan makan wortelnya.”

 

Dzaky


Menurut informasi, rusa yang ditangkarkan di Taman Rusa UNDIP ini merupakan rusa asli Indonesia berjenis langka yakni rusa timor. Nama latinnya Cervus timorensis, yang kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan taman rusa ini juga sangat bermanfaat sebagai sarana penelitian civitas akademika, selain sebagai upaya melindungi populasi rusa langka di Indonesia. Taman rusa ini berada di bawah pengelolaan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Taman rusa ini juga menjadi bukti bahwa UNDIP adalah kampus yang ramah lingkungan dan peduli dengan keberlangsungan hidup satwa langka di Indonesia. Wow, masya Allah, ya!




 

Dulu, di taman rusa ini ada petugas yang menyediakan pakan, lho. Tapi, kemarin pas nggak ada. Insya Allah, pakan kami aman kok, Pak. Nah, yang perlu diperhatikan pengunjung saat memberi pakan rusa adalah jangan sampai memberikan pakan yang masih dibungkus plastik, ya, misal seplastik-plastiknya disodorin ke rusa. Selain itu, juga jangan memberikan pakan yang masih terikat tali rafia. Kasihan kan rusanya kalau nggak sengaja makan plastik atau keloloden tali rafia.

 

Setelah kangkung dan wortel yang kami bawa habis, aku, Dzaky, Mbak Desi, dan Mbak Riza asik berfoto-foto di dekat patung sapi. Ada 3 patung sapi yang cukup ikonik di situ. Ada tulisan berisi informasi yang menyebutkan kalau patung sapi itu dulunya ada di Pleburan terus dipindah ke Tembalang. Hijrah ceritanya. Hehehe.

 

Waaah… alhamdulillah, seru sekali, wisata sore kami yang gratis dan ekonomis ala UmmaMa dan Dzaky kali ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya, setidaknya kasus positif akibat virus Corona semakin menurun, bahkan Allah hilangkan virus ini dari muka bumi. Aamiin ya Rabb. Karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Kun! Fayakuun! Jadi! Maka, terjadilah!

 

Yuk, tak henti langitkan doa, semoga pandemi ini sirna dan kita bisa berwisata, menjelajah keindahan bumi Allah ini bersama keluarga dengan hati bahagia!




 

 

 

 

Friday, July 10, 2020

10 KULINER KHAS WONOGIRI, MESKI NDESO TAPI NAGIH 'n NGANGENIN

Friday, July 10, 2020 2 Comments



Sudah hampir 5 bulan aku tidak pulang ke kampung halaman, tentu saja rindu ini sangat menghebat. Wonogiri, kota kelahiranku. Kota yang menyimpan banyak kenangan istimewa juga kisah-kisah seru penuh cinta.

Tidak hanya rindu pada kakak jangkung kesayangan plus pakde kesayangannya Dzaky, yakni Pakde Doy, juga kangen jalan-jalan di car free day dan nongki-nongki di alun-alun Kota Wonogiri bersama Pakde Doy dan Bude Wid. Tapi, rindu ini pun menghebat pada kuliner Wonogiri. Makanan dan camilan khas Wonogiri ini  menambah kekayaan kuliner Indonesiayang meskipun dari “ndeso” tapi dijamin nagih dan ngangenin.


Kaki berdarah tertusuk duri
Terasa sakit luar biasa
Kalau kamu ke Wonogiri
Kuliner ini wajib dicoba



10 Kuliner Wonogiri

Pindang Ceprot “Mbah Sinem Ngadirojo”
Kalau di Semarang, Pindang itu sejenis ikan yang biasanya kemasan jualannya diletakkan di besek. Tapi, kalau di Wonogiri, pindang itu terbuat dari tepung gaplek, ada campuran kikil, jeroan, dan daging kambing. Apalagi kalau dimakan dengan nasi hangat plus sambil bawang huh-hah. Dijamin terus-terusan nambah. Makanan ini sering disebut dengan pindang ceprot. Meskipun di Pasar Pokoh yang lokasinya lumayan dekat dengan rumah ada yang jual, tapi sejak dulu favorit keluargaku itu pindang ceprotnya Mbah Sinem yang lokasi rumahnya di Ngadirojo. Meski jauh, tapi kami rela ke rumah beliau untuk menikmati cita rasa pindang ceprot yang gurih dan manis, pokoknya lumer banget di lidah. Pindang ini dibungkus dengan daun jati. Cita rasa dagingnya juga nampol abis. Kabar baiknya, kata Pakde Doy, sekarang sudah banyak yang jadi “reseller” pindang ceprotnya Mbah Sinem di kawasan kelurahan kami. Asyiiiik… bisa lebih gampang dan praktis untuk dapat menikmati salah satu kuliner favoritku ini.

Mbah Sinem dengan pindang kambing ceprotnya.
Alhamdulillah, usaha kuliner ini juga dibantu anaknya, jadi turun-temurun.

Masya Allah, kangen banget makan ini.
Sumber foto: IG @kulinerwonogiri

Bakmi Sambal dan Gethuk “Mbokde Warni”
Ini salah satu produk yang cukup melegenda. Masih satu RT denganku. Bakmi yang dijual bukanlah mie telor atau bakmi biasa tapi “mie pentil” yang ukurannya besar dan panjang seperti karet pentil (karet yang biasanya dipakai untuk bahan bikin ketapel itu lho). Biasanya dijual lengkap dengan sayur dan sambal kacang yang pedasnya bikin lidah membara. Sambal kacangnya diuleg atau ditumbuh secara manual, tidak diblender. Jadi, rasanya masih natural. Hihi. Pokoknya, lebih endes deh daripada sambal kacang blenderan. Selain, bakmi sambel, jajanan favoritku di Mbokde Warni yaitu gethuk. Gethuk ini masih dibuat dengan peralatan tradisional, ditumbuk dengan alu dan lumpang besar. Aku sudah pernah lihat proses pembuatannya. Oh ya, rasa gethuknya manis, gula merahnya khas terasa.

Mie pentil tanpa sambal kacang. Kalau Titi Ya menyebutnya "mie intip"

Geti Wijen dan Ampyang Kacang  “Bu Parti”
Geti wijen ini terbuat dari campuran wijen, gula jawa, dan jahe. Setiap mudik Wonogiri, aku selalu minta tolong Pakde Doy untuk memesankan geti wijen dan ampyang buatannya Bu Parti karena kualitas rasa dan pemilihan bahan tidak perlu diragukan lagi. Apalagi Bu Parti adalah ibu dari sahabat karibnya Pakde Doy sejak SD hingga sekarang. Geti wijen yang rasanya manis, gurih, dan menghangatkan ini selalu jadi oleh-oleh favorit yang aku bawa kembali ke Semarang, termasuk ampyang kacang yang renyah dan legit di lidah. Aiiih, #autongiler mbayangin makan dua camilan manis ini.

Geti Wijen Bu Parti


Ampyang kacang


Mete Wonogiri
Mere adalah salah satu camilam terkenal di Wonogiri. Mete dengan kualitas super, utuh bukan tempelan, tidak penguk, kriuk banget, dan rasanya super endolita. Hingga kini, aku dan Mbak Thicko masih jadi reseller mete super Wonogiri. Omset kemarin saat Ramadan saja tembus lebih dari 40 juta. Sampai sekarang pun masih banyak yang order. Tangan ini selalu gatel untuk ambil lagi dan lagi kalau sudah mangku toples isinya mete. Penasaran sama rasanya? Bisa kok kepoin instagram @metesupertwin.


Bisa langung order ke no di atas. Dijamin gak kaleng-kaleng. Banyak yang sudah membuktikannya!

Cabuk
Warnanya hitam legam. Sekilas penampakan luar kemasannya seperti pepes karena dibungkus daun pisang, tapi ukurannya lebih kecil. Cabuk merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ampas pembuatan minyak wijen. Warna hitamnya terbuat dari merang padi yang dibakar. Selanjutnya, diolah bersama campuran gula jawa, kemangi, cabe rawit, bawang putih, dan garam.  Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Cabuk sangat nikmat jika dinikmati bersama nasi hangat lengkap dengan trancam atau gudangan. Cabuk merupakan salah satu makanan kesukaan almarhum Ahha Wok. Dulu, waktu Ahha masih ada kami suka membeli cabuk di depan Toko Erlangga.

Pepes hitamnya Wonogiri eh bukan ding, Cabuk namanya.

Sego Bancakan “Mbak Vera”
Kuliner ini cukup ngehit di wilayah Wonogiri, Sukoharjo, Solo, dan sekitarnya. Menu ini juga dapat dijumpai di angkringan. Sego atau nasi bancakan ini dibungkus dengan daun jati. Isinya nasi putih dengan lauk telur rebus, mie bihun goreng, tolo, gudangan, tempe-tahu bacem, oseng lombok ijo, juga cabuk. Uwenak tenaaan. Menu nasi bancakan ini juga salah satu favoritnya Ahha Wok dan kami sekeluarga. Kami sering beli di warungnya Mbak Vera. Menu ini tergolong menu khas desa alias ndeso. Sego bancakan Wonogiri ini dijamin murah meriah isinya berlimpah ruah dan endolita di lidah.

Sego bancakan Wonogiri

Sate Ayam Ponorogo “Pak Kabul”
Sate ayam legendaris ini asli Ponorogo tapi sangat ngehit di Wonogiri dan sudah ada sejak aku kecil. Rasanya paling juara di antara semua sate ayam yang ada di Wonogiri. Di Semarang pun, aku belum bisa menemukan yang rasanya bisa seenak sate ayam ponorogonya Pak Kabul. Tak heran, jika para pelanggan harus rela antri panjang saat membeli sate ayam ini. Lokasinya di dekat SD Negeri 6 Wonogiri.


Uwenak tenaaan.
Sumber foto: tripjalanjalan.com
Lontong Opor “Mbah Beth”
Warung makan Mbah Beth terletak persis di depan Stasiun Wonogiri. Menu favoritku adalah lontong opor. Inilah lontong opor paling juara yang pernah aku rasakan. Habis sarapan lontong opor, bisa lho lanjut berwisata ke Solo naik kereta api wisata Bathara Kresna. Semoga pandemi segera berakhir dan kereta api ini bisa beroperasi lagi dan kita bisa jelong-jelong lagi, deh!

Lontong Opor Mbah Beth

Es Campur Mutiara Sari Petodjo
Es campur paling uwenak dan suegeeer yang sangat pas menghilangkan dahaga di kerongkongan. Dengan isian utama degan yang diberi sirup dan mutiara, plus ditambah es, hmm… slruuup… perpaduan yang mak nyuz banget. Lokasinya di ruko samping Toserba Luwes. Harganya juga ramah di kantong. Pokoknya, kamu wajib coba!

Tahu Kupat Wonogiri
Tahu kupat ini favoritku sejak dulu. Bisa request level kepedasannya, uniknya bisa )disajikan dengan bakso raksasa (sesuai permintaan pelanggan). Pokoknya nyammy banget, deh. Sulit ah terampau sulit diuraikan kelezatannya dengan kata-kata. Kuahnya yang pedas dan gurih bikin kemecer. Taburan kacang tanah yang kriuk-kriuk, juga kupatnya yang maregi. Lokasi warungnya di jalan depan Luwes Wonogiri.



Ah, ini baru 10 jenis makanan dan camilan yang aku tulis, masih banyak yang lainnya.  Ada tempe benguk, jangan lombok ijo, emping khas Wonogiri, sego thiwul, dan banyak lagi.
Sumpah, jadi makin rindu pulang.
Kangeeeeeeeeen…

Kota Sukses itu Wonogiri
Pak Joko nama bupatinya
Sungguh menghebat rindu ini
Semoga Corona segera sirna






Wednesday, June 10, 2020

MONOLOG HATI, SALAH SATU CARAKU MENCINTAI DIRI SENDIRI

Wednesday, June 10, 2020 0 Comments



Self Love
Self love atau mencintai diri sendiri merupakan suatu penerimaan diri dan bentuk penghargaan pada semua hal yang terkait dengan diri kita sendiri, baik fisik, pikiran, dan hati. Mencintai diri sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam hidup kita. Bagaimana bisa mencintai sepenuh jiwa jika kita masih abai akan kebutuhan diri untuk dicintai secara utuh? Self love  dapat meningkatkan kualitas hidup karena kita akan terus berusaha memiliki pandangan yang positif terhadap segala episode yang harus kita jalani dalam skenario kehidupan ini. Dengan meningkatkan self love, kita juga dapat merasakan bahagia dengan cara yang sederhana.

Terkadang, kita sering abai pada kelebihan diri dan cenderung fokus pada kekurangan diri, belum lagi kalau dibumbui dengan perkataan orang lain (yang negatif), sehingga kita menjadi stress. Waktu kita habis hanya untuk meratapi kekurangan diri, terus menerus menyalahkan diri sendiri, seolah-olah merasa hidup paling terpuruk. Hal ini menjadikan diri lupa bahwa Allah telah menciptakan kita dalam paket komplit, ada kelebihan dan juga kekurangan.

Ada banyak cara untuk mencintai diri sendiri sebagai upaya dalam self improvement. Kalau yang sering saya lakukan yaitu melakukan positif self talk, belajar untuk memaafkan diri sendiri dan merelakan apa yang telah terjadi di masa lalu, juga “Me Time” atau mengkhususkan waktu untuk diri sendiri, untuk menjernihkan hati dan pikiran dengan melakukan sesuatu yang menjadi kesenangan, memeluk diri sendiri juga bisa kok dilakukan sebagai upaya self love, seperti yang beberapa hari lalu di sampaikan oleh Bu Sukma, seorang psikolog dari Semarang.


Sebuah Kisah Sarat Hikmah


Melawan Anxiety (Kecemasan) #1 
Oleh: Sinta Yudisia

Jam 01.00 dinihari atau sekitar itu, aku sering terbangun mendadak.
Memandang sekeliling, dan baru tersadar kalau suami terpisah jauh di tanah seberang. Malam hari bukan saat yang menyenangkan dan menenangkan saat ini. Ada banyak kecemasan yang timbul. Ada banyak pertanyaan memenuhi benak dan perasaan. Sampai-sampai, berita-berita di grup tak berani kubuka satu demi satu karena khawatir berita demi berita akan memperburuk kondisi. Bukan hanya aku yang mengalami mimpi buruk. Dua putriku akhir-akhir ini juga sering mengalami mimpi buruk.
“Kok kalau malam aku mimpi kayak dicekik orang atau semacamnya ya?” keluh salah satu putri kami.
Dengan gadget di tangan, berita dari Surabaya, Jawa Timur, Indonesia hingga Britania Raya dan Amerika sana mudah diakses. Berita tentang covid 19 hingga George Floyd dengan hashtag #BlackLivesMatter bisa dicari tiap detik.
“Kamu mulai cemas, Nak,” kataku. “Jangan buka lagi ya berita-berita di internet.”
Informasi sangat penting diikuti, tapi kalau sudah mulai melukai diri sendiri, harus berhenti dikonsumsi. Setidaknya untuk beberapa saat.

Kupikir, aku kebal terhadap anxiety atau kecemasan. Nyatanya tidak. Malam demi malam mulai terasa menyiksa. Bahkan ketika tubuh dipaksa berbaring sekitar jam 22.00 pun tetap saja terbangun sekitar jam 01.00. Aku sendiri bertanya-tanya. Kenapa ya terbangun jam 01.00 malam dan kemudian hampir tiap setengah jam terjaga?

Peristiwa jam 01.00 malam. Sebelum era lockdown dan masa kami berpisah tempat akibat covid19, suami sempat sakit batuk. Alhamdulillah hasil rapid test negative, foto thorax pun bagus. Ke beberapa spesialis mendapatkan satu diagnose : ada gejala bronchitis. Hari-hari ketika kami bersama, suami sering terbangun sekitar jam 00.00 – 01.00 dini hari. Terbatuk-batuk. Aku ikut terjaga juga. Rupa-rupanya, itulah alam bawah sadar. Bahwa jam 01.00 harus bangun. Bangun! Bangun! Meskipun tak ada suami di dekatku. Meski tak terdengar batuknya. Sekarang kondisi kecemasanku meningkat : suami di seberang sana, apa masih batuk-batuk jam 01.00? Harusnya aku ada di sana! Harusnya suami nggak pergi dari Surabaya! Dan segala macam harusnya, harusnya, harusnya yang membombardir benak.

Setiap orang punya jam kecemasannya sendiri. Ada seorang sahabat yang serangan kecemasan hingga depresinya hadir di bulan X, bulan tertentu saat ia kehilangan putranya. Ada orang yang jam cemasnya sekitar siang, jam ketika ia kecelakaan walau alhamdulillah selamat. Dengan mewaspadai jam kecemasan, kita bisa mewaspadai alarm tubuh. Alarm tubuhku menyuruhku bangun jam 01.00 karena cemas dengan kondisi suami yang biasanya batuk jam dinihari.

Kebiasaan merusak : ada kebiasaan anxiety yang mulai terbentuk tiap jam 01.00 malam. Dan akhirnya, perilaku buruk mulai menular. Bayangkan, jam 01.00 malam atau sekitar itu me- whatsapp suami. Menanyakan apa dia baik-baik saja. Kalau gak ada jawaban segera, kecemasanku meningkat. Akhirnya suami ikut cemas juga di seberang ; karena aku terlihat tak bisa istirahat nyenyak ketika dini hari. Kecemasan-kecemasan ini menular dengan cepat. Aku jadi kepo pingin tahu kalau malam suami ngapaian aja? Makannya gimana? Kebiasaannya gimana? Ya ampun…perhatian sebagai tanda cinta mungkin menyenangkan. Kalau overdosis, akan sangat mengganggu.

Titik puncak. 
Suatu malam, sepertinya anxietyku sudah lumayan parah. Gak bisa tidur dari jam 01.00-03.00. Pikiran, perasaan sudah gak keruan. Pada akhirnya kucoba berdiskusi dengan diri sendiri, sebuah percakapan monolog yang pada akhirnya alhamdulillah membabat habis semua anxiety.

+ “Kalau suami sakit di sana, kamu bisa apa, Sinta?”
-“Aku nggak bisa apa-apa.”
+“Terus gimana?”
-“Aku pasrahkan sama Allah saja.”
“Bagus. Lalu gimana dengan dirimu sendiri?”
-“Aku bahkan nggak bisa ngatur nafasku sendiri. Nggak bisa ngatur detak jantungku sendiri. Bahkan diriku sendiri harus dijaga sama Allah.”
+“Kalau kamu cemas seperti ini dan gak bisa tidur, apa yang kamu lakukan?
-“Aku akan membaca hafalan Quran yang kupunya, sampai aku tertidur.”


Dalam kondisi kacau, yang terpikir di benak adalah 3 surah terakhir al Baqarah.
Meski hafal surat-surat yang lain, entah mengapa ayat itu yang terngiang.
Kubaca beberapa ayat, lalu jatuh tertidur.
Aku terbangun lagi, masih dengan kecemasan yang sama.
Kubaca lagi 3 ayat tersebut sampai tertidur.
Aku terbangun lagi, dengan kecemasan yang sama.
Kubaca lagi 3 ayat tersebut sampai tertidur.
Aku terbangun lagi dengan kecemasan, tapi dengan perasaan lain yang menyertai. Kebahagiaan. Kelapangan.


“Ya Allah…betapa sombongnya aku berpikir bisa mengawasi, menjaga, merawat suamiku. Bahkan nafasku saat inipun harus Kau bantu. Jagalah suamiku ya, Robb. Jagalah anak-anakku yang tidur di kamar sebelah. Jagalah orangtuaku.”

Menyadari bahwa kita berada di titik nol, tak punya kekuasaan apapun untuk melawan sesuatu yang di luar jangkauan, justru meredakan kecemasan. Aku pun mencoba menghargai diriku yang semula merasa tak berdaya karena tak bisa berada di samping suami.

“Bukan hanya para suami yang sedang berjuang saat ini, jauh terpisah dari keluarga. Mencari nafkah halal. Para istri yang berada di basecamp, menjaga diri dan anak tetap sehat juga tengah berjuang. Dengan segala keterbatasan yang ada. Termasuk keterbatasan kepastian, kapankah bisa bertemu dengan suami. Berkumpul bersama seperti dulu.
Kesabaran adalah perjuangan.
Dan kita adalah para pejuang. Termasuk aku.”

Well, setidaknya, kata-kata hiburan itu membuatku tampil sebagai pemenang.


***


Tulisan Mbak Sinta Yudisia di atas adalah status FB yang saya baca pertama kalinya pagi ini tatkala saya akan melanjutkan menulis tentang SELF LOVE. Ada bagian dari kisahnya di mana Mbak Sinta melakukan monolog atau self talk sebagai upaya mengatasi kecemasan yang menjalar dalam dirinya.

Pada akhir cerita, Mbak Sinta mampu mengatasi rasa cemas berlebihan itu menjadi sebuah harapan penuh kepasrahan namun berbalut keimanan. Masya Allah…

Apa yang dilakukan Mbak Sinta pun juga sering saya lakukan, meski dulu –di masa lalu- negative self talk kadang masih menyapa. Misal, “apa kamu bisa, Nung?”; “kok sepertinya ini sulit dan aku tidak bisa, ya?”, dan lain-lain, yang pada intinya meragukan kemampuan diri sendiri, huznudzon thinking, dan hopeless.Tapi, kini saya selalu berusaha untuk mengubah itu semua. Belajar untuk selalu  positive self talk dalam berbagai kondisi. Hadits ini yang selalu menjadi pemantik semangat saya:

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.
(HR. Muslim)

Rasulullah saja mengajarkan demikian, jadi kita sebagai umatnya yang semoga senantiasa istiqomah mengikuti jejak cintanya harus berusaha meneladaninya. Dalam menjalani hidup ini, hanya ada 2 pilihan: SYUKUR atau SABAR. Semoga kita dimampukan untuk senantiasa memperkaya rasa syukur tatkala mendapatkan nikmat dari Allah serta melipatgandakan rasa sabar tatkala ujian/kesedihan menghampiri.

Self talk merupakan monolog, cara berdialog dengan inner voice diri kita sendiri di kala menghadapi beragam situasi. Self talk bisa diucapkan dengan suara lantang maupun hanya dalam hati. Self talk mampu memberikan sugesti untuk diri, melakukan afirmasi positif bahkan mampu membantu untuk senantiasa berpikir, merasa, dan bertindak secara sadar. Dan bagi saya, self talk yang positif merupakan salah satu upaya bagi saya untuk mencintai diri saya sendiri.

“Nung, kamu tidak perlu bersedih. Allah sedang melakukan seleksi jodoh terbaik untukmu.”
“Terus pantaskan dirimu, mungkin jodohmu nilainya 10 sedangkan nilaimu masih 8. Semangat ya, Nung!”
[Salah satu monolog yang pernah saya lakukan saat ta’aruf kedua saya kandas di tengah jalan] Hehe.

“Nung, ayolah, jangan nangis terus. Ahha Wok sudah nggak sakit lagi sekarang, sudah jauh lebih tenang di tempat terbaik. Semua sudah menjadi takdir-Nya.”
“Kalau nanti Nung kangen gimana?”
“Salihah-kan selalu dirimu. Kamu ingatkan, salah satu dari 3 amalan yang tidak akan pernah terputus meski ruh sudah meregang dari raga? Ya, doa seorang anak yang salih-salihah. Maka, gesa dirimu untuk selalu memantaskan diri menjadi muslimah salihah, menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga. Hingga kiriman-kiriman doamu bisa menjadi cahaya penerang untuk tempat peristirahatan  Ahha Wok.”
[Salah satu monolog beberapa hari setelah kepergian Babe (Ahha Wok) dan saya terjerat kerinduan yang teramat dahsyat]

Alhamdulillah, banyak positive self talk yang telah saya lakukan dan saya pun merasakan banyak dampak positifnya:
  • Menghindarkan diri dari tekanan dan stress yang berlebihan.
  • Sebagai sarana refleksi diri.
  • Mengurangi rasa cemas karena dapat meregulasi pikiran, perbuatan, dan perasaan.
  • Meningkatkan rasa percaya diri saat harus performance di depan publik.
  • Menumbuhkan kekuatan untuk mengatasi kepanikan.
  • Memberikan energi optimis pada diri sendiri.
  • Menjadi pribadi dengan “positive vibes only”


Cara saya agar selalu bisa melakukan positive self talk adalah tidak mudah terjebak di dalam pikiran negatif dan berusaha untuk menjauhi lingkungan yang banyak “toxic”-nya. Selain itu, saya juga suka menempelkan kata-kata penyemangat dengan menggunakan “sticky note” di tempat-tempat yang sering saya lihat (terutama di area “kerja”).

Semoga positive self talk menjadikan kita sehat jiwa dan mental karena mampu memotivasi diri sendiri sekaligus sebagai upaya mencintai diri sendiri. Hingga kita selalu belajar mengenal segala kelebihan diri dengan lebih baik, juga menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala karunia terbaik dan terindah dari-Nya.

***

Support System of Self Love
Mencintai diri sendiri sangat diperlukan untuk menghargai usaha yang telah diri kita capai. Proses mencintai diri sendiri tentu saja membutuhkan support system,  terutama dari orang-orang terdekat, seperti orang tua, pasangan hidup, sahabat, ustaz/ustazah (guru spiritual), dll.

Meskipun orang-orang di sekeliling seperti pasangan kita, anak, sahabat, teman, dan anggota keluarga sangat mencintai kita, tetapi akan lebih berarti jika kita tahu cara yang tepat untuk mencintai diri kita sendiri.
Bagi banyak orang, bangga dan cinta terhadap diri sendiri merupakan tantangan berat. Ketahuilah, mencintai diri sendiri memang membutuhkan banyak waktu. Sebelum menghabiskan waktu untuk mencintai orang lain, cintai diri kita terlebih dahulu!

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, bahwa banyak orang yang hanya memandang berbagai kekurangan dalam dirinya. Hal ini menyebabkan ia tidak mampu menggunakan berbagai kelebihan dalam dirinya untuk memperluas pergaulan, menambah keterampilan, dan tentunya meningkatkan kompetensi dirinya. Bila kita termasuk orang yang selalu fokus pada kekurangan diri, mulailah belajar untuk mencintai diri kita sendiri.

***


Mengapa kita harus mencintai diri kita sendiri?

Allah Swt. sudah membekali setiap hamba-Nya dengan beragam keistimewaan dan potensi diri. Tubuh kita berfungsi untuk membedakan diri kita dengan orang lain, dan memudahkan orang lain mengenali kita. Ada milyaran orang di dunia ini, sehingga tubuh menjadi salah satu penanda khas diri kita. Misalnya, kita memiliki sebuah lesung pipi yang akan terlihat manis ketika kita tersenyum dan tidak semua orang memilikinya.

Kita akan selalu terlihat berbeda. Apa yang kita rasakan, apa yang kita lakukan, dan siapa diri kita, akan selalu membuat kita unik. Kadang apa yang kita lakukan, atau apa yang terjadi pada diri kita, tak selalu membuat orang senang. Tetapi selalu ada potensi untuk melakukan sesuatu hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Banyak hal menakjubkan dalam diri kita. Jangan selalu melihat kekurangan diri, tapi cobalah lihat sisi positif diri kita yang belum terungkap. Seringkali orang hanya terpaku pada gambaran fisik atau karakter yang tampak di permukaan. Coba kenali diri kita, apakah kita mempunyai kelebihan yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya, kita ternyata seorang yang tegas dan tidak mudah terpengaruh. Kita memiliki kemampuan untuk mengarahkan orang lain, dan membimbing mereka menjadi lebih baik.

Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini menjadikan setiap orang itu istimewa.

Tidak ada orang yang sempurna. Kita tidak harus mencari cara untuk selalu terlihat cantik, hebat, menakjubkan, lucu, kuat, dan lainnya. Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri. Selalu ada orang yang mampu melihat kepribadian kita yang sesungguhnya, dan mampu mencintai diri kita apa adanya.

Ayo semangat, bangun benteng untuk mencintai diri sendiri! Caranya...
Hindari hinaan
Menghina diri sendiri tidak akan menghasilkan sesuatu yang positif, justru yang akan terjadi hanyalah menurunkan percaya diri dan menyalahkan diri sendiri. Saat kita menerima apapun yang dimiliki, kita sedang bersyukur dan menuju arah positif, tetapi saat kita menghina diri sendiri, kita hanya menumpuk energi negatif di dalam diri.

Jadilah pribadi yang baik untuk diri sendiri
Sudahkah kita memanjakan diri sendiri? Jadilah pribadi yang baik pada diri sendiri! Jadilah pribadi yang sabar pada diri sendiri! Jadilah pribadi yang mau mengajari diri sendiri berbagai hal baru! Jadilah pribadi yang percaya pada kemampuan diri sendiri!

Puji diri sendiri
Pujilah diri kita sebanyak yang bisa kita lakukan setiap hari. Katakan pada diri kita berapa banyak hal baik dan positif yang telah dikerjakan setiap hari. Maka, kita akan tahu bahwa kehadiran kita tidak sia-sia.

Rawatlah tubuh kita
Tubuh kita memerlukan perawatan dan nutrisi yang baik. Karena itu, penting bagi kita untuk memberikan asupan gizi yang baik. Jangan lupa untuk berolahraga dan melatih tubuh agar selalu sehat. Pikiran kita juga membutuhkan nutrisi, membaca dan berdiskusi dengan orang lain akan sangat membantu.

Gunakan cermin cinta
Berdirilah di depan cermin. Lihat diri kita, berilah pujian betapa kita sangat menyayangi tubuh tersebut. Ingat segala hal baik yang telah kita lakukan dan beri motivasi bahwa kita bisa melakukan lebih banyak lagi kebaikan. Jika ada bagian tubuh yang tak kita suka, atau kita teringat dengan orang-orang yang pernah menghinanya, maafkanlah mereka. Katakan pada bayangan di cermin, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!"

***

Cintai diri kita, sekarang!
Tak ada waktu untuk menunggu. 
Ayo, sayangi diri kita mulai dari sekarang!