Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label kelas menulis. Show all posts
Showing posts with label kelas menulis. Show all posts

Monday, April 20, 2020

[CERNAK]: PION-PION KEMENANGAN

Monday, April 20, 2020 0 Comments




“Rafa, tumben akhir-akhir ini kamu jam segini sudah mandi?” ledek Kak Mita yang sedang sibuk membantu Bunda mengelap piring.
“Biarin!” Rafa malah menjulurkan lidahnya ke kakak sulungnya itu. Bunda yang melihat kelakuan kakak-beradik itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
Sore itu, Rafa kembali asyik dengan papan hitam-putih kesayangannya di teras rumah. Ia sedang menunggu seseorang. Dua hari yang lalu, Ayah membelikan oleh-oleh papan catur untuknya. Rafa belum mahir memainkannya. Tapi, ia sangat beruntung, ada yang mau mengajarinya.
Kreeek… Pagar besi rumahnya terbuka. Rafa segera berlari ke arah pagar.
“Kamu dah wangi, Rafa! Anak rajin,” kata orang yang baru datang itu sambil mengacak rambut Rafa.
“Ah, Kakek bisa saja. Ayo, Kek, masuk. Sudah Rafa tunggu, lho!”
Rafa dan Kakek Tomo kini bersila berhadap-hadapan di kursi bambu, di teras rumah Rafa. Sore ini, Rafa belajar main catur lagi dengan Kakek Tomo. Rumah Kakek Tomo bersebelahan dengan rumah Rafa.
“Ini aku sudah tata seperti yang sudah Kakek ajarkan,” kata Rafa senang.
“Coba Kakek lihat. Sudah benar belum posisinya.”
Kakek Tomo menatap Rafa dengan mata berbinar lalu menggangguk.
“Coba ulangi lagi yang Kakek ajarkan kemarin, Rafa,” pinta Kakek Tomo.
Rafa mulai menjelaskan kepada Kakek Tomo kalau pion jalannya bergerak maju satu petak ke petak yang tidak ditempati. Pion juga bisa bergerak secara menyerong atau diagonal untuk menangkap bidak lawan, apabila bidak lawan berada satu petak di diagonal depannya. Kalau benteng bisa bergerak sepanjang petak horizontal kayak gini, maupun vertikal kayak gini, tapi tidak bisa melompati bidak lain. Gajah dapat bergerak sepanjang petak secara menyerong atau diagonal, tapi juga tidak bisa melompati bidak lain.

Tiba-tiba, Bunda datang sambil membawa nampan berisi teh jahe hangat dan pisang goreng. Aromanya sungguh menggugah selera.
“Wah, Rafa serius sekali belajarnya! Terima kasih ya, Kakek Tomo. Sudah meluangkan waktu untuk mengajari Rafa main catur,” kata Bunda.
“Sama-sama, Yunda. Dulu, tiap sore gini, aku sama ayahmu juga suka main catur di tempat ini. Rafa sangat berbakat jadi pemain catur, nih. Mungkin keturunan dari almarhum kakeknya,” kata Kakek Tomo sambil terkekeh.
Bunda tampak senang.
“Ya sudah, silakan dilanjutkan belajarnya. Rafa perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang diajarkan Kakek Tomo, ya.”
Rafa pun mengacungkan dua jempol tangannya.
“Ayo, kita lanjutkan. Nah, sekarang kakek jelaskan tentang kuda, raja, dan ratu.”
Rafa memerhatikan dengan sungguh-sungguh, kadang mengernyitkan dahi, lalu mengulangi penjelasan Kakek.
“Hmm, Raja dapat bergerak satu petak ke segala arah, Ratu punya gerakan kombinasi dari Benteng dan Gajah, kalau Kuda memiliki gerakan mirip huruf L, yaitu memanjang dua petak atau melebar satu petak. Kuda itu satu-satunya bidak yang dapat melompati bidak-bidak lain,” gumam Rafa sambil manggut-manggut.
[*]
Hari-hari berlalu, setiap sore Kakek Tomo mengajari Rafa teknik bermain catur yang benar.  Rafa pun mulai mahir. Sampai suatu hari,
“Rafa, coba baca apa yang Kakek bawa ini!” Kakek Tomo menyerahkan selembar kertas.
“Apa ini, Kek?” Rafa membaca isi kertas yang diberikan Kakek Tomo.
“Lomba catur junior?” Rafa menatap Kakek.
“Kamu coba ikut, ya, untuk mengasah kemampuanmu bermain catur,” Kakek Tomo menawarkan.
“Nanti Rafa tanyakan ke Ayah dan Bunda dulu, ya, Kek.”
“Oke, ayo, kita latihan lagi!”
Kakek Tomo sangat senang karena Rafa bisa menjadi sahabat kecilnya yang menyenangkan. Rafa sudah dianggap seperti cucunya sendiri. Kakek Tomo tidak kesepian lagi karena di rumah, ia hanya tinggal dengan anak bungsunya. Kedua anaknya yang lain tinggal di luar kota, istrinya sudah meninggal 5 tahun yang lalu.
Akhirnya, Rafa diperbolehkan ikut lomba catur junior. Rafa semakin giat berlatih.
[*]
“Kek, kenapa ya, aku sudah berkali-kali ikut lomba catur, tapi selaluuu saja kalah,” keluh Rafa suatu sore.
“Rafa, catur itu tidak hanya olahraga, tapi juga olah rasa. Harus dengan hati, tidak saja mengandalkan otak yang cerdas dan strategi yang jitu saja,” nasihat Kakek Tomo.
“Jadi, Rafa harus gimana dong, Kek?”
Kakek Tomo lalu memberikan trik khusus.
“Minggu depan ada perlombaan lagi, Kek. Doakan Rafa bisa menjadi juara ya, Kek.”
Kakek Tomo mengangguk mantap.
“Kamu pasti bisa, Rafa!”
[*]
Perlombaan catur dimulai. Rafa mengingat-ingat apa yang sudah diajarkan Kakek Tomo.
Ayah, Bunda, Kak Mita, dan Kakek Tomo turut datang untuk menyemangati Rafa. Satu per satu, lawan-lawan pecatur junior itu berhasil Rafa taklukkan hingga ia masuk final dan beradu dengan pecatur yang sudah sering menang di kompetisi nasional. Tapi, Rafa terus bersemangat.
Bidak-bidak catur yang ada di depannya itu ia anggap seperti sahabatnya. Pion-pion kecil itu adalah pion-pion kemenangan untuknya. Ia harus bisa menjaganya dengan baik agar tidak bisa dikuasai lawan. Rafa melangkahkan bidak-bidak caturnya dengan perlahan, namun pasti, penuh dengan strategi.
Sampai akhirnya, “skak mat!” Rafa berteriak sambil tersenyum lebar. Rafa memenangkan lomba catur kali ini.
Kini Rafa mengerti, kalau ingin juara, maka harus tekun berlatih, dan terus semangat.
Semuanya bahagia. Akhirnya, Rafa bisa jadi juara.




BIODATA PENULIS

Norma Keisya Avicenna
Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Alhamdulillah, 30an buku (baik solo maupun antologi) sudah ditulis. Sejak 2013 mendirikan sebuah komunitas sekaligus markas pelatihan menulis cerita untuk anak-anak dan remaja, yaitu DNA Writing Club di Semarang. Komunitas ini sudah melahirkan lebih dari 100 penulis cilik dan remaja. Penulis bisa dihubungi di:
~ WA : 085647122033
~ IG: @keisyaavicenna
~ FB: Norma Keisya Avicenna



Saturday, March 21, 2020

IMPIAN LITERASI 2020

Saturday, March 21, 2020 0 Comments


The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams - Eleanor Roosevelt -


Impian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan bersikap. Dengan impian kita akan tahu dimana titik akhir dari perjuangan. 

Keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup selalu berawal dari impian. Namun tidak semua orang berhasil mewujudkan impiannya. Hal ini bergantung pada bagaimana kita bisa mengarahkan impian kepada kenyataan yang kita harapkan. Orang yang berhasil mewujudkan impiannya adalah orang yang dapat menyelaraskan antara impian dengan tindakan. Suatu impian akan dapat dicapai jika kita tidak terlena dengan impian-impian kita dan selalu hidup dalam dunia impian, namun kita juga harus mau mengubah sikap dan tindakan kita menuju ke arah impian yang kita cita-citakan. 

Jika saat ini kondisi dan keadaan kita sangat jauh dari impian yang kita miliki, kita harus mengubah perilaku dan tindakan untuk mencapainya. Dengan kata lain, kita harus berani keluar dari zona nyaman (comfort zone). Are you ready? (Yes, I’m ready! Insya Allah…).

Inilah Impian Literasi saya di 2020. Semoga Allah izinkan menjejak nyata bersama alur cerita yang sungguh istimewa.
  1. Menulis dan menerbitkan buku nonfiksi ‘motivasi kemuslimahan’ yang BEST SELLER.
  2. Menulis dan menerbitkan buku cerita anak (pict book, kumcer anak, novel anak, komik anak muslim, dll)
  3. Menjuarai lomba kepenulisan/lomba literasi: lomba menulis novel anak, lomba menulis esai/artikel, lomba blog, dll.
  4. DNA Writing Club semakin produktif berkarya dan berprestasi di dunia literasi.
  5. Aktif menulis dan posting di blog minimal 3x/pekan.




Mengapa saya harus terus menulis, melahirkan generasi penulis, dan berkomitmen untuk sukses di dunia literasi yang menjadi jalan juang hidup saya? Karena ketika jatah hidup saya di dunia ini habis, saya tidak ingin hanya dikenang orang dari 3 kalimat saja : NAMA, TANGGAL LAHIR, dan TANGGAL WAFAT. Karena itu, harus ada ‘warisan karya’ yang semoga penuh makna yang bisa saya tinggalkan, bisa menjadi tabungan jariyah sebagai pemberat timbangan amal di Yaumul Mizan kelak. Aamiin.

Oh ya, jangan lupa untuk selalu membawa serta impian kita ke mana pun kita pergi, di mana pun kita berada, dalam berbagai kondisi dan situasi yang bagaimana pun yang sedang menimpa. Kita harus selalu percaya dan yakin bahwa impian yang kita miliki akan tercapai melalui usaha-usaha kita yang tekun dan tidak kenal menyerah serta tidak lupa untuk meminta pertolongan Allah, penulis skenario terindah. Dengan demikian keberhasilan akan dapat kita peroleh. Bermimpilah, iringi dengan aksi dan percayalah!

#pejuangLiterasi
#kelasMenulis
#kelasBatalyon
#HessaKartika
#MisiAsik3



Monday, March 12, 2018

DIARY SYUKURKU

Monday, March 12, 2018 5 Comments

“Enggak perlu iri dengan kemudahan yang didapatkan oleh orang lain, Sayang. Kalaupun mau iri, irilah pada mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan. Kemudahan bisa dimiliki siapa saja. Allah yang Maha Adil sudah menjatahkan kita kemudahan di urusan yang berbeda-beda. Mungkin dalam hal ini, itu memang bukan jatah kamu untuk mendapatkannya. Hidup ini berputar kan, begitu juga dengan kemudahan dan kesulitan. Kitanya aja yang suka lupa, makanya suka ngeluh kalau dikasih kesulitan. Padahal kesulitan dan kemudahan itu adalah keniscayaan dalam hidup. Selalu akan kita temui. Hanya menunggu giliran saja. Kalau enggak dikasih kesulitan, gimana caranya kita belajar sabar, gimana bisa kita menjadi kuat. Kesabaran dan kekuatan itulah yang akan didapatkan oleh mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan, bukan mereka yang bersuka cita dalam kemudahan."
"Percayalah, Allah selalu berpihak pada orang-orang yang sabar, Sayang. Jadi bersabarlah atas segala kesulitan, sabar dengan sebaik-baiknya kesabaran, niscaya Allah akan memaniskan akhirnya. Kalaupun kita diberi kemudahan, cukup kita simpan dalam ruang syukur kita saja, sebagai ungkapan terimakasih atas kebaikan dan pertolangan Allah. Atau jika berkesempatan, terjemahkanlah terimakasih itu dengan turut memudahkan urusannya orang lain.”___ Serial Ayah-Bunda, Nazrul Anwar

Plak! Serasa tertampar dengan 2 paragraf di atas yang tanpa sengaja aku temukan di folder “BANK INSPIRASI”. Sebagai manusia –memang manusiawi- sekali ketika muncul rasa iri atas pencapaian orang lain –tanpa mungkin kita melihat berdarah-darahnya perjuangan mereka sebelumnya. Terkadang rasa itu masih suka muncul, merasa rumput tetangga lebih hijau. Ya, karena hakikat hidup itu kan sawang-sinawang. Ketika rasa itu muncul, diri ini akan –memaksakan diri- untuk tertunduk diam dalam lantunan istighfar. Ah, ini karena aku kurang bersyukur. Padahal begitu banyak nikmat dan rezeki yang telah Allah karuniakan padaku sampai detik ini.

Dan inilah diary syukurku…
==============================================
Jumat, 9 Maret 2018
Hari ini aku sangat bersyukur karena…

Aku diberikan kesempatan untuk on air di sebuah radio dengan penyiar yang cukup ngehits, Kak Odi dan Kak Febi. Yups, di Imelda FM 104.4. Aku, Kak Septi, Nala, dan Bu Farida diberikan waktu 1 jam untuk sharing tentang DNA WRITING CLUB. Rasanya senang sekali.
Aku mendapatkan kesempatan ngomong pertama kali, menceritakan apa itu komunitas DNA WRITING CLUB juga sejarahnya. Selanjutnya Kak Septi, selaku mentor DNA (hayo,  apa bedanya tentor dengan mentor?) berbagi pengalamannya saat menghadapi anak-anak dan mendampingi mereka untuk berkarya. Sedangkan Nala bercerita tentang betapa asyiknya dia belajar menulis di DNA hingga akhirnya bisa melahirkan sebuah buku yang diterbitkan dan bisa dibaca banyak orang. Bu Farida pun memberikan testimoni yang luar biasa untuk DNA. Kurang lebih, Bu Farida menyampaikan ini,

“Sebelum gabung di DNA, anak saya memang suka nulis, tapi nggak tahu mau diapain tulisan itu. Maklum, mamanya awam dunia tulis menulis. Setelah gabung dengan club DNA, jadi tahu proses menulis yang benar, terus dikirim ke penerbit sampai menghasilkan sebuah buku. Yang pasti, dengan gabung DNA, benar-benar membantu meningkatkan kepercayaan diri anak karena secara nggak langsung potensi anak jadi makin terlihat. Bahkan salah satu psikolog di Surabaya –yang menangani Nala-, waktu itu mengatakan bahwa kegiatan menulis yang diikuti Nala bersama komunitas ini secara tidak sengaja menjadi salah satu terapi buat Nala. Nala mempunyai gangguan belajar spesifik (disleksia). Sehingga kekurangan dalam menulis dan menyusun kalimat sekarang ini jadi lebih baik. Selain itu, dengan bertemu teman-teman di komunitas dan pengungkapan perasaan lewat tulisan juga membantu Nala mengurangi kecemasannya.”

Masya Allah, terharu rasanya mendengarkan penuturan Bu Farida. Dengan testimoni seperti itu membuat diri ini semakin terlecut semangatnya untuk menjadikan DNA sebuah komunitas yang lebih baik bahkan semoga lebih bermanfaat lagi ke depannya. Selain itu, ada juga testimoni dari Bu Dhian –yang dikirim via WA ke Imelda-. Bu Dhian ini mamanya Khansa. Khansa adalah murid pertama DNA. Khansa pun turut andil dalam “membesarkan” nama DNA.
“Alhamdulillah, menemukan wadah bernama DNA WRITING CLUB, untuk mengasah kemampuan menulis Khansa. Dengan Bu Norma, Khansa menemukan tempat bertukar pikiran sehingga bisa menuangkan idenya dengan lancar dalam sebuah cerpen dan novel. Semangat berkarya penulis cilik hebat!”
Ya, Khansa dan Bu Dhian menjadi saksi bagaimana kami berkolaborasi dalam sebuah perjuangan. Bahwa berdiri dan berkembangnya DNA tidak bisa terlepas dari peran orang tua sebagai sebuah “support system” yang memiliki andil besar membangun budaya literasi di rumah.

Oh ya terima kasih untuk Kak Febi, Kak Odi, dan Tim Imelda FM yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk on air. Sukses selalu buat semuanya.

Ya Rabb, betapa kerennya hari ini…

Betapa istimewa hari-hari yang telah Engkau rancang untuk hamba-Mu ini. Alhamdulillah. Segala puji bagi-Mu. Dan tak lelah diri ini mengeja pinta semoga amanah-amanah baru di DNA, Engkau berikan hamba kemampuan dan kemudahan untuk menunaikannya. Aamiin.



Mejeng bersama sebagian karya anak-anak DNA WRITING CLUB

Foto dulu sebelum on air

DNA



Top of Form


Friday, February 23, 2018

11 ALASANKU MENCINTAI AKSARA

Friday, February 23, 2018 2 Comments





Aku mengenalmu sudah lama. Saat Ibuku menuntunku mengejamu satu demi satu...
QWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM.
26 aksara yang ajaib! Izinkan detik ini aku kembali mengakrabimu. Mensejajarkanmu, satu dengan yang lain menjadi untaian kata yang berpadu. Mencoba tegak berdiri, bersejajar dan saling menguatkan. Hingga tercipta rangkaian kalimat yang apik yang sarat akan makna, kaya akan hikmah. Aksaraku, izinkan tulusku mencintaimu. Hingga jiwaku terlelap bersama cinta dalam goresan pena :
“Dari Tinta jadi Cinta…”

Ketika aku memutuskan “Pena adalah daya juangku” dan “Aksara adalah pasukan yang setia mengiringinya”,  menulis adalah passion-ku”, lalu aku tetapkan alasanku untuk selalu mencintai mereka, tulus tanpa syarat…

Dan inilah 11 ALASANKU MENCINTAI AKSARA
Menulis adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa menjadi dzarrah kebaikan [Keisya Avicenna]
* Kalimat ini merupakan motto hidup ketika aku harus bertanya kepada diri sendiri: “mengapa aku harus menulis?” dan “untuk apa aku menulis?”. Harapan besarku, ketika menulis, aku mampu menjadikan aksara-aksara itu menjadi untaian kalimat yang sarat manfaat, khususnya buat diri sendiri terlebih untuk orang-orang yang membaca tulisanku.

Menulis untuk mendokumentasikan hidup.
* Salah satu kegiatan menulis yang aku suka adalah menulis catatan harian yang kuberi nama “[NO]stalgia [R]o[MA]ntic”. Dengan menulis catatan harian, aku dapat mengasah kemampuan dalam memilih kata, sarana meluapkan emosi, wadah untuk melakukan evaluasi, memperkaya jiwa, mengasah kepekaan jiwa, mendewasakan emosional, dan yang paling penting untuk mendokumentasikan hidup. Setiap hari yang terjadi dalam hidup kita pasti ada pesan-pesan rahasia yang telah Allah SWT titipkan, dan kita harus pandai dan bijak dalam mengambil hikmah. So, saatnya aku belajar mengikat ilmu dengan menuliskannya!

Menulis sebagai panggilan jiwa.
* Semuanya bermula dari hati, dari dalam jiwa kita. Aku ingin menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas yang bermula dari jiwa, aktivitas yang ketika aku tidak melakukannya, aku serasa “mati”. Karena menulis sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam jiwaku, dalam hidupku, dalam duniaku. Dengan bergabung di komunitas menulis bahkan tengah berjuang dalam sebuah komunitas kepenulisan (DNA Writing Club), aku yakin, aku akan terus bisa “hidup” dan terus bersemangat untuk meningkatkan KUALITAS dan KUANTITAS tulisanku.

Menulis untuk menciptakan kebahagiaan
* Kebahagiaan itu tidak dicari, tapi kita sendirilah yang menciptakan kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tidak hanya untuk kita nikmati sendiri tapi kebahagiaan yang bisa kita bagi hingga orang lain pun turut merasakan kebahagiaan itu.

Menulis : menata aksara warnai dunia!
* Rangkaian tulisan bisa menjadi jembatan harapan, kehendak dan inspirasi tiada henti. Berjuta cerita telah dengan sukses diabadikan dengan indahnya tulisan. Beribu tokoh terlahir dengan kepiawaiannya bercerita melalui tulisan. Pesan dan cita-cita mengalir setiap saat dengan sekian banyak tulisan yang dibaca manusia di seantero dunia. Hmm, indah dan dahsyatnya sebuah tulisan!

“Tidak begitu penting menjadi terkenal dengan menulis lebih penting menjadi terampil dan bisa memberi banyak manfaat banyak melalui tulisan kita” (Pesan Mas Koko Nata saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari 2011).
* Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Dan aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat, bisa menginspirasi banyak orang, memberikan pencerahan dengan kekuatan kata-kata dalam tulisan.

“Norma…amal jariyahmu akan kamu bawa mati, maka MENULISLAH!!!” (Pesan Mbak Sinta Yudisia saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari  2011)
* Pesan Mbak Sinta semakin menguatkan azzamku –kala itu- untuk lebih sungguh-sungguh dan serius lagi di “jalan pena”, hingga kini.

Sebuah perwujudan DNA. Dream ‘N Action! Karena menulis bukan kegiatan main-main :
a.   Menggunakan dasar ilmu
b.   Menggunakan niat yang kuat
c.    Menggunakan hasrat/passion yang terarah
d.   Menggunakan strategi yang jitu
*    Salah satu impian yang pernah aku tulis di DREAM BOARD : menjadi WRITERPRENEURSHIP! Impian ini mulai menjejak nyata di November 2013 lewat DNA.
*    Ya, semula memang bermula dari IMPIAN dan aku akan berusaha untuk merealisasikan impian-impianku selanjutnya.

Menulis adalah jalan pengembangan diri
* Apakah satu buah tulisan yang telah dimuat sudah mencukupkan diriku untuk terus belajar? Lalu menganggap diri ini sudah bisa menulis, kemudian menutup mata dari kenyataan bahwa satu tulisan saja tidak cukup untuk menjadi sebuah proses pembelajaran. Bahwa setiap tulisan yang gagal muat sebenarnya mengandung pelajaran bahwa aku tidak seharusnya mengulang kesalahan yang mungkin kubuat ketika menuliskannya. Bahwa seharusnya aku bisa lebih banyak menulis untuk meningkatkan kemampuan. Bahwa pada saat itu aku terpaku untuk melihat peluang hanya pada satu titik saja.
* Aku mungkin lupa, bahwa setiap keberhasilan memiliki jalannya sendiri-sendiri. Ada yang mulus, sekali dua kali percobaan langsung berhasil, karena mungkin dikaruniai bakat dan kemampuan yang baik dalam hal itu. Namun ada juga yang penuh liku, bahkan proses itu begitu panjang hingga harus melewati berkali-kali kegagalan. Aku mungkin lupa, bahwa setiap kegagalan memiliki hikmahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kali dapat merenungi sebuah kegagalan, aku akan mendapatkan kesegaran dan semangat baru untuk memperbaikinya dan melakukan hal tersebut lebih baik lagi.

Saatnya BELAJAR, BELAJAR dan TERUS BELAJAR untuk menjadi pribadi yang LEBIH BAIK dan LEBIH BAIK.
*    Karena bagiku, menulis adalah proses pembelajaran dan perbaikan diri.

Karena MENULIS ADALAH NIKMAT TERINDAH (Belajar dari Mas Gola Gong)
* Mas Gola Gong yang punya keterbatasan secara fisik saja bisa, aku yang Alhamdulillah mempunyai fisik sempurna seharusnya mampu meneladani sosok beliau. Mas Gong, you’re my best teacher!

Di penghujung celoteh aksara #CenungMerenung ini, perlu kita ketahui bahwa hambatan pertama ketika menulis sering karena kurang kemampuan menangkap IDE SECARA KREATIF. Hambatan kedua sering karena tidak tahu METODE EKSEKUSI IDE. Hambatan ketiga karena memikirkan KETAKUTAN yang belum tentu terjadi. Hambatan keempat karena merasa HARUS SEMPURNA. Dan hambatan utama adalah… TIDAK PERNAH MEMULAINYA.

Karena aku tidak ingin ketika jatah hidupku di muka bumi ini sudah habis, orang-orang hanya mengenal biografi hidupku dalam 3 kalimat : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Karena itu, aku ingin meninggalkan warisan yang semoga bisa bermanfaat untuk umat, salah satunya dengan MENULIS!

Alhamdulillah, atas izin-Nya lahirlah satu karya ini "BEAUTY JANNATY"


Dari Tinta Jadi Cinta…
So, tunggu apa lagi? MENULISLAH  dan CIPTAKAN SEJARAH!