Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, April 12, 2010

Aprilku...

Monday, April 12, 2010 3 Comments
Bulan April bisa dikatakan identik dengan bulannya para wanita, karena akan ada peringatan hari Kartini. Akan tetapi, banyak yang kemudian salah kaprah dalam memperingati hari ini. Kartini adalah icon pembebasan perempuan di negeri ini. Hari lahirnya, 21 April, diperingati sebagai hari Nasional, hari Kartini. Seiring berjalannya waktu, hari yang notabene sarat akan makna perjuangan seorang wanita tersebut berubah menjadi sebuah rutinitas peringatan tanpa esensi. Tak jarang kita temui di berbagai tempat, saat moment hari Kartini ini diselenggarakan lomba-lomba pamer kecantikan ala Kartini (fashion show) yang malah mengarah pada nuansa glamour. Seperti itukah peringatan hari Kartini sebenarnya? Makna emansipasi yang diperjuangkan Kartini pada eranya dahulu beranjak berubah makna dan aplikasinya di masa sekarang.. Hmm...

Lantas, bagaimana dengan ummahatul mukminin??? Para shahabiyah shalihah di zaman Rasulullah SAW??? Bukankah mereka lebih inspiratif? Bukankah mereka adalah sebaik-baik teladan bagi para muslimah??? Hmm.... pantas untuk kita renungkan, daripada kita hanya berdebat tentang emansipasi... Mending kita baca siroh Nabawiyah dan Shahabiyah dan mengambil hikmah darinya.. trus jangan lupa diaplikasikan dalam keseharian kita... SEPAKAT YA!!!

Oh ya, untuk bulan April ini Aisya Avicenna mengangkat tema yang juga berkaitan dengan “kemuslimahan”. Tema Aisya Avicenna di bulan April : “terus berusaha menjadi MUSLIMAH INSPIRATIF agar bisa seteguh Khadijah, secerdas ‘Aisyah, setegar Hafsah, setabah Maryam, seanggun Fatimah, dan setangguh ‘Asma!!!”
AAMIIN...


Renunganku pagi ini…dan semoga menjadi bahan renungan untuk saudari-saudariku...

Mampukah aku menjadi seperti SITI KHADIJAH???Agung cinta-Nya kepada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan di jalan fisabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama

Dapatkah kudidik jiwa ini seperti SITI AISYAH???Istri Rasul yang bijak
Pendorong saat kesusahan dan penderitaan

Mengalir air mataku melihat pengorbanan
Seorang putri sholihah, SITI FATIMAH
Selalu menuruti perintah taat kepada ayahnya
Yang senantiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghuni syurga

Ketika aku marah
Inginku titip serpihan sabar dari catatan hidup SITI SARAH!!!
Tabah jiwaku mampukah setabah Ummi Nabi Ismail???
Menggendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga di terik padang pasir
Pengharapannya hanya pada Allah SWT
Itulah SITI HAJAR!!!

Mampukah aku menjadi WANITA SHOLIHAH???
Hati dalam keunggulan iman
Bersinar indah.. harum tersebar
Bagai wanginya pusara MASYITOH

Aku hanya ingin menjadi seorang MUSLIMAH SEJATI
Yang selalu membawa maslahat

Jakarta, 120410_05:48
Aisya Avicenna

Tuesday, April 06, 2010

Reportase Kuliah Dhuha (part 1)

Tuesday, April 06, 2010 1 Comments

Reporter : Aisya Avicenna

Narasumber : Ustadz Syafrizal, M.Pd

Lokasi : Masjid Al Insaniyah, Kampung Melayu

Hari, Tanggal : Ahad, 28 Maret 2010

Waktu : 10.00-12.00 WIB

Peserta : ± 50 akhwat dan ummahat (+ jundi-jundi kecilnya ^^) yang berdomisili di wilayah Kampung Melayu dan sekitarnya

Topik : Iman dan Keberkahan

***

Kunci pembuka berkah dari Allah SWT adalah iman dan taqwa yang kita miliki. Berkah itu dasarnya iman. Iman yang seperti apa??? IMAN YANG SPECIAL!!! Dalam kandungan Q.S. Al Anfal ayat 2 (dibuka kembali ya Qur’annya…) disebutkan bahwa yang dimaksud orang mukmin adalah :

1.) Orang yang ketika disebut nama Allah bergetar hatinya

2.) Orang yang ketika dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya

3.) Orang yang senantiasa mempunyai rasa ketergantungan yang kuat hanya pada Allah semata

4.) Orang yang senantiasa bersegera menegakkan sholat

5.) Orang yang senantiasa terdorong untuk menginfaqkan rezeki yang ia dapatkan.

Apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan dalam beriman???

Iman mempunyai 73 cabang. Cabang tertinggi adalah jihad fisabilillah (berjuang di jalan Allah sampai syahid) dan cabang terendah adalah menyingkirkan benda tajam di jalan. Ada 9 (sembilan) hal yang bisa mendatangkan kenikmatan dalam beriman.

a. Dari Amar bin Yasir, Rasulullah SAW bersabda : “Ada 3 hal yang barangsiapa melakukan perbuatan itu, ia akan merasakan manisnya iman :

1. Berinfaq dari kekikiran/kepelitan, mau berbagi, berderma, bershodaqoh pada orang lain. Mampu mengalahkan godaan syetan yang mendorongnya untuk menjadi pelit/tidak mau berbagi.

2. Bersikap adil terhadap dirinya, karena biasanya kita suka tidak bersikap adil pada diri kita sendiri (selalu ingin mendapat lebih), mampu membagi hidup kita untuk dunia dan akhirat. Terkadang waktu kita setengah hari untuk dunia tapi memberi porsi yang sedikit untuk mencari berkah/ridho Allah. So, tetapkan diri kita untuk bersikap adil.

3. Mengupayakan keselamatan bagi alam/kehidupan dunia dan akhirat

b. Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda : “Ada 3 hal yang barangsiapa melakukan perbuatan itu, ia akan merasakan manisnya iman :

1. Menghindari perdebatan dalam kebenaran

2. Tidak berdusta dalam bercanda.

3. Menyadari bahwa apa yang melanda seseorang adalah ujian karena Allah. Menyikapi bencana sebagai ujian iman. Allah menguji hambanya untuk membuktikan ketaatan hambanya dan untuk melihat kesabaran hambaNya dalam menghadapi ujian.

Iman memang bisa naik dan turun, bahkan bisa keluar dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu, iman harus dijaga dengan senantiasa taat dan taqarub pada Allah SWT.

c. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda : “Ada 3 hal yang barangsiapa melakukan perbuatan itu, ia akan merasakan manisnya iman :

1. Orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai. Lihat Q.S. At Taubah : 24

2. Mencintai seseorang semata-mata karena Allah SWT

3. Tidak senang kembali pada kekufuran dan kedurhakaan setelah Allah menyelamatkannya.

Apa sih BERKAH itu???

Berkah adalah sesuatu yang mendatangkan ketenangan/kebahagiaan. Berkah datangnya dari Allah SWT. Dari keberkahan akan memacu untuk mendatangkan amal sholih.

Bagaimana PERILAKU/KARAKTER orang yang mendapat berkah???

1. Hidupnya memberi kemudahan untuk orang lain

2. Meringankan kemiskinan/penderitaan seseorang

3. Menutupi aib saudaranya sesama muslim

4. Suka menolong orang lain

5. Senantiasa menuntut ilmu/menambah pengetahuannya

6. Bersegera melakukan amal kebaikan

Bagaimana wujud IMAN sebagai bentuk cinta kepada ALLAH SWT?

1. Selalu menyebut namaNya

2. Rindu untuk bertemu dengan Allah (saat sholat)

3. Selalu mengingat Allah

4. Mematuhi perintah Allah

5. Mau berkorban (Q.S. At Taubah : 111)

Bagaimana cara MENSTABILKAN IMAN???

1. MURAQABATULLAH : mendekatkan diri pada Allah/merasa diawasi Allah

2. MUHASABAH : introspeksi diri, menghitung amalan

3. MUAQABAH : menghukum diri

4. MU’AHADAH : memperbaiki janji pada Allah

5. MUJAHADAH : bersungguh-sungguh untuk berbuat baik

Closing statement dari ustadz : BERIMANLAH PADA ALLAH, LALU ISTIQOMAHLAH!!!

***

Ayo SEMANGAT!!! TERUS SALING MENGINGATKAN YA!!!

Nantikan reportase kuliah dhuha edisi selanjutnya!!!

Jakarta, 050410_20:50

TUKANG OJEK PERMANEN

Tuesday, April 06, 2010 4 Comments

Bandung, 30 Maret 2010

Langit Bandung tampak mendung. Itulah sambutan perdana saat Andini menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota itu. Dingin masih nekat merangsek jalinan benang tebal dari jaket hitam yang dikenakannya. Hari itu, Andini bersama Lina, rekan kerjanya. Mereka mendapat tugas dari kantor untuk mengikuti seminar hasil penelitian yang diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah di kota Bandung.

Setelah Andini dan Lina turun dari bus Prima Jasa, mereka sedikit bingung mencari tempat acara karena peta yang tertera di undangan kurang begitu jelas.

“Din, habis ini kita naik apa ya?” Tanya Lina bingung.

“Wah, yang ditanya juga tidak jauh beda dengan yang bertanya… hehe!” jawab Andini

“Tanya tukang ojek itu aja yuk!” lanjutnya.

Lina dan Andini berjalan mendekati seorang tukang ojek yang sedang duduk santai di pos ojek.

“Punten Pak, Pusat Litbang Cileunyi di mana ya?” Tanya Lina pada tukang ojek itu.

“O… eneng nyebrang jalan itu dulu. Nanti ada jalan masuk… lurus saja…” kata tukang ojek itu sambil sesekali menghisap rokoknya yang tinggal separuh.

“Nuhun Pak…”

“Mangga, Neng!”

Mereka pun menyeberang jalan. Pagi itu arus lalu lintas di perempatan ujung tol Cileunyi lumayan padat. Mereka menunggu beberapa menit sampai akhirnya bisa menyeberang jalan sambil berlari-lari. Olahraga pagi nih!

Sampai di seberang jalan, mereka bertanya pada penjual toko kelontong tentang keberadaan Pusat Litbang Cileunyi. Wow, ternyata masuknya masih jauh dan tidak ada angkot yang lewat ke sana. Padahal acara akan segera dimulai.

Lina akhirnya berkata, “Naik ojek aja yuk!”

Andini berkomentar dalam hati “Weleh, naik ojek??? Hmm… gimana nih?”

Dengan agak terpaksa, akhirnya Andini menyetujui usulan Lina karena satu-satunya cara ke sana dengan ojek itu… (kalau jalan kaki jauh sekali… tidak ada bajaj ataupun taksi…).

Bismillahirrahmanirrahim…

Untuk pertama kalinya naik ojek. Andini banyak-banyak istighfar selama dalam boncengan sang tukang ojek yang tentu tak dikenalnya. Ya Allah… ini terpaksa saya lakukan… batin Andini di sepanjang perjalanan menuju Pusat Litbang Cileunyi yang ternyata memang sangat jauh. Kalau mungkin saat itu ia sudah menikah, pasti ada suami yang akan setia mengantarnya dan yang ia bonceng saat itu mungkin adalah sang suami tercinta… batin Andini…

Sesampai di Puslitbang Cileunyi, Andini mengeluarkan uang 4000 dari dompet bermotif bunga mawar miliknya untuk membayar ongkos pada si tukang ojek. Lina sudah sampai duluan.

“Din, punya uang 4000-an gak?” tanya Lina yang masih berdiri di dekat tukang ojek yang ia tumpangi.

“Punya…” jawab Andini sembari mengeluarkan uang 4000 lagi.

Tukang ojek yang dinaiki Lina sudah berputar balik dan melaju pergi. Andini membayar 8000 rupiah pada tukang ojek yang masih menunggunya. Andini berpikir 8000 itu sekalian untuk membayar tukang ojek yang ditumpangi Lina. Tukang ojek itu pun pergi.

“Din, kamu tadi bayar berapa?”

“8000, yang 4000 kan buat tukang ojek yang kamu naiki.” Jawab Andini

“Lhoh, aku dah bayar!” ujar Lina

“Walah, kirain kamu tadi tanya punya 4000-an karena kamu belum bayar dan ga punya uang receh. Pantesan tadi tukang ojeknya tersenyum mengembang… ih, harusnya dia bilang kalau bayarku cuma 4000 ajah…” protes Andini

“Ya sudahlah… itung-itung buat amal… hehe… “ ledek Lina.

“Dasar tukang ojek! Hehehe.. tapi lucu juga tadi… pengalaman pertama naik ojek… “ senyum Andini pun akhirnya mengembang.

***

Saat sedang asyik mengikuti pembukaan seminar di Pusat Litbang Cileunyi, ada SMS masuk dari kakaknya. Namanya Didi. Dia seorang ikhwan, mantan takmir masjid di kampus Andini dulu. Sekarang sudah bekerja di salah satu instansi pemerintah.

“Aslmkm. Din, sudah sampai??”

“Wa’alaykumslm. Alhamdulillah, sudah Kak! Kak, tadi Andini naik ojek. Menurut kakak, akhwat naik ojek boleh ga sih?”

Kak Didi pun membalas SMS adiknya lagi.

“Lhoh, kenapa tidak boleh?? Kalau kondisinya darurat tidak masalah. Asalkan akhwat itu tetap menjaga izzahnya… Akhwat juga manusia dek… dia bukan superhero yang bisa terbang… Kan tidak ada tukang ojek akhwat juga kan?? Hiihii…Ya sudah, kalau begitu segera saja cari tukang ojek permanen. Biar kemana-mana ada yang njaga dan nganterin…!”

Andini tersenyum saat membaca SMS dari kakaknya itu.

“Tukang ojek permanen??? Hmm… tak perlu dicari Kak. Dia akan datang sendiri dengan gagahnya dan berkata : ‘Ukh, mari bersama menuju jannahNya… Silakan anti duduk di boncengan ini, ana akan membawa anti menuju jannahNya…akan melindungi dan menjaga anti dalam mengarungi perjalanan panjang yang masih akan kita tempuh … ‘. Hihihi… ngaco ah! Gara-gara Kak Didi nih….” Balas Andini dalam SMS-nya.

“Dasar adikku ini… Ya sudah, selamat menikmati seminarnya. Semoga muntijah dan barokah. Amiin… Hati-hati ya pulangnya nanti…”

“Iya Kak, syukron” balas Andini.

***

Jakarta, 30 Maret 2011

Pukul 17.30, Andini masih di kantornya. Dia telepon Adnan, laki-laki yang baru menikah dengannya bulan Februari yang lalu.

“Assalamu’alaykum. “

“Wa’alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”

“Mas Adnan, adek dapat tugas dari Pak Direktur yang harus diselesaikan hari ini juga. Adek diizinkan pulang ba’da Isya’ ga?”

“Tugas apa Dek?”

“Besok Pak Direktur ada rapat penting, ada data yang harus diolah berkaitan dengan bahan rapat besok. Adek dipercaya untuk mengolah datanya dan malam ini harus jadi.”

“Ow… tidak apa-apa kalau begitu. Mas Adnan izinkan. Tapi nanti pulangnya jangan kemalaman, hati-hati ya… Agenda Mas di Bandung belum selesai. Ini masih syuro.”

“Terima kasih Mas, mohon doanya semoga pengolahan datanya segera selesai dan bisa lekas pulang.”

“Semoga dipermudah ya Dek. Sudah ya… selamat melanjutkan aktivitas.. Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh…”

“Wa’alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh… hati-hati juga ya Mas.”

**

Andini kembali melanjutkan aktivitasnya. Pukul 19.00 ternyata belum selesai juga. Akhirnya baru bisa keluar kantor pukul 20.00.

Sampai di luar kantor, hujan turun rintik-rintik. Andini menyusuri trotoar menuju halte yang letaknya lumayan jauh dari kantornya. Saat berjalan menuju halte, Andini melewati pangkalan ojek. Beberapa tukang ojek menawarinya. Andini berpikir untuk naik ojek saja menuju halte yang letaknya masih cukup jauh. Akan tetapi, ia segera mengurungkan niatnya. Ia melanjutkan perjalanan lagi. Beberapa langkah kemudian, ada seorang tukang ojek yang berhenti di samping kanannya. Mengenakan pakaian serba hitam. Lengkap dengan helm dan slayer berwarna hitam.

“Assalamu’alaykum. Mbak, mari saya antar… “

Wah, sopan juga ni tukang ojek, pikir Andini.

“Wa’alaykumussalam. Maaf Mas, saya naik metromini saja.”

Andini terus berjalan menuju halte. Sesampainya di halte sudah ada metromini yang mangkal dan iapun menaikinya.

Perjalanan agak macet. Pukul 20.30, Andini baru tiba di ujung jalan menuju rumahnya. Gelap dan sunyi. Andini berjalan menyusuri jalan kecil menuju rumahnya yang masih berjarak beberapa ratus meter. Tiba-tiba ada seorang tukang ojek yang berhenti di dekatnya.

“Ojek, Mbak!” tawarnya

“Maaf Mas, saya jalan kaki saja. Sudah dekat kok!”

Sejurus kemudian, tukang ojek itu mengeluarkan sebilah pisau.

Andini terperanjat…

“Keluarkan dompet dan HP sekarang!”

Meski agak takut, Andini mencoba tenang… dengan gemetaran ia mengeluarkan dompet dan HP nya…

Sebelum dompet dan HP itu berpindah tangan… Tiba-tiba…

Bukk!!!

Seseorang memukul tukang ojek yang akan mencoba merampok Andini. Pisau yang ia pegang terpelanting jatuh. Tukang ojek itu pun ambruk bersama motornya.

“Mari Mbak, naik di boncengan saya…”

Meski agak ragu, Andini naik juga di boncengan orang yang baru saja menyelamatkannya.

Selang berapa lama…

“Stop Mas, saya turun di sini!”

Andini turun dari boncengan dan mengeluarkan uang 50.000 rupiah.

“Tidak usah Mbak!”

“Mohon diterima, Mas… sebagai tanda terima kasih saya juga..”

Tukang ojek itu diam beberapa saat.

“Gratis kok! Karena istriku pulang dengan selamat sampai rumah ongkosnya jauh lebih mahal!”

Tukang ojek berpakaian serba hitam itu akhirnya membuka helm.

“Mas Adnan!!!” Andini terkejut

Adnan tersenyum..

“Setelah tahu adek pulang malam, Mas langsung pulang dari Bandung… Pengin njemput adek di kantor. Tadi ditawari ngojek di depan kantor nggak mau sih… akhirnya mas buntuti sampai sini deh…”

“Masya Allah, Mas Adnan… Andini baru sadar, ternyata tukang ojek yang tadi adek temui di depan kantor tadi Mas Adnan juga… terima kasih banyak ya…”

**

Jakarta, 31 Maret 2011

Pagi itu, saat mentari sudah menunjukkan senyumnya di ufuk timur… Adnan sedang asyik menyirami tanaman di depan rumahnya. Mawar merah, bunga favorit istrinya, sedang bermekaran menghiasi taman di depan rumahnya itu. Andini berjalan keluar rumah.

“Mas, adek ke pasar dulu ya!”

“Diantar ga? Sendirian berani???” tanya Adnan

“Sendiri aja Mas. Mas Adnan kan masih capek habis pulang dari Bandung.”

“Ya sudah kalau begitu…Titi DJ ya dek” canda Adnan pada Andini

“Insya Allah… Assalamu’alaykum…”

“Wa’alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh..”

Andini berjalan menuju pasar dengan perasaan yang sangat bahagia. Sambil bersenandung lirih…

Selama ini kumencari-cari teman yang sejati buat menemani perjuangan suci… Bersyukur kini padaMu Illahi, teman yang dicari… selama ini… telah kutemui…”

Tiba-tiba langkahnya terhenti karena dikejutkan dengan suara motor yang berhenti di belakangnya.

“Mbak… Ojek! Gratis kok!!!”

Andini menoleh. Senyum Andini mengembang karena Adnan sudah ada di belakangnya.

Andini langsung duduk di boncengan Adnan, “Ke pasar ya Mas! Hehe… ”

Betapa bahagianya Andini, karena sekarang ada Adnan, sang “tukang ojek permanen” yang siap menjaga dan melindunginya bahkan mengantarkannya ke manapun dia pergi…

“Terima kasih banyak Mas Adnan…,” kata Andini

Suaranya terkalahkan oleh suara deru motor yang ia naiki bersama “tukang ojek permanen” nya…

***

Cileunyi, 30 Maret 2010_18.00

Aisya Avicenna

Monday, April 05, 2010

Daun Impian dan Harapan

Monday, April 05, 2010 0 Comments

Jepang, September 2010

Aisya duduk sendiri di salah satu taman di sudut kota Tokyo. Kota yang menjadi ibukota Jepang sejak tahun 1868 ini bisa dikatakan kawasan metropolitan paling besar. Di pangkuan Aisya terhampar sebuah buku yang masih terbuka. Aisya sedang membaca buku tentang Shodo (seni menulis indah huruf Jepang)… Ya.. ia kan seorang pengagum seni Jepang. Di sebelah kanannya, masih ada beberapa dorayaki di kotak makanannya dan sebotol minuman yang belum ia habiskan. Hari itu adalah awal musim gugur di tahun ini. Tak heran banyak sekali daun berjatuhan. Terserak di tanah. Begitu pun di bangku tempat ia duduk.

Aisya masih menikmati sore itu dengan membaca. Tangannya membolak-balik halaman buku. Setiap kali selesai membaca beberapa paragraf, matanya tak lepas dari urutan kata dalam buku. Menelusuri makna dari setiap kalimat yang tersusun di sana. Tak ada rasa terganggu dengan daun-daun yang sesekali jatuh menimpanya. Sementara di kejauhan, ada beberapa anak kecil yang berlarian sambil tertawa riang. Mereka bermain, menikmati sore yang indah itu.

Srekk… srekk…. Terdengar langkah. Aisya menoleh. Srekk… srekkk…srekkk… Terdengar lagi langkah kaki bergesekan dengan daun-daun. Seorang ibu tua sedang memunguti daun-daun, tangan kirinya menggenggam kantung kain. Isinya daun-daun kering.

Aisya tertegun. Heran. Ia mendekati sang nenek dan menyapanya.

“Hajimemashite. Indonesia no Aisya desu.”

“Hajimemashite. Watashi wa Yashi desu.”

(Lanjut… masih dalam bahasa Jepang ^^)

“Ibu sedang apa?”

“Aku sedang mengumpulkan daun”

Mata tuanya terus menjelajah, mengamati hamparan daun di taman itu.

“Aku sedang mencari daun-daun terbaik untuk kujalin menjadi mainan buat anak-anak di sana.”

Satu dua daun dimasukkan ke kantung kain. Aisya beringsut. Buku di pangkuannya ia letakkan. Ia kembali bertanya, “Sejak kapan ibu melakukannya?”

“Setiap musim gugur aku lakukan ini untuk anak-anak. Akan kubuatkan selempang dan mahkota daun buat mereka. Jika aku dapat banyak daun, akan kubuatkan pula selubung-selubung ikat pinggang. Ah, mereka pasti senang.” Mata tua itu berbinar. Syal di lehernya berjuntai di bahu. Tangannya kembali memasukkan beberapa daun.

“Tapi Bu, sampai kapan Ibu lakukan ini? Anak-anak itu pasti akan membuat semuanya rusak setiap kali mereka selesai bermain. Lagipula, terlalu banyak daun yang ada di sini. Ini musim gugur, daun itu akan terus jatuh layaknya hujan,” lagi-lagi Aisya bertanya, “Apa Ibu tak pernah berpikir untuk berhenti?”

“Berhenti? Berpikir untuk berhenti? Memang, anak-anak itu akan selalu merusak setiap rangkaian daun yang kubuat. Mereka juga akan selalu membuat mahkota daunku koyak. Selempang daunku juga akan putus setiap kali mereka selesai bermain. Tapi, itu semua takkan membuatku berhenti,”. Ibu tua itu menarik nafas dalam. Ia membetulkan letak syal di lehernya.

“Masih ada ribuan daun yang harus kupungut di sini. Masih ada beberapa kelok jalan yang harus ketempuh. Waktuku mungkin tak cukup untuk memungut daun yang ada di sini. Tapi, aku tak akan berhenti.”

“Akankah aku berhenti dari kebahagiaan yang telah kutemukan? Akankah aku berhenti memandang kegembiraan dari binar-binar mata anak-anak itu? Akankah aku menyerah dari kedamaian yang telah aku rasakan setiap musim gugur itu? Tanyanya retoris.

“Tidak, Nak! Aku tidak akan berhenti untuk kebahagiaan itu. Aku tidak akan berhenti hanya karena koyaknya mahkota daun atau ribuan daun lain yang harus kupungut.”

Tangan tua itu kembali meraih sepotong daun. Lalu, dengan suara pelan ia berbisik. “Ingat Nak, jangan berhenti. Jangan pernah berhenti untuk berusaha.”

***

Larik-larik senja telah muncul, menerobos sela-sela pohon, membentuk sinar-sinar panjang dan berpendar.

***

Saudaraku, adakah kita pernah ingin berhenti berjuang dalam hidup ini? Adakah pernah kita merasa gagal? Adakah kita pernah berpikir untuk tidak mau mewujudkan impian-impian kita? Ada banyak dari kita yang mungkin pernah berpikir untuk menyerah karena begitu banyaknya tantangan yang dihadapi.

Namun, apakah kita harus berhenti berusaha ketika melihat “mahkota-mahkota daun” impian kita koyak? Haruskah kita berhenti saat “selempang daun” harapan yang kita sandang putus? Akankah kita menyerah saat “rangkaian daun” kebahagiaan kita tak terbentuk? Saya percaya, ada banyak pilihan untuk itu. Beragam pilihan akan muncul di kepala kita saat dihadapkan pada kenyataan pahit.

Lalu, akankah kita surut melangkah, saat kita melihat ada ribuan “daun tantangan” yang harus kita pungut? Akankah kaki kita menyerah ketika kita bertemu dengan hamparan “daun ujian” di depan kita? Agaknya, kita harus ingat perkataan ibu tua itu, “Jangan pernah berhenti untuk berusaha. Jangan pernah menyerah untuk kebahagiaan yang akan kita raih.”

Kita mungkin tak akan mampu meraih semua daun-daun kebahagiaan itu. Mahkota, selempang, dan selubung ikat pinggang daun itu akan koyak. Tapi, janganlah membuat kita berhenti melangkah. Masih ada berjuta daun harapan lain yang masih dapat kita pungut. Di depan sana, masih terhampar berjuta daun impian lain yang memberikan kita beragam pilihan. Mungkin jalan di depan kita msih berkelok, masih panjang, namun daun-daun itu ada di sana. Berjuta daun kebahagiaan lain masih menunggu untuk kita rajut, jalin, anyam, dan susun.

JANGAN MENYERAH!!!
JANGAN PERNAH MENYERAH!!!

“SEISHIN ITTOU NANI GOTO KA NARAZARAN” (Di mana ada kemauan di situ ada jalan)

Karena ALLAH SELALU BERSAMA HAMBA-NYA YANG SABAR DAN MAU BERUSAHA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH!!!

***

Ya Rabbi… bimbinglah kami….

Jakarta, 050410_08:26

Aisya Avicenna

Thursday, April 01, 2010

Rindu Kala Hujan di Senja Ini…

Thursday, April 01, 2010 0 Comments

Kala hujan di senja ini… aku merindunya…

Seseorang yang sangat kucintai

Seseorang yang sangat mencintaiku

IBU..


Kala hujan di senja ini… aku merindunya…

Seseorang yang sangat kusayangi

Seseorang yang sangat menyayangiku

AYAH…


Kala hujan di senja ini… aku merindunya…

Seseorang yang sangat kukasihi

Seseorang yang sangat mengasihiku

KAKAK…


Kala hujan di senja ini… aku merindunya…

Seseorang yang sangat kudukung

Seseorang yang sangat mendukungku

SAUDARI KEMBARKU…


Kala hujan di senja ini… aku merindunya…

Seseorang yang sangat kuharapkan kehadirannya

Seseorang yang menjadi bagian dari tulang rusuk ini

Seseorang yang belum kutahu siapa namanya

Seseorang yang belum kutahu dimana dia berada

Seseorang yang belum kutahu kapan, bagaimana, dan dengan cara apa kami akan bertemu

Seseorang yang masih menjadi misteriNya


Ya Allah…

Semoga rindu ini tak mengurangi kerinduanku untuk bertemu denganMu…

Semoga rindu ini tak menyurutkan kerinduanku untuk bermunajat di hadapanMu…

Semoga rindu ini tak memudarkan kerinduanku untuk memohon ampunan padaMu..


Dalam dekapan rindu… kala hujan di senja ini…

Cileunyi, Bandung, 30 April 2010_17:37

Aisya Avicenna