Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, July 01, 2010

TEPAT dan TERBAIK (poem_version)

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Waktu yang selalu TEPAT melaju…
Mengajak diri lakukan aktivitas TERBAIK

Kudengar sendiri hela nafas TEPAT satu-satu
Dalam deguban TERBAIK kerja si jantung

Jiwa yang terbalut rapuh, TEPAT di dasar hati
Mencoba mengerti apa artinya cinta TERBAIK

Aku kutip semua serpihan-serpihan rindu dengan TEPAT
Berserakan di singgasana TERBAIK para perindu

Mimpi indah TEPAT beriringan terus semalam
Melewati hari-hari dan malam-malam hanya dengan harapan TERBAIK

Jiwaku melanglang buana menari-nari, TEPAT seirama simfoni alam
Membumbung tinggi, menembus sunyi, bermuara pada dekapan TERBAIK sang malam….

Ketika menebar senyum dan matanya tertuju TEPAT di hati
Sebuah bayangan kerinduan : kau yang nun entah dimana, di tempat TERBAIK pastinya…

Saat bayangan itu TEPAT terpantul di cermin kehidupan
Saat itulah suatu masa TERBAIK yang tlah Dia siapkan…

Teriring cahaya TEPAT benderang, tampak sebuah sinaran nan suci
Menuju kembara TERBAIK kerinduan hakiki

Tujuan yang TEPAT, indah tanpa tepi
Labuhkan diri didetik akhir perjalanan TERBAIK ini….

Desahkan nafas kerinduan, TEPAT hentikan jeritan jiwa
Di puncak TERBAIK, berteman keheningan

Isyarat itu TEPAT terbaca sebagai petunjuk arah
Menghentikan laju ini pada dermaga TERBAIK, saat pemberhentian tiba

Berenang dengan TEPAT separuh nafas, dalam samudera rindu yang berpeluh
Ungkapkan rasa, menitipkannya bersama hujan dalam tetesan TERBAIK

Saat kepak sayapku TEPAT lengkap, sempurna….
Cinta-Nya lah yang menjadi penawar TERBAIK sayap yang dulunya terluka

Suara lembut itu TEPAT menggema di lorong hatiku…
Menerjemahkan dengan TERBAIK rindu yang mulai terkikis oleh waktu…

Saat sang waktu tertatih berjalan, rinduku menyelinap TEPAT di palung hati
Tangan ini pun menggenggam erat pena dan menulis surat cinta TERBAIK untuknya….

Mata, hati dan jiwa meniti baris demi baris kata merangkainya dengan TEPAT
Berteman kesunyian TERBAIK yang tak pernah ia kenal sebelumnya…

Bagi jiwa yang selalu TEPAT merindu, membuka selaksa kenangan yang pernah tercipta dahulu…
Terdengar alunan simfoni TERBAIK laksana nyanyian surga

Saat cinta-Nya TEPAT ‘berbicara’…
Dalam rukuk dan sujud tanda pengabdian TERBAIK sang hamba…

[Keisya Avicenna : TEPAT dan TERBAIK, dua kata “SUPER INSPIRATIF” yang sangat saya cintai akhir-akhir ini, dua kata yang mengajarkan kepada diri ini bahwa “MENCINTAI ITU MENGINSPIRASI”…(mbak Thicko, ini MEGA PROYEK kita selanjutnya!!! OK???hehe…)….WE ARE SUPERTWIN!!! ^^v. Bahagianya di ISTANA KYDEN, 20 Juni 2010…21:00 WIB]

MENDAKI PUNCAK KERINDUAN

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Malam kembali menenggelamkan kita dalam pekatnya yang tersirat rindu
Membawa nurani pada gelap yang rindukan cahaya
Cinta kembali penuhi taman-taman hati para perindu
Menyemaikan rindu
Ramaikan suasana pecahkan keheningan malam yang dirindukan

Rinduku kembali menghiba pada angin
Tiupannya membawa pesan rindu
Ingin kukatakan, betapa perjalanan ini adalah cermin puncak kerinduanku
Seketika luruh segala letih yang terasa merindu
Tersapu butiran gerimis kecil, dendangkan nada rindu…
Puncak kerinduan yang merindukan dentingan simfoni rindu nan syahdu…


-13 kata rindu untukmu…-
“Di luar sana hujan,cinta…tetap sandarkan kepalamu di bahuku…” ^^v
[Keisya Avicenna,18 Juni 2010 : ”Pulang Kampung Supertwin”…menembus pekat malam bersama Bus HAGE Solo-Baturetno, Wonogiri 19:00-21:00 WIB. Akhirnya Keisya dan Aisya bertemu juga…”Puisi untuk Aisya dari Keisya”…hihihi…so sweet…^^v]

”MENCARI CELAH LANGIT” [Sebuah Petualangan Intelektual]

Thursday, July 01, 2010 0 Comments
Ahad, 13 Juni 2010
Ahad pagi yang penuh semangat!!!

Reportase pagi dari Istana KYDEN serta kawasan Wonogiri dan sekitarnya :
Ketika tengah asyik menyelesaikan pekerjaan rumah, Babe ngajak ke Plaza Wonogiri (kawasan wisata di are Waduk Gajah Mungkur Wonogiri). Biasanya kalau Ahad pagi rame n banyak pedagang macem2 gitu. Seru...perjalanan pagi yang begitu menyenangkan. Udara pagi yang begitu segar memenuhi alveolus dalam paru-paru ini. Sampai lokasi, memang benar2 rame. Apalagi bersamaan dengan acara sosialisasi PROGRAM ”AKU CINTA WONOGIRI”...padat merayap euy....tapi tetap bahagia bisa mengagumi keindahan alam ciptaanNya. Ketika melihat aliran air tiada yang bisa saya rasakan selain kedamaian yang menyeruak...semua terasa begitu indah...mentari pun menyemarakkan dengan terpaan kehangatan sinarnya. Di lokasi itu, sempat surprise juga karena bisa dipertemukan dengan ikhwah-ikhwah Wonogiri. Wow, dah bawa jundi-jundi kecilnya semua...selamat ya mas, mbak...^^v (pengen, mode:ON). Ketemu guru waktu masih di bimbel NURIS dulu...minggu pagi yang menyenangkan euy....

Sekitar jam 07.15 Babe ngajak beli sarapan...yadah, kita beli pecel dan sambal goreng pluz tempe bacem, jajanan pasar, dan gorengan. Tak lupa saya pun beli jamu gendhong. Biar tambah sehat!!! Hehe....

Singkat cerita sampai rumah, sarapan tyuz bersiap balik ke Solo. Coz rencananya pagi ini Tyo dari Semarang mau ke kostan nganter doralepito. Ibu juga mau ta’ziyah ke Palur. Babe nanti sore juga mau pergi kerumah simbah. Yadah, istana KYDEN sepi....jam 9 saya berangkat dianter Mas Dhody sampai cegatan biz. Menikmati perjalanan Wonogiri-Solo. Sang waktu saya habiskan untuk membaca majalah Hadila. Isinya bagus-bagus. Alhamdulillah, sampai kost juga. Masuk Zona Inspirasi Supertwin. Tyo mengabarkan kalau dia batal ke Solo. Coz di kawasan Banyumanik terjadi kecelakaan beruntun yang bikin macet mpe berkilo-kilo. Yadah, petualangan siang ini ma Tyo batal deh....tapi saya dah punya rencana lain. Tetap berpetualang, tapi dengan mbak Fadhil. Rehat siang dulu, jam 13.00 petualangan kita mulai.
Naik angkot 03-ATMO-turun Diamond. SOLO BOOK FAIR dan FRANCHISE juga...hyaaa...kalo ada pameran kayak gini jadi laper mata karena haus akan ilmu...wkwkwk...(liat daftar list buku yang harus dibeli karena BUTUH!!!!). Alhamdulillah, dapat 9 buku yang sangat bermanfaat untuk bekal “pasca kampus”. Menambah koleksi perpus Keisya Avienna juga...Hehe...SEMANGAT MEMBACA, MEMAHAMI, dan semoga bisa MENGAPLIKASIKAN dengan sebaik-baiknya, dan dalam tempoe yang sesingkat-singkatnya. Hehe. Amin. [2 keyword : TEPAT dan TERBAIK!!!]

Setelah cukup puas hunting bukunya, saya dan Mbak Fadhil bergegas meninggalkan lokasi (setelah sebelumnya makan Krebby Petty dulu...^^v. Laper euy....e, ketemu Pak Tanto dan keluarganya. Salut deh sama bapak!!!)

Naik Damri turun Gramedia, sholat Ashar dulu, lanjut lihat Pameran Grafis di Balai Soedjatmiko. Dan penikmat seni ini pun beraksi..Menikmati goresan warna dan garis yang pastinya sarat akan makna...

PAMERAN GRAFIS karya A T Sitompul, seorang seniman asal Yogyakarta. Karya-karya yang sungguh luar biasa....(nggumun, mode : ON). Setiap coretannya meski terkesan “abstrak” tapi sarat makna. Ni hasil reportase Keisya Avicenna sore itu :
1. Encourage your faith as big as your wishes (Besarkan keyakinanmu sebesar keinginanmu)
2. Tolerance (Toleransi)
3. Semua ada masanya
4. dll…..poko’nya unik-unik….(catatan di hape kok hilang ya????huhu)

Puas lihat-lihat kita pun segera meninggalkan lokasi. Jam di N5300 saya sudah menunjukkan pukul 16.30. kita naik Damri, turun Pedaringan....kemudian mbecak sampai gerbang surya....^^v. HAPPY ENDING deh!!!

Dalam perjalanan menuju Kost Pink Penuh Cinta, jemari ini begitu lincah menggabungkan aksara demi aksara di N5300, hingga akhirnya terciptalah sebuah puisi yang berjudul : ”MENCARI CELAH LANGIT”. Terinspirasi saat diri ini menengadah menatap langit sore ini....(menatap langit sambil jalan..Awas!! hati-hati nabrak....hehe)

”Aku bersandar pada dinding harap...
Menengadah dalam ratap
Pada celah langit tanpa atap...
Semua tampak indah dalam imajiku
Meski warna cerah kadang tertutup awan kelabu
Tapi semua itu tak buatku sendu...
Mencoba tetap tersenyum meski kadang hati tersayat sembilu...
Mendobrak ruang pekat di kepala
Karena lirih kegelisahan yang menggema

Sinar matahari sore terbias dan berkilat di mata
Sinarnya terang menghalau sisa-sisa siang....
Ku seperti melihat ”bayangannya”
Bak siluet di tengah sebuah benda bulat merah jingga

Ini sore terindah yang pernah kusaksikan!!!
Mencari celah langit
Mengeja pinta...
Sampaikan harap....
Pintalkan doa....
Hingga senja kembali menyambutku...
Hingga sang malam kembali menjelang
Dalam untaian kharismanya yang tak kan menghilang....


[Keisya Avicenna, 13 Juni 2010....”Hari ini adalah hari yang penuh petualangan intelektual, mengoptimalkan otak kanan, otak tengah, dan otak kiri. Hehe...”]

JULI = [J]ejak-jejak [U]ntuk [L]edakkan [I]nspirasi

Thursday, July 01, 2010 0 Comments

REFLEKSI JUNI
Bulan Juni menjadi bulan penuh “sensasi” bagi saya. Pasalnya, banyak kejadian yang membuat diri ini semakin tertempa dan semakin menyadari akan mahalnya sebuah keistiqomahan. Jujur saja, di akhir bulan Juni, saya sempat dihadapkan dalam sebuah suasana yang membuat diri ini “terpojok”, terpukul, dan jatuh sakit. Semuanya berakar dari sebuah perbedaan! Peristiwa itu sempat menguji keteguhan. Diri ini mencoba untuk tegar dan tak terusik dengan lingkungan yang belum sepenuhnya menerima dan mengerti tentang indahnya perbedaan. Ya Rabb, istiqomahkan hamba… itulah asa dari seorang hamba yang sedang berusaha mempertahankan dirinya. Saya teringat akan kisah yang pernah saya baca di buku “Beginilah Seharusnya Hidup”.
Suatu hari, masyarakat kodok mengadakan sayembara. Sayembaranya berupa lomba lari dan diakhiri dengan menaiki menara yang cukup tinggi. Setelah beberapa hari dipublikasikan, beberapa kodok akhirnya mendaftarkan diri. Mereka banyak yang mendaftar karena tergitu dengan dengan hadiah yang besar. Setelah melalui beberapa tahap penyeleksian, akhirnya hanya sepuluh ekor kodok yang dibolehkan mengikuti perlombaan.
Pada hari yang telah ditentukan, kesepuluh ekor kodok ini berkumpul di alaun-alun. Penonton yang datang, bukan main banyaknya. Para peserta lomba diliputi perasaan tegang. Tegang karena harga diri keluarga dan suku ikut dipertaruhkan. Wasit bersiap-siap meniup peluit. Para peserta lomba bersiap mengambil ancang-ancang. Masing-masing telah siap dengan segala yang akan terjadi. Kalau perlu, untuk memenangkan perlombaan, segala macam cara akan dilakukan.
Priiittt!!!
Setelah peluit berbunyi, masing-masing kodok melompat-lompat berpacu untuk menjadi yang terdepan. Jarak lari sebelum naik menara lumayan jauh. Mereka harus menguras energi untuk sampai ke menara. Sedangkan finish dari lomba itu adalah di puncak menara. Barangsiapa yang berhasil menaiki menara dan meraih bendera di atasnya, dialah pemenangnya.
Kini, kesepuluh ekor kodok itu hampir mendekati menara. Penonton terdengar riuh rendah bertepuk tangan dan memberikan dukungan. Namun, di antara penonton itu tak sedikit pula yang menciutkan nyali peserta lomba.
“Wah, mana mungkin kodok bisa naik menara. Lomba ini hanya menguras tenaga saja!”
Beberapa peserta lomba yang sedang lari mendengar celetukan itu. Di dalam hati mereka membenarkan celetukan itu. Mereka pun akhirnya berhenti berlari. Adapun sisanya terus berlari. Empat ekor kini berada di bawah menara, sementara seekor kodok yang kecil masih berada jauh dari menara. Ia memang menjadi peserta yang tidak diunggulkan.
Keempat ekor kodok yang berada di bawah menara tengah berpikir. Apakah mereka akan terus memanjat menara tersebut, atau cukup sampai di situ. Di tengah kebimbangan yang melanda mereka, beberapa penonton banyak yang menyarankan agar menyerah saja. Karena tidak mungkin menara itu dapat dipanjat. Beberapa ekor di antara peserta lomba itupun banyak yang ciut nyalinya. Satu per satu mereka menyerah. Hanya tinggal satu peserta lagi yang masih jauh dari menara. Ia adalah peserta yang benar-benar tidak diunggulkan.
Kodok itu hampir mendekati menara. Namun, beberapa komentar yang menciutkan nyali tak digubrisnya, ia terus berlari.
“Woi, sudah berhenti saja. Yang lain juga berhenti, karena tidak mungkin kodok bisa memanjat menara!” begitulah beberapa celetukan penonton.
Akan tetapi, kodok kecil itu tetap berlari. Sedikitpun ia tidak meladeni omongan para penonton. Ia terus berkonsentrasi pada perlombaan yang tengah ia ikuti. Sampailah kodok itu di bawah menara. Dengan susah payah kodok itu melompat-lompat, memanjat menara yang memiliki banyak cabang.
Para penonton yang mengeluarkan kata-kata penciut nyali itu heran, karena kodok kecil ini sedikit demi sedikit mampu menaiki menara. Beberapa lama kemudian, sampailah kodok ini di puncak menara. Dengan hati-hati, diambilnya bendera. Kemudian, gemuruh penonton menyoraki kodok kecil yang berhasil menaiki menara dan memenangkan pertandingan.
Setelah turun, kodok itu disambut meriah dan sukacita oleh keluarga dan sukunya. Tak lama setelah itu, panitia menyerahkan hadiah. Wartawan kodok kemudian mengerubungi sang juara serta mewawancarainya. Namun, karena kelelahan kodok itu tak mau diwawancarai. Ia diwakili oleh keluarganya menghadapi pertanyaan dari para wartawan.
“Apa kunci keberhasilan kodok kecil itu sehingga menjadi juara?” tanya salah satu wartawan.
“Tentu saja banyak latihan!”
“Selain itu?”
“Banyak makan makanan yang bergizi, dan tak lupa berdoa.”
“Lalu, motivasi apa yang adan berikan kepada kodok kecil itu, sehingga ia tidak berhasil diruntuhkan mentalnya oleh para penonton?”
“Maksud Anda?”
“Yah. Tadi, ketika lomba sedang berlangsung banyak dari para peserta yang mundur karena ciut nyalinya setelah mendengar omongan para penonton.”
“Ooo, itu. Kodok kecil itu tidak terpengaruh dengan omongan yang meruntuhkan mental karena ia tidak mendengar omongan itu.”
“Maksudnya?”
“Kodok kecil itu tuli, jadi ia tidak mendengar apa yang diomongkan.”
Kisah kodok kecil itu mirip dengan yang saya alami. Saya pun berusaha ‘menulikan’ diri terhadap hujan kata yang ‘memojokkan’ itu. Biarlah. Saya tetap menghargai, karena setiap orang berhak menilai. Tapi menurut lubuk hati saya yang terdalam, penilaian terbaik hanya datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Bukan berarti saya acuh, tapi biarlah saya memilin benang-benag filter dalam diri saya lebih kuat, lebih rapat sehingga saya mampu menyaring inputan yang positif dan membuang ampas-ampas negatif yang turut menyertai inputan itu.
Perbedaan, dalam hal apapun, kadang selalu menjadi polemik, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Manusia sebagai anak keturunan Adam, makhluk ciptaan Allah yang diberikan kelebihan oleh-Nya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menjadikan manusia mampu menyikapi perbedaan dengan bijak. Memang seharusnya seperti itu.
Ibarat sebuah bangunan, yang dibangun dari berbagai macam bahan, yang membuatnya kokoh berdiri, satu sama lain saling melengkapi dan memperkuat sehingga menjadi sebuah bangunan yang utuh. Satu dengan yang lainnya fokus dengan fungsi dan kemampuan masing-masing. Namun, semuanya berlandaskan pondasi yang sama.
Dalam Islam, pondasi itu adalah Tauhid, yang wajib kita yakini bahwa Allah adalah satu, menyakini dan mengimani semua sifat-Nya, nama-nama-Nya yang agung, menyakini semua penciptaan-Nya. Dalam setiap shalat kita, meng-ESAkan-Nya, bahwa tiada Tuhan Selain Allah. Berlandaskan tauhid inilah, perbedaan yang ada, mampu disikapi dengan bijak, bahwa kita adalah setetes air dalam samudera ilmu-Nya, tidak layak kita menyombongkan diri, merasa menjadi yang paling berilmu dan merendahkan yang lainnya, yang sama-sama menempuh jalan-Nya.
Merendahkan hati kepada sesama, semakin berisi semakin merunduk dan bersifat tawadhu, sikap-sikap seperti ini yang seharusnya dikembangkan, dan tentunya akan lebih baik memeriksa kesalahan diri sendiri, daripada mencari-cari kekurangan orang lain. Paling tidak itulah hikmah yang saya ambil. Setiap kita mengucapkan salam setelah sholat, maka kita mendoakan sesama ummat yang ada di samping kanan dan kiri kita, semoga selalu ada dalam keselamatan, rahmat-Nya dan berkah-Nya, maka jika dengan sadar kita melakukannya, dengan penuh keikhlasan, sudah selayaknya kita mampu menyikapi perbedaan dengan bijak. Karena jika seorang Muslim, menempuh Jalan-Nya, dan berupaya mengharapkan ridho-Nya dalam perjalanan hidupnya, pasti akan mendapatkan petunjuk-Nya, selama itu menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya.
“Barangsiapa yang Allah menghendaki padanya kebaikan maka Dia akan menjadikannya mengerti masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Terima kasih Ya Allah karena menyajikan bulan Juni yang begitu berarti.
Sebuah sugesti positif : Saat ‘SENDIRI’ di tengah ‘hutan belantara’ dengan berjuta bahaya yang siap menerkam, jangan pernah merasa SENDIRI! Allah bersamamu dan akan melindungimu dengan penjagaan terbaik-Nya. Allah Maha Kuasa, Dia pun bisa mengirimkan manusia-manusia terpilih untuk menjadi sahabat dan pelindung dalam ‘KESENDIRIAN’mu.

RESOLUSI JULI
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan kita. Satu hal yang saya percayai adalah, semakin banyak kita berbuat kebaikan, semakin indah juga hidup kita. Semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula yang kita dapatkan. Semakin keras kerja kita, semakin besar kesuksesan kita. Semakin kita berani mengambil resiko untuk menyambut peluang, semakin besar pula keberuntungan yang akan kita dapatkan. Insya Allah.
Jangan hanya MENUNGGU, tapi BERGERAK dan BERJUANGLAH meraih apa yang diinginkan!!!
JULI = [J]ejak-jejak [U]ntuk [L]edakkan [I]nspirasi
Bismillahirrahmanirrahim…
Yakin... yakin... yakin... SIAP MELANGKAH!!! Diri ini semakin tahu setiap detail yang diinginkan... Tapi Allah Maha Tahu lebih detail dari setiap apa yang PANTAS untuk diberikanNya pada hamba-Nya ini…
Kebaikan bukanlah memiliki harta melimpah dan anak banyak. Akan tetapi, kebaikan adalah jika amalmu banyak, ilmumu luas dan engkau tidak menyombongkan diri kepada orang lain dengan ibadahmu kepada Allah SWT. Jika berbuat baik, engkau segera bersyukur kepada Allah SWTdan jika berbuat buruk segera memohon ampun kepada-Nya
~Sayyidina Ali Bin Abi Thalib~
Jakarta, 1 Juli 2010
Aisya Avicenna

THE POWER OF “GIVING”

Thursday, July 01, 2010 0 Comments
Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya, ‘Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu besi’.
Para malaikat pun kembali bertanya, ‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu api’.
Bertanya kembali para malaikat, ‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari api?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu air’.
‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?’ tanya para malaikat.
Allah pun menjawab, ‘Ada, yaitu angin’.
Akhirnya para malaikat bertanya lagi, ‘Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?’.

Allah yang Mahagagah menjawab, ‘Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tidak mengetahuinya’.”

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga(QS Ath Thalaq : 2-3).