Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, November 02, 2010

BIDADARI-BIDADARI SURGA (TERE LIYE)

Tuesday, November 02, 2010 0 Comments

Kepedihan, penderitaan, suka cita, canda tawa, cinta dan pengorbanan, tumpah ruah di pondok bambu Lembah Lahambay rumah keluarga mamak Lainuri dan Laisa. Pengorbanan tulus tiada tara seorang Laisa. Setelah bapaknya meninggal dicabik-cabik harimau gunung Klendeng, mamak Lainuri lantas berjuang demi kelangsungan hidup anak2nya. Laisa memutuskan berhenti sekolah dan berjanji dalam hatinya untuk memperjuangkan pendidikan adik2nya hingga mereka sukses.

Suatu saat mereka menerima pesan dari mamak Lainuri: “PULANGLAH. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah..”

Kisah perjalanan mereka diceritakan apik dan sederhana tapi menyentuh oleh penulis. Dengan gaya penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat, cerita tetap enak dinikmati.

Novel ini LUAR BIASA!!! tentang pengorbanan seorang kakak (Laisa) demi kesuksesan keempat adik tirinya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta). Juga cinta, semangat, kerja keras, dan doa kepada Tuhan. Namun, Tere-Liye mengemasnya dengan begitu cantik, apik, menyentuh, dan sangat manusiawi. Deskripsinya tentang keindahan alam Lembah Lahambay yang dikelilingi batu cadas setinggi lima meter, Gunung Kendeng, sungai, hutan rimba, dan kebun strawberry nyaris sempurna. Pembaca seolah-olah menyaksikan sendiri panorama-panorama tersebut di depan matanya, persis menonton sebuah film dengan alur maju-mundur yang begitu rapat.


Kak Laisa, seorang teladan dalam keluarga yang sudah terbiasa bekerja keras setelah babak (ayah) nya meninggal karena dimakan harimau Gunung Kendeng. Kak Lais, begitu ia dipanggil, memiliki keterbatasan fisik. Tubuhnya pendek (ketika dewasa hanya setinggi dada adik-adiknya), hitam, rambut kumal, dan gemuk serta dempal. Berbeda sekali dengan keempat adiknya yang tampan-tampan dan cantik. Ia mungkin tidak memiliki kecantikan fisik yang didambakan oleh setiap lelaki, tetapi ia memiliki kecantikan hati yang luar biasa yang mungkin sebetulnya lebih dibutuhkan oleh semua lelaki.


Bagaimana tidak, Kak Lais dengan ikhlas meminta kepada mamak (ibu) nya untuk berhenti sekolah saja saat kelas 4 SD, demi melihat keempat adik tirinya bisa sekolah, karena ia tahu saat itu mamaknya tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan kelima anaknya sekaligus. Dengan ketekunan kerjanya bersama mamak, akhirnya Lais berhasil memiliki ribuan hektar kebun strawberry yang sebelumnya sama sekali belum pernah ditanam oleh penduduk Lembah Lahambay.


Dari kampung terpencil di pinggir hutan, Dalimunte, Profesor muda yang mengejutkan dunia science dengan penelitiannya “Pembuktian tak terbantahkan Bulan yang pernah terbelah”. Dalimunte berhasil menciptakan rangkaian kincir air saat umurnya beranjak 12 tahun, sebagai cikal bakal kemakmuran di lembah Lahambay. Dalimunte akhirnya berhasil menjadi profesor di bidang fisika yang terkenal di seluruh dunia, dengan penelitian terbarunya tentang “Badai Elektromagnetik Antar Galaksi” yang akan menghantam planet ini sebelum kiamat. Ikanuri dan Wibisana meskipun beda jarak usianya satu tahun tetapi sering dianggap kembar, berhasil mendirikan bengkel mobil modifikasi dan akan membangun pabrik spare-part mobil sport, dan Yashinta si bungsu yang mendapat beasiswa S2 ke Belanda dan menjadi peneliti untuk konservasi ekologi, meneliti tentang burung Peregrin atau Alap-alap Kawah dan sejenisnya, serta menjadi kontributor foto untuk majalah National Geographic.


Keempat adiknya tergolong mudah dalam mencari jodoh. Bagaimana tidak, mereka secara fisik menarik, pandai, shaleh, bisa menempatkan diri dengan baik, dan tetap rendah hati. Sedangkan Kak Lais? Hingga usianya 40 tahun lebih, belum juga mendapatkan jodohnya. Kak Lais bukannya tidak peduli dengan omongan penduduk kampung, apalagi setelah dilintasi (ditinggal menikah lebih dulu) tiga kali oleh adik-adiknya, tetapi Kak Lais selalu mengatakan kepada Dalimunte bahwa Allah telah mengirimkan keluarga terbaik dalam hidupnya, dan itu sudah cukup. Ia menerima takdir Tuhannya dengan lapang dada, meski tak dipungkiri setiap habis shalat tahajjud ia sering menghabiskan waktu sendirian di lereng bukit, bernostalgia tentang adik-adiknya yang dulu nakal sekali sekarang sudah sukses semua, dan tentunya merenungi tentang hidupnya sendiri; memandangi kebun strawberry yang luas, menuggu hingga langit menyemburatkan cahayanya tanda subuh menjelang. Dalimunte lah yang sering menemani kakaknya disana, setiap dua bulan sekali kepulangannya dari luar negeri. Haru, sedih, tawa, bangga, bergantian saat membaca kisah ini. Saya dibuat menangis oleh penulis saat detik-detik kematian Laisa, bersamaan dengan pernikahan Yashinta dan Goughsky, saat Laisa menerjang hujan mencari dokter demi Yashinta. Saat ikanuri mengatakan kau bukan kakak kami.


Romantisme juga disuguhkan dalam cerita ini. Saat Dalimunte dan Cie Hui menikah di lembah strawberry. Saat Yashinta bertengkar dengan Pria setengah-setengah bermata biru keturunan Uzbekisthan. Dan saat 2 sigung bebal, Ikanuri dan Wibisana meminang Wulan dan Jasmine pada hari dengan kata2 yang sama, menikah di hari yang sama, ditambah istrinya melahirkan anak di hari yang sama pula Hingga hari kematian Kak Lais tiba karena kanker paru-paru stadium IV yang telah disembunyikan dari adik-adiknya selama sepuluh tahun, Allah belum juga menurunkan jodohnya ke bumi. Tapi mamaknya yakin sekali bahwa Lais adalah bidadari surga.


Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (QS Al-Waqiah: 22), Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita (QS Ar-Rahman: 70), Bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik (QS Ash-Shaffat: 49)
.



Maka, dalam epilog novel ini, Tere-Liye menulis:

"Dengarkanlah kabar gembira ini. Wahai wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah ‘terpilih’ di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah), yakinlah, wanita-wanita shalehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur, kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar. Bidadari surga parasnya cantik luar biasa."


Novel yang sarat akan makna keikhlasan dalam kerja keras, pengorbanan dan keteguhan hati. Satu pesan yang tersirat dalam novel ini adalah, bahwa kecantikan hati jauh lebih penting daripada kecantikan paras, dan sesungguhnya kecantikan hati seseorang dapat mengantarkannya menjadi seorang bidadari di surga kelak.


Dalam novel ini kita bisa belajar banyak hal, selain yang saya sebutkan di atas. Salah satunya adalah tentang takdir Tuhan, yaitu bahwa HIDUP, JODOH, REZEKI, dan MATI adalah sepenuhnya milik Allah. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa, tapi keputusan akhir tetaplah di tangan Allah.



[TEPAT dan TERBAIK!!!! Keisya Avicenna, 3 jam sebelum meninggalkan JAKARTA -salah satu kota yang tlah MENDEWASAKANKU!!!-...instingku mengatakan : "BANYAK KEJUTAN DI BULAN NOVEMBER NUNG!!! Teruslah bersemangat dan berusaha untuk menjadi 'MANUSIA CAHAYA', senantiasa menebarkan kebaikan untuk sesama..."]

NENG NUNG, panggilan yang akan aku rindukan...

Tuesday, November 02, 2010 0 Comments
Ibu kulihat tatapmu... amat merinduku
Ibu.. doakanlah daku.. yang menuntut ilmu...
Sinar wajahmu... bagai rembulan
Terangi langkahku
Untaian pesan engkau sampaikan
Harapanmu kepadaku
Doamu ibu.. selalu kunanti
Bagai mentari penyejuk nurani
Memagar diri mengukuh hati
Ridhomu ibu.. Ridho Illahi...
Cintamu ibu tak pernah terperi
Selembut seutera seputih melati
Sesejuk embun sesegar pagi
Temani hari tiada henti
***
Hari ke-10 Nung di kota Jakarta.. ‘misi luar biasa’ untuk merenda impian dan cita-cita...

Sore ini, Nung asyik membaca sebuah novel di kamar Mbak Thicko “REDZONE”. Sejenak melepas penat setelah seharian ‘mbolang’ di Balairung UI Depok untuk mengikuti test CPNS Badan POM RI, Alhamdulillah, pulangnya gak pakai acara nyasar meski tadi mencoba rute perjalanan yang baru. tapi Nung memang tipikal muslimah pemberani (xixixi...makanya, Mbak Thicko membiarkan Nung berkelana sendiri membelah belantara kota Jakarta...meski kadang nyasar pasti endingnya bisa pulang n balik ke Redzone sendiri kok, begitu katanya..hehehe...gubrak..).

Bosan membaca di Redzone, Nung keluar kamar,sejenak menghirup udara segar di samping kamar...setelah puas menyegarkan alveolus paru-parunya, ia beranjak ke kamar mandi. Pengin cuci muka. Otomatis melewati kamar Ais. Nung melihat Ibu Ais yang sedang khusyuk sholat Ashar sambil duduk. Subhanallah....Ibu Ais memang dibawa Ais ke kontrakan ini biar Ais bisa merawatnya, disamping Ais juga harus bekerja dari pagi sampai sore/malam di BPS. Ayah Ais ternyata sudah meninggal dan Ibu Ais menderita stroke. Ais, Nung bangga dan bersyukur mengenalmu, mengenal Ibu...Ibu yang selalu manggil dengan sebutan ‘Neng Nung’...Nung sangat terharu dengan besarnya kasih sayang Ais kepada Ibunya.

Sore itu pun Nung berkesempatan melakukan sesuatu untuk Ibu. Sesuatu hal yang belum pernah Nung lakukan sebelumnya, sesuatu hal yang karenanya Nung benar-benar merasa terharu setelah melakukannya...Sambil membantu beliau, Ibu sempat bercerita, bertanya tentang aktivitas Nung, dan mendoakan!!! Mendoakan apa yang Nung cita-citakan bisa menjadi kenyataan dan Nung bisa menjadi orang yang sukses dan berhasil. Amin Ya Rabb...terima kasih Ibu...Ibu Ais yang begitu semangat beribadah, tilawah, dzikir, puasa....dll...Ibu Ais yang LUAR BIASA!!!

Tatkala keluar dari kamar beliau air mata ini sudah tidak bisa Nung bendung lagi...Nung jadi kangen Ibu di rumah. Ibu Nung yang masih sehat, masih kuat melakukan banyak hal..meski akhir-akhir ini kalau Nung pulang Ibu sempat sedikit mengeluhkan kalau kakinya kadang pegal-pegal, punggungnya kadang sakit...mungkin karena kecapekan karena kondisi kantor juga sedang tahap pindahan ke kantor yang baru...Nung kangen banget sama Ibu...wajah tegar dengan guratan-guratan di wajahnya yang menandakan usianya tak lagi muda, Ibu....Nung sangat mencintai Ibu...Ibu yang dulu menangis tiap hari saat Nung dirawat di rumah sakit, Ibu yang selalu menyebut nama Nung di setiap doa-doanya..Ibu yang selalu menyelipkan kata “LUV U” di setiap akhir SMS nya...Ibu Nung yang sungguh LUAR BIASA!!!

Ya Allah, ibu Nung masih jauh lebih beruntung dari Ibu Ais. Nung juga sangat beruntung memiliki Ibu yang sehat. Ya Allah, jagalah Ibu Ais dan Ibu Nung Ya Allah..
Ya Allah, ringankanlah sakit yang dirasakan Ibu Ais...sembuhkanlah Ibu Ais Ya Allah...

Betapa besar kasih sayang seorang Ibu...
Ibu, Nung nangis karena Nung sangat mencintai ibu, Nung kangen banget sama Ibu...Nung ingin memeluk ibu, mencium pipi dan tangan ibu....Bu, air mata kerinduan ini untukmu, untuk Ibu yang tengah menanti Nung di samudera rindu...
Buat Mbak Thicko : maaf aku hampir menghabiskan tissue ‘Doraemon’ mu saat nulis ini...[backsong : WO NAN KUO]
[Redzone, 1 November 2010...Bu, Nung kangen...LUV U FOREVER!!!]

Monday, November 01, 2010

NOVEMBER

Monday, November 01, 2010 0 Comments

[N]ever stop fighting!
[O]ptimist!
[V]ision to action!
[E]nthusiasm with good strategy!
[M]apping ur dreams!
[B]e urself!
[E]verything is easy,if u feel easy!
[R]emember Allah.. anytime.. anywhere!!!

~memulai hari ini dengan hamdalah karena Allah masih memberi kesempatan, disusul basmalah karena Allah masih menyiapkan banyak tantangan yang harus ditaklukkan!~

011110
[Aisya Avicenna]

Kopoci

Monday, November 01, 2010 0 Comments
Bahan :
-Pisang
-Ubi
-Santan (1 liter)
-Gula Merah (3 butir)
-Gula Pasir (secukupnya)
-Teh Poci (3 sendok makan)
-Vanili (1 bungkus kecil)
-Kayu manis (± 7 cm)

Cara Membuat :
-Pisang dan ubi dikupas dan dipotong sesuai selera
-Panaskan santan, masukkan gula merah
-Masukkan ubi yang sudah dipotong sambil terus diaduk. Usahakan terus diaduk sampai santan mendidih dan ubi setengah matang agar santan tidak pecah.
-Setelah ubi agak empuk, masukkan pisang, vanili, kayu manis, dan gula pasir.
-Sementara itu, seduh teh poci dalam air panas. Saring, dan masukkan teh pada masakan.
-Aduk sampai merata.
-Matang, lalu angkat
-Saat penyajian, tambahkan teh poci (ampas teh kering) pada masakan yang sudah matang tersebut. Maksudnya, selain untuk menambah aroma, juga bisa menambah sensasi ‘kriuk’ saat disantap
-Kopoci siap dihidangkan

NB : “Kopoci” ini memang bukan ‘kolak biasa’, karena ada teh sebagai tambahan rasa dan aromanya.
Selamat mencoba!

Salam “OISSYA...”

Aisya Avicenna

Pisgoci

Monday, November 01, 2010 0 Comments
Bahan :
- Pisang
- Tepung beras
- Ampas kelapa
- Vanili (1 bungkus kecil)
- Gula pasir (5 sendok makan)
- Teh poci
- Minyak goreng (secukupnya)

Cara membuat:
- Pisang dikupas dan diiris sesuai selera (bisa dibelah dua atau dibentuk kipas)
- Siapkan adonan : tepung ditambahkan air, masukkan ampas kelapa, gula pasir, vanili, dan teh poci. Aduk merata.
- Masukkan pisang ke dalam adonan
- Panaskan minyak, lalu pisang yang sudah bercampur adonan dimasukkan
- Goreng sampai kekuningan. Angkat dan tiriskan
- Pisgoci siap dihidangkan

NB : “Pisgoci” ini bukan pisang goreng biasa. Tampak dari luar seperti ada bintik-bintik hitam yang menempel. Itulah teh poci yang dicampur pada adonan tadi. Saat dinikmati, tak hanya rasa manis dari pisangnya yang dirasa, tapi juga ada rasa teh dan kelapanya.

Salam “OISSYA...”

Aisya Avicenna