Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, February 14, 2011

Reportase Aisya : JEJAK PERDANA PRAMUDA 15 FLP JAKARTA

Monday, February 14, 2011 0 Comments


Hari/Tanggal : Ahad, 13 Februari 2011
Waktu : Pukul 09.30-12.00 WIB
Tempat : Aula Lantai 3 Masjid ARH UI Salemba
MC : A’ Mumun
Tilawah : Arief (Q.S. Al ‘Alaq )
Moderator : Lia Octavia
Pembicara : Irfan Hidayatullah
Materi : Ke-FLP-an
Peserta Pramuda angkatan 15 : 38 orang
Suasana : bising dan ramai (suara kendaraan yang lalu-lalang)
***
Sekilas Pembicara
Nama lengkap : Muhammad Irfan Hidayat
Nama pena : Irfan Hidayatullah
Saat ini penulis tercatat sebagai pengajar di Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum FLP Pusat. Karya-karya sudah sangat banyak. Salah duanya adalah “My Wife My Princess” (Gema Insani) dan “10 Saudara Bintang Al-Qur’an” (Arkan Leema, yang ditulis bersama Izzatul Jannah)
Email : abuizzati@yahoo.com
Afwan, datanya kurang lengkap, karena tadi mengambilnya di buku My Wife My Princess” milik saya ^^v. Kenalan saja ya di FB beliau : M Irfan Hidayatullah
**
Berikut beberapa petikan materi dari Kang Irfan yang sempat didokumentasikan Aisya. Jika ada yang kurang lengkap, mohon dimaafkan karena waktu serius meliput, sempat “dikerjain” Teh Yusi. Hehe, maksudnya, Aisya sempat dipanggil Teh Yusi ke belakang dan ternyata Aisya harus berhadapan dengan reporter Alif TV untuk menjawab beberapa pertanyaan dari mereka. Hadew, sungguh ‘spechless’, karena waktu itu Aisya sedang didera meriang gembira (baca : sakit). Jadi ya menjawabnya juga kurang maksimal. Menjadi pelajaran berharga buat Aisya bahwa “kita harus senantiasa mempersiapkan diri, karena sesuatu yang tak terduga bisa saja terjadi.”

Setelah wawancara, Aisya kembali menjalankan tugasnya (jadi reporter juga ^^v), berhubung tadi ketinggalan materi, sempat pinjam catatan dari Mbak Dina (Bu Humas). Eh, ada panggilan lagi dari Mbak Rurie. Kali ini bersama Mbak Suri, Aisya diajak diskusi singkat terkait perkembangan Pramuda Non Fiksi ke depan… Hmm, semoga beberapa ide yang tercetus bisa membawa perbaikan untuk ke depannya… Ya sudah, sekarang saatnya menyimak liputan Aisya… Sekali lagi, afwan jiddan jika kurang lengkap…

-Forum Lingkar Pena (FLP) adalah salah satu forum kepenulisan di Indonesia. FLP punya cabang dan wilayah sampai ranting yang sangat aktif. Itu kelebihannya. Nah, kekurangannya adalah : karena terlalu banyak cabang dan rantingnya, membuat FLP juga memiliki tanggung jawab yang tidak ringan, yakni menjadikan teman-teman yang bergabung di dalamnya menjadi penulis yang berkualitas, tentunya tanpa mengesampingkan kuantitas karyanya.

-Seseorang yang baru sekedar ingin menulis, sebenarnya dalam dirinya sudah ada ‘kebisaan’ untuk menulis. Hanya saja memang perlu dibuktikan.

-FLP merupakan forum yang berkarakter karena FLP mengusung format penulisan sastra berbasis dakwah Islam. Meskipun begitu, muncul berbagai pendapat tentang FLP dalam kaitannya dengan kesusastraan Indonesia kontemporer, khususnya dianggap saingan ‘sastra sekuler’.

-Interpretasi singkatan FLP
F = Forum : tempat berkumpul, ada hal-hal yang dibicarakan bersama, visi misi yang ingin dicapai bersama, ada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menjadi pijakan bersama, dll
L = Lingkar : melihat dunia literasi dengan menyisakan banyak problematika khususnya di kalangan wanita. Akhirnya berdirilah FLP di UI Depok tahun 1997 yang diusung Helvy Tiana Rosa dkk. Ada semangat perubahan di dalamnya. Ada semangat ukhuwah di dalamnya.. Di lingkar tersebut sudah banyak yang menelurkan karya. Falsafah melingkar juga karena pertemuannya berformat lingkaran dan dilakukan di masjid.
P = Pena : Simbol kehidupan budaya dan peradaban, kreativitas dan perlawanan. FLP tidak hanya komunitas penulis, tapi juga komunitas budaya.

-FLP yang mengusung jargon “berkarya, berbagi, berarti” merupakan forum budaya atau sastra. Sastra bisa saja menjadi propaganda, sangat sufistik, dll. Kualitas sastra tidak hanya dinilai oleh bahasa dan kesastraannya saja, tapi juga oleh nilai sosiologinya

-Setiap karya punya usianya masing-masing. Ada yang selesai menulis sebuah karya dalam waktu sejam, sehari, sebulan, bahkan sampai bertahun-tahun.

-Tips agar nulis tidak moody ala Kang Irfan :
1.Tanamkan motivasi  “Menulis adalah sebuah perjuangan”. Tidak ada penulis yang tidak berjuang untuk tulisannya. Kendala apapun yang kita anggap sebagai hambatan dalam menulis, jadikan ia layaknya seorang teman untuk dipahami. Oleh karena itu, kita akan berusaha menyikapi kendala itu dengan baik.
2.Pilih waktu yang tepat untuk menulis
3.Menulislah di tempat yang dianggap paling nyaman
4.Kenali karakter diri, apakah termasuk tipikal penulis yang suka dikejar deadline atau tidak. Karena membuat target waktu saat menulis, itu juga sangat membantu.
5.Banyak membaca untuk memperkaya wawasan dan kosa kata.

Setelah materi dari Kang Irfan, dilanjutkan penjelasan tentang agenda Pramuda oleh Teh Yusi dan Kang Arya (Nah, pas sesi ini Aisya mundur lagi karena dipanggil Mbak Rurie.. ^^v).

Insya Allah, setiap dua pekan akan ada pertemuan rutin. Sip, semangat ya!!!
Oh ya, sebelum berpisah Mbak Dina sempat bagi-bagi puding special yang rasanya sangat special juga. Sayang banget, bawanya cuma sekotak. Coba kalau sekarung! Wah, pasti pada kenyang… ^^v Dua pekan lagi bawa yang lebih banyak ya Mbak… Itung-itung jadi belajar jadi Menteri Peranan Wanita sekaligus Menteri Kesejahteraan Rakyat…

Demikianlah reportase Aisya kali ini…


Salam SEMANGAT TOTALITAS,
Aisya Avicenna

Friday, February 11, 2011

Konsekuensi Keputusan

Friday, February 11, 2011 0 Comments
Ada 4 kondisi sebagai konsekuensi dari sebuah keputusan:
1.Menerima sebuah peneriman dan dengannya bisa belajar bersyukur
2.Menerima sebuah penolakan dan dengannya bisa belajar ikhlas
3.Menolak sebuah penerimaan dan dengannya bisa belajar tawadhu’
4.Menolak sebuah penolakan dan dengannya bisa belajar untuk terus pantang menyerah.

~Renungan dalam perjalanan pulang, 8 Februari 2011~

[Aisya Avicenna]

Thursday, February 10, 2011

UPGRADING NASIONAL FLP : “MEMBUKA GERBANG PROFESIONALISME” [Kaliurang, 4-6 FEBRUARI 2011]

Thursday, February 10, 2011 0 Comments









Jumat, 4 Februari 2011
Mimpi itu Jadi Nyata
Jumat petang pasca ngajar di GO Monginsidi, Nungma pulang ke kost gak dijemput Mas Dhody. Tapi pulang sendirian. Hm…seru juga euy…setidaknya banyak sekali perenungan sepanjang perjalanan. Termasuk episode ngajar sore ini. Benar-benar bisa menghidupkan kelas. Seru banget!!! Alhamdulillah, bisa menikmati rintik gerimis petang itu. Rencana mau pulang ke Wonogiri, tapi suara hati mengatakan ‘besok saja’. Nanti di rumah juga tidak efektif…(baca : kayak cuma numpang tidur doang) karena besok pagi-pagi juga dah harus ke Solo lagi. Yadah, agenda mudik dipending dulu. Hari Ahad saja pasca pertemuan FLP Pelangi. Turun gerbang Surya, mampir ke toko alat tulis dulu. Beli isi bolpoin. Inget kalau satu bolpoin kesayangan yang tiap hari dipakai untuk mendokumentasikan hidup sudah hampir habis. Selanjutnya beli makan malam…

Alhamdulillah, sampai kost juga…melepas penat sejenak, makan, sholat Isya’, tyuz nyalain doralepito. Rencana mau melanjutkan menulis ‘proyek Pelangi’. Ohya, tadi pagi sempat dapat SMS dari Mas Aris El Durra kalau hari ini beliau, Mas Aries Adenata, dan Mbak Rianna Wati akan menghadiri Upgrading Nasional FLP di Kaliurang Yogyakarta. Wah, seru banget mesti. Jadi mupeng sangaaaaat!!! Apalagi tadi sempat baca statusnya Mas El di FB kalau lagi Sesi 2 : “Dakwah Layar Kaca” bersama Kang Abik. Hmmm….pasti seru banget acaranya!!! Malam itu, sebelum melanjutkan menarikan jemari di atas keyboard doralepito, Nung sempatkan SMS para delegasi FLP Solo Raya itu. Nanya kabar disana n ngasih semangat. Ahay… ntah ada angin dari mana, tiba-tiba ada SMS yang mengatakan : “…kalau besok kamu nyusul gimana, bisa gak? Lumayan masih dua hari….”. whatz??? Beneran nih??? Setelah dapat penjelasan panjang kali lebar dari Mas El, akhirnya Nung minta izin ibu dulu buat berangkat besok ke Kaliurang. Bismillah…dan Alhamdulillah, dapat ACC. Jadilah Nung bersorak-sorai di kamar (eh, gak ding!). Siiiip, let’s prepare to “mbolaaaaaaang!!!”.

Setelah semua beres, sekitar jam 22.22 WIB bobo’ dah…(nulisnya baru dapat dikit, terpending dulu. Hehe). Malam ini mimpiku sangaaaaat indah….^^v

***
Sabtu, 5 Februari 2011
Ular Besi itu Membawaku Menjemput Impian…
Munajat di sepertiga malam yang luar biasa, terima kasih Ya Rabb atas kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi hari ini. Bismillah….semoga!!! Sekitar jam 06.15, checking akhir dulu kemudian bersiap berangkat ke Stasiun Balapan, sempat ditelp Boz Aries Adenata dulu…(nitip obat. Haiyyah…). Alhamdulillah, tiap kali ketemu bangjo selalu warna favoritku lah yang menyala. Hijau!!! Dahsyat sangat dah...^^. Rintik kecil gerimis seolah menyenandungkan lagu kedamaian yang membahagiakan diri ini. Kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata…

Beli tiket pramex (9.000) kemudian mampir minimarket dulu. Belum sarapan euy. Beli roti, wafer tango n coklat beng-beng. Kemudian sambil menunggu pramexnya datang, Nung duduk-duduk bersama para calon penumpang yang lain di deretan kursi panjang. Menikmati roti yang tadi dibeli sambil mendengarkan nasyid lewat earphone dari N5310 ku. Menangkap banyak “pesan” di lokasi itu. Alhamdulillah, pramex nya datang jam 06.55. Ambil posisi yang paling Nung suka, duduk di deket jendela. Alhamdulillah, bisa dapat gerbong yang khusus wanita. Bismillah, dan perjalanan pun dimulai…tak lupa mengabarkan yang di Jogja kalau dah di kereta n SMS panitia yang bertugas menjemput. Ternyata nanti mobil baru turun dari Kaliurang jam 10an. Whatz? Berarti kira-kira harus menunggu 2 jam. Kalau lancar sebelum jam 8 ni kereta pasti dah nyampe Stasiun Lempuyangan. Tapi…tenang saja, sudah banyak hal yang menari-nari di otak “si pembolang” ini. Ahay, “masa penantian” gak boleh berlalu begitu ajah!!!

Menikmati panorama di luar jendela.

“Kulayangkan pandangku melalui kaca jendela…dari tempat ku bersandar seiring lantun kereta. Membawaku melewat tempat-tempat yang indah, membuat hidupku menjadi riuh dan berwarna…”. Hehe…jadi bernostalgia dengan tembangnya PADI. Pada episode mbolang kali ini buku yang Nung bawa salah satunya novel “Cinta-Mu Seluas Samudra” –nya Mas Gola Gong. Sempat membaca beberapa bab di kereta, selebihnya banyak melihat pemandangan di luar kereta. Sempat bikin puisi juga yang tertulis di HP…^^.

Jejak yang Terpetakan di Lempuyangan
Stasiun Klaten lalu Maguwo…dan selanjutnya Lempuyangan. Yups, tepat jam 8 kereta sampai. Nung SMS Mas El dan memberitahukan ke panitia PJ yang nati njemput kalau dah sampai Lempuyangan. Menghirup udara pagi Jogja di luar stasiun. “Membaca’ suasana sejenak kemudian memutuskan untuk berjalan ke kanan. Sampailah pada sebuah warung soto. Sarapan dulu yak…^^. Sampai jam 08.40 di warung soto itu. Sempat mencatatkan ‘sesuatu’ di buku catatanku. Kemudian bertanya kepada ibu pemilik warung dimana letak apotik terdekat. Beliau bilang kalau dari warung itu sekitar 500an meter, di daerah Jalan Hayam Wuruk.

Hm, akhirnya setelah sarapanku usai, bergegas meninggalkan warung itu dan melanjutkan petualangan. Hehe…jalan kaki menuju apotik sekalian cari warnet terdekat. Ada email yang harus dikirim. Setiap kali bertemu tukang becak atau tukang ojek selalu ditawari untuk memanfaatkan jasa mereka. Tapi batinku selalu berkata, “Ah, 500 meter mah kagak jauh-jauh amat…hehe”. Sekalian riyadhoh juga. Menikmati setiap jejak yang terpetakan seiring langkah kaki yang berjalan. Akhirnya, sampai juga di apotik. Gak jauh kok ternyata n kayaknya gak ada 500an meter. Tanya yang jaga, ternyata “protecal defence” pesenan Mas Aden gak ada. Hm, yadah deh…sempet tanya-tanya juga di beberapa toko yang cukup besar di sekitar situ tapi juga gak ada. Selanjutnya, sekitar jam 09.00 Nung sampai di sebuah warnet. Cukup setengah jam saja di situ. Duh, agak lambreta juga. Coz komputernya masih tipe Pentium yang jadul. Hehe…tapi lumayanlah…^^

Jam 09,30 memutuskan kembali ke Stasiun Lempuyangan. Menurut rencana sih, nanti dijemput jam 10an. Yadah, masuk peron lagi, bayar 2.500. Duduk di tempat yang gak begitu rame. Tepatnya di depan warung makan, paling pojok. Mengeluarkan buku note ku n bolpoin. Sempat “menuliskan” sesuatu juga. Capek nulis, kemudian baca novelnya Mas Gola Gong lagi. Sesekali menikmati “ular besi” yang keluar masuk stasiun. Tiba-tiba ada yang ngagetin. E, ternyata Mulit, teman SMA. Hehe…kaget aku say!!! Gak sempet ngobrol karena dia rombongan sama teman-temannya dan mau ada acara di jogja juga. Kembali tenggelam bersama alur cerita di novelnya Mas Gola.

Tak terasa satu jam, 2 jam sudah berlalu…Nung pindah posisi tempat duduk. Pindah di peron bagian tengah. Sampai-sampai Nung lihat kereta pramex yang tadi pagi Nung naiki dah sampai lagi di lempuyangan. Sempat menangkap sosok seseorang yang Nung kenal, yang turun dari situ. Akhirnya PJ penjemput telpun n mohon maaf karena tadi masih harus nunggu mobil dan kebetulan jalanan macet. Akhirnya, mereka baru sampai jam 12.15. e, malah ketemu Mas Aries Adenata juga. Sempet bingung juga, kenapa beliau harus pulang ke Solo? Hm… (Nung belum jadi beli protecal defense pesananmu Mas…hehe).

Dan Kaliurang pun Bertasbih….
Naik mobil, duduk paling belakang. Ada 3 ikhwan di mobil. Mereka masih mahasiswa. 2 dari FLP Jogjakarta (Sobat dan satunya lupa), 1 nya dari FLP Riau (Indra). Banyak crita-crita seru di mobil. Nyambung juga dengan Indra karena dia tahu MITI (waktu itu Nung pake jaket MITI), dan kemarin sempat jaga stand waktu ada Seminar Nasional di IPB. Perjalanan yang menyenangkan…pemandangan kota Jogja dan Kaliurang yang sangat eksotis. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di VILLA TAMAN EDEN. Wow, dari luar aja dah WOW…bakalan seru nih!!! Diantar ke meja sekretariat. Registrasi dulu, mbayar, ambil cocard, kemudian diberi kunci kamar. Kamar Bougenville. Di room itu ada 2 kamar. Nung dapat yang kamar no.2. langsung deh kenalan dengan para penghuni terdahulu. Ada Floweria dari FLP DIY, Umbara FLP Semarang, Henny FLP Malang, Aisiyah FLP Madura, Ibu Mildaini dari FLP Bengkulu. Wah, bakalan heboh juga nih. Sholat Dhuhur dulu, kemudian makan siang berang di ruang makan. Di situ dapat kenalan juga, dari FLP Makasar.

Ohya, SMS Mas Aris El Durra kalau dah sampai ruang makan. Dah ketemu Mbak Riannawati juga. Koordinasi sebentar dengan Mas El. Karena jam 14.00 kita dah harus masuk ruang sesi. Akhirnya, diputuskan Mas El yang di komisi C (bagian fundrising, dkk), Nungma di komisi B (Kaderisasi).

Komisi B didampingi oleh Teh Maimon Herawati (Teh Imun) dan Kang Ganjar. Seru banget lah!!! Pending Ashar dan break, kemudian dilanjutkan lagi jam 16.00 bersama Kang Irfan Hidayatullah (mantan ketua FLP Jakarta, sebelum Kang Taufan E. Prast yang terpilih). Hm, gak nyangka euy bisa bertemu dan diskusi bareng Kang Irfan (dulu hanya bisa baca karya-karyanya, e…dalam kesempatan luar biasa ini bisa ketemu langsung!). masih bersama Kang Ganjar juga terus Mbak Sinta Yudisia (Nung baru nyadar kalau yang dari tadi duduk di samping Nung n sempat ngobrol juga itu Mbak Sinta. Xixixi. Maklum lah, coz foto ma aslinya agak beda. Sedikit pangling gitu. Hehe… terima kasih Mbak Sinta!!!). Nung benar-benar merasakan banyak ENERGI POSITIF di dalam agenda UPGRADING NASIONAL FLP yang mengambil tema : MEMBUKA GERBANG PROFESIONALISME” itu. Sip…..bersyukur bisa menjadi bagian dari acara ini.

Pending sholat Maghrib dan ISHOMA. Balik ke kamar. Banyak kejadian seru yang terjadi. Ah, Nung paling suka ketika bertemu dengan orang-orang baru dan kita bisa berdiskusi serta berbagi banyak hal. Gak nyangka juga bisa ketemu dengan Umbara di acara ini. Apalagi jadi satu kamar. Dulu kita sempat ketemu di UNS pas Nung jadi panitia Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa nya SIM BEM UNS. Setelah beres n rapi, Nung berkunjung ke kamar sebelah (Bougenville 1). Tadi pas sholat Ashar sempat kenalan dengan rekan-rekan dari FLP Pati dan FLP Bali yang ada di kamar itu. Gak nyangka juga bisa bertemu dengan Mbak Wahyu. Pas kenalan : “Ini Norma Keisya Avicenna ya?”. Ah, ternyata dunia ini hanya seluar daun kelor.wkwkwk. Seringnya kita ketemu di FB pas ngomentari status/foto nya salah seorang sahabat yang ternyata masih tetangganya beliau. Padahal kita belum jadi friend juga di FB tapi nama masing-masing dah gak asing di FB. Ealah, malah ketemu di Kaliurang. Hm, skenario Allah begitu indah…

Setelah makan malam, kembali melanjutkan diskusi di komisi masing-masing. Malam itu, komisi B dapat ilmu tentang “MENYUNTING ITU PENTING” dari Kang Irfan Hidayatullah dan “CERDAS MENGEMAS PESAN SECARA SINGKAT” (Bahasa Jurnalistik) dari Teh Maimon Herawati. Beberapa materi nanti Insya Allah akan Nung tuliskan di bagian yang terpisah aja ya (note ini sebagai reportase perjalanan aja..hehe…).

Tak terasa sudah jam 22.00. Diskusi dulu dengan Mas El, banyak hal yang dibahas termasuk rencana muscab bulan Maret. Hehe…Jam 23.15, saatnya melepas penat. Ah, Nung masih belum percaya kenapa bisa sampai di tempat ini. Jadi ingat, dulu pernah menulis di buku mimpi, bisa ketemu penulis-penulis beken pluz produktif dan para penulis dari FLP se-Indonesia. Dan Alhamdulillah, impian itu bisa jadi nyata!!! Terima kasih, Ya Rabb…Have A Nice Dream….

Ahad, 6 Februari 2011
Napak Tilas Awan Panas [“Mengasah Pena Alam”]
Menikmati sepertiga malam terakhir di kamar Bougenville. Sekitar jam 02.30, hm…tengok kanan-kiri belum ada yang bangun. Yadah, Nung sholat dulu saja. Jam 03.00 baru bangunin mereka yang mau sholat. Malam yang syahdu…Menikmati ‘peristiwa Subuh’, kemudian bersiap-siap. Jam 05.30 dah rapi. Kemudian duduk-duduk di teras kamar sambil menghirup udara pagi Kaliurang yang sangat segar dan sejuk. Subhanallah…pemandangan yang sangat indah yang tertangkap dari lantai 2…

Wah, yang ikhwan dah ada yang jalan-jalan di bawah. Ada Mas El juga. Akhirnya, Nung ngajakin Umbara jalan-jalan juga. Tapi dia belum siap. Xixixi. Yadah, ngajak tetangga sebelah…sama 2 akhwat FLP Pati, kita riyadhoh pagi deh sambil mengabadikan moment alias foto-foto. Pas sampai gerbang depan wisma ada Teh Maimon Herawati, Teh Rahmadiyanti Rusdi, dan Mbak Lilo. Sip…mendaki gunung yuk…ada 4 orang ikhwan juga yang dah jalan di depan kita. Akhirnya gabung deh. MENGASAH PENA ALAM. Sampai juga di kawasan Kalikuning, bekas awan panas Merapi. Masya Allah, kondisinya separah itu…>.
Menikmati jadah tempe dan kerupuk kuning bareng-bareng. Akhirnya kami memutuskan untuk naik “kereta Batman” yang akan membawa kami berkeliling menikmati pemandangan di sekitar area. Yang ikhwan naik di tengah jalan (tadi mereka jalan duluan untuk pulang), mbak Wahyu yang nyusul juga kita angkut di tengah jalan, ada Mae juga (FLP Bogor). Hehe…asyiknya rame-rame. Tiap orang bayar 4.000. ehm, tapi terima kasih buat Teh Imun karena kita-kita dibayari. Asyiiiik….Sejauh mata memandang sangat indah dan luar biasa!!! Akhirnya, kita kembali ke Wisma, pas mau jalan turunan, malah ketemu Mas El lagi ngopi di pinggir jalan. Hehehe…kok malah sarapan duluan??? Sampai di depan wisma, sempet foto-foto dulu…laper juga karena aksi mbolang kita pagi itu. Saatnya ke ruang makan….^^b.

Ceremonial Milad FLP ke-14 [1997-2011]
Jam 08.00 kembali masuk ke ruang aula. Tapi berhubung acaranya belum mulai, akhirnya kita foto-foto dulu dan saling bertukar identitas. Hihi, lucunya pas manggil bukan nama, tapi daerah asal kita. Mbak Solo, Mbak Aceh, Mbak Bali….hehe…seharusnya pagi ini acara diisi oleh Mbak Helvy Tiana Rosa (HTR), tapi ternyata beliau berhalangan hadir. Hiks, padahal dah pengen banget ketemu. Ya sudahlah…mungkin timingnya belum TEPAT dan TERBAIK..^^

Acara diisi dengan pengisian form pendaftaran BSM dan pembuatan kartu anggota FLP. Sampai sekitar jam 11.00. Kemudian ada acara CEREMONIAL MILAD FLP. Sambutan-sambutan lalu ada penampilan nasyid dari SINTESA, pembacaan cerpen “Jejak-Jejak Sang Nabi” oleh Pak Bahtiar, kang Irfan tampil dengan nasyid MUPLA : “Wahai Hati” (dengan mata yang sembab…T_T…saya juga Kang…hiks..hiks…karena hanyut dalam pembacaan cerpen tadi, merindu Rasulullah…sangat!!!). Nasyid ini juga menjadi salah satu nasyid favoritnya Nungma!

Kemudian Kang Irfan tampil lagi bersama Mas Benny Arnas…”Rindu kami padamu, Ya Rasul…” (bikin merinding euy…^^). Selanjutnya ada pembacaan cerpen dari Mas Benny. Judulnya apa ya, Nungma lupa coz panjang banget. Hehe… Ada aksi balas pantun juga, monolog, sintesa tampil lagi dan diakhiri doa bersama. Setelah doa bersama ada pemotongan tumpeng oleh para pembesar FLP. Seperti Mbak Intan Savitri (Izzatul Jannah), Teh Maimon Herawati, Teh Rahmadiyanti Rusdi, Kang Irfan, dll. Potongan pertama diberikan kepada FLP Yogyakarta yang telah berjuang keras dalam penyelenggaraan upgrading kali ini. Salut buat rekan-rekan FLP Yogya!!! Potongan selanjutnya diberikan kepada FLP Lombok (yang tengah merintis dan sekaligus sebagai FLP termuda). Sipp…

Semoga dalam miladnya yang ke-14, FLP mampu menjadi organisasi kepenulisan yang lebih profesional dan produktif. Dan para ‘pejuang pena’ di dalamnya senantiasa mampu menjaga KEBERSIHAN NIAT dan AZZAM di jalan dakwah pena ini. Amin.

Karena Kata adalah Cahaya
Sesi selanjutnya foto-foto dan ngumpulin ‘motivasi’. Hehe…
1. To : FLP Solo
Semangat, ya! Tetap menulis! Tetap berkarya! Tetap bersama! [Sakti Wibowo]

2. Untuk FLP Solo : “Menulislah, akrabi realitas dan temukan Dia disana!” [Kang M. Irfan Hidayatullah]

3. Untuk FLP Solo : “Tarikan penamu dengan nurani, cerahkan umat. Keep fighting, keep writing, keep shining!” [Teh Rahmadiyanti Rusdi]

4. “Tidak begitu penting menjadi terkenal dengan menulis. Lebih penting menjadi terampil dan bisa memberi manfaat banyak melalui tulisan kita…” [Mas Koko Nata]

5. “Norma….Amal jariyahmu akan kau bawa mati, maka MENULISLAH!!!“ [Mbak Sinta Yudisia]

6. “Norma, mengarang juga tentang menciptakan kebahagiaan!” [Mas Benny Arnas], dll….
yang jelas, banyak ENERGI POSITIF di sini…dan aku sangat bersyukur karenanya!!!

Karena Setiap Pertemuan Pasti Ada Perpisahan…Ini Sunatullah!!!
Jam 13.30…makan siang bersama. Bareng Mbak Wahyu dan Niswa juga. Di samping makan, kita juga membahas perjalanan pulang nanti. Kita bertiga sepakat bareng naik pramex dari stasiun Tugu dan turun di stasiun Jebres. Mbak Wahyu mau pulang ke Jumantono (setelah 4 bulan tidak pulang) dan Niswa mau ikut Mbak Wahyu. Hari Selasa baru balik ke Bali. Siip….ocre deh!!! Pas asyik makan, Mas El telp. Beliau ngabari kalau pulang duluan bareng Mbak Riannawati. Jiaah, critane Nungma ditinggal mbolang lagi nih. Tak apalah, Nung juga dah punya teman mbolang pas pulang nanti. Hehe… hm, sedih juga euy…harus berpisah dengan rekan-rekan yang luar biasa dan para penulis yang luar biasa pula!!! Semoga suatu hari nanti Allah SWT berkenan mempertemukan kita kembali dalam kondisi yang lebih baik. Amin…

Jam 14.30 naik minibus yang sudah disediakan panitia. Perjalanan “turun” yang seru euy! Sempat terpejam juga, capek tapi seru…. Alhamdulillah, sampai juga di Tugu. Rombongan berpramex ria bertambah 2 ikhwan. Mas Lombok dan Mas Jambi. Hehe…^^. Kereta baru datang jam 16.15. Ternyata eh ternyata, Mas El dan Mbak Rian masih nunggu kereta di stasiun Maguwo. Wkwkwk, bakalan satu kereta juga nanti.

Banyak Cinta, Cita, dan Cerita di Pramex… (Antara Jogja dan Solo)
Wah, kereta penuh sesak. Bergelantungan deh… Saatnya “membaca” dan “menyerap inspirasi”. Menikmati perjalanan dengan pikiran dan hati yang “berbeda”…ada sesuatu yang “kubawa” saat pulang…nuansa yang “berbeda” dari sebelumnya ketika ku berangkat. Satu hal yang pasti…ada sesuatu yang harus dan harus aku perjuangkan!!!

Ternyata Mbak Rian dan Mas Sakti akhirnya naik kereta yang ke Madiun dan Mas El malah jadi satu gerbong dengan kita-kita. Hihi…konyol bangat lah….^^

Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di kota perjuangan, Solo. Disambut rintik air mata langit yang menetes lirih…mencoba meluruhkan penat yang terendap dalam lubuk jiwa.

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar!!! Dua hari kemarin benar-benar menjadi hari yang dahsyat dan luar biasa…

Terima kasih Ya Allah…skenario-Mu indah..sangat indah!!! Kawan, inilah aku…inilah diriku yang sedang berproses!!! Semangat Nungma….!!!

[Keisya Avicenna : “Menulis adalah menjadikan setiap huruf bermetamorfosa menjadi dzarrah kebaikan. Menulis untuk mendokumentasikan hidup…LET’S WRITE TO FIGHT!!!”]

Wednesday, February 09, 2011

Beli Buku Terbaru Saya Yuk!!! : "Lovely Lebaran"

Wednesday, February 09, 2011 1 Comments

Selalu ada kisah yang rupawan di hari Lebaran...

Alhamdulillah, telah lahir dengan selamat buku "Antologi Lovely Lebaran (LL)" yang insya Allah akan dilaunching pada tanggal 13 Februari 2011. Buku antologi ini diluncurkan dalam 2 seri yakni "LL Serendipity" (berisi kisah-kisah mengesankan para penulisnya saat lebaran) dan "LL La Tahzan" (berisi kisah-kisah mengharukan para penulisnya saat lebaran).

Ada kisah saya yang turut mewarnai buku ini dan masuk dalam "LL Serendipity". Judulnya.. hmm, ada 'merah'-nya yang pasti... Nih, saya bocorin...(tapi sengaja saja potong-potong kisahnya)

Pada buku ini saya berbagi cerita tentang pengalaman saya yang saat itu benar-benar merasakan sensasi mudiknya para perantau! Tahun 2010 adalah tahun perdana mudik saya dari Jakarta ke rumah. Kisah ini saya bagi dalam 4 segmen... Simak potongan kisahnya yuk!

080910 : Istimewanya Mudik

Angka yang istimewa di hari yang istimewa. Pulang kantor kali ini memang terasa istimewa, karena pulangnya tidak ke kost seperti hari-hari biasanya, tapi langsung pulang ke kampung halaman. Mana masih pakai seragam kantor! Ada kejadian lucu dan bikin senyum-senyum sendiri. Apa coba??? Hmm, diintip sendiri ya di bukunya!

090910 : Memecahkan Rekor
Hmm, rekor apa yang berhasil saya pecahkan di Ramadhan tahun ini?? Mau tau? silakan buka di halaman LL Serendipity (iklan.com)

100910 : Merah Marun Lebaranku
Merah marun? inilah warna favorit saya... Hmm, ada yang merah merona di lebaran tahun ini. Lucunya lagi ada seorang sahabat yang iseng membuat “Award SMS Lebaran”. Alhamdulillah, SMS saya terpilih sebagai SMS Lebaran terinspiratif. Wah, jadi merah merona beneran!

110910 : Kenduri Syawal

Kenduri Syawal? Acaranya seperti apa sih? penasaran? Hmm, lagi-lagi yang penasaran sepertinya harus segera pesan LL Serendipity deh! ^^v

Terakhir, ada doa di Lebaran tahun lalu yang terkabul di Lebaran tahun ini. Apa itu? Pun demikian ada doa yang terpahatkan di Lebaran tahun ini yang harapannya dapat menjadi nyata di Lebaran tahun depan. Apa juga nih??? (lagi-lagi bikin penasaran aja ya!)

So, buruan dapatkan Antologi Lovely Lebaran Serendipity. Berisi kisah-kisah seru nan menyenangkan dari para penulisnya (termasuk saya.. ^^). Hanya dengan Rp 40.000,00 teman-teman bisa mendapatkan LL Serendipity!! ^^v

Pemesanan dapat dilakukan sekarang juga! Bebas ongkos kirim bagi yang memesan sebelum tanggal 13 Februari 2011.

Tulis nama_alamat_jumlah pesanan (kirim ke 08999344753 : etika)



***

Ingin bertemu para penulis Lovely Lebaran (LL)???


Ikuti Launching LL + Workshop Menerbitkan Buku Indie + Free Beauty Class (wah... seru banget nih!!!!!!!!!!!!!)



Hari : Minggu, 13 February 2011
Waktu : 12.00 - 16.30
Tempat: Gedung Leksika Jl. Lenteng Agung No. 101, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Nomor Telepon: +62217806566, +62217807278

Bersama :
Dani Ardiansyah*, Epti Yamah**, dan Lovely Lebaran Writers

(*Penulis buku2 indie, owner indie-publishing.com, **Beauty Consultan PT. Ahad-Net Internasional)


Biaya Investasi Rp 50.000 SAJA! (Free for LL Writers)

(Termasuk snack, free launching buku Lovely Lebaran, motivasi menerbitkan buku, workshop indie, workshop kesehatan dan kecantikan islami, sertifikat,

*doorprize manfaat asuransi senilai 75 juta untuk 3 orang)



Cara pendaftaran transfer ke rekening BCA No 6850184664 an Tety Herawati. Batas waktu pendaftaran 11/2/2011 lalu SMS konfirmasi pendaftaran ke nomor : 021.98649425 / 087839014725

Format SMS: Nama Lengkap, Alamat, Email, Account Facebook, Bank asal transfer (jika transfer atas nama orang lain sebutkan namanya!) Information CP : 087839014725



Powered by :

Takaful - Toko Buku Leksika - Indiepro Publishing - Qum Indonesia - PT. Ahad-Net International

DON'T MISS IT!!!!


Salam termanis,
Etika Suryandari

~Aisya Avicenna~

Tuesday, February 08, 2011

Kultwitt #Nikah dari Ust Salim A Fillah

Tuesday, February 08, 2011 3 Comments
Akh... feat. Ukh Etika (hmm... ^^)


1. Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.

2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

4. Persiapan #Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. #Nikah


6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. #Nikah


7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.


8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)


9. Persiapan #Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.

10. Sebaliknya, ada orang yang #Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.

11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan #Nikah lainnya berpijak pada yang satu ini.

12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. #Nikah

13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu #Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.

14. Sebelum #Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.

15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait #Nikah adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu


16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya. #Nikah


17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua. #Nikah

18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu #Nikah

19. Persiapan Ruhiyah #Nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.

20. Jika #Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.

21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam #Nikah. “Apa obsesimu?”

22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah #Nikah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?

23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah #Nikah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.

24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) #Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll

25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga #Nikah

26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu #Nikah

27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. #Nikah

28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi #Nikah

29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. #Nikah

30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. #Nikah

31. . Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. #Nikah

32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. #Nikah

33. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?! #Nikah

34. BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai. #Nikah

35. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami. Ie: Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak! #Nikah

36. -> Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma! #Nikah

37. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar) #Nikah

38. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4

39. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu #Nikah

40. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). #Nikah

41. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. #Nikah

42. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?” #Nikah

43. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. #Nikah

44. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. #Nikah

45. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P #Nikah

46. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9) #Nikah

47. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.

48. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah

49. Per #Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.

50. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. #Nikah


51. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus #Nikah

52. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah #Nikah

53. Jadi, target persiapan fisik #Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

54. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. #Nikah

55. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal #Nikah

56. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. #Nikah

57. Ingat & catat: Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.

58. Persiapan finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.

59. Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.

60. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.

61. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. #Nikah

62. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)

63. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah

64. Tetapi Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.

65. Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)

66. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)

67. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah

68. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah

69. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS #Nikah

70. Persiapan #Nikah yang sering terabai ialah nan kelima ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial.

71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.

72. Untuk itu, mereka yang akan me #Nikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.

73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per #Nikah-an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.

74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah

75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf


76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. #Nikah

77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.

78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.

79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah

80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah

81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah

82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah

83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. #Nikah

84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst #Nikah

85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah

86. Ringkas kata untuk persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT #Nikah


87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4 Semoga manfaat;)


Repost dari Ardhie Murchaya

Monday, February 07, 2011

From Bandung with Love

Monday, February 07, 2011 0 Comments
Jumat, 4 Februari 2011
Seharian ini Aisya bertugas di Unit Pelayanan Perdagangan (UPP), Kementerian Perdagangan. Apa itu UPP? UPP adalah ‘pintu’ keluar masuknya perizinan impor dan ekspor. Semacam ‘front line’ kalau di bank. Jadi ya tugasnya memberikan pelayanan prima pada para importir dan eksportir yang hendak mengajukan izin. Aisya memang diperbantukan di sana, karena dirinya adalah bagian dari staf di Direktorat Impor. Berhadapan dengan ‘customer’ yang galak sampai baik hati, Aisya pernah mengalaminya. Hmm, di sinilah peran sebagai ‘abdi masyarakat’ itu akan teruji. Aisya mendapat jadwal bertugas di UPP 1-2 kali dalam seminggu.
Aisya bertugas di UPP dari jam 09.00 sampai jam 05.00 sore. Setelah jam 5 sore, Aisya naik ke lantai 9. Pekerjaan selanjutnya telah menanti. Pukul 19.30 Aisya dan teman-temannya bersiap untuk berangkat ke Bandung dengan menggunakan mobil AVP hitam. Jakarta malam ini cukup macet tapi Aisya begitu menikmati perjalanan ini sambil mendengarkan murottal dan nasyid-nasyid favoritnya. Rombongan sempat berhenti di rest area tol Cikampek untuk isi bensin dan ke toilet.
Sabtu, 5 Februari 2011
Pukul 02.00 dini hari sampai jugalah di bungalow dan restoran “Kampoeng Strawberry” di daerah Ciwidey, Bandung Selatan. Suasana dingin menusuk kulit. Kami menginap di sana. Setelah bersih-bersih badan, lanjut sholat Isya berjamaah. Sempat bikin mie rebus karena belum makan malam, lanjut tidur. Bungalownya sangat nyaman. Desain interiornya juga sangat menarik. Berlantai kayu dan berdinding batu bata.
Pukul 04.30 bangun, kemudian sholat Subuh berjamaah. Pagi harinya, wow.. subhanallah.. pemandangannya begitu indah. Gunung yang berkabut diadu dengan hawa dingin dan udara yang menyegarkan. Bersama Agnes, Mbak Sulis, dan Nita, Aisya jalan-jalan pagi dan akhirnya menemukan warung di pinggir jalan. Aisya memesan segelas energen vanilla hangat dan makan satu buah gorengan. Di depan warung itu berjejerlah puluhan buah strawberry yang siap dipetik. MERAH euy!
Setelah sarapan, mandi, dan packing, Aisya dkk menuju mobil kemudian melanjutkan perjalanan menuju kawah putih. Sempat berhenti di jalan untuk foto bersama. Sampai di kawah putih, malah hujan yang cukup deras. Sudah keluar lagi, tapi berhubung hujan semakin deras akhirnya masuk mobil lagi. Setelah cuaca cukup mendukung, akhirnya keluar mobil dan menuju lokasi. Meski sempat tertahan di gardu sebagai tempat berteduh, Aisya dkk akhirnya bisa berfoto ria di Kawah Putih meski waktu itu angin bertiup cukup kencang dan hujan kembali turun.
Perjalanan dilanjutkann ke Situ Patengan. Makan sate ayam kemudian sholat. Setelah itu foto-foto. Beli strawberry lima kotak.
Setelah dari Situ Patengan, rombongan merangkak menuju pusat kota Bandung. Sampai juga di Dago. Teringat kisah Ajuj yang rela jualan pecel lele di Jalan Dago, sembari mencari Kinanthi (baca gih novel “Galaksi kinanthi” karya Tasaro Gk). Mampir di Kartika Sari, beli brownies. Lanjut ke Herritage dan cari oleh-oleh di daerah Dago.
Senja di Paris Van Java. Menikmati nasi goreng dan secangkir lemon tea hangat di cafe de Winkle.
Pukul 19.00, pulang ke Jakarta. Sampai kost pukul 22.00.

Aisya Avicenna

Friday, February 04, 2011

SAAT ‘PENA KEKUASAAN’ MENULISKAN TANDA KEINDAHAN DI ATAS LEMBARAN KEHIDUPAN

Friday, February 04, 2011 0 Comments



Sebuah Catatan Perjalanan Hari Kedua di Usia Seperempat Abad Kurang Satu

Aktivitas pagi yang luar biasaaaa…sibuk. Hehe. Hari ini tanggal merah, otomatis libur euy. Tapi Nung sedari pagi dah habis 2 buku. Baca maksudnya… Hehe…nylesein bukunya Asma Nadia. Sekitar jam 09.45 nyalain Doralepito. Rencana ‘satu jam saja’ nulis, tapi baru dapat setengah jam, seorang sahabat (satu kost juga), ngajakin jalan-jalan. Yadah deh...dari tadi pagi Nung juga dah bilang pengen banget hari ini “mbolang” menjelajah SoLo.

Akhirnya jam 10.30 kita berangkat. Sipsip…melewati sepanjang jalan depan Rumah Sakit Moewardi sampai perempatan Panggung…mencoba mengoptimalkan panca indera, menangkap “sesuatu” yang bisa diletakkan di hati. Ada beberapa hal unik yang berhasil Nung tangkap dan rekam di memori otak ini. Para musisi jalanan yang tengah beraksi di lampu merah dengan alat musik seadanya, wajah-wajah penuh gurat ketegaran dari para pedagang yang asyik menjajakan hiasan mobil yang lucu-lucu, ada seorang pria separuh baya yang selalu Nung lihat ‘mangkal’ di daerah itu. Nung jadi kepikiran dan pengin tahu kisah hidupnya. Beliau yang berjuang dengan satu kaki (maaf), selalu ada kruk kayu yang membantu menopang tubhnya. Tapi sayangnya, beliau perokok. Bagian ini yang Nung kurang suka. Hm, tapi tiap orang punya pilihan hidup masing-masing. Semangat Pak!!! (teriak batin Nung tatkala melihat beliau, untuk para tukang becak yang biasa mangkal disitu juga. Yang dulu pernah membantu Nung nyetop bis waktu mau mudik…). Ah, inilah perjuangan dalam hidup…Mereka yang rela ‘membanting tulang’ demi keluarga…(semoga keikhlasan dan rasa kesyukuran senantiasa bersemayam di dalam hati nurani mereka. Harapku…).

Tujuan perdana kita : ke PGS dan Beteng. Nung hanya ingin beli sepasang sepatu (yang murah tapi awet…^^v). Karena Nung bukan tipe shopingholic, belanja suatu barang ya kalau dah benar-benar butuh aja. Hehe…(lagi butuh sepatu soalnya, yang biasa dipake dah minta pensiun. xixi). Kelar beli sepatu, nemenin Fina milih-milih kain kebaya. Suasana Beteng n PGS siang itu cukup ramai, hari libur euy. Apalagi juga pas ada Sekatenan. Sekitar jam 12.15 kita beranjak ninggalin PGS. Lalu lintas di sekitar Gladag padat banget. Macet!!! Dengan penuh perjuangan, akhirnya kita bisa bebas meluncur. Target lokasi selanjutnya suatu tempat yang terletak di jalan Solo-Sragen. Kita sempat sholat Dhuhur di sebuah mushola kecil di tepi jalan. Kita berkenalan dengan 3 bidadari kecil yang lucu-lucu yang masih mengenakan mukena. Duh, imut-imut banget!!! (pengen tak culik…hehe). Sementara Fina menyelesaikan urusannya, Nung nunggu sambil menulis “sesuatu” di buku DNA nya. Buku yang tak pernah ketinggalan untuk selalu dibawa. Ungkapan isi hati, tepatnya. Ah, akhir-akhir ini banyak hal berputar-putar di kepala….

Ya Rabb, hanya kepadaMu hamba memohon petunjuk, berikanlah hamba kemudahan dalam setiap urusan. Amin.

15’ kemudian…Fina datang, kemudian kita pun melanjutkan perjalanan. Mendung hitam semakin bergelayut. Tetes-tetes air mata langit perlahan namun pasti mulai berjatuhan menghujam bumi. Perlahan, kemudian mulai menderas. Akhirnya, kita berteduh di warung soto kwali daging sapi Bu Pur di Jalan Adisucipto, sekalian makan siang. Enak, porsinya pas, murah lagi…cuma 1500 tiap 1 mangkok imut. Bener-bener kuliner yang mak nyuz dah…(kapan-kapan makan disini lagi ya Fin!!!). Sementara di luar sana hujan masih menderas…kita tenggelam dalam sensasi rasa yang luar biasa, menghangatkan sekaligus mengenyangkan. Alhamdulillah…

30’ kemudian…hujan dah mereda. Perjalanan dilanjutkan menuju Pameran Buku Nasional di Goro Assalam. Pengunjung siang itu juga cukup banyak. Bertemu dengan beberapa sahabat, hah..salah satunya ketemu Mas Cowie (FLP Pelangi) yang lagi nangkring di depan bapak2 yang lagi nyampulin buku. Biz itu dia sms minta traktiran…jiaaan, bener2 setipe sama Mas Tyo ni orang. Wkwkwk…gak janji lah yaw!! Kan dah lewat sehari…kesempatan makan gratis itu dah hangus. Kecuali bakal ada ‘kejutan’ lain. Hohoho… menikmati kunjungan dari satu stand ke stand yang lain. Sebenarnya banyak buku yang pengin dibeli…hm…tapi direm dulu, nanti aja nunggu Solo Islamic Book Fair bulan Maret. Nung cuma beli 2 buku masing2 harganya 5.000. hehe…murah tapi lagi ‘butuh’ bacaan kayak gitu. Yang penting isinya dahsyat dah!! Prioritas utama ke Goro mau beli jilbab-jilbab pesanan Mbak Eli yang sekarang jadi PNS di Pulau Borneo. Titipan beliau coz nyari jilbab kayak gitu cukup susah disana.

Hm, sebenarnya sore ini rencananya mau ada meeting Nibiru Readers Solo di kantin Goro. Tapi gak jadi, para 4’unyu (Kang Fachmy Casofa, Mas Aris El Durra, Ayu’, n Diah Cemut) pada sibuk mengasah pughaba masing-masing. Tetep semangat 5’unyu!!! ^^v.

Sekitar jam 15.30 hujan turun dengan sangat deras disertai angin…ngeyup dah kita sambil duduk-duduk di areal panggung. Sesekali diterpa sapuan air yang terbawa angin. Dingin juga euy…apalagi Nung gak pake jaket waktu itu. Mengedarkan pandangan berkeliling. Ada panitia yang lagi sibuk menghalau air agar tidak memasuki areal panggung, mengelap sofa-sofa yang basah, menjaga soundsystem, kemudian sosok adik-adik TPA yang mau mengikuti lomba hadrah, dan di belakang Nung ada suami-istri (masih muda kelihatannya) yang sedang asyik bercengkerama sambil menikmati kentang goreng. Duh, jadi kepengen… Kepengen kentang gorengnya!!! ^^v

Sekitar jam 16.00 hujan mulai mereda, meski masih menyisakan rintik. Akhirnya Nung dan Fina memutuskan untuk segera beranjak dari Goro. Jam 16.30 Fina juga mau ngelesi. Akhirnya, Nung diturunkan di pinggir jalan (sakne banget euy…hehe…) pulangnya Nung gak bareng Fina. Nung naik ATMO. Di tangan kiri pegang helm, tangan kanan bawa plastik berukuran sedang yang berisi sepatu dan jilbab-jilbab Mbak Eli.

Naik ATMO, Nung langsung mengambil posisi tempat duduk terdekat yang masih kosong, kebetulan di dekat pintu. Setelah duduk dengan posisi ternyaman, Nung mengedarkan pandangan. Hm, Subhanallah…ternyata yang duduk di samping Nung seorang pria setengah baya, bapak-bapak, dengan baju koko warna putih dan celana biro dongker, bersandal jepit, rambut dengan kolaborasi dua warna, hitam dan putih. Ada tongkat besi lipat yang dipegang erat dalam genggaman tangannya. (maaf) Bapak itu buta.

Seketika hati Nung luluh, gerimis…Batin ini berucap, Ya Rabb…nikmatMu yang mana lagi yang akan ku dustakan??? Mata Nung sempurna (meski sejak kelas 2 SMA harus pake kacamata, gara-gara terlalu maniak sama sebuah benda bernama BUKU)…Nung masih bisa melihat semua kebesaran-Mu, Nung masih bisa menangkap setiap warna yang Engkau lukiskan dalam kehidupan ini…sedangkan sosok yang ada di dekat Nung sekarang? Hitam, kelam, gelap…mungkin itu yang mewarnai penglihatannya secara fisik. Tapi Nung yakin, mata hati Bapak ini begitu bening, tulus… mata batin yang terang, bercahaya…

Nung mencoba memulai percakapan….
“Bapak badhe tindak pundi?”, tanya Nung.
“Ajeng teng Putri Ayu, mbak,” jawab Bapak itu.
“O…”, Nung bergumam.
“Lha Mbake ajeng mandhap pundi?”, tanya beliau.
“Sekarpace, Pak. Ajeng teng wingking kampus UNS”

Diam sesaat. Nung merenung cukup lama. Kemudian Nung jadi ingat sebuah nasyid : “JANGAN AMBIL PENGLIHATANKU”. Astaghfirullah, mata yang sempurna ini seringkali lalai, melihat yang tidak sepantasnya dilihat…(Ayo, lebih istiqomah jaga pandangan!!!). Selesai Nung bersenandung dalam hati…(tak terasa ada bulir bening di sudut mata ini) naiklah sesosok pemuda dengan rambut sedikit gondrong, tangan kirinya mengapit sebuah kruk kayu. Ya Rabb, lagi-lagi Engkau mengingatkan untuk banyak-banyak bersyukur atas kelengkapan fisik pada diri ini. Pemuda itu berjalan melewati sampingku dan duduk di jok kursi bagian belakang.

“Bapak dalemipun pundi?”, tanya Nung lagi.
“Kartosuro Mbak…”
“Namung kiyambakan to Pak? Putri Ayu niku pundi to Pak?
“Nggih mbak. Pun biasa. Putri Ayu niku sa’wetane Diamond, Mbak,” jawab Bapak itu sambil membenarkan posisi duduknya. Sesekali mendengarkan suara sang kondektur, mungkin untuk memastikan kalau tempat dimana beliau harus turun tidak terlewat.
“Lha dhateng Putri Ayu ajeng nopo, Pak?,” tanyaku semakin penasaran.
“Pados pasien Mbak…”
“O…pijet nggih Pak?”, tanyaku mencoba menebak.
“Nggih Mbak.”

Deg…di balik keterbatasannya, beliau sangat bersemangat untuk bekerja. Nung jadi mikir, bagaimana cara beliau pulang nanti??? Siapa yang akan mengantarkan beliau pulang….??? Ah, pertemuan singkat dengan bapak itu membuat gerimis di hati Nung semakin menderas saja, bersamaan dengan hujan di luar sana yang juga semakin menderas…Ya Rabbi…

Sampai di daerah Diamond, Nung bilang ke bapak itu kalau dah sampai Diamond. Kemudian beliau bersiap turun, ATMO berhenti di depan Pizza Hut. Agak kebablasan dikit. Hotel itu di sebelah kiri Pizza Hut. Tapi Nung lihat kayaknya namane bukan Putri Ayu deh. Putri apa gitu, Nung lupita. Sebelum bapak itu turun, Nung sempat bilang: “Ngatos-atos nggih Pak…”. Bapak itu tersenyum…(Jaga beliau, Ya Allah…). Detik selanjutnya, Nung tenggelam dalam “sebuah perenungan yang mendalam”…

Menikmati perjalanan ke kost dengan pikiran dan hati yang ber”MUHASABAH”!!! mengingat efisiensi waktu, Nung lebih memilih naik becak. Melihat senyum dari Pak Becak yang Nung naiki seakan memancarkan suatu semangat tersendiri. Seolah senyum itu mengisyaratkan: “Hidup itu penuh perjuangan, Nungma…!!!”. Ah, dah lama Nung gak naik becaknya Pak Katno….tukang becak dengan senyumannya yang khas. Sampai gerbang Surya, Nung turun, menyerahkan ongkos becak dan mengucapkan terima kasih. Ada beberapa barang yang harus Nung beli di toko Plenthon, setelah selesai Nung kembali berjalan ‘di bawah hujan’. Hujan-hujanan euy. Baru kali ini tas Nung tidak berfungsi sebagai kantong ajaib. Biasanya apa-apa ada. Termasuk payung. Kebetulan tadi pake tas kecil, bukan tas yang biasa Nung pake ‘mbolang’. Sekalian mampir beli maem…sesampai di kos jam 17.15. Belum ada orang. Sendirian. Langung naik ke lantai 2…dan apa yang Nung lihat…Subhanallah, rona jingga yang melukis langit, meski rintik gerimis masih membasahi bumi. Ya Rabb, Nung masih bisa menjadi saksi mata lukisan-Mu yang begitu istimewa, penuh cinta…SENJA!!!

“Aku sangat mencintai senja, seperti aku mencintai inspirasi-inspirasiku…Keremangan senja, selipkan sejuta hampa rasuki jiwa…karna rinduku belum usai…kerinduan yang belum tntas…tetapi kehadiranmu SENJA, meski sebentar namun membekas..”

Banyak hikmah hari ini….Terima kasih Ya Rabb….
Berjalan di muka bumi membuat kita belajar untuk bisa membaca “buku penciptaan” yang terbuka lebar untuk kemudian menyaksikan bagaimana PENA-PENA KEKUASAAN menuliskan tanda-tanda keindahan di atas lembaran-lembaran kehidupan. Sekali waktu, lakukanlah perjalanan untuk menyegarkan kembali suasana hidup, untuk melihat perihal dunia di luar dunianya, untuk melihat hal-hal baru, dan tempat-tempat yang lain. Perjalanan adalah sebuah kenikmatan tersendiri…dan aku sangat mencintai aktivitas ini…karena hidup itu “berjalan, mencari dan menemukan”…

[Keisya Avicenna, 3 Februari 2011…”TEPAT dan TERBAIK”, dua kata yang sangat kucintai!!! 23:03 WIB @Zona Nostalgia Romantic]

Wednesday, February 02, 2011

24

Wednesday, February 02, 2011 0 Comments

Di malam pnuh bntang, dbwh sinar bln purnama...kupsrhkn smw, kluh& ksah yg Q rasa..sesak dadaku mnangis pilu saat kuurai dosa2ku...dhdapanMu ku tiada artinya.. (doa kalbu)

saat hati terasa bgitu tntram.. trima ksh ya Rabb, utk air mata yg mnyejukkan... utk spertiga mlm yg indah...

~020287-020211 => 24: untuk jiwaku yg sdang bertumbuh, dlm rindu yg berpeluh,tuk mjd pribadi yg TEGAR dan TANGGUH!!!~

MENGUMPULKAN YANG TERSERAK : DI PENGHUJUNG DUA TIGA

Wednesday, February 02, 2011 0 Comments
DI PENGHUJUNG DUA TIGA [1]
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, February 1, 2011 at 1:53pm
Sehabis hujan, ia tengadahkan kepala..
Berharap pada hamparan mega ada lukisan pelangi di angkasa..

Imajinasinya menyentuh langit,
Mencoba menawarkan hati yg sendiri..
Ketika kesunyian benar-benar tlah sampai pada titik terparah!!

Bibirnya mencoba mengeja senyum..
Sepasang matanya masih seperti cermin..
Membinarkan harapan..

Menuliskan sebuah nama dengan kesyahduan..
Dengan cinta yg menyeluruh..
Tapi sekali menulis,berkali-kali ia hapus..
Absurd!!

Di penghujung dua tiga..
Ada yang mengkristal dibenaknya..

[Keisya Avicenna]

DI PENGHUJUNG DUA TIGA [2]

by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, February 1, 2011 at 2:57pm
Rintik gerimis belum usai..
Tatapan itu masih memancarkan keteguhan,ketabahan,dan kematangan..

Seolah-olah pengalaman hidup menyiapkan dirinya untuk selalu siap menjawab pertanyaan..

Berharap akan ada senyuman paling melegakan sepanjang hidupnya..

Di penghujung dua tiga

[Keisya Avicenna]
@GO Veteran..menatap rintik air mata langit smbl mengamati keceriaan adik2 bermain d ruang diskusi..



DI PENGHUJUNG DUA TIGA [3]
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, February 1, 2011 at 4:52pm
Pada halaman catatan hariannya yg retak..
Seolah ada yg menculik huruf-huruf rapuh
Mengabadikan detik-detik yg terlampaui..
Inikah yg ia sebut masa lalu??

Membesarkan denyut..
Menasbihkan maut

Sebab ia takkan berhenti untuk memilih..
Meski senyap dalam harap..
Itulah cintaku yg masih rahasia..

Pada hening yg mengendapkan wangi surga..
Meneteskan rindu dalam bait-bait doa..

Di penghujung dua tiga..

[Keisya Avicenna]

Kelas MENDEL@GO VETERAN..saat menikmati 15'break..

DI PENGHUJUNG DUA TIGA [4]
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, February 1, 2011 at 6:56pm
Diam-diam ia terpesona pada kemurahan langit..

Dalam kelamnya meski tiada rembulan dan kerlipan bintang yg bertahta..
Tapi ia mengagumi apa yg tertangkap di pandangan matanya..

Saat malam menepi..
Ia coba mengerti..
Kala bertahan pada arus rindu..
Mengenang kisah indah masa lalu..

Saat cahaya mengeja kelam..
Sepuluh ribu malaikat berjaga di tiap kedip mata..

Sebelum pagi menyempurnakan harumnya..
Pada segenap jejak yg tersisa..

Di penghujung dua tiga..

[Keisya Avicenna]

@GO Veteran..d ruang pengajar,menanti jemputan kakak tercinta..
DI PENGHUJUNG DUA TIGA [5]
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, February 1, 2011 at 7:59pm
Cinta menitipkan rindu pada hujan..

Pada suatu masa penuh cinta..
Dalam renungan panjang penghambaanku padaNya..

Untuk ruang kecil bernama "HATI"..
Biarkan ia memecah sepi..
Mencoba hadirkan pendar cahayadalam nurani...

Merangkumnya dalam untaian dua kata : "TEPAT dan TERBAIK"

Di penghujung dua tiga..

[Keisya Avicenna]


@Warung Bu Darmo sehabis ngajar di GO,saatny menanti lele bakar..smbil menikmati rintik gerimis..