Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, April 04, 2011

Catatan Aisya [3] : Ayah dan Putrinya

Monday, April 04, 2011 2 Comments
Dua tahun yang lalu, saat liburan ke Magelang

“Yah, Nanda boleh nikah tahun ini ya?” tanya Nanda pada Ayahnya awal tahun 2010 lalu lewat SMS.
“Mmm, memangnya sudah punya calon?” Ayah membalas SMS-nya
“Ada yang baru mau kenalan dengan Nanda, Yah. Namanya Azzam Mumtaza. Nanda baru kenal dari biodata yang dikasih guru ngaji Nanda sore ini. Nanda boleh nikah tahun ini, Yah?” tanya Nanda kemudian.
“Kalau memang kamu sudah siap, Ayah hanya bisa merestui.” Balasan SMS Ayah membuat Nanda sangat bahagia.
Selang beberapa hari kemudian, Asri, adik bungsu Nanda SMS mengabarkan kalau Ayah mereka sakit. “Kak, Ayah sakit. Entahlah, akhir-akhir ini sepertinya Ayah kehilangan nafsu makannya. Beliau juga sering melamun.”
Nanda terkejut. Ia segera menekan 12 digit tombol di ponselnya, menghubungi sang Ayah.
“Assalamu’alaikum...” Nanda cemas.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...” jawab suara di seberang sana.
“Ayah sakit ya? Sakit apa, Yah? Ayah jangan kecapekan dong...” Nanda menghamburkan semua tanyanya.
“Ayah nggak apa-apa, Nak... Cuma capek saja. “ jelas Ayah dengan nada lemah.
“Jaga kesehatan ya, Yah... Nanda jadi kepikiran nih,” tutur Nanda.
“Iya, Nak. Eh, Nanda benar sudah siap nikah tahun ini? Nak, selesaikan dulu masa diklatmu. Tahun depan saja. Kan kamu sudah jadi pegawai tetap. Lagipula kakak sulungmu belum menikah.” Rentetan kata dari Ayah tersebut membuat Nanda terkesiap.
“Yah... sepertinya Ayah masih belum meridhai Nanda menikah tahun ini. Bismillah, baiklah Yah. Nanda akan turuti keinginan Ayah. Nanda tidak ingin membuat Ayah kecewa. Tapi tahun depan Nanda boleh nikah ya, Yah?” tanya Nanda penuh harap.
“Insya Allah, saat itu mungkin Ayah sudah benar-benar siap melepasmu, Nak!” jawab Ayah.
***
Kisah di atas terinspirasi setelah membaca sebuah artikel yang saya baca di majalah Tarbawi edisi special tentang Ayah.
Ayah dan putrinya, bisa diibaratkan dengan seorang lelaki dengan bunga mawar di kebunnya. Seseorang yang menanam bunga mawar, merawatnya dalam waktu yang tak singkat, dan menemaninya dalam setiap fase pertumbuhannya, tidak akan mungkin begitu saja memberikan bunga itu pada orang yang baru saja melihatnya, kemudian ingin memetiknya. Pemilik mawar itu pasti ingin memastikan apakah mawar tersebut akan dirawat lebih baik atau minimal sama dengan sebelum diberikannya kepada si pemetik tadi.
Sang pemilik mawar pasti ingin agar bunganya senantiasa harum dan tak ternoda oleh apapun! Ia inginkan mawarnya tetap indah dan terawat saat ia tak lagi ada di kebunnya. Jikapun pada saatnya nanti mawarnya berpindah ke sebuah vas bunga yang tak seindah dan seluas kebunnya, ia hanya ingin sang pemilik vas itu memetik bunga mawarnya dengan penuh hormat. Sang pemilik mawar mungkin merasa cemas jika bunga kesayangannya itu tidak mendapatkan cinta dan perlindungan seperti saat ia merawatnya.
Hmm, begitu pun dengan Ayah. Ayah mungkin merasa cemas bahwa dalam pandangannya, sepertinya belum ada lelaki yang dapat mencintai putrinya seperti dirinya! Ayah hanya perlu waktu untuk mengizinkan seseorang yang tepat untuk mendapatkan putrinya dengan cara terhormat.
Seringnya, saat putrinya meminta sesuatu pada Ayah. Ayah pasti tak kuasa mengatakan “tidak”. Dia memilih diam atau mengangguk sebagai tanda demi melihat senyum manis putrinya. Meski dalam hatinya, seringnya tidak selaras dengan apa yang dia katakan. Diam-diam dia akan berusaha mewujudkan keinginan sang putri. Entah dengan bekerja lebih keras dari hari biasanya atau usaha lain. Meski saat keinginan sang putri begitu berat baginya. Seperti dalam contoh kisah di atas. Awalnya Ayah akan mengiyakan, meski pada akhirnya Ayah tidak mengabulkan permintaan putrinya dengan cara yang halus dan di saat yang tepat. Ah, ayah memang punya cara sendiri dalam menunjukkan cintanya. Ia pasti inginkan yang terbaik untuk putrinya.
“Nak, jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak, laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah. Tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu,” pesan Ayah pada putri kesayangannya.
030411_20:19
Saat hari ini belajar ikhlas melepaskan suatu benda yang disayangi... Hmm, tapi itu semua aku lakukan untuk mewujudkan impian Ayah... Ayah, aku mencintaimu.. Memang, tak bisa menyamai cintamu padaku sedari dulu, tapi aku berjanji akan lebih sering mengungkapkan cintaku padamu...
Aisya Avicenna

Sunday, April 03, 2011

Celoteh Aksara [2]: “Ajang Bedah Buku Jadi Ajang Pelepas Rindu”

Sunday, April 03, 2011 0 Comments
Senandung Pagi di Istana KYDEN, Wonogiri
Semilir angin di sepertiga malam
Menjadi salah satu bukti kebesaran-Nya
Pun dengan nafas yang masih berhembus
Deguban jantung, dan denyut sang nadi
Aku masih diizinkan menikmati pagi
Itu artinya semangat perbaikan diri
Karna maut tanpa ketuk pintu saat bertandang
Maka kuucapkan: Semangat pagi!!!

Jam 3 pagi, suara Ibu yang membangunkanku terdengar dari kamar sebelah bersamaan dengan bunyi alarm “Open Your Eyes”-nya Maher Zain dari N5310-ku. Bersegera aku bangkit dari buaian mimpi untuk mengambil air wudhu. Bermunajat pada-Nya. Memintalkan doa-doa. Menjelang waktu Subuh, aku menikmati sarapan dan bersiap. Karena pagi ini aku harus kembali menunaikan sederet amanah dan aktivitasku di Solo. Mendirikan sholat Subuh berjamaah dengan ibunda tercinta. Merasakan betapa khusyuknya beliau berdoa. Dan aku yakin ada namaku disebut dalam doanya. Ibu, aku sangat mencintaimu!

Jam 05.15, dengan diantar Babe aku menuju tempat yang biasa aku gunakan untuk menunggu bus jurusan Wonogiri-Solo. Menikmati udara pagi sepanjang perjalanan. Subhanallah…Alhamdulillah.

Satu jam kemudian, sampailah di Solo. Pagi ini berkesempatan naik becaknya Pak Katno. Dengan senyum sumringah dan penuh semangat beliau sudah menyambutku tatkala aku baru saja turun dari bis kota. Pak Katno, seorang tukang becak yang biasa mangkal di pojokan Pedharingan. Beliau sudah jadi langganan SUPERTWIN sejak dulu. Tepatnya sejak bis kota yang biasa lewat di belakang kampus (SUMBER RAHAYU) tidak beroperasi lagi.

Sesampai di Zona Inspirasi, sejenak aku istirahat. Mengeluarkan barang-barang dari dalam tas untuk kemudian mengisinya kembali dengan pernak-pernik yang harus aku bawa dan aku perlukan hari ini. Sempat kupeluk boneka kesayanganku, KAIZENEMON. Ah, kamu Mon! senyummu menjadi salah satu sumber inspirasiku setiap hari. Hehe…

Writing Class SSD (School of Science Development)
Tepat jam 8, aku berangkat menuju PUSKOM UNS diantar dik Viana yang juga anak SIM (Studi Ilmiah Mahasiswa). Ya, hari ini aku mendapatkan undangan sekaligus kesempatan untuk mengisi training pluz motivasi di “WRITING CLASS”-nya adik-adik SSD. Berbekal ilmu dan olah kanuragan yang telah aku dapatkan dulu semasa jadi mahasiswa, hasil olah ‘pughaba’ bersama Pak Bambang Trim di Tiga Serangkai, dan petuah dari pethunya FLP Pelangi (Fachmy Casofa), aku menyampaikan beberapa hal yang sudah aku pelajari dan aku kuasai tentang dunia MENULIS! “Menulis untuk Mendokumentasikan Hidup”. “Buktikan, dengan Menulis Kamu Bisa Mengukir Prestasi!”, dll…

Penyampaian selama satu jam kemudian dilanjutkan dengan berperan menjadi “KRITIKUS TULISAN”. Pekan yang lalu mereka sudah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan mendapatkan tugas untuk membuat tulisan apa saja. Aku dapat tugas untuk mengkritik satu persatu karya tim mereka setelah presentasi. Ah, seru banget! Bisa berkumpul dengan 30-an mahasiswa/i dengan semangat-semangat dahsyatnya. “Masa muda adalah masa yang berapi-api”. Begitu kata Bang Haji Rhoma Irama. Hadeh…hehe. Momentum yang luar biasa untukku BELAJAR. Ya, belajar public speaking, belajar untuk berinteraksi dengan orang-orang baru, menambah khazanah ilmu, memperbaiki komitmen, dan yang pasti memacu semangatku untuk meningkatkan skill serta kompetensiku dalam menulis. SEMANGAT NUNGMA!

Di Taman Pujangga, Kembali Kuukir Cerita
Selesai acara, aku bertemu dengan adikku, Ferawati. Anak PGSD 2008. Sosok yang penuh semangat dan prestatif. Siang itu aku mengajaknya makan di tempat favoritku khususnya saat aku ingin dekat dengan alam dan mencari inspirasi. Taman Pujangga Ronggowarsito. Tepatnya di bawah Jembatan Jurug dengan menu utama degan dan tahu kupat/ mie ayam. Tempat favorit Trio Unyu (Nungma-Diah Cmut-Ayu’). Ah, sudah banyak kisah yang istimewa terukir di tempat ini.

Iseng aku SMS Mas Tyo (salah seorang kakakku di FLP Pelangi), bukan bermaksud mengundang tapi hanya sekedar pemberitahuan. Ngiming-ngimingi gitu. Eladalah, gak perlu dalam hitungan menit, sephianya Pethunya itu datang. Syok aku! Xixixi…datang gak diundang pulang gak diantar.wkwkwk. Ternyata pas tadi aku SMS, kebetulan dia ada di sekitar lokasi. Gubrak tenan dah. Paling semangat kalau ada makan-makan gratis. Hadeh….(ngikikgulingguling).

Menu yang kebalik siang itu, seharusnya Fera yang pesan tahu kupat super pedas dan aku yang sedang-sedang saja. Tapi malah kebalik. Alhasil, aku lebih kenyang minum daripada menghabiskan tahu kupat tanpa tahu itu. Fera ngikik garing…^^

Mampir TSTJ dulu, bukan bermaksud survey tapi untuk menunaikan sholat Dhuhur sekaligus bernostalgia. Mushola ini sangat bersejarah buatku. Banyak kisah terukir di sana bersama sahabat-sahabatku yang luar biasa. Sekitar tahun 2007/2008 silam…

Ajang Bedah Buku Jadi Ajang Pelepas Rindu [Solo Muslim Fair 2011]
Selesai sholat, aku diantar Fera ke depan kampus. Naik ATMO. Menikmati perjalanan menuju SOLO MUSLIM FAIR 2011 di Goro AsSalam. Jam 12.50 aku sampai di lokasi. Melepas kerinduanku dengan adik-adik FLP STAIN. Langsung heboh saat bertemu Ham-Ham, ngobrol seru bareng dik Putri, dan yang lainnya. Termasuk adik-adik FLP UNS, rekan-rekan di FLP Pelangi. Ah, benar-benar jadi ajang pelepas rindu. Termasuk saat saudariku yang jauh-jauh datang dari Bali, Mbak Wahyu, beliau anak FLP Bali yang kebetulan sedang mudik. Aku masih surprise saat dulu bertemu dengan beliau saat mengikuti Up Grading Nasional FLP di Kaliurang. Benar-benar pertemuan yang sangat luar biasa. Siang ini aku tidak bisa menghadiri pertemuan FLP Pelangi di Balaikambang karena aku sudah ada janji terlebih dahulu dengan Mbak Wahyu. Dan aku pantang ingkar janji!

Alhamdulillah, dapat pin. Jam 13.30 acara bedah buku DON’T CRY: KETIKA MENCINTAI TAK BISA MENIKAHI dimulai. Sang penulis, Kang Fadlan Al Ikhwani menyampaikan materi-materi yang dahsyat, menggugah, memotivasi dan mencerahkan. Dipandu oleh moderator kocak, Mas Ranu Muda. Hehehe. Banyak inspirasi yang didapat euy. Dan aku sempat menjadi salah satu penanya. Tentang proporsional antara “MELUPAKAN dan MEMAAFKAN” (jika punya masa lalu yang ada kaitannya dengan interaksi ikhwan-akhwat), ‘n sejauh mana batasan “MENCINTAI DALAM DIAM”, karena di satu sisi bermaksud ‘menjaga’ tapi ada ketakutan lain. Bisa jadi menimbulkan penyakit hati atau berujung pada penyesalan karena cinta yang tak terungkapkan. Deuuu…(*catatan: bukan pengalaman pribadi lho yak!).

Alhamdulillah, aku dapat buku “ENGKAULAH KEKASIHKU”. Cihuy, salah satu tips SUPERTWIN untuk menambah koleksi buku yang beranilah bertanya saat ada event bedah buku! Xixixi. Setelah acara selesai, minta tanda tangan Kang Fadlan di dua buku karya beliau yang kupunya. Ada pesan yang tertulis: “TETAP SEMANGAT DI DALAM ISLAM dan MENJEMPUT JODOH!”. Senyum…^^v

Selanjutnya, ngobrol bareng Mbak Wahyu, Mbak Bella, adik-adik STAIN. Alhamdulillah, acara FLP ini sangat sukses. Terbukti dengan kehadiran peserta yang kata Mas Aris El Durra lebih dari 100, yang daftar kemarin aja tercatat 174. Siip. Semoga agenda FLP selanjutnya juga sukses! CREATIVE WRITING tanggal 10 April di Panggung Muslim Fair jam 15.00-end, bersama MBak Asri Istiqomah, Mbak Deasylawati, dan Kang Fachmy Casofa.

Ada adegan paling surprise saat pundakku ditepuk oleh seorang akhwat yang wajahnya tak asing lagi bagiku. “Norma ya?”. “Subhanallah, ukhti Nunik apa Ninuk ya?”. “Ninuk, ukh!”. Seorang sahabat lama (PGSD 2006) yang dulu aku pernah mengukir kisah-kisah luar biasa dengan beliau di tahun 2007/2008 (bluetooth dengan mushola tadi). Dah lamaaaaaaaaaaaa banget aku lost contact dengan beliau. Sampai akhirnya aku bertanya, “Lha suami anti mana?”. Beliau hanya senyum. Ku tanya lagi, “Kesini sama siapa Ukh?”. Beliau menjawab: “Ni sama Yasmin”. Ada adegan Mbak Yatik memberikan Yasmin ke Ukh. Ninuk. Jiaaah, otakku langsung konek. Tadi kan Kang Fadlan sempat menyebut-nyebut kalau Yasmin itu putrinya. Berarti…. Hadeh, ternyata Ukh. Ninuk itu istrinya Kang Fadlan. Subhanallah…dulu pas walimatul’ursy nya beliau, kebetulan aku gak bisa datang. Ya Rabb, benar-benar scenario-Mu sangat indah. Ajang bedah buku jadi ajang pelepas rindu. Pertemuan singkat itu berakhir dengan sebuah pertanyaan, “Lha anti kapan nikah? Yasmin dah mau punya adik lho?”. Cegluk…xixixi. Insya Allah, mohon doanya ya, Ukh…(njawabe sambil pasang tampang cengar-cengir).

Sore itu berakhir dengan sangat indah. Aksi mbolang dengan Mbak Wahyu membuatku membeli 3 buku yang akan menjadi anggota keluarga baru di perpus AL FIRDAUS 2 dan hiasan “DORAEMON” yang ada tulisan Assalamu’alaikum-nya. Salah satu buku yang kubeli PERNAK-PERNIK ROMANTIS-nya Kang Fadlan yang setelah kubaca sekilas ada kisah Ukh. Ninuk juga tertulis di sana. Hihi. Semoga kelak aku pun bisa nulis bareng. (impian no. sekian….).

Mengutip dari buku Kang Fadlan yang “KUJEMPUT JODOHKU” :
“Wahai Saudaraku, jika engkau saat ini sedang mengalami kesendirian dalam menanti sang pujaan, yakinlah bahwa dirinya yang akan segera diberikan pun sedang melakukan hal yang sama. Si dia pun sedang ditarbiyah dan ditempa oleh-Nya untuk menjadi pendamping ikhwah sepertimu.”
“Wahai Saudariku, demikian pula engkau; jangan berkecil hati dan sempit pandangan hanya lantaran si dia yang pernah menjadi pujaan, diyakini menjadi kawan perjuangan, justru bukan sebaik-baik pilihan. Allah pasti sudah menyiapkan gantinya yang jauh lebih baik, jauh lebih saleh, jika engkau berupaya menjaga dirimu.”
“Tiada yang salah dengan janji-Nya. Tiada yang melesat dengan ketetapan-Nya. Tiada yang keliru dengan segala iradat-Nya. Semua telah dituliskan. Semua telah dibukukan.”
WOW, DAHSYAT!!!

Semoga menginspirasi dan bermanfaat!

“Yakinlah, Allah SWT pasti akan menjawab dengan lebih indah di saat yang TEPAT dan TERBAIK!” [Keisya Avicenna, A.M.A.N.A.H]

[Keisya Avicenna, 3 April 2011…”ketikan satu jam”. MENULIS UNTUK MENDOKUMENTASIKAN HIDUP!]

Saturday, April 02, 2011

Catatan Aisya [2] : Pelajaran Berharga di Kereta

Saturday, April 02, 2011 0 Comments

Hari kedua di bulan April. Pagi ini, pukul 05.30 saya sudah siap dengan kostum merah marun. Jam segitu saya sudah keluar kos untuk cari sarapan. Meski jalan agak jauh, akhirnya menemukan juga warteg yang buka sepagi itu. Sayur daun singkong, telur mata sapi, dan nasi porsi separo menjadi menu sarapan saya.Setelah menikmati sarapan, pukul 06.00 saya keluar kos, naik Kopaja 502 dan menuju Stasiun Gondangdia. Sekitar setengah jam perjalanan, sampailah saya di daerah Gondangdia. Turun dari Kopaja 502, saya berjalan menuju Stasiun Gondangdia yang ternyata lokasinya masih cukup jauh. Hmm, saya memang baru pertama kali ke stasiun tersebut. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah hampir setahun tidak naik KRL.

Saya sempat bingung saat memasuki areal Stasiun Gondangdia. Di mana loketnya? Saya terus berjalan menyusuri pedagang kaki lima dan jajaran warteg hingga akhirnya saya menemukan tangga menuju lantai dua yang menurut kata hati saya, loket pembelian karcis ada di sana. Ternyata memang benar. Cukup dengan uang Rp 1.500,00 karcis kereta ekonomi jurusan Depok pun sudah di genggaman. Saya telepon Mbak Uli, teman kantor yang akan menjadi sahabat berpetualang ke Fakultas Ekonomi UI Depok hari ini. Dia sudah berada di lantai 3. Saya sempat kebingungan lagi waktu mau masuk peron yang akan dilewati kereta jurusan Depok, karena papan petunjuknya kurang begitu jelas. Meski sempat singgah di peron yang salah, akhirnya bisa ketemu Mbak Uli di peron yang akan dilewati kereta yang akan kami tumpangi. Ngos-ngosan juga karena naik turun tangga. Sekitar pukul 07.15, kereta ekonomi itu akhirnya datang. Alhamdulillah, kami dapat tempat duduk.

“Gorengan.. gorengan! Kaca mata... kaca mata! M3 3000, Axiz 3000! Gesper.. Gesper! Gemblong.. kacang... lontong! Mizon... Mizon...!” Hmm, suasana kereta ekonomi yang cukup berisik, tapi menjadi harmoni kehidupan yang saya suka. Saya belajar banyak dari mereka. Dengan segenap keterbatasan modal (mungkin), tapi mereka berjuang keras untuk survive di ibukota. Pemandangan menyentuh lainnya adalah saat dua orang pengamen memasuki gerbong tempat saya duduk. Saya yakin mereka adalah sepasang suami istri. Sudah renta. Sang istri mengenakan kerudung putih berwarna usang. Sedang di belakangnya, sang suami berjalan memegang pundak sang istri sambil mendendangkan sebuah lagu Melayu yang pernah dinyanyikan Arai pada Zakiah Nurmala dalam film “Sang Pemimpi”. Saya menikmati alunan merdu itu. Tapi saya terkesiap setelah mereka berada di dekat saya.

Kedua pasang mata itu.... Ya, mereka buta! Ya Allah... cukupkanlah rezeki mereka karena hanya Engkau yang kuasa mencukupkan kehidupan hamba-Mu. Pikiran dan hati saya berkecamuk. Bagaimana kehidupan sehari-hari mereka? Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana cara mereka turun dari kereta ya? Rumah mereka di mana? Saya jadi teringat kedua orang tua di rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena kedua orang tua saya sehat wal’afiat. Tidak ada cacat. Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...

Selang berapa lama, saat kedua pengamen itu berlalu dari gerbong, terdengar lagi lagu dangdut dari kejauhan. Sumber suara dari gerbong sebelah kanan. Melintaslah di depan saya, seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun (perkiraan saya) yang berbadan tambun, menggerak-gerakkan badannya mengikuti irama lagu. Ekspresi wajah anak itu datar. Sungguh, tak ada keceriaan. Saya menangkap tatapan mata kosong saat kedua matanya beradu dengan kedua mata saya. Di belakangnya, sang ibu menenteng tape karaoke yang ia pakai sebagai perlengkapan aksi mereka. Ya Allah... bagaimana masa depan anak kecil itu? Adakah Engkau selipkan kebahagiaan untuknya kelak? Saya yakin Engkau telah siapkan yang terbaik untuknya, karena Engkau Maha Pengasih... Engkau Maha Penyayang...

Pengamen satu berlalu, datang pengamen yang lain. Masih dengan lagu dangdut. Memang benar seperti sebuah lagu yang pernah dinyanyikan Project Pop yang berjudul “Dangdut is The Music of My Country”. Dangdut menjadi ‘lagu wajib’ pengamen di kereta sepertinya. Kali ini saya lebih terkesiap. Seperti apa yang menyanyi? Sumber suara semakin dekat, tapi kok pemilik suaranya tak kunjung terlihat. Maha Besar Allah, ternyata pengamen kali ini (maaf) kakinya buntung. Dia mengenakan sandal bukan di kedua kakinya, tapi di kedua tangannya. Michrophone yang ia gunakan untuk menyanyi, diikat di lehernya. Dia berjalan mengesot di lantai. Hujan turun deras! Tapi di hati saya. Ya Rabbi...

Saya belajar banyak dari mereka. Betapa dengan segala keterbatasan, mereka masih tegar dalam berjuang. Bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan kita? Mari kita renungkan bersama. Semoga kita bisa berbenah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi pribadi yang pandai bersyukur, serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.



~Sebuah kontemplasi malam, 020411_21:46

Aisya Avicenna

Friday, April 01, 2011

Catatan Aisya [1] : Teror Tanya Sepekan Ini

Friday, April 01, 2011 0 Comments

“Katanya bentar lagi nikah ya? Barakallah ya…”
Sebuah SMS masuk ke ponselku siang ini. Dari seorang sahabat. Hmm, semoga menjadi SMS terakhir yang menanyakan hal yang sama. Subhanallah, benar-benar pekan ini menjadi pekan penuh teror pertanyaan serupa. Apa di luar sana sedang beredar kabar di atas sih? Entahlah, husnudzon saya semoga menjadi doa dan segera terijabah. Aamiin…
Apa karena pekan ini saya sempat off dari FB dan dikaitkan dengan hal itu ya? Wallahu ‘alam. Jujur saya katakan, saya off dari FB kemarin karena saya sedang fokus mempersiapkan biodata dan proposal. Eits, bukan biodata dan proposal untuk ‘mega proyek kehidupan’ itu lho, tapi biodata dan proposal untuk pengajuan keikutsertaan seleksi beasiswa S2.
Daripada ditanya, “Kapan nikah?”, saya lebih suka ditanya “Sudah menulis berapa halaman hari ini?”, “Sudah hapal berapa ayat hari ini?”, “Kapan rencana naik haji?”. Bukan apa-apa, hanya merasa tidak enak saja kala ditanya perkara sensitif seperti itu. Bisa bikin hati bergolak. Padahal menjaga hati itu bukan perkara yang mudah. Makanya, jika ditanya masalah itu pasti saya jawab dengan senyum atau kata-kata yang selalu menjadi afirmasi dan motivasi saya. Rangkaian kata ini saya susun saat berkontemplasi di suatu pagi. Berikut rangkaian kata itu.
Tak perlu lagi bertanya “SIAPA?” karena Allah SWT telah memahatkan nama terbaik untuk ditulis di pusara hati ini.
Tak perlu lagi bertanya “KAPAN?” karena Allah SWT sudah menetapkan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Tak perlu lagi bertanya “MENGAPA?” karena Allah SWT ingin menjaga diri ini dan Rasulullah inginkan sunnahnya diteladani.
Tak perlu lagi bertanya “APA?” karena Allah SWT sudah menerangkan bahwa hidup akan tenang dan agama akan lebih sempurna karenanya.
Tak perlu lagi bertanya “DI MANA?” karena Allah SWT sudah memilihkan tempat terindah untuk sebuah pertemuan yang diridhoi-Nya.
Tak perlu lagi bertanya “BAGAIMANA?” karena Allah SWT sudah memberitahukan jalan yang seharusnya dilalui untuk mengikrarkan janji suci.


***
“Mbak Thicko nikah dulu saja, baru S2!” kata seorang adik tingkat saya beberapa hari yang lalu. Hmm, menjadi bahan renungan bagi saya. Mencari ilmu dan menikah tak harus dipilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Karena keduanya sama-sama mulia. Tak mungkin Allah memerintahkan hal yang mulia namun saling berbenturan antara satu dengan yang lain. Insya Allah mencari ilmu dan melaksanakan pernikahan bisa saling beriringan, bahkan bisa saling melancarkan satu sama lain. Menuntut ilmu bisa menjadi lebih bersemangat dengan adanya kekasih halal yang mendampingi. Menikah pun terasa nikmat terasa dengan aktivitas intens dalam menuntut ilmu. Begitu pikir saya. Jadi, mau nikah dulu baru S2 atau S2 dulu baru nikah, itu sama-sama pilihan yang baik. Tinggal bagaimana memilih, memutuskan, kemudian menjalaninya.
Saya mencoba senantiasa bertekad untuk istiqomah dalam menempatkan cinta pada Allah SWT sebagai cinta tertinggi yang tak terbandingi. Hati memang mudah terbolak-balik. Sangat rentan dan rawan. Masalah pendamping hidup, saya serahkan sepenuhnya pada-Nya. Karena Dia Maha Mengetahui yang tepat dan terbaik untuk saya. Bukan berarti selama ini saya tidak mengusahakan untuk mencapai impian saya itu, tapi memang sengaja tidak saya publish. Biarlah hanya saya dan Allah saja yang tahu sudah sejauh mana saya memperjuangkan impian ini. Biarlah hanya Allah saja yang menilai, karena hanya Dialah yang sangat tahu akan kesiapan saya.
Menikah? Ini adalah sunnah Rosul, sebuah kebaikan dan ibadah yang layak untuk diperjuangkan. Jalan menuju kebaikan memang tidak sepenuhnya mudah, akan selalu ada ujian berbentuk hambatan atau rintangan. Tapi,justru di sinilah jalan yang sedang ditempuh jadi begitu terasa. Berkesan untuk dikenang di masa akan datang. Soal jodoh memang itu rahasia Allah. Skenario-Nya selalu nomor satu, TEPAT dan TERBAIK!
Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu
(Dans-Penantian)

Kalau ingin membangun rumah yang kokoh, kuatkanlah pondasinya agar rumah itu tak mudah roboh! Mungkin saat ini adalah saat untuk menanti dan mengisi penantian ini dengan terus memperbaiki diri dan lebih bisa menjaga hati, sebelum sang belahan jiwa datang menghampiri dan mengikrarkan janji suci.
***
Ya Allah...sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang ada untuk bisa melakukan segala kebaikan itu dan meninggalkan segala kemunkaran…

Ya Allah... terimalah taubat hamba, ampunilah hamba dan kasihanilah hamba…

Ya Allah... hamba memohon kepada-Mu untuk mampu mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang mengantarkan hamba untuk bisa mencintai-Mu...


Aamiin Yaa Rabb…

Sebuah kontemplasi, 010411_14:38
Aisya Avicenna


NB : “Catatan Aisya” insya Allah akan hadir setiap hari (semoga tidak ada halangan terutama untuk online, kalau tidak diposting hari itu juga mungkin akan dirapel esok harinyam yang penting nulis tiap hari minimal 1 halaman). Menjadi komitmen saya di bulan ini untuk WAJIB menulis setiap hari dengan tema bebas atau bercerita tentang sesuatu yang saya alami. Semoga bisa menjadi semangat saya untuk terus produktif menulis!

Aku Yakin Bisa

Friday, April 01, 2011 0 Comments

Aku tak mau takut
Dengan ketakutan yang kusketsa sendiri
Aku tak mau resah
Dengan keresahan yang kubuat sendiri

Aku tak mau bimbang
Dengan kebimbangan yang kurangkai sendiri
Aku tak mau lemah
Dengan kelemahan yang kuciptakan sendiri
Aku tak mau bingung
Dengan kebingungan yang kuhadirkan sendiri

Kunci itu sudah ada di tanganku…

Saatnya memilih : MENUTUP pintu itu atau MASUK melewati pintu yang sudah terbuka lebar…
Aku harus berkata TIDAK pada rasa TAKUT, RESAH, BIMBANG, LEMAH, dan BINGUNG!
Please, don’t disturb me again!!

Sebuah kontemplasi.

Seringkali keraguan datang menggelayuti hati menyebabkan seseorang tak berani bertindak atau mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu. Dan hal itu pula yang menyebabkannya terhambat dan mungkin pula terlambat dalam mendapatkan hal yang dituju. Ini bukan hanya masalah ketakutan dan keraguan untuk memilih atau menentukan sikap. Ini juga mengenai ketidaksiapan mengalami kegagalan atau kekalahan.

Tak asing lagi bahwa setiap diri kita pasti menginginkan hal yang terbaik yang akan diperoleh. Oleh sebab itu, memiliki segala macam kriteria dalam memilih sesuatu menjadi suatu kewajaran. Kalaupun tidak akan sempurna, setidaknya kriteria-kriteria tersebut mewakili upaya untuk mencapai kesempurnaan. Maka, setiap ketidaksempurnaan yang ditemui, seharusnya pun diterima dengan wajar.



Pernahkah kita menjadi seorang yang perfeksionis? (SERING=>itu jawaban jujur dari saya pribadi lho. Banyak yang bilang (hasil polling tanggal 020209 dan beberapa isian kuesioner tentang saya) saya tuh orangnya idealis bin perfeksionis… ^^v, bisa jadi inilah kelemahan saya… tapi bisa juga inilah sifat yang menjadi kelebihan saya… Absolutely, I’m not a perfect person..). Perfeksionis, merencanakan segala sesuatu dengan rapi, teliti, penuh aturan seakan takut sesuatu yang akan dilakukan tersebut tidak berhasil atau memperoleh hasil yang jelek.

Perencanaan sebenarnya adalah sebuah upaya untuk membantu hal-hal yang akan dilakukan supaya mencapai hasil yang baik, sesuai dengan tujuan semula, sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Perencanaan sebenarnya adalah salah satu alat ukur terhadap sebuah aktivitas. Keberhasilan maupun kegagalan adalah sebuah hasil yang penting untuk diketahui, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana PROSES aktivitas tersebut dilalui.

Bagaimanakah niat yang ada di hati ketika aktivitas tersebut dijalankan?
Hikmah apa yang telah didapat dalam menjalankan aktivitas tersebut?

Seringkali, keberhasilan yang diperoleh meninggalkan bekas yang membahagiakan. Disebut-sebut. Dibangga-banggakan, dan lama sekali baru terlupakan. Namun, bila yang ditemui adalah sebuah kegagalan.. entah apa reaksi yang terjadi. Dan bekasnya? Bisa jadi ingin dihapus dari ingatan segera. Padahal di baliknya, terdapat suatu hal yang demikian berharga. Kadang kita lupa, betapa kegagalan dapat menjadi sebuah pelajaran yang tak ternilai.

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keberanian

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi semangat

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi inspirasi

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kekuatan

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keceriaan

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi prestasi

Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kemenangan

---DIAM---

---MERENUNG---

---SELESAI---

__^_^__

~Saat pekerjaan di kantor sudah selesai... Alhamdulillah, bisa merenung sejenak sebelum pulang... Hari ini, hari terakhir di bulan Maret. Esok sudah April, dan di bulan April inilah akan banyak kisah yang akan terangkai (atas izin Allah).. Deadline beberapa naskah, try out TOEFL dan TPA di UI Depok, pengumuman tahap I beasiswa S2, sebuah misi besar di akhir April (kunamakan "Misi Amplop Coklat"), dan misi-misi yang lain. Mohon doanya kawan! Semoga senantiasa teriring dengan niat yang lurus, doa yang bagus, ikhtiar terus, dan tawakal tak pernah putus!



KEBAIKAN JANGAN DITUNDA!!!

Rangkailah hidup menjadi cerita tentang cinta dan cita-cita.

CINTA! Ya, tentang cinta pada Sang Pencipta dan semua yg mencinta dan dicintai-Nya!
CITA-CITA! Ya, tentang cita-cita yg bukan sekedar kata, tapi visi dan aksi nyata!
~idealisme adalah penggerak motivasi~

Insya Allah, tema bulan APRIL ini adalah :

[A]ku yakin [P]asti bisa [R]aih [I]mpian dan mjd pribadi yang [L]ebih baik!!!


Masih di kantor dengan backsong "Ku Bisa"-nya Haris Isa


Suatu hari ku ingin mencoba satu kali lagi
Wujudkan mimpi yang dulu sempat memudar terhenti
Kutahu aku akan susah payah lagi
Mungkin inilah untuk yang terakhir kali

Reff:
Sungguh aku, masih mau

Meneruskan liku yang pernah ku daki tuk gapai mentari
Bila memang, tak untukku
Setidaknya aku pun telah mencoba sedaya jiwa raga
Ku bisa, ku bisa
Tanpa pengorbanan tiada kemenangan
Ku yakin Tuhan merencanakan
Satu kemenangan yang lebih indah di depan sana

Aisya Avicenna