Jejak Karya

Jejak Karya

Sunday, June 19, 2011

Reportase Aisya : "Implementasi Ikhlas"

Sunday, June 19, 2011 0 Comments

Hari, Tanggal : Sabtu, 18 Juni 2011
Waktu : Pukul 12.30 - 15.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir

***
Kalimat Ikhlas

"Laailaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah lahulmulk walahulhamd wahuwa ala kulli syai'in qadiir."
"Tiada sesembahan (ilaah) yang 'haq' untuk disembah selain Allah. Dia sendiri, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya semua kerajaan kekuasaan, milik-Nya pula semua puja dan puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ikhlas Inti Berislam

"... Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. AL-Kahfi [18] : 110)

Amal Ikhlas (Niat)

Artinya : memurnikan semua tujuan dan kepentingan ketaatan hanya untuk Allah semata.

Ikhlas dalam Segala Hal

1. IKHLAS MENASIHATI
- Tujuan menasihati hanya untuk mengembalikan sesama hamba kepada Allah
- Harapann menasihati hanya menginginkan balasan ridha Allah semata
- Meyakini bahwa hanya Allah saja Yang Maha Membolak-balikkan Hati jika ingin nasihat itu memberikan dentuman/efek yang besar.
- Nasihat yang ikhlas, walau hanya satu atau dua kata, maka akan berpengaruh besar pada jiwa
2. IKHLAS MENUNTUT ILMU
- "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya digunakan untuk mencari ridha Allah, tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih harta dari dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di akhirat" (HR. Abu Daud)
- Jangan semata-mata mencari dunia. Siapapun yang ingin berjuang bersama, carilah ridho Allah dan bersatulah dalam perjuangan.
3. IKHLAS DALAM BERDOA
- "Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa orang yang qalbunya lali dan lena dari Allah." (HR. Tirmidzi dan Hakim)
- Jangan sedikitpun ada keraguan saat berdoa.
- Minta yang besar sekalian! Kalau minta surga, sekalian saja minta surga Firdaus. Jangan minta yang kecil dari Yang Maha Besar.
- Jangan mendikte Allah!
- Mintalah pada Allah yang Allah suka! Jangan meminta yang kamu suka, karena akan membuat kamu celaka.
- Umumnya doa-doa itu bersifat makro, bukan mikro.
- Balasan berlipat-lipat adalah bukti Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
- Saat ini adalah "zaman ibadah transaksional". Kita beribadah untuk mengharap balasan dunia. Contoh : melaksanakan sholat dengan mengharap rezekinya semakin berlipat ganda, bukan mengharap ridho Allah atas ibadahnya.
4. IKHLAS DALAM BEKERJA
- Berangkat dengan niat mengharap rezeki Allah semata
- Tidak bekerja di tempat dan cara kerja yang haram
- Hasilnya merasa cukup dengan pemberian Allah saja agar tidak tergoda oleh penghasilan yang haram.
- Cukup itu berapa? Yakni berapa kali kau berkata syukur
- Puas itu bagaimana rasanya? Yakni seberapa puas kamu bersyukur
- Kaya itu kapan sih? Sekarang jika kau bersyukur, maka sekarang juga kau sudah kaya.
- Kerjakan apa yang menjadi tugas kita, jangan banyak menuntut kepada Allah.
- "Jika aku sudah dimampukan Allah untuk berdoa, maka itu berarti Allah sudah menyiapkan jawaban doaku" (Umar bin Khatab ra.)
- Ikhlas itu bukan rela. Ikhlas = murni karena Allah
- Bangganya seorang muslima adalah bukan saat bisa berdzikir di dalam mobil mewah, tapi saat mampu bersedekah dengan mobil mewah.
- Umroh berulang-ulang memang baik, tapi akan lebih baik lagi jika mampu bersedekah sebanyak nilai umrohnya, mampu memberi makan orang miskin sebanyak nilai umrohnya. Jangan cuma pergi umroh hanya untuk melihat Ka'bah saja.
5. IKHLAS DALAM BERJUANG DAN BERDAKWAH
- "Barangsiapa yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah (Laa Ilaaha Illallaah) berarti dia sedanga dalam jalan Allah (fi sabilillah)."
- Contohnya Nabi Ibrahim as yang sendirian tanpa pasukan dan senjata saat menghadapi Namrud. Akan tetapi, beliau tetap teguh dengan Islam, akhirnya Allah pun menolongnya.
6. IKHLAS DALAM GHIRAH
- Ghirah adalah bagian dari iman.
- Kecemburuan dan ketaatan didasari oleh iman bukan sekedar harga diri apalagi emosi.
- Jagalah kehormatan agama kita agar tidak dinistakan!
- Para ibu boleh cemburu pada suami tapi bukan karena dunia atau harga diri, semua dtegakkan karena Laa ilaaha ilallaah...
- "Nak, ilmumu gagal kalau kau tidak semakin taat kepada Allah." (nasihat yang jarang diberikan orang tua kepada anaknya. Buat anak kita bangga kalau dia taat pada Allah saja. Buat anak kita bergengsi jika hanya menjalankan sunnah Rasulullah, bukan gengsi karena mengikuti tren masa kini.

Syirik dan Riya' Menghancurkan Ikhlas
- Orang yang perbuatannya dicampur syirik maka akan sia-sia amalannya.
SYIRIK
- "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.' " (QS. Az-Zumar [39] : 65)

RIYA' (PAMER KEBAIKAN)
- "Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada kalian adalah syirik kecil, 'Para sahabat berkata, Apa syirik kecil itu ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Riya' " (HR. Ahmad)
- Riya' adalah syirik tersembunyi yang menghancurkan pahala kebaikan
- Riya' adalah bagian dari hawa nafsu, pelaku riya' menuntut bagian nafsunya di dunia

Ikhlas Amat Berat bagi Hawa Nafsu


- "Semua yang baik bagi ruh umumnya tak disukai jasad, dan umumnya yang membahayakan ruh disukai oleh jasad." (Ibnu Qayyim)
- "Hal terberat bagi hawa nafsu adalah ikhlas karena dalam ikhlas tak ada bagian untuk hawa nafsu." (Sahl bin Abdullah)
- "Yang paling berharga di dunia adalah keikhlasan. Betapa aku berusaha keras menghilangkan riya' dari hatiku, tapi seolah-olah ia selalu tumbuh dalam aneka bentuk yang selalu berbeda." (Ar-Razy)

Semoga bermanfaat...
Aisya Avicenna

Friday, June 17, 2011

Ajakan Berwakaf untuk Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al-Utsmani

Friday, June 17, 2011 0 Comments

Assalamu’alaykum Warohamtullahi Wabarakatuh…

“Sesungguhnya yang benar-benar milik kalian wahai anak Adam adalah apa yang kalian sedekahkan (wakafkan)” (HR. Muslim)

Setahap demi setahap Lembaga Bimbingan Al-Qur’an (LBQ) Al-Utsmani terus mengadakan perbaikan dan pembangunan gedung demi meningkatkan fasilitas belajar-mengajar. Saat ini LBQ Al-Utsmani berencana membebaskan tanah dan bangunan yang terletak di Jalan Munggang No. 6 Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur yang nantinya juga akan dijadikan Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al-Utsmani.
Lewat catatan singkat ini saya mengajak antum wa antunna untuk menyisihkan sebagian rezekinya guna membantu terealisasinya rencana ini.
Bagi antum wa antunna yang berkenan, silakan transfer ke : Share Muamalat No. Rekening 9186171199 an Etika Suryandari (nomor rekening ini sengaja saya kosongkan saldonya). Untuk konfirmasi, silakan SMS/telp saya di 08999344753

Jazakumullah khairan katsiran..
Hanya Allah yang mampu membalas amal ibadah antum wa antunna sekalian…
Sekian dari saya…
Wassalamu’alaykum Warohamtullahi Wabarakatuh…

Etika Suryandari
(anggota Senat Mahasiswa LBQ Al-Utsmani)

NB : Teman-teman yang berkenan transfer, harap sebelum tanggal 24 Juni 2011 ya! Karena hari itu adalah hari terakhir saya masuk di LBQ Al-Utsmani. Insya Allah hari itu juga akan saya serahkan donasi yang terkumpul. Sekedar info, tanggal 25 Juni 2011 saya akan hijrah ke Bandung untuk studi lanjut di sana sampai Agustus 2012, sehingga akan cuti dulu di LBQ Al-Utsmani. Afwan jiddan sebelumnya jika waktu pengumpulannya singkat. Harapannya sih, biar pada menyegerakan kebaikan. Semoga rezekinya semakin full barokah… Aamiin ya Rabb…

Sunday, June 12, 2011

Jejak-Jejak di Ganesha [Part. 1]

Sunday, June 12, 2011 0 Comments

Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!


~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."

Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.

Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011 bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!"
"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat. Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya mengantri di belakangnya.
"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.
Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi (sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon, saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat menghipnotisnya.
Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar!
Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu, berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf.. Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh, saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu. Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...
Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya baru dua kali ke Bandung!
Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip, bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!
Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya. Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe! Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh. Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank" dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih cukup mengerti lah.
Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!
Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah, akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus. Akhirnya kami, menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor. Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum, laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman. Alhamdulillah.... Ngadem!!!
Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos. Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat dan semoga bisa terealisasi.
Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon.
Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400 rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut, kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!
Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai kembali!!!
Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga. Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik! Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati untuk mengafirmasi diri.
Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya, mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru).
Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa! Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini. Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja mereka, masih menjadi ketua RT!
Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas, air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!
Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost. Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul 16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta...
Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah, hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!

Jakarta, 120611
Aisya Avicenna

Thursday, June 09, 2011

SUNYI UNTUK VAY

Thursday, June 09, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, June 9, 2011 at 2:08pm

Aku memilih untuk tetap tersenyum meski sang waktu mungkin tak bersahabat denganku. aku yakin, semuanya akan baik-baik saja. "Kamu harus jadi gadis yang tegar, Vay!", jabat erat tangan seorang sahabat sebelum kita berpisah...(biar saja kusimpan rasa kecewaku!)



Dia dan malam, tiba pada kelelahan. Langkah yang mengusung beban penantian terpaku di bibir danau. Hujan, pembawa kerinduan dan kehidupan telah berhenti membasuh bumi. Langit kini bertahtakan bintang, ramah bertegur sapa pada kelamnya malam. Sinar bulan sabit memecahkan lamunan, menuntun pandangannya menyambut tetes-tetes hujan yang membiaskan sinar bintang dan rembulan. Saat itu tubuhnya rebah mencium tanah, sekadar menyandarkan kelelahan dan kerinduan.



Fajar di hari muda berbinar terang setelah kaki melangkah jauh. Setelah badan tertopang letih, setelah jiwa terselimuti kerinduan, setelah berharap menjadi kehidupan. Musim semi telah datang membinarkan kesayuan alam. Sepagi itu mentari merangkak menyentuh kebangunannya, sepagi itu nyanyian burung menggemakan nyanyian hatinya. Sepagi itu ia bangun dan tersenyum, masa penantiannya telah ditinggalkan jauh di puncak bukit, masa kesendiriannya tersesat di dalam hutan, dan masa kerinduannya telah tenggelam di dasar danau. Sekarang, ia sampai pada ujung penantian. Ada yang mendengar ia bernyanyi, menangis, atau berjanji...

*Terima kasih untuk semua pemberian terindahmu



-VAY-



"seperti daun bertemu ranting

bersama di pohon yg sama

ditiup angin kemana aja

selalu kompak..."

(pesan seorang ustadz ^^v, semoga kelak aku pun bisa...)



PELABUHAN

Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga? Padahal kulihat, bukan hanya satu pelabuhan tenang yang mau menerima kehadiran kapalmu! kalau dulu memang pernah ada satu pelabuhan kecil, yang kemudian harus kau lupakan, mengapa tak kau cari pelabuhan lain, yang akan memberikan rasa damai yang lebih? Seandainya kau mau, buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu, pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya. hingga pelabuhan itu jadi rumahmu, rumah, dan pelabuhan hatimu

[Tias Tatanka]

Monday, June 06, 2011

Reportase Aisya : Melihat Indonesia dengan Senyum

Monday, June 06, 2011 0 Comments
Bersama Panitia

"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Behind The Scene)

Jumat, 20 Mei 2011 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional... Hehe.. Saat itu saya mengenakan seragam KORPRI karena harus upacara. Halah, sebenarnya bagian ini tak perlu diceritakan. Tapi ya ikhlaskan diri untuk membacanya. Kan saya yang bercerita. Habis Maghrib saya masih berada di kantor karena memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Saat pekerjaan sudah selesai, saya tidak langsung pulang karena diperkirakan kondisi jalan masih sangat macet. Akhirnya saya buka blog dan FB. Nah, saat online di FB itulah seorang sahabat lama bernama Hasan Zuhri menanyakan apakah saya pernah nonton film inspiratif. Tentu saja saya pernah melihatnya. Lantas saya tanyakan, film apa yang dimaksud? Hasan menjawab, "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Oh, kalau film itu saya belum melihatnya! Hasan pun kembali bertanya, apakah ada rekomendasi film lain? Karena dia akan mengadakan acara bedah film untuk adik-adik remaja masjid binaannya. Hmm, saya balik tanya mengapa memilih film "Alangkah Lucunya Negeri Ini"? Saya pun menambah pertanyaan lain, mengapa tidak bedah buku saja. Hasan kembali memberi tanggapan, sepertinya ia tertarik untuk bedah buku juga. Karena sudah waktu Isya, saya pamit pada Hasan (meski chat belum selesai) sambil memberikan nomor HP saya.
Waktu itu, yang ada dalam pikiran adalah saya hanya sebagai pemberi masukan atas acara yang akan digelar Hasan. Hingga dua hari kemudian, ada nomor asing menghubungi saya. Ternyata Hasan. Dia kembali membuka ruang diskusi tentang acaranya sekaligus menanyakan apakah ada buku yang pernah saya tulis yang kira-kira bisa disesuaikan dengan film "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Saya jawab saja, sepertinya buku "OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses" cukup relevan. Akhirnya saat itu juga Hasan menodong saya untuk membedah buku itu sekaligus membedah filmnya. Wah, saya belum pernah melihat filmnya! Alasan saya agak keberatan jika harus membedah filmnya juga. Hasan menyeletuk, kan masih ada waktu untuk melihat filmnya dulu. Hmm, akhirnya saya menyanggupi. Padahal acaranya tanggal 29 Mei 2011.
Saya segera menghubungi HUMAS FLP Jakarta (Mbak Dina Sedunia) dan Kang Taufan terkait acara ini. Alhamdulillah, respon mereka positif. Sempat juga menghubungi Mbak Iecha terkait konfirmasi acara karena Mbak Dina sempat mengusulkan sebaiknya diadakan pelatihan menulis (FLP Goes to School) sekalian karena memang FLP Jakarta mendapat alokasi waktu juga untuk perkenalan dan acara lain sekiranya ada. Sebelumnya saya juga mengusulkan pada Hasan untuk mengadakan pelatihan menulis sekalian, tapi Hasan mengutarakan kalau peserta masih awam untuk menulis. Dahulu pernah diadakan lomba menulis cerpen, tapi hanya lima orang yang ikut. Sinergis dengan pendapat Mbak Iecha, akhirnya untuk acara tanggal 29 Mei 2011 sekedar memberikan motivasi menulis saja untuk peserta, bukan pelatihan. Dan memang Hasan juga menyarankan insya Allah, jika banyak peserta yang berminat, akan diadakan acara pelatihan menulis tersendiri untuk mereka di hari lain dengan persiapan acara yang lebih matang.
Oh ya, pada hari Selasa, 23 Mei 2011 saya berencana membeli film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" dan buku "OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses" di Gramedia. Oleh karena itu, strategi pun disusun. Makan siang sebelum sholat Dhuhur. Setelah sholat, langsung naik bajaj menuju Gramedia Matraman. Lumayan jauh juga sih. Tapi, kalau tidak segera beli, bakal tertunda terus. Apalagi kalau pulang kantor sudah tidak memungkinkan untuk mampir ke Gramedia karena macet dan capek.
Sampai di Gramedia langsung menuju lantai 3, tempat buku OMG! Alhamdulillah, buku itu masih terpajang manis di rak. Saat menuju kasir, lewat bagian novel eh malah ketemu novel terbaru sekaligus novel terakhirnya almarhumah Nurul F. Huda yang akan dilaunching hari kamis ini, judulnya “Hingga Detak Jantungku Berhenti”. Akhirnya beli buku itu juga. Setelah itu lanjut ke lantai 2 untuk membeli film. Awalnya, penjaganya bilang kalau film itu belum ada. Masak sih? Kan film itu sudah cukup lama. Akhirnya, aku bertanya pada penjaga toko yang lain. Ia pun memberi tahu kalau filmnya masih ada. Pikir saya harganya sekitar Rp 50.000,- tapi ternyata harganya Rp 29.000,-. Saya pun membeli film itu. Jam 13.30 harus sampai kantor. Setelah buku dan film sudah didapat, saya pun keluar Gramedia. Awalnya hendak naik bajaj, tapi setelah dipikir-pikir, naik Kopaja 502 saja. Hemat ongkos! Alhamdulillah, sampai di kantor tepat waktu meski ngos-ngosan. Tapi puas banget! Siap melanjutkan pekerjaan!
Rencana awal, malam harinya akan nonton film. Tapi ternyata hari ini tepar. Baru Rabu malam saya bisa melihat film itu. Itupun sempat ketiduran. Hehe… Lucu pokoknya!
Singkat cerita, jumat malam saya terserang flu. Sabtu saya tepar. Bedrest. Tidak kemana-mana. Demam + flu berat + pusing! Padahal acaranya besok. Sore harinya Hasan sempat telepon untuk fiksasi acara. Hmm, Bismillah… insya Allah sembuh!!!

Ahad, 29 Mei 2011 alhamdulillah, pagi ini kondisi tubuh jauh lebih baik dari kemarin. Sudah tidak pusing lagi. Sebelum berangkat ke tempat acara hari ini, Mbak Dina sempat memastikan kondisiku. Dia juga mengabari kalau Mbak Iecha tidak jadi datang karena ada acara. Hmm, sempat kaget juga karena tidak sesuai rencana awal. Pagi ini juga sempat mendownload videonya Kang Arul yang direncanakan akan ditayangkan saat acara.
Sekitar pukul 10.00 aku keluar kost. Rencana awal mau naik busway sesuai arahan Hasan, tapi akhirnya naik bus 921 ke Blok M. Mana duduknya membelakangi sopir. Hihi… Dalam perjalanan, sempat baca tulisannya Pak Bambang Trim. Sampai di Blok M, ganti Kopaja 509 arah Kampung Rambutan. Awalnya sempat salah naik angkot lain. Tapi setelah memastikan kalau Kopaja 509 itu lewat Cilandak, akhirnya naik kopaja tersebut.
Wah, sudah jam 11.00 tapi belum sampai lokasi. Sempat cemas juga kalau terlambat karena direncanakan acara akan dimulai pukul 12.30. Mana saya sudah menjanjikan bawain film aslinya. Hihi, panitia punyanya yang copian soalnya (informasi valid dari Hasan).
Kopaja 509 sudah memasuki kawasan Cilandak. Saya tanya ke sopirnya apa lewat Elnusa, ternyata tidak. Akhirnya saya turun dari Kopaja dan naik taksi menuju Elnusa. Ternyata jalannya harus memutar. Hehe… seru juga sih karena berpacu dengan waktu. Akhirnya, sampai juga di depan masjid Baitul Hikmah Elnusa. Langsung menghubungi Mbak Dina, ternyata dia sedang makan siang dengan Mawah dan Soson. Saya mendatangi mereka dan turut memesan makanan. Sempat telepon Hasan dulu memberitahukan posisi saya sudah di depan Masjid Baitul Hikmah.
Setelah itu, menikmati makan siang bersama Soson, Mbak Dina, dan Mawah. Setelah sholat Dhuhur, kami pun segera menggelar stand FLP Jakarta di teras masjid setelah ber-“say hello” dengan panitia. Panitia juga menyediakan stand untuk “SUKA BUKU” (distributor buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”) yang hari itu diwakili dua orang karyawannya.
***

"Melihat Indonesia dengan Senyum" (The Show!)

Pukul 12.30 film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” mulai diputar dan sekitar pukul 13.00 sempat dipending dulu untuk acara seremonial. Pembukaan oleh MC, pembacaan tilawah dan sari tilawah, sambutan ketua panitia, dan sambutan pengelola (Hasan). Setelah Hasan memberikan sambutan, acara nonton film dilanjutkan. Subhanallah, seperti yang telah diberitahu Hasan bahwa pesertanya berusia remaja (seumuran SMP-SMA) yang juga merupakan remaja masjid Baitul Hikmah Elnusa. Lha ternyata yang datang tidak hanya remajanya. Tapi ada juga bapak-ibu guru TKIT Baitul Hikmah dan beberapa pengunjung yang kala itu sedang istirahat di masjid. “Saya tadi habis sholat ke sini. Tertarik lihat filmnya, Mbak!” tanya seorang ibu yang duduk di sebelah saya.
Sekitar pukul 14.00, Mbak Haniyah selaku moderator mulai beraksi. Film kembali dipending. Mbak Haniyah memperkenalkan saya dan Mbak Dina selaku pembedah buku dan film. Duet maut pun terjadi. Seru juga sih. Untuk pertama kalinya duet sama Mbak Dina. Meski awalnya rada grogi juga karena yang dihadapi bukan hanya para remaja, tapi juga bapak-bapak dan ibu-ibu, akhirnya kami bisa mentralisir suasana. Terlebih kalau Mbak Dina mulai mengeluarkan jurus narsisnya (memuji diri sendiri sampai akut!). Di sela-sela membahas buku dan film, kami juga membagi-bagikan doorprize. Seru deh pokoknya!
Kami juga sempat menayangkan videonya Kang Arul (sang guru kami) yang sering kami sebut dalam pembahasan buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Hanya satu video yang kami putarkan yakni tentang motivasi menulis. Setelah itu, saya melakukan simulasi “BINTANG KESUKSESAN”. Pada simulasi ini, saya membagikan selembar kertas bergambar bintang yang kelima sisinya bertuliskan :
1.TOKOH IDOLA SAYA
2.DUA KESUKSESAN SAYA
3.DUA KEGAGALAN SAYA
4.EMPAT KATA YANG MENGGAMBARKAN DIRI SAYA
5.DUA CITA-CITA SAYA
“BINTANG KESUKSESAN” ini cukup banyak menggambarkan isi dari buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Pun demikian bisa disinkronkan dengan film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Dua orang peserta (ikhwan-akhwat) maju untuk membacakan apa yang telah mereka tulis. Saat menjelang Asar, acara dipending dulu. Setelah Asar, acara dilanjutkan kembali. Giliran Hasan yang bagi-bagi doorprize dari El Nusa. Pertanyaan pertama tentang siapa yang suka menulis diary. Di antara ketiga orang yang mengangkat tangan, saya salah satunya. Kemudian ditanya kapan terakhir kali menulisnya. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan doorprize berupa buku diary juga. Hehe, baru kali ini sepanjang sejarah mengisi acara.. eh, pembicaranya juga kebagian doorprize… Doorprize yang dibagi Hasan, mulai dari buku diary, Al-Qur’an, sampai peta Palestina.. Keren dah! Setelah doorprize dari Hasan habis, acara dilanjutkan dengan “Selayang Pandang FLP Jakarta”. Kali ini Mbak Dina dan saya kembali mengisi acara dengan sharing tentang FLP Jakarta, sambil bagi-bagi doorprize tentunya. Setelah acara “promosi” FLP selesai, peserta juga diberi kesempatan bertanya tentang FLP dan dunia kepenulisan. Jawaban dari saya dan Mbak Dina tentunya jawaban real yang berasal dari pengalaman kami selama gabung di FLP.
Setelah itu, kami menonton film lagi sampai tamat. Seru juga. Kami tertawa bersama, bercanda.. ahhh, indahnya ukhuwah! Sebelum menutup acara, panitia menyerahkan kenang-kenangan kepada kami. Uhuy!

***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Setelah Acara)
Pukul 17.00 acara selesai. Setelah peserta bubar, Hasan mengomandani kami untuk melakukan evaluasi acara bersama panitia. Sempat foto bersama, dan tentunya saya mendadak jadi artis gara-gara adik-adik pada minta tanda tangan di buku “OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses!” Hoho…
Setelah pamitan dengan pihak panitia yang diwakili Hasan, kami mulai menutup lapak (stand) FLP Jakarta. Sebelumnya, foto-foto dulu. Teteup! Foto bareng juga dengan perwakilan dari SUKA BUKU (distributor “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Setelah itu, kami sholat Maghrib dulu, setelah itu berencana untuk makan malam bersama. Sayangnya, Mbak Rini sudah dijemput, dia nggak jadi ikut makan. Akhirnya, kami (Saya, Mbak Dina, Mbak Ade, Soson, dan Mawah) berjalan keluar kompleks Masjid Baitul Hikmah untuk mencari makan malam. Wuih, sepanjang perjalanan ternyata kami tidak menemukan satu warung pun. Akhirnya disepakati untuk beli makan di CITOS (Cilandak Town Square) yang katanya lokasi tidak terlalu jauh. Kita berjalan kaki ke arah barat. Lhoh, kok nggak sampai-sampai sih! Akhirnya, kami tanya pada seorang Bapak perihal lokasi CITOS. Hihi, ternyata si Bapak juga mau ke sana. Tambah anggota baru nih dalam rombongan jurit malam itu. Wuiiih… setelah mendaki gunung, lewati lembah (lebay!) plus diiringi nyanyiannya Mawah yang menyayat hati.. akhirnya kami sampai juga di CITOS. Langsung cari tempat makan yang asyik then SELAMAT MAKAN!!!!!!!
Setelah makan, langsung balik ke istana masing-masing.

What a wonderfull day!
Maaf ya reportasenya telat. Semoga berkenan

Aisya Avicenna