Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, July 14, 2011

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #4: “PELANGI HIDUPKU”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments




by Norma Keisya Avicenna on Thursday, July 14, 2011 at 10:10am

Ah, tak terasa ya hampir sampai di pertengahan Juli. Itu artinya, bulan Ramadhan sebentar lagi datang. Ayo, makin semangat menyambut sang tamu agung! Semoga Allah Swt masih berkenan mempertemukan kita dengan bulan mulia itu… Aamiin ya Rabb…



Targetan hari ini aku mulai mencicil kembali Bab 6 naskah CPNS-ku yang beberapa hari terakhir ini sempat tertunda untuk aku kerjakan karena ada kesibukan yang lain. Hehe. Mungkin kurang fokus ‘n kurang bisa buat prioritas! Tapi tak apalah, yang penting terus semangat berkarya. Seperti menaiki anak tangga, untuk mencapai puncak kamu harus berjalan bertahap di setiap anak tangganya... ^^v



Saat aku tengah asyik menikmati makan siang di kost yang mulai sepi karena ditinggal penghuninya liburan (heuheu…kesepian nih gue!), datanglah seorang adik (Bio 2007) menukarkan charger laptopnya yang dulu tertukar dengan punyaku. Ah, kayak judul sinetron aja. “Charger yang Tertukar”. Adikku satu ini memang asyik dan lucu. Alhamdulillah, dia sudah selesai ujian pendadaran dan sedang sibuk mengurusi kelengkapan wisuda buat September nanti. Dia sempat bercerita proses revisian skripsinya menjelang ujian pendadaran beberapa waktu lalu. Kebetulan dosen pembimbing skripsi kita sama. Meski perjalanan bimbingannya jauh lebih ribet daripada aku dulu. Perasaan pas aku dulu konsultasi semuanya fine-fine aja. Tapi seru juga sih, banyak suka-dukanya!



Adikku itu juga cerita tentang teman-teman seangkatannya yang masih sibuk riset skripsi mereka. Tak jarang terjadi konflik internal maupun hal-hal yang menyangkut masalah teknis. Suer deh, pikiranku langsung melayang kepada sosok-sosok sahabat terbaikku yang jadi satu tim penelitianku dulu. Tim AMBRE. Ambre adalah nama tanaman yang terdapat di daerah Tawangmangu. Nama ilmiahnya Geranium radula Cavan. Dulu aku satu tim dengan Tanti dan Mita. Ah, aku jadi kangen sama mereka.



Mengenang riset kita dulu… Aku kadang merasa bersalah juga karena mungkin dalam satu tim aku yang paling sering meninggalkan mereka saat riset. Di saat mereka membantuku uji toksisitas, aku sering gak bisa bantu mereka saat uji bakteri. Tapi, Alhamdulillah… mereka paham dengan segudang aktivitasku. Saat mereka harus ngelab, pada jam yang sama aku dibutuhkan teman-teman lain untuk rapat di SIM-BEM UNS atau ada agenda di Masjid Nurul Huda. Hah, maafkan aku kawan, jika kurang optimal. Tapi aku sangat bersyukur, Tim AMBRE selalu kompak. Gak pernah musuhan atau terjadi persengketaan diantara anggotanya. Satu kuncinya, KOMUNIKASI! Dari komunikasi yang terbangun dengan baik akan menumbuhkan sikap saling pengertian satu dengan yang lain, bukan masalah pemakluman tapi kita mampu menempatkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Seiring berjalannya waktu, kita juga jadi semakin paham karakter masing-masing. Saling melengkapi kekurangan antara yang satu dengan yang lain.



Aku yang kadang cuek dan kurang peka, Tanti yang rajin tapi kadang panikan, Mita yang selalu santai dan kadang lola. Lucu-lucu banget lah kalau inget. Sampai ada satu peristiwa yang benar-benar menguji kesolidan tim kita. Pada suatu siang, riset kita salah! Kita salah menggunakan sampel yang harus difraksinasi. Alhasil, pekerjaan kita (waktu itu dosen pembimbing kita juga setia menemani di lab) dari siang sampai sore itu bisa dibilang sia-sia. Hah… sebenarnya dosen kita tidak tahu masalah ini. Panik, itu pasti! Kacau banget pikiran kita saat itu. Masing-masing punya pendapat sendiri-sendiri. Sampai akhirnya, kita bertiga memutuskan untuk mengulangi lagi dari awal. Lab Biologi lantai 1 sepi banget karena sudah malam! Untungnya ada Pak Satpam yang berpatroli. Hihi… benar-benar menjadi sebuah moment yang gak bakal kita lupain deh! Kita baru pulang jam 9 malam… Kita juga pernah belajar bertiga di kost Tanti. Aku sampai nginep. Buat persiapan seminar skrispi. Seru banget lah! Mereka sahabat-sahabat terbaik yang luar biasa. Ya Rabb, aku merindukan mereka. Jagalah mereka selalu…



Mendengar cerita adik tingkatku itu, aku hanya bisa tersenyum simpul. Ah, jangan sampai deh…persahabatan yang mulai terjalin saat di awal perkuliahan bisa rusak hanya gara-gara ketidaksepahaman saat melakukan penelitian. Semuanya akan baik-baik saja jika paham hakikat sebuah “amal jama’i”. Bekerja sama. Kerja tim! Ya, semoga itu bisa menjadi bumbu pemanis persahabatan kalian… tapi yang terpenting, “KOMUNIKASI”. Oke…hal yang sepele, tapi menjadi sangat berpengaruh dalam keberhasilan kinerja sebuah tim.



Cerita siang menjelang sore… sebelum ngajar di GO Mawar, aku menyempatkan diri untuk mampir di showroom Tiga Serangkai. Rencananya aku mau beli buku “first novel” seperti yang disarankan oleh mentor kepenulisanku, Casofa Fachmy. Berharap sih, gak ketemu tu orang. E…mak bedunduk…tu orang malah lagi nangkring di kursi, ngobrol sama seorang ibu dan seorang bapak. Nyengir deh gue! Liat-liat buku dulu, sampai akhirnya dia ngasih tau mana lokasi first novel yang harus aku beli. Yuhuy, beli 2. Semoga bisa jadi perbekalan untuk masa depan menulis yang lebih baik. Bergegas aku ke GO (cukup jalan kaki saja, coz gak jauh-jauh amat), e…aku malah ketemu sama Pangsit TeamLo. Hm, 11-12 deh sama seonggok yang tadi aku temui di TS. Wkwkwk…ngekek sepanjang jalan.



Cerita sore… bertemu dengan murid-murid baru di kelas Galileo. Wuih, seru banget deh! Mencatat inspirasi yang bisa ku dapat saat 2 jam bersama mereka.

Cerita malam… saat ngajar piket seorang murid yang besok ada ulangan IPA ada pemandangan menarik yang sayang kalau terlewat begitu saja. Ada sepasang suami istri. Mereka berdua mengantarkan salah seorang putranya (yang masih kelas 4 SD) untuk tes modalitas. Saat sang anak tengah dibimbing oleh seorang pengajar untuk tes, mereka mengeluarkan sebuah buku dari tas masing-masing. Wuizzz…adegan pertama yang memukau! Sang suami (bapak itu, dari segi fisik dah cukup berumur deh, warna rambutnya juga sudah berubah), sang istri pun demikian… (sudah banyak kerutan di wajahnya). Tak pikir adik yang tadi itu cucunya. Tapi gak tau juga deh, putranya atau cucunya. Yang penting, aku suka gaya mereka memanfaatkan waktu “penantian” dengan PRODUKTIF. Mbaca buku bhook… ngintip dikit, buku yang mereka baca juga keren! Buku keagamaan. Hm, malam yang sangat inspiratif!



Menikmati malam sorangan wae, mampir beli nasi uduk di kota Barat kemudian naik angkot 01. Ketemu mbak-mbak yang dulu pernah kenalan. Kalau ada barengan gini sedikit lebih tenang. Di dalam angkot, sempat terekam sebuah dialog antara bapak, ibu, dan seorang anak laki-lakinya yang aku taksir usianya sebaya dengan anak kelas 6 SD. Pembahasan mengenai “anak punk”. Wuiz, kedua orang tua itu wanti-wanti agar tu anak gak ikut-ikutan “gaya berandalan”-nya mereka. Ada satu dialog lagi, saat seorang laki-laki dengan mata sedikit kemerahan, wajah yang ‘culas’, dengan senyum tidak ramah (gue serem liat elo, mas!). Duduk dekat mbak-mbak yang kukenal tadi. Kemudian dia bertanya, “Turun mana mbak?”. “Pedharingan”, jawab mbak itu. “Kuliah atau kerja?”, kata cowok tadi. “Kerja!”, jawab mbak itu. Singkat! Sumpah, ngeliat adegan itu antara pengin ketawa dan pasang tampang sangar karena waspada. Hehe…



Sampai di kost, wuih… sepi banget! Kost tiga lantai dengan 19 kamar saat ini tinggal 3 orang. Sampai jam 9, aku ngobrol dan mendengarkan curhatan adik kostku di ruang tengah tentang kondisi kampus. Masuk zona inspirasiku, aku mengeluarkan satu buku first novel dari dalam tas yang berjudul “Nathan, Sang Penjelajah Mimpi”. Melahap lembar demi lembar dari kisah di buku itu. Mencoba mengikat makna. Sampai akhirnya aku terlelap dan berpetualang dalam EKSPEDISI MIMPI-ku sendiri. Muncul wajah-wajah penuh cinta yang sangat akrab kukenal. Diah Cmut, Aprisa Ayu Primasari, Mbak Santi, Mbak Amrih, Mbak Nury, Mbak Umi, Mbak Fu’ah, Mbak Eka, Mbak Anik, Mas Aris El Durra, Kang Fachmy, Mas Tyo, Mas Alib, Mas Cowie… wah, kok mereka rombongan hadir di mimpiku yha? Mimpi yang sangat seru… (gak perlu diceritakan di sini ah… bikin ketawa!)



Sekelumit kisah hari ini yang sayang jikalau aku tidak bisa mendokumentasikannya dengan baik. Jejak-jejak berharga yang semoga bisa memberikanku banyak hikmah dan pelajaran sarat makna.



Ketika Solo menjadi pilihanku!



(Aku hampir meninggalkan kota ini yang itu artinya aku meninggalkan “PELANGI”. Tapi waktu itu wajah-wajah keluarga Pelangi-ku pernah muncul di istikharahku, yang membuatku cukup berat untuk meninggalkan kota ini. Hikzhikz… Ya Rabb, mereka sangat berharga!!! Izinkan aku di sini lebih lama lagi… Kuatkan aku apapun skenario-Mu untukku!)



[Keisya Avicenna, jejak 13 Juli 2011 tentang aku dan Pelangi Hidupku…]

\NB: pemanasan dulu…

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #3: “KAMBOJA”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, July 12, 2011 at 6:27pm

Pertama kali mengenalnya tak tahu harus berbuat apa. Saat bertemu dengannya tak tahu harus berkata apa. Karena apa? Karena aku sebenarnya mengenal jiwa itu tapi nyatanya begitu jauh. Terdengar nyanyian hatinya melingkar di telingaku. Aku pun begitu menikmatinya, hingga aku tak percaya kalau semua ini hanyalah mimpi. Aku pun segera terbangun dari mimpi itu, mimpi yang selalu mencekikku hingga aku tak bisa bernafas. Kembali kurenungkan apa yang baru saja terjadi. Bayangan lembutnya segera menghampiriku yang termangu memandang dinding kamar yang kaku. Sinar matanya layaknya bintang yang berpijar hingga tak kuasa aku melawannya. Aku hanya terpaku ketika jiwa itu memandangku dan mengajakku bicara.



Waktu berlalu dengan cepat dan sekejap saja aku mengenal jiwa itu. Hanya aku yang tahu kenapa aku memilih jiwa yang sebenarnya begitu pengecut untuk mengetahui bahwa jiwanya benar-benar berharga. Dan di suatu malam yang dingin sedingin jiwanya yang tak mampu melihat kenyataan, hatinya terbuka, ungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Tapi, aku tak bisa menerima itu semua, karena aku tak mungkin menjadi orang yang selalu di belakangnya. Aku tak bisa memungkirinya, sebenarnya aku juga membutuhkan jiwanya untuk menenangkan jiwaku.



Angin masih berhembus dengan pelan dan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku atau darinya. Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu agar semuanya mencair. Tapi, aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Sampai akhirnya, rerentet kata mulai terlontar dari mulut dingin ini, “Apabila suatu hari nanti aku mati, aku akan berkata padamu dengan bisikan dari kuburku dan aku akan menjadi kamboja yang mekar saat tahu kalau kau bisa membuktikan padaku apakah hatimu masih suci, apakah tulusmu benar-benar mencintai jiwaku?”



Terdengar gundahnya berkata, “Apakah langkahmu terlalu jauh hingga aku tak sanggup mengejarmu? Jika sekiranya kau menginginkan hal itu, aku akan menemanimu mati dan menjadi pohon di mana kau bisa bernaung di terik siang. Dan pergilah di saat yang tepat di kala aku berubah layu dan kering hingga aku akhirnya lebur layaknya buih di lautan. Aku akan mencobanya…”



Malam pun menangis mendengar apa yang baru saja ia katakan. Jiwaku meleleh layaknya lilin yang terbakar. Kebimbangan segera memasuki relung hatiku. Tapi jiwaku kembali merasa, seperti tak pernah terjadi apa-apa. Aku hempaskan diriku di kehampaan jiwa yang selama ini sebenarnya terisi keangkuhanku tentangnya. Lelap dan semakin lelap ditemani cahaya kunang-kunang yang tak seterang dulu lagi, perlahan meredup dalam keremangan. Aku tertidur dalam imajinasiku. Aku pergi jauh, jauh sekali…



Aku katakan padanya, aku berhenti melangkah karena aku tak sanggup lagi berjalan seorang diri. Dan aku berkata padanya, “Kau tak perlu jadi pohon karena mengenal jiwamu sudah cukup membuatku merasa nyaman”.



***

Hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari sebuah cinta. Aku yakin, cinta-Nya lah yang telah mempertemukan jiwa-jiwa kita. Semangat berkarya, kawan! Ini hanyalah sebentuk kegelisahan jiwaku yang belum bisa membuktikan apa-apa!



Mencoba memupus luka yang dulu pernah ada. Dan aku benar-benar merasakan, waktu menjadi bagian dari proses penyembuhan luka itu. Menulislah, dan biarkan jiwamu tetap sehat karena ada banyak cinta saat ke-26 aksara itu bersatu, bersama merangkai kata hingga jadi bermakna…



Teruntuk “karya-karya impian” yang jiwaku amat mencintainya. Aku tak ingin ketika jatah hidupku habis, aku belum menghasilkan apa-apa…



*) Terima kasih buat Diah Cmut dan Aprisa Ayuprimasari…di bawah pohon itu, siang ini… aku kembali merenungi semuanya! @Taman Pujangga_ndegan!



[Keisya Avicenna, 12 Juli 2011. Sembari menyeka air mata hatiku yang semakin lama semakin menderas…@17:30WIB]

MENANGIS ITU BUKAN LAKI-LAKI

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Monday, July 11, 2011 at 7:45pm

Kadang, ada kalanya seorang anak mendambakan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya secara berlebih. Ini wajar! Tatkala sang anak mulai beranjak dewasa, ia berusaha mati-matian untuk menjadikan dirinya sebagai kebanggaan orang tua. Alasannya hanya satu, untuk membalas jasa bagi kebaikan orang tua. Walaupun balas jasa sang anak itu satu berbanding tak terhingga dengan semua kebaikan yang telah diberikan dan segala bentuk pengorbanan orang tua.



Diri ini benar-benar merasakan perih, sakit, luka yang begitu dahsyat ketika harus ‘dipukul’ dengan beningnya air mata orang tua yang mengalir, seiring permohonan maaf kepada anaknya. Bukan anak yang mohon maaf kepada orang tuanya!



Bermula dari keinginan untuk membahagiakan mereka dengan mencoba mencari skeolah lanjutan yang tepat. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, kakak perempuanku harus mendaftar sebagai dosen di UNDIP. Tentu saja biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Konsentrasi orang tuapun terpecah, bahkan aku merasa mereka lebih sibuk mengurusi pendaftaran kakak perempuanku itu sehingga sedikit meninggalkan kepentinganku untuk mencari sekolah lanjutan.



Terbersit rasa kesal karena perguruan tinggi yang diharapkan seakan mustahil untuk diraih sedangkan diri ini sudah gagal PMDK. Rasa iri kepada sang kakak pun semakin memuncak. Semakin menjadi bahkan begitu hebat! Terakhir aku mencoba bicara dengan orang tua bahwa aku ingin sekolah di STT TELKOM, tapi lagi-lagi gagal karena biaya per semester 4 juta lebih. Aku tambah kacau, aku tidak ingin kejadian ini sama dan berulang seperti tahun-tahun lalu, di mana aku selalu gagal mendapatkan sekolah yang aku inginkan.



Marah, iri, kesal yang membabi buta, aku lampiaskan begitu saja kepada Ibu. Umpatan demi umpatan keluar dari ‘mulut jahanam’ ini. Hati kotor ini berbisik, “aku di -nomor dua-kan”. Di tambah lagi, Bapak sering menonjolkan prestasi kakak perempuanku. Kakak yang dulu sekolah di SMA Al Azhar daripada aku yang hanya sekolah di desa, yang mungkin tidak ada apa-apanya dengan sekolah kakakku itu. Hati ini tambah miris!



Ketika kakak perempuanku itu pulang ke rumah, tak sepatah kata pun terucap untuk menyambut, tak ada sekilas wajah terlihat untuk menatap, yang ada hanya pikiran bahwa diri ini adalah pecundang yang selalu gagal…



Ibu -yang selalu mencoba meneduhkan si anak durhaka ini- malah kembali dijadikan bulan-bulanan mulut hina ini. Begitu berhari-hari. Malah sempat terbersit, “Lebih baik aku menjadi berandalan, membuat orang tua malu! Jika mereka tidak mau aku menjadi anak kebanggaan mereka!”. Ibu tetap sabar. Hati anaknya yang terbakar emosi ini masih juga belum mengerti linangan air mata ibunya dalam hati.



Di sekolah, saat teman-teman yang lain sibuk mengurus PMDK, aku hanya duduk menatap karena cita-citaku untuk ikut PMDK sudah kandas. Sementara teman-temanku enak, mereka berpeluang bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa harus ikut tes saringan masuk. Sedangkan aku? Aku mungkin harus berjuang mati-matia untuk ikut tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), yang tentu saja aku ragu. Aku ini kan orang bodoh? Lalu kenapa aku dilahirkan? Setiap orang bilang bahwa aku beda sama kakak, benar! Aku beda, aku lebih bodoh, aku lebih jahat, aku lebih keras kepala, egois! Aku mulai menebar benci pada semua orang. Prinsipku saat itu, kalau aku benci pada semua orang, maka aku laki-laki sejati!!! Lebih baik aku suka daripada orang lain suka. Aku sering makan ati…



Waktu itu, sepulang sekolah aku ingin makan siang. Keadaan rumah tidak seperti biasanya, ada rasa jengkel ketika menatap wajah Ibu! Seperti hari-hari sebelumnya, beliau menanyakan keadaan di sekolah, tapi jawaban yang keluar dari mulut ini malah kata-kata yang sinis. Kata-kata yang terlontar adalah kata-kata yang sangat menyakitkan. Sampai puncaknya, Ibu menangis. Ibu menangis di hadapanku, memohon maaf kepadaku. Sedang aku? Aku hanya diam berusaha bertahan dengan pikiran-pikiran iblisku yang mencoba meracuni. Ibu menangis…sekali lagi mohon maaf.



Sembari bercerita bahwa beliau tidak pernah sekalipun membedakan anak-anaknya. Bagi beliau, anak-anaklah kekuatan untuk menjalani hidup. Bapak yang bekerja tiada henti demi siapa? Demi anak-anak…Ibu tidak pernah menganggap aku bodoh!!! Aku pintar…aku adalah kebanggaan beliau. Ibu terus minta maaf, teriring kristal-kristal bening yang terus membuat jejak membasahi kulit pipinya yang mulai keriput termakan usia.



Tiba-tiba piring yang tadi aku pegang, aku letakkan. Aku bersimpuh di kaki Ibu. Aku menangis sejadi-jadinya! Aku tak kuasa memandang air mata Ibu. Aku bersimpuh dan Ibu membelaiku dengan kasih sayangnya, aku hanya bisa berkata,

“Sampun Ibu, sampun…kulo lepat!”1) Hanya itu yang dapat keluar dari mulut neraka ini. Aku mencium tangan Ibu sebisanya. Aku merasakan perjuangannya membesarkanku, kurasakan tangan halus itu yang senantiasa menemani langkahku.



“Aku durhaka sama Ibu…”, kataku sambil terisak.

Tapi apa yang beliau katakan?

“Tidak, kamu tidak salah. Wajar…kamu masih remaja, Ibu bangga sama kamu.”

Aku benar-benar merasa telah menyakiti hati Ibu. Aku sulit melepaskan genggaman tanganku di kaki beliau, sudah banyak kesalahan yang aku perbuat. Aku tidak sadar bahwa selama ini aku hanya bisa merepotkan beliau, mencemooh beliau, memaki, berkata keras…

Aku durhaka…

Aku durhaka…



Ibu, ampuni aku! Jikalau beliau hilang kesabaran, pasti aku sekarang telah menjadi manusia laknat, terkutuk!

Ibu tidak berharap apa-apa dariku. Ibu hanya ingin menyaksikan anak-anaknya berhasil. Itulah yang kuingat, dan sampai sekarang aku masih bisa melihat sosok Ibu yang penuh cinta kasih pada anak-anaknya. Aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Ibu. Sering aku melihat Ibu berdoa panjang seusai sholat malam, tapi aku tak tahu jika dalam doanya…ada namaku!

Ibu…ampuni aku!

Ibu…ampuni anakmu…



(Aku kembali ingat kejadian itu…dan inilah pelebur kerasnya hatiku. Aku tidak malu jika harus menangis karena meratapi kesalahan. Karena selama ini, aku hanya menganggap menangis itu bukan laki-laki!!! Aku menangis karena Ibu…Ibu yang akan selalu aku hormati. Ibu, surga ada di bawah telapak kakimu…)





1) “Sudah Ibu, sudah…saya salah!”



[Keisya Avicenna...belajar memaknai air mata laki-laki]

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #2: “KARENA CINTA KUIKHLASKAN…”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Friday, July 8, 2011 at 10:52am



Demi cinta ku pergi

Tinggalkanmu relakanmu



Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti



Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa pada-Nya



Karena cinta ku ikhlaskan

Segalanya kepada-Nya

Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti

Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya

(Afgan – Dalam Mihrab Cinta)



***

Banyak hikmah yang bisa saya ambil dari karya Kang Abik “Dalam Mihrab Cinta”. Ketika sebuah tulisan divisualisasikan pun tidak mengurangi esensi dari maksud dan tujuan sang penulis ketika menyusun karya tersebut. Satu hikmah yang ingin saya ulas dari film tersebut adalah makna dan hakikat KEIKHLASAN. Ya, ada adegan dimana Silvy (Asmirandah) akan menikah dengan Syamsul Hadi (Dude ^^v). Beberapa hari sebelum hari bahagia itu datang, Allah berkehendak lain. Silvy mengalami kecelakaan. Ia meninggal. Syamsul sangat syok. Ayah Silvy (Izur Muchtar) sempat meminta Syamsul menikahi jasadnya. Oh...T_T. Bagian dimana saya harus berebut tissue dengan Kaizenemon, boneka Doraemon kesayangan saya. Heuheu…



Ketika Syamsul kembali ke rumahnya di Pekalongan dia seperti kehilangan harapan, kerjaannya melamun, dan tidak mau makan. Ada adegan yang sangat berkesan bagi saya, saat Ibunya Syamsul mengatakan: “Sampai kapan kamu mau terus bersedih, ngger…Percuma, BIBIRMU BILANG IKHLAS TAPI HATIMU TIDAK!!!”. Nah, kalimat ini yang paling saya suka (cukup menampar luar-dalam). Tentang sebuah keikhlasan. Mudah diucapkan tapi kadang berat di tindakan. Sesuatu yang sekiranya hendak menjadi milik kita bahkan mungkin kita sudah benar-benar yakin bahwa segala yang kita rencanakan akan sesuai dengan yang kita harapkan. Tapi pada kenyataannya, Allah Swt berkehendak lain. Hm…belajar memaknai kehilangan. Ya, sebaik-baik rencana kita jauh lebih baik rencana Allah Swt untuk kita.



Dan tentang jodoh (seperti yang pernah dituliskan oleh saudari kembar saya), “Memang belum tentu seseorang yang ‘baru akan’ menikah dengan kita, itu benar-benar jodoh yang dipilihkan Allah Swt. Jodoh itu misterius, hadirnya tak terduga. Semua sudah diatur-Nya sedemikian rupa. Tidak akan datang terlambat atau terlampau cepat, jodoh kita akan datang pada saat yang tepat!” Yups, sepakat my supertwin…kalau saya selalu menuliskan kalimat ini di halaman depan catatan harian saya “Allah Swt pasti akan menjawab dengan lebih indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK”. (Ntah itu tentang siapa yang akan menjadi pendamping hidup saya, terealisasinya impian-impian saya, dll…ya, TEPAT dan TERBAIK! Sampai adik-adik di kampus pun hafal dengan kalimat dan dua kata tersebut seolah sudah menjadi ciri khas saya…hehe…)



Sekali lagi, banyak hikmah yang bisa saya ambil setelah dua kali menonton film ini… (yang jelas siap-siap tissue dulu yaa…Nulisnya cuma 15 menit nih. Mau rihlah ‘n refreshing dulu di taman pujangga bersama Ayu’ dan Diah Cmut. Mumpung masih libur 3 hari. Hm, SEMANGAT!!! Hidup Dude!!! Lho? ^^v)



[Keisya Avicenna]

NB: ditulis saat kondisi fisik lagi gak bersahabat (migrain…so, kalau ada yang salah, koreksinya yaw!) Hm, MENULIS itu MENYEMBUHKAN!!! kapan-kapan crita tentang DMC lagi, ah...

MENGHITUNG HARI JELANG RAMADHAN..YUK RENUNGI KEUTAMAANNYA AGAR SEMAKIN SIAP MENYAMBUTNYA..!!!

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Ratu Surya Atmajaya on Thursday, July 14, 2011 at 6:08am

Ikhwan sekalian, saya pandang bahwa saya perlu mengingatkan masalah Ramadhan, karena kita berada di ambang pintu Ramadhan dan hampir menyibukkan diri dalam kewajiban-kewajiban kita di dalamnya. Ramadhan adalah bulan barakah, rahmat, dan kebahagiaan.

Betapa perlunya manusia merenung sejenak untuk bersiap-siap menyambutnya berikut kebaikan-kebaikan yang dikandungnya. Ia merupakan bulan yang dihormati di masa jahiliah, dan ketika Islam datang semakin dihormati dan dimuliakan. Di bulan ini Allah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Betapa perlunya kita menenangkan dan menyadarkan jiwa tentang hak Ramadhan sebelum menjumpainya.

Ikhwan sekalian, Allah swt. menjadikan bulan ini sebagai bulan yang agung, memberikan keistimewaan yang banyak sekali kepadanya, serta menjadikannya sebagai salah satu fase kehidupan yang paling berharga dan salah satu stasiun perjalanan di atas jalan hidup yang lurus. Pada bulan itu seorang muslim mencurahkan sebagian besar perhatiannya kepada Allah, akhirat, dan peningkatan ruhani sebelum peningkatan materi. Ia adalah bulan ruhani, bulan kebersihan jiwa, bulan munajat, serta waktu untuk menghadap kepada Allah, memohon pertolongan dari Yang Mahatinggi lagi Mahabesar, dan menjalin hubungan dengan Al-Mala’ul A’la. Ia adalah bulan yang mempunyai keistimewaan.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.” (Al-Baqarab: 185)

Ada pemancing perhatian yang indah dan kenikmatan yang luar biasa, yaitu dihubungkannya kandungan ayat ini dengan ayat yang lain.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Kemudian ayat ini dilanjutkan lagi dengan ayat lain:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

“Dihalalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kalian; mereka itu adalah pakaian bagi kalian dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah: 187)

Ayat mulia ini datang di sela-sela hukum-hukum puasa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183)

Kemudian,

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ

“Dihalalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kalian.” (Al-Baqarah:187)

Dengan serasi dan sempurna ayat ini berhubungan dengan ayat puasa. Kemudian di antara keduanya Allah swt. mendatangkan ayat lain.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِِي

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (Al-Baaarah: 186)

Hakikat agung yang terkandung di dalamnya adalah bahwa Allah swt. mendorong kita untuk bermunajat dan memohon kepada-Nya pada saat j iwa dalam keadaan paling dekat kepada Rabb-Nya.

لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Bulan Ramadhan adalah bulan permohonan, munajat, hidayah, dan petunjuk kebenaran. Hendaklah orang yang berpuasa menggembleng diri di dalamnya dan menjauhkannya dari urusan materi, agar kemanusiaannya meningkat dan bersambung dengan Rabb-nya.

Banyak hadits yang menarik manusia agar memperhatikan keutamaan bulan ini, ketinggian kedudukannya, kemuliaan hari-harinya, dan besarnya nilai taubat di dalamnya, sehingga memacu kaum muslimin untuk menyiapkan diri menjumpainya serta menyadari bahwa perniagaan di dalamnya pasti mendatangkan keuntungan. Waktu-waktu yang akan berlalu di dalamnya sangat berharga, dan kesempatan yang ada merupakan kesempatan emas.

يا باغي الشر أقصر وَ يَا باغي الخير هلم

“Wahai pencari kejahatan berhentilah dan wahai pencari kebaikan kemarilah!”

Hendaklah kaum muslimin mengingatkan diri mereka dengan sabda beliau saw.,

“Tiada hari yang merekah fajarnya, kecuali berseni, ‘Hai anak Adam, aku adalah makhluk baru yang menyaksikan amal perbuatanmu. Maka ambillah bekal dariku, karena aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.”‘

Ikhwan sekalian, hendaklah Anda benar-benar berusaha agar tidak ada waktu yang berlalu tanpa amal shalih. Jika Anda lalai, hendaklah kalian segera menyadari kelalaian Anda.

“Suatu ketika Hanzhalah ra. menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., dan berkata, “Abu Bakar, saya melihat keadaanku sebagaimana keadaan orang-orang munafik.” Abu Bakaf menjawab, “Mengapa?” Hanzhalah berkata, “Bukankah ketika bersama Rasulullah saw. ruh kita menjadi lembut dan jiwa kita meningkat, tetapi jika kita meninggalkan beliau keadaan menjadi berubah-ubah?” Maka Abu Bakar berkata, “Marilah kita datang kepada Rasulullah saw.!” Nabi saw. bersabda, “Andaikata keadaanmu sebagaimana ketika di hadapanku, niscaya para malaikat akan menjabat tanginmu. Tetapi, sewaktu-waktu.”

Jadi, terapi atas kelengahan adalah mengingat-ingat, introspeksi diri, dan senantiasa menjalin hubungan dengan Allah swt.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)

Bila setan berhasil menimpakan kelalaian pada hati kita dan menjauhkan kita dari sebagian kebaikan, maka hendaklah kita lebih merrperserius perjalanan, mengerahkan upaya, dan menghadap kepada Allah.

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya.” (Asy-Syura: 25)

Hendaklah manusia melakukan persiapan dengan senantiasa bertaubat, memohon ampun, dan meninjau lembaran-lembaran masa lalu. Apabila kita mendapatkan kebaikan, kita memuji Allah, dan apabila kita mendapatkan keburukan, kita meninggalkannya seraya bertaubat kepada-Nya. “Wahai pencari keburukan, berhentilah!”

Jika dalam sehari Rasulullah saw. bertaubat seratus kali, sedangkan sebagaimana Anda tahu, Allah telah mengampuni segala dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang, maka bagaimana pendapat Anda tentang orang yang diliputi oleh perbuatan maksiat dari segala penjuru serta tenggelam dalam kesenangan dan syahwatnya. Maka kewajiban kita adalah memperbanyak istighfar apalagi kita berada dalam bulan suci. Kita menghadap kepada Allah dengan keimanan sempurna dan keikhlasan yang tulus, seraya memohon agar Dia memberi kita kemampuan untuk menempuh sebab-sebab.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubadah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kalian akan menutupi kesalahan-kesalahan kalia.i dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tah rim: 8)

Taubat yang murni dan penghadapan yang tulus dengan kembali kepada Allah swt. adalah salah satu sebab kebahagiaan sempurna pada hara-kiamat dan jalan untuk menyertai Nabi saw.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisa’:69)

Maka, sejak sekarang hendaklah Anda bersungguh-sungguh menyucikan diri dari kotoran-kotoran dosa dan maksiat, karena Anda semua menghadapi kedatangan bulan Ramadhan. Karunia Allah di bulan Ramadhan lebih luas daripada di waktu lainnya. Maka, persiapkan diri Anda semua untuk menghadapi kewajiban agung ini. Nabi saw. bersabda,

“Barangsiapa telah didatangi bulan Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan ampunan dari Allah, maka Allah tidak akan memberikan ampunan kepadanya.”

Orang yang celaka adalah yang dihalangi dari rahmat Allah swt. pada bulan Ramadhan. Adalah wajib untuk mengingatkan diri tentang keutamaan bulan ini dan mempersiapkannya untuk beramal di dalamnya.

Ramadhan telah mendorong amal yang banyak dan kewajiban yang luhur, seperd puasa, shalat, dzikir, serta membaca kitab Allah yang bisa membersihkan jiwa dan menghidupkan hati. Nabi saw. bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

“Puasa dan Al-Qur’an, pada hari kiamat akan memberikan syafaat kepada hamba. Puasa berkata, ‘Rabbi, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat, maka perkenankan aku memberikan syafaat kepadanya.’ Al-Qur’an berkata, ‘Rabbi, aku telah mencegahnya dari tidur malam, maka perkenankan aku memberikan syafaat kepadanya.’ Maka keduanya diperkenankan memberikan syafaat kepadanya.”

Rasul saw. membaca dan mempelajari Al-Qur’an di hadapan Jibril pada bulan Ramadhan, sekali. Dan pada tahun terakhir beliau membacanya dua kali. Dakwah Anda semua adalah dakwah Al-Qur’an, sedangkan Anda sekalian mengatakan, “Al-Qur’an adalah pedoman hidup kami.” Maka, bulan Ramadhan adalah dakwah Anda.

Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan kandung-annya, karena Anda akan mendapatkan kenikmatan baru padanya ketika membaca ulang, sekalipun Anda seorang hafizh (penghafal) Al-Qur’an. Anda akan merasakan pengaruh yang menakjubkan jika membacanya dengan penghayatan makna. Jangan berusaha memahaminya dengan mendalami hal-hal yang pelik-pelik dan kajian yang njlimet, tetapi bacalah sebagaimana para sahabat Rasulullah saw. membacanya. Barangsiapa membacanya seperti ini, maka untuk setiap huruf yang dibacanya ia mendapat sepuluh kebaikan, dan Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mendengarkan satu ayat dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk pada hari kiamat.

Ketahuilah bahwa bulan ini merupakan bulan sedekah dan kezuhudan terhadap materi. Karena itu, banyaklah menyantuni fakir miskin. Rasulullah saw. adalah manusia yang paling dermawan dan kedermawanan beliau paling besar terlihat pada bulan Ramadhan. Berusahalah agar, Anda mempunyai amalan yang tidak Anda tinggalkan selama bulan Ramadhan. Bersemangatlah dalam melaksanakan shalat tarawih. Kita melaksanakannya dengan membaca seluruh Al-Qur’an, delapan rakaat. Shalat tarawih merupakan salah satu sunah muakadah serta syiar dan kekhususan bulan Ramadhan. Ia adalah wadah tempat hati seorang muslim berhubungan dengan Tuhannya. Nabi saw. didatangi oleh Jibril pada bulan Ramadhan, lantas membacakan Al-Qur’an di hadapannya.

Karena Ramadhan adalah puasa di siang hari sekaligus cocok untuk menjadi bulan bangun di malam hari, sedangkan malam sangat cocok untuk dilak-sanakan shalat. Jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah delapan, itulah yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw. Bisa pula dua puluh rakaat, yaitu sebagaimana yang dilaksanakan oleh Umar ra. Ada pula yang melaksanakan tiga puluh enam rakaat, dan ini sebagaimana yang dilaksanakan oleh penduduk Madinah. Masing-masing mempunyai dasar dari sunah.

Tujuan pelaksanaan shalat tarawih adalah menjalin interaksi dengan Allah dan Kitabullah. Disunahkan untuk memanjangkan shalat tarawih ini. Shalat tarawih tidak dimaksudkan untuk memperbanyak rakaat saja, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan orang, sambil melaksanakannya secara tergesa-gesa sehingga menjadikannya cacat, sementara mereka lupa bahwa shalat tarawih ddak lain untuk menikmati kitabulah dan inilah rahasia di dalamnya. Jika ada pertentangan antara kedua hal itu, maka mencukupkan dengan delapan rakaat panjang lebih baik daripada dua puluh rakaat dengan tergesa-gesa. Diriwayatkan dari Abu Bakar ra. yang berkata, “Kami meninggalkan shalat tarawih, agar orang-orang yang berpuasa bisa segera makan sahur, lantaran khawatir terbitnya jajar. “

Mereka biasa membaca seluruh surat Al-Baqarah, bersandar di atas tongkat karena lamanya berdiri dan membaca, sehingga mereka bisa menkmati kitab Allah. Yang dikehendaki dalam pelaksanaan shalat ini adalah perhatian terhadap jiwa pensyariatannya, pelaksanaannya sebaik mungkin, dan pemanfaatan kesempatan untuk mendengar bacaan Al-Qur’an. Adapun acara ritual yang dilakukan oleh sebagian umat Islam sehingga menimbulkan suara gaduh di masjid, seperd shalawat dan kalimat la ilaha illallah wahdahu la syarikalah...dst. yang mereka baca dengan suara keras, itu sama sekali bukan termasuk dalam ajaran agama. Menghadapi keadaan ini, seorang mursyid harus berlaku lemah lembut dalam dakwah dan menggunakan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan, tanpa kekerasan.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (An-Nahl: 125)

Jika kita mempunyai kekuatan, maka kita bisa memaksa mereka, tetapi jika tidak, maka kita harus mengajak mereka dengan lemah lembut.

وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An-Nur: 54)

Yang bertanggung jawab terhadap kondisi seperti ini adalah Departemen Wakaf dan Al-Azhar Asy-Syarif. Tidak perlu menciptakan persengketaan antara seorang muslim dengan saudara muslim lainnya. Menjaga persatuan adalah kewajiban, sedangkan shalat tarawih adalah sunah. Menjaga kewajiban itu lebih utama daripada menjaga sunah. Para da’i dan mursyid berkewajiban untuk mengarahkan para pemimpin mereka untuk memperbaiki keadaan ini dengan bijaksana.

Hendaklah Anda semua senantiasa menjaga pelaksanaan sesuatu yang lebih sempurna dan lebih baik. Di bulan Ramadhan Anda juga menanti malam-malam mulia, saat kebaikan tercurah. Malam ketujuh belas adalah malam bersejarah yaitu ketika pertolongan teoritis dan praktis terwujud nyata dalam perang Badr, saat dua pasukan saling berhadapan.

فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

“Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orangorang yang mempunyai mata hati.” (Ali Imran: 13)

Lailatul Oadar jatuh pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Bahkan sepuluh malam ini merupakan malam-malam tajalli, karena itu hendaklah Anda menggembleng jiwa di dalamnya dan membersihkannya dari urusan-urusan dunia. Menghadaplah kepada Allah dengan shalat, munajat, dan terus-menerus berdoa, karena Allah menyukai orang yang terus-menerus berdoa. Barangsiapa memiliki waktu luang, hendaklah b&u’tikaf dan tidak keluar dari masjid kecuali untuk kebutuhan yang mendesak, karena i’tikaf adalah sunah Rasulullah saw. dan dilaksanakan pula oleh orang-orang shalih. Adapun yang mempunyai kesibukan, setidaknya supaya beri’tikaf di malam hari. Jika sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan datang, beliau saw. “mengencangkan sarung”, melaksanakan qiyamullail, dan membangunkan istri-istrinya.

Ketahuilah bahwa interaksi yang dikehendaki di bulan Ramadhan adalah interaksi dalam ketaatan kepada Allah, tidak dalam permainan. Tetapi yang dilakukan manusia justru sebaliknya, mereka menjadikan Ramadhan sebagai bulan kelalaian dan permainan. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktu-waktu di bulan Ramadhan di kelab-kelab, tempat-tempat hiburan, dan kafe-kafe. Di antara mereka ada juga yang mendatangi seorang fakih di satu ruangan untuk membaca Kitabullah di dalamnya, setelah itu mereka meninggalkannya ke ruangan lain antuk berbincang-bincang semaunya, tidak mendengarkan atau pun mcntadabun ayat Al-Qur’an.

Suatu ketika Ibnu Masud ra. berlalu di hadapan sekelompok orang yang berada di sisi jalan. Ia berkata kepada mereka, “Para sahabat Muhammad biasa saling berkunjung karena Allah.” Mereka menjawab, “Motif kami keluar dari rumah tidak lain adalah saling berkunjung karena Allah.” Ia berkata kepada mereka, “Bergembiralah. Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Kamu semua tetap dalam keadaan baik, selama masih saling mengunjungi. ‘”

Karena itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua menjadikan bulan ini sebagai bulan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melaksanakan tradisi yang dilakukan oleh salafus-shalih radhiyallahu ‘anhum. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Sayidina Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya

Wednesday, July 13, 2011

Bulan

Wednesday, July 13, 2011 1 Comments

Asal Penamaan
Nama Sya’ban diambil dari kata: sya’bun, yang artinya kelompok atau golongan. Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan ini masyarakat jahiliyah berpencar mencari air. Ada juga yang mengatakan, mereka berpencar menjadi beberapa kelompok untuk melakukan peperangan. (Lisanul ‘Arab ). Al-Munawi mengatakan: “Bulan rajab menurut masyarakat jahiliyah adalah bulan mulia, sehingga mereka tidak melakukan peperangan. Ketika masuk bulan sya’ban, bereka berpencar ke berbagai peperangan.” (at-Tauqif a’laa Muhimmatit Ta’arif, hal. 431)
Hadits Shahih Seputar Sya’ban
1. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
2. A’isyah mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari & Mulim)
3. A’isyah mengatakan: Saya pernah memiliki hutanng puasa Ramadhan. Dan saya tidak mampu melunasinya kecuali di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
4. A’isyah mengatakan: Bulan yang paling disukai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau lanjutkan dengan puasa Ramadhan. (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanadnya dishahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
5. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan Al Albani)
6. Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan: Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, At Turmudzi dan dishahihkan Al Albani)
7. Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
8. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari. Kecuali orang yang sudah terbiasa puasa sunnah, maka silahkan dia melaksanakannya.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
9. Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluqnya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani)
Hadits Dhaif Seputar Sya’ban
1. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: Puasa sunnah apakah yang paling utama setelah Ramadhan? Beliau bersabda: “Sya’ban, dalam rangka mengagungkan Ramadhan…” (HR. At Turmudzi dari jalur Shadaqah bin Musa. Perawi ini disebutkan oleh Ad Dzahabi dalam Ad Dhu’afa, beliau mengatakan: Para ulama mendhaifkannya. Hadits ini juga didhaifkan Al Albani dalam Al Irwa.)
2. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengtakan: Suatu malam, saya kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya cari keluar, ternyata beliau di Baqi’….Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala turun pada malam pertengahan bulan Sya’ban ke langit dunia. Kemudian Dia mengampuni dosa yang lebih banyak dari pada jumlah bulu kambingnya suku Kalb.” (HR. Ahmad, At Turmudzi, dan didhaifkan Imam Al Bukhari & Syaikh Al Albani)
3. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika masuk malam pertengahan bulan Sya’ban maka shalat-lah di siang harinya. Karena Allah turun ke langit dunia ketika matahari terbenam. Dia berfirman: Mana orang yang meminta ampunan, pasti Aku ampuni, siapa yang minta rizki, pasti Aku beri rizki, siapa…. sampai terbit fajar.” (HR. Ibn Majah. Di dalam sanadnya terdapat Ibn Abi Subrah. Ibn Hajar mengatakan: Para ulama menuduh beliau sebagai pemalsu hadits. Hadits ini juga didhaifkan Syaikh Al Albani)
4. Hadits: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (Riwayat Abu Bakr An Naqasy. Al Hafidz Abul Fadhl Muhammad bin Nashir mengatakan: An Naqasy adalah pemalsu hadits, pendusta. Ibnul Jauzi, As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut hadits ini dengan hadits maudlu’)
5. Hadits: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil: Hai Ali, siapa yang shalat seratus rakaat di malam pertengahan bulan Sya’ban, di setiap rakaat membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sepuluh kali. Siapa saja yang melaksanakan shalat ini, pasti Allah akan penuhi kebutuhannya yang dia inginkan ketika malam itu…. (Hadits palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/127 – 128, As Suyuthi dalam Al-Lali’ Al Mashnu’ah, 2/57 – 59, dan ulama pakar hadits lainnya )
6. Hadits: Siapa yang melaksanakan shalat pada pertengahan bulan Sya’ban dua belas rakaat, di setiap rakaat dia membaca surat Al Ikhlas tiga kali maka sebelum selesai shalat, dia akan melihat tempatnya di surga. (Hadits palsu, disebutkan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/129 Ibnul Qoyim dalam Manarul Munif, hal. 99, dan dinyatakan palsu oleh pakar hadits lainnya)
Amalan Sunnah di Bulan Sya’ban
Pertama, memperbanyak puasa sunnah selama bulan Sya’ban
Ada banyak dalil yang menunjukkan dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan sya’ban. Diantara hadits tersebut adalah:
Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
A’isyah juga mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari & Muslim)
Hadits-hadits di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.
Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini. Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadits dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
Kedua, memperbanyak ibadah di malam nishfu Sya’ban
Ulama berselisish pendapat tentang status keutamaan malam nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:
Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah – dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban – mengatakan: “Para ulama ahli hadits dan kritik perawi mengatakan: Tidak terdapat satupun hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hal. 33).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan nishfu Saya’ban. Beliau mengatakan: “Terdapat beberapa hadits dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadits yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadits).” (At Tahdzir min Al Bida’, hal. 11)
Pendapat kedua, ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadits shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan: ….Pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam madzhab hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadits yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…(Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibn Rajab mengatakan: Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…(Lathaiful Ma’arif, hal. 247).
Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1. Nishfu Sya’ban termasuk malam yang memiliki keutamaan. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Meskipun sebagian ulama menyebut hadits ini hadits yang dhaif, namun insyaAllah yang lebih kuat adalah penilaiannya Syaikh Al Albani bahwa hadits tersebut statusnya shahih.
2. Tidak ditemukan satupun riwayat yang menganjurkan amalan tertentu ketika nishfu Sya’ban. Baik berupa puasa atau shalat. Hadits di atas hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya di malam nishfu sya’ban, kecuali dua jenis manusia yang disebutkan dalam hadits tersebut.
3. Ulama berselisih pendapat tentang apakah dianjurkan menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan banyak beribadah. Sebagian ulama menganjurkan, seperti sikap beberapa ulama Tabi’in yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain menganggap bahwa mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah bid’ah.
4. Ulama yang membolehkan memperbanyak amal di malam nishfu Sya’ban, mereka menegaskan bahwa tidak boleh mengadakan acara khusus, atau ibadah tertentu, baik secara berjamaah maupun sendirian di malam ini. Karena tidak ada amalan sunnah khusus di malam nishfu Sya’ban. Sehingga, menurut pendapat ini, seseorang dibolehkan memperbanyak ibadah secara mutlak, apapun bentuk ibadahnya.
Amalan Bid’ah di Bulan Sya’ban
Ada banyak bid’ah yang digelar ketika bulan Sya’ban. Umumnya kegiatan bid’ah ini didasari hadits-hadits dhaif yang banyak tersebar di masyarakat. Terutama terkait dengan amalan nishfu sya’ban. Berikut adalah beberapa kegiatan bid’ah yang sering dilakukan di bulan Sya’ban:
Pertama, Shalat sunnah berjamaah atau mengadakan kegiatan ibadah khusus di malam nishfu sya’ban
Terdapat hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban, namun tidak ditemukan satupun hadits shahih yang menyebutkan amalan tertentu di bulan Sya’ban. Oleh karena itu, para ulama menegaskan terlarangnya mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk melaksanakan ibadah tertentu.
Kedua, Shalat Alfiyah
Manusia pertama yang membuat bid’ah shalat Alfiyah di malam nishfu Sya’ban adalah seseorang yang bernama Ibn Abil Hamra’, yang berasal dari daerah Nablis, Palestina. Dia datang ke Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki suara bacaan Al Qur’an yang sangat merdu. Ketika malam nishfu Sya’ban, dia shalat dan diikuti oleh seseorang di belakangnya sebagai makmum. Kemudian makmum bertambah tiga, empat,..hingga sampai selesai shalat jumlah mereka sudah menjadi jamaah yang sangat banyak.
Kemudian di tahun berikutnya, dia melaksanakan shalat yang sama bersama jamaah yang sangat banyak. Kemudian tersebar di berbagai masjid, hingga dilaksanakan di rumah-rumah, akhirnya jadilah seperti amalan sunnah. (At Tahdzir Minal Bida’, karya At Turthusyi, hal. 121 – 122).
Tata caranya:
Shalat ini dinamakan shalat alfiyah, karena dalam tata caranya terdapat bacaan surat Al Ikhlas sebanyak seribu kali. Di baca dalam seratus rakaat. Tiap rakaat membaca surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. (Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 149)
Semua ulama sepakat bahwa shalat Alfiyah hukumnya bid’ah.
Ketiga, Tradisi Ruwahan-sadranan (selamatan bulan di Sya’ban)
Tradisi ini banyak tersebar di daerah jawa. Mereka menjadikan bulan ini sebagai bulan khusus untuk berziarah kubur dan melakukan selamatan untuk masyarakat kampung. Pada hakekatnya tradisi ini merupakan warisan agama hindu-animisme-dinamisme. Sehingga bisa kita tegaskan hukumnya terlarang, karena kita dilarang untuk melestarikan adat orang kafir. Atau, setidaknya tradisi ini termasuk perbuatan bid’ah yang sesat.
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Ust. Ammi Nur Baits

Wednesday, July 06, 2011

TIME HEALS EVERY WOUND

Wednesday, July 06, 2011 0 Comments
TIME HEALS EVERY WOUND :
“Karena Aku Sangat Mencintaimu, Ibu…”

Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan…

Bulan Juli 2003, detik ini Keisya kembali mengenangnya…
Tak terasa sudah 8 tahun yang lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otaknya. Saat ini, Keisya seperti memutar kembali ‘sebuah rekaman skenario kehidupan’ yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, Keisya adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik-asyiknya menikmati masa putih abu-abu. Bulan Juli 2003 ia naik kelas 2 SMA. Prestasinya di kelas 1 SMA pun tidak mengecewakan. Peringkat 5 besar masih menghiasi rapornya dan di kelas 1 SMA dia berkesempatan duduk satu bangku dengan saudara kembarnya dan seringkali membuat guru-guru dan teman-temannya keliru karena sulit membedakan. Keisya dan Aisya memang kembar identik.
Masuk hari pertama di tahun ajaran baru kelas 2 SMA. Keisya masuk di kelas 2.2 dan Aisya di kelas 2.3. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Wah, Keisya dah punya adik tingkat nih. Berangkat pagi, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Keisya memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang. Sebelum bel masuk berbunyi, Keisya dan Ifang serta beberapa teman yang lain turun ke lapangan upacara untuk melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para ‘senior’ (kebanyakan dari para pengurus OSIS). Keisya menyaksikan MOS yang tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung, peraturan para ‘senior’ pun masih sama: pertama, senior selalu benar dan kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan yang pertama. Hah, peraturan macam apa ini??? Pada waktu itu, tiba-tiba Keisya mengalami sesuatu hal yang membuat dirinya seolah kembali ke masa MOS-nya satu tahun silam. Keisya seolah-olah ‘di-MOS’ lagi. Setahun lalu, Keisya memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan pada waktu MOS. Waktu itu, sehabis pengecekan barang PR, para senior berteriak-teriak mirip orang kesetanan, seolah mencari-cari kesalahan para junior dan Keisya juga menjadi salah satu ‘korban’ dari ‘keganasan’ para senior.
Pada waktu baris, tiba-tiba Keisya dihampiri oleh salah seorang senior (yang pada akhirnya senior ini dinobatkan sebagai ‘senior tergalak’), Keisya ditanya macam-macam. Keisya menjawab pertanyaannya sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan yang Keisya ketahui. Senior ini sepertinya tidak puas dengan jawaban Keisya. Mungkin jawaban Keisya membuat dia seolah diremehkan atau kurang dihargai jabatannya sebagai seorang senior. Wah, Keisya jadi bulan-bulanan senior nih! Apalagi dia memanggil beberapa senior yang lain. Nyali Keisya pun ciut. Bagaimana tidak, Keisya masih merasa terasing dengan lingkungannya yang baru. Masih butuh adaptasi. Keisya pun jadi bertanya-tanya : “Apa yang salah dengan jawaban tadi??”. Aduh, ni senior bikin gara-gara aja….
Yah, itu peristiwa setahun yang lalu dan saat Keisya melihat MOS adik kelasnya, ia seolah merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya mungkin ini yang disebut trauma! Trauma MOS. Pasca melihat MOS adik kelasnya itu, mendadak kepala Keisya pusing bukan main. Keisya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua yang seharusnya ia nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telinga Keisya berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang ia alami satu tahun silam. Ketika di rumahpun ia mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan. Keisya jadi benar-benar aneh pada waktu itu.
Hari kedua masuk sekolah, Keisya kembali mengalami hal yang sama. Seperti kaset yang memutar kembali semua kejadian itu. Kejadian yang benar-benar menyakitkan dan menyisakan semacam trauma. Pada akhirnya, Keisya ‘ambruk’. Ia mengalami sebuah guncangan psikologis dalam dirinya. Kemudian ia pun dibawa pulang ke rumah. Sore harinya karena kondisi Keisya bukannya semakin membaik tapi justru semakin memburuk, Keisya akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit khusus syaraf di kota Solo. Keisya masih boleh dibawa pulang karena kondisinya bisa dibilang masih cukup stabil dan hanya butuh waktu dan istirahat total untuk menenangkan diri. Tapi selang beberapa hari kemudian, Keisya akhirnya harus ditangani serius oleh para dokter. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otaknya. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa. Terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluarga Keisya. Pada waktu itu, rumah Keisya sebenarnya tengah direnovasi. Tapi, karena Keisya harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan seluruh biaya dialihkan untuk biaya pengobatan Keisya. Ya Rabbi…cobaan ini terlalu berat bagi keluarga Keisya. Biaya rumah sakit, biaya pengobatan, biaya terapi, semuanya tidak murah.
Pada waktu Keisya pertama kali masuk rumah sakit, Ibu-lah sosok yang paling syok dengan peristiwa yang dialami Keisya. Ibu selalu menangis. Tapi Ibu jugalah sosok yang selalu mengajari Keisya makna ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Mas Dhody, kakak sulungnya Keisya menjadi orang yang pertama kali yakin, suatu hari nanti Keisya pasti sembuh. Sembuh total!! Bapak adalah sosok yang selalu memberikan motivasi. Satu hal yang paling Keisya ingat, sehabis terapi Bapak mengelus rambut Keisya dan membisikkan sesuatu ke telinga Keisya : “Bapak ingin melihat kamu sembuh, dik…” . Bapak berkata sambil menahan air matanya. Bisikan itu selalu membuat Keisya menangis dan memiliki semangat luar biasa untuk bisa sembuh. Aisya, saudari kembar Keisya juga menjadi sosok yang selalu berusaha menghadirkan keceriaan dan rasa optimis dalam hari-hari Keisya saat menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.
Masa itu menjadi masa-masa terpuruk dalam kehidupan Keisya. Tapi kehadiran keluarga selalu bisa memberikan motivasi dan harapan baru bagi dirinya untuk selalu sabar dan tegar melalui masa-masa sulit itu. Keisya benar-benar merasakan kasih sayang dan cinta luar biasa dari keluarganya, terutama Ibu. Selama 22 hari, Ibu rela izin dari pekerjaannya di kantor. Selama 22 hari, Ibu rela jatah waktu tidurnya dikurangi. Selama 22 hari, Ibu-lah yang selalu ada di samping Keisya, selama 22 hari Ibu yang selalu memenuhi kebutuhan Keisya ketika dirawat di rumah sakit, selama 22 hari Ibu yang selalu menangis di setiap sholat malamnya, selama 22 hari Ibu-lah yang selalu berusaha membuat Keisya tersenyum. Ibu yang tak pernah lelah membisikkan kata-kata motivasi untuk Keisya, Ibu yang selalu menemani Keisya menikmati udara segar kala pagi dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, menyaksikan hiruk-pikuk jalan utama kota Solo, melihat pembangunan sebuah mall terbesar kota Solo….ya, selama 22 hari Keisya harus menjalani perawatan, terapi, dan pengobatan intens yang ditangani oleh dokter-dokter dan perawat yang ahli. Sampai akhirnya, Keisya sembuh!!!
Bulan Agusus 2003…setiap pekan Keisya harus rutin check up dan membeli obat. Dan inipun membutuhkan biaya yang tidak murah. Pertengahan Agustus 2003 dokter mengizinkan Keisya untuk kembali ke sekolah. Kebahagiaan luar biasa yang Keisya rasakan, bisa bertemu kembali dengan teman-teman, para guru, dan semua hal yang Keisya rindukan di SMA. Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bukan hal yang mudah mengejar ketinggalan pelajaran selama kurang lebih 1,5 bulan. Kemampuan otak Keisya belum maksimal. Akhirnya, Keisya ‘ambruk’ lagi. Dokter yang selama ini menangani Keisya akhirnya membuat keputusan Keisya cuti sekolah dulu selama satu tahun!!! Serasa petir menyambar di siang hari, Keisya benar-benar syok waktu itu. Menangis…ya Keisya menangis sejadi-jadinya. Di hadapan dokter, para perawat, bapak dan ibu. Ia sangat sedih…sedih sekali. Keisya tidak bisa membayangkan harus cuti sekolah selama satu tahun. Benar-benar Keisya merasa saat itu menjadi saat-saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupnya. Tapi sekali lagi, Ibu yang memeluk, ibu yang mencium, ibu yang menguatkan Keisya, Ibu yang menghapus air mata Keisya….Oh, Ibu…semoga Keisya bisa kuat dan tegar karena Allah SWT…”karena Allah SWT pasti punya hikmah dan pelajaran berharga di balik ini semua” dan itu yang selalu engkau ajarkan, Bu…

Al waqtu juz’un minal ilaj : “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan”

Keisya mulai menjalani masa-masa ‘cuti’ nya di rumah, di istana KYDEN, istananya yang baru setengah jadi. Setiap hari, Keisya merasakan kesedihan yang teramat sangat saat menjalani masa-masa awal ‘cuti’ di rumah. Bagaimana tidak sedih, setiap hari ia menyaksikan saudari kembarnya, Aisya, memakai seragam putih abu-abunya dan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Sedangkan ia??? Setiap hari di rumah, sibuk dengan pikirannya : ‘Kapan aku bisa kembali ke sekolah?”. Sampai akhirnya, tanggal 26 Oktober 2003, Bapak dan Ibu mendirikan sebuah warung kecil di depan rumah dan Keisya-lah yang harus mengelolanya. Setidaknya itu bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Keisya. Setiap hari, setelah Keisya benar-benar bisa melakukan aktivitasnya sendiri, bapak dan ibu memulai aktivitasnya kembali seperti biasa, berangkat ke kantor, Mas Dhody bekerja di Solo dan Aisya menikmati masa-masa kelas 2 SMA. Iri, Keisya benar-benar iri sama saudari kembarnya waktu itu. Tapi rasa itu berangsur hilang karena Keisya mulai sibuk juga dengan aktivitasnya sehari-hari. Setiap hari ia menunggu warung kecilnya sambil membaca, menulis buku harian, membuat puisi, membuat es lilin aneka rasa, dan mendengarkan musik. Ia ditemani oleh tetangganya, salah seorang ‘murid’ Bapak di panti. Ya, orang yang sudah Keisya anggap sebagai kakak ini menderita gangguan pada pendengaran dan cara dia berbicara. Tapi, ia juga menjadi sosok motivator dalam hidup Keisya. Pada waktu luang, Keisya mengajari ia membaca, Keisya pun belajar main gitar. Seru…setidaknya Keisya bisa menikmati masa-masa keceriaan dalam hari-harinya. Sesekali ada beberapa sahabat SMA yang main ke rumah dan itu membuat Keisya terhibur dan semakin bahagia.
***
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari dan bulan demi bulan pun berganti…Tak terasa, sebentar lagi sudah memasuki tahun ajaran baru. Insya Allah, Keisya benar-benar sudah sembuh total. Keisya sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 Keisya kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, Keisya sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat tahajud. Benar-benar Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya dan pasca kejadian itu, Keisya semakin yakin dan mantab untuk kembali ke sekolah. Ibu-lah orang yang pertama kali bertanya : “Kenapa menangis, Dik?”. Keisya pernah ragu kala itu, apakah Keisya bisa menyesuaikan diri lagi di sekolah? Apakah mental Keisya siap untuk kembali menjadi murid kelas 2 SMA dan memiliki teman-teman yang dulu menjadi adik kelasnya sedangkan teman yang seangkatannya sekarang sudah menjadi kakak kelasnya? Dan lagi-lagi, Ibu-lah yang memeluk dan menghapus air mata Keisya. Ibu menenangkan dengan kata-kata bijaknya, ibu kembali menguatkan Keisya!!
Akhirnya, Keisya kembali ke sekolah. Respon dan sambutan yang luar biasa Keisya dapatkan dari semua teman-temannya yang sekarang sudah kelas 3 dan adik-adik kelasnya yang sekarang menjadi teman seangkatannya. Keisya pun menunjukkan prestasi gemilang di sekolahnya, selalu masuk peringkat 3 besar dan ini salah satu bukti kalau ia sudah benar-benar sembuh serta menjadi bukti rasa sayang dan cinta Allah SWT untuk dirinya begitu luar biasa!
“Ya Rabbi, Engkau takkan pernah memberikan keputusan-Mu yang nomor dua…keputusan-Mu pastilah selalu nomor satu dan itu pasti yang TERBAIK”. Ya Allah, izinkan Keisya memaknai semua ini. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Keisya pun menjalani hari-harinya di sekolah dengan penuh semangat. Ia seolah merasa ‘terlahir kembali’. Keisya menjadi gadis yang selalu tersenyum ceria, sosok yang selalu bersemangat, tegar, tidak mudah rapuh dan pantang mengeluh. Kalimat “Laa Yukalifullahu Nafsan Illa Wus’aha” senantiasa menjadi motivator terdahsyat dalam kesehariannya.
Tak terasa sudah 8 tahun silam, semua peristiwa itu menjadi sebuah [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan. Ketika mengenang peristiwa itu, mengingatkan Keisya akan perjuangan Ibu, Bapak, Mas Dhody, Aisya, dan semua orang yang telah berpengaruh dan membersamai Keisya pada masa-masa ‘terpuruk’ itu dan salah satu hikmahnya menjadikan Keisya semakin sayang dan cinta dengan keluarganya. Semangat BIRRUL WALIDAIN akan selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya, dalam setiap detak jantungnya. Terutama untukmu, Ibu…
Melukiskan keindahan seorang ibu butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadirannya untuk diri kita. Terkadang kita sadar, banyak hal yang terjadi, banyak khilaf yang telah berlalu, begitu banyak arti, banyak makna dan mengalir begitu saja. Tanpa kita sadar, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kita pun melupakan begitu saja. Sadar ataupun tidak, terkadang yang ada hanya harapan, tuntutan dan bahkan menyalahkan. Nauu`dzubillah…
Just for my mom…
Sebuah rangkaian kalimat sarat makna, menghadirkan berjuta inspirasi, menyuguhkan penggalan pertanyaan yang kita sendirilah yang mampu menjawabnya! ”Mau nggak dapat ‘door prize’ tanpa diundi dan surprise full prestise? Penghargaan besar, peluang yang jarang, investasi hakiki. Segera, rebut dan dapatkan kelas surga sebaik-baiknya! Beramal bakti sepanjang hari kepada kedua orangtua. Raih hidup penuh berkah. Anugerah di atas anugerah. Tak perlu gelisah. Pintu surga itu ada di rumah. Buku yang menggugah jiwa kepahlawanan, menggali energi kesuksesan, menemukan motivasi dan inspirasi dahsyat meraih sukses dan bahagia dunia akhirat. Bukalah pintu tobat kala dosa menggelisahkanmu. Bukalah jendela rahmat untuk mengantar suksesmu. Nikmati belaian ventilasi nan wangi kala berbagai problem menghampiri. Temukan relung-relung kebahagiaan dengan berbakti kepada kedua orangtua, khususnya kepada ibu. Ibu yang sangat berjasa kepadamu. “The Great Power of Mother, inspirasi dahsyat dunia akhirat.” [Solikhin Abu Izzudin]

Allah swt pun telah berfirman dalam ayat-ayat CINTA-Nya…
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu Bapaknya; Ibunya telah mengandung dalam keadaan LEMAH yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah tempat kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu maka Ku-berikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(Q.S. Luqman [31]:14-15).
Betapa dahsyatnya ayat tersebut menjelaskan posisi orang tua. Bahkan, ketika mereka memaksa kita untuk mensekutukan-Nya, meski kita diperintahkan oleh Allah untuk menolaknya, tapi kita tetap harus mempergauli/ memperlakukan mereka dengan baik di dunia. Bahkan, amalan kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang paling utama selain sholat tepat pada waktunya dan Jihad fisabilillah.
Sekarang Keisya masih mendapati Ibu menanti kedatangannya, kepulangannya di rumah. Keisya masih mendapatkan kasih sayang Ibu setiap saat…Untuk itu saudaraku, jika Ibu-mu masih ada, belum terlambat jika mulai saat ini kita mencoba untuk menghargai jerih payahnya..untuk memberikan yang TERBAIK bagi Ibu. Menunjukkan PRESTASI dan KESUKSESAN kita, untuk ditukar dengan senyum BANGGA dan BAHAGIA dari Ibu…! Pun jika beliau sudah kembali ke Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian, tetap jadilah anak yang sholih dan sholihah agar Ibu senantiasa tersenyum bahagia di syurga-Nya.

"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia, sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "
"Titip Ibuku ya Allah"

[Based on true story, by : Keisya Avicenna]

Keisya Avicenna adalah nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai pengajar SD di Ganesha Operation Solo dan penulis freelance. Menguatkan azzamnya untuk menjadi seorang penulis dengan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya angkatan ke-7. Senang membaca, menulis,menggambar, membuat puisi, mengisi training, koleksi buku, berpetualang, melihat bintang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Penulis yang berdomisili di Banaran Rt 02/X Wonoboyo Wonogiri ini bisa dihubungi di keisya_avicenna@yahoo.com, webblog : http://nungma.blogspot.com

Link postingan Ke FB :
http://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=10150095001855660#!/note.php?note_id=10150095001855660¬if_t=like&fbb=r9ce69696&refid=0

KETIKA AKU MERASA FUTUR, SEMANGAT MELEMAH… KISAH INI YANG KEMBALI MELECUTKAN SEMANGATKU!!!
Semoga “senyuman” senantiasa menghias di wajah ini… ^^v. Love u, all…

Friday, July 01, 2011

PR Pak Langit (tentang aku dan “Rahasia Langit”…^^v)

Friday, July 01, 2011 0 Comments

N: “Sedari kemarin aku amati, kenapa roman mukamu mendung sekali, kawan?

A: “Aku rindu cinta pertamaku.”

N: “Hah…aku gak salah dengar, nih? Cowok dingin, cuek abiz, introvert kayak kamu juga bisa ngrasain jatuh cinta?”

A: “Aku juga manusia biasa, bro! Tapi ini bukan masalah jatuh cinta yang bisa bikin hati patah bahkan hancur berkeping-keping. Akhir-akhir ini ada yang begitu bergemuruh dalam dadaku. Aku merindukan rasa rindu ini. Kerinduan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kerinduanku pada sosok berhati malaikat yang menjelma manusia yang belum pernah aku temui sampai detik ini.”

N: “Aaargh, gak biasanya kamu jadi melankolis kayak gini, kawan!”

A: “Hm…aku serius nih! Aku rindu tatapan mata yang teduh, sebening embun pagi yang menyejukkan. Aku iri padamu, bro! Kamu masih bisa merasakan belaian lembut dan kasih sayang seorang Ibu. Aku selalu iri saat menatap anak-anak kecil yang digandeng tangannya oleh Ibu-Ibu mereka dan saling tertawa penuh keceriaan. Kebahagiaan mereka begitu lengkap sedangkan aku tak pernah sekalipun mengecap manisnya cinta dari sosok manusia luar biasa bernama Ibu. Aku tak pernah mengenal sosoknya sejak tangis pertamaku memecah keheningan malam itu.”

N: “Ooo…, Ibu. Ah, kamu jadi ngingetin aku dengan kejadian tadi pagi di rumah. Karena kurang nafsu makan atau lebih tepatnya lagi kurang mood, aku gak ngabisin sarapanku. Padahal aku pun tahu, sehabis Subuh tadi Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kami sekeluarga. Sekilas aku sempat menangkap raut kecewa dari wajahnya meskipun beliau berhasil menutupi kekecewaan itu dengan senyuman. Sebuah senyum paling melegakan sepanjang hidupku.”

A: “Bro, kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Tapi dialah perempuan yang telah rela menggadaikan jiwanya demi memperjuangkan hidup sang buah hati yang dikandungnya. Ibu adalah anugerah terindah dari Allah Swt untuk kita. Meski aku harus menelan kesedihanku dalam-dalam karena Allah Swt jauh lebih sayang sama Ibu sebelum sempat aku merasakan dekapan hangatnya.”

N: “Kata-katamu sungguh menyadarkanku, kawan. Aku sekarang benar-benar ngrasa bersalah. Aku gak bisa menghargai hasil kerja keras Ibu meski dalam hal kecil dan sederhana sekalipun. Oh Ibu, maafkan anakmu ini!”

A: “Ah, rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu terhatur pada seseorang yang selalu berada di samping kita dalam suka maupun duka, tempat curahan hati dan segala keluh kesah. Bersyukurlah karena kesempatan itu masih ada buatmy. Dan Ibu-lah cinta pertamaku. Meskipun aku tak pernah menatap senyumannya tapi aku selalu yakin cintaku selalu berbalas tanpa aku harus meminta. Ibu sudah bahagia di surga-Nya.”

N: “Iya, kawan. Ingin rasanya sekarang menghambur ke pelukan Ibu dan mengucap terima kasih sebanyak yang aku bisa. Ternyata kerinduanmu menjadi pencerahan hatiku hari ini.”

A: “Bro, sebentar lagi aku akan menikah. Aku berharap, pilihan calon pendamping hidupku adalah pilihan yang tepat. Semoga ia menjelma selayaknya Ibu yang mampu menjadi pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Doakan aku, ya!”

***

Ckikikik…Nungma tuh paling “low-bat” kalau disuruh bikin dialog. Bikin cerpen aja belum ada satupun yang sampai tamat (masih nggantung di tali jemuran semuaaa)…mohon dimaklumi, yah! Tapi Nung akan belajar dengan sungguh-sungguh! Ya, sungguh-sungguh!!! Kita semua sedang berproses. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dan bagi yang sudah bisa semoga bisa sampai ke level “ahli”. ‘n Nung diajarin pluz dibagi ilmunya yak...

Nung yakin, hasil kerja keras kita hari ini pasti akan menuai “hal terindah” suatu saat ini.

SEMANGAAAAATTTT!!!

MENULIS ITU INDAH… MENULIS ITU IBADAH!!! ^^v

“Menulis adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa sebagai dzarrah kebaikan”

[Keisya Avicenna]