Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, August 08, 2012

MELATI [18]: “BAROKALLAHU LAKA…” [Dari NORMA untuk NURMA]

Wednesday, August 08, 2012 0 Comments
 
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, August 7, 2012 at 5:44am ·

Rerentet aksara ini menari…
Dalam goresan pena dari gerakan jemari
Kertas putih pun pasrah terbentang
Mencoba lukiskan cinta dalam untaian kata
Curahkan kerinduan yang menghentak di dada
Untuk belahan jiwa tercinta

Dunia pun tersenyum menyambut…
Perasaan tulus yang tengah tercipta
Teruntuk sosok istimewa
Kekasih hati pilihan-Nya

Cinta, ketika nanti telah berbilang waktu
Hariku berlalu bersamamu
Diri ini takkan pernah lelah berharap…
Agar engkau tak pernah jemu
‘tuk bantu aku menjadi sebaik-baik perhiasan duniamu
Cinta, engkaulah yang ‘kan mengantarkanku ke taman akhlak yang mulia
Taman istimewa, taman surga…
Sayang, aku ingat nasihat emas Rasulullah Saw. :
 “Maka perhatikanlah wahai istri, bagaimana kalian mempergauli suamimu? Sesungguhnya ia adalah surga atau nerakamu.” [HR. Ahmad]

Sayang, aku berharap surga!
Ya, aku sangat berharap surga!
Dan engkaulah salah satu kunci surgaku, Sayang…
Maka, bimbinglah aku!
Buatlah aku mampu melakukan apapun yang membuatmu ridho padaku…
Dengan begitu, Allah pun akan meridhoiku

Cinta, aku berharap agar kita selalu melangkah bersama
‘tuk menggapai ridho-Nya
Seandainya ada tinta emas dalam pena perjalanan kita…
Mari kita tulis bersama
Episode cinta kita yang penuh makna!
Karna hanya mendamba surga dan keridhoan-Nya semata
Bersyukurlah kepada-Nya, Cinta…
Sebelum engkau ucapkan kata terima kasihmu padaku

Sayang, asa hadirmu adalah selaksa makna
Selaksa makna yang dapat kutulis di antara kelopak edelweiss
Bermekaran indah nan abadi di taman hati ini

Sayang, jika cinta itu hanya sebuah mimpi…
Mungkin Hawa-pun akan tetap tinggal di surga
dan aku tak akan pernah terlahir ke dunia ini

Sayang, cinta telah membuat dunia ini menjadi hidup
Cinta adalah bagian kehidupan dari manusia
Dimana keindahan tumbuh di saat memberi atau menerima
Di saat berbagi tangis juga tawa
Dan engkaulah cintaku, Cinta…
Bersama kita ‘kan membangun rumah terindah di dunia, jua di surga
Tempat di mana jiwa kita berlabuh…
Tempat di mana rindu kita berteduh…


[Keisya Avicenna, puisi ini saya dedikasikan untuk Mbak NURMA yang hari ini menggenapkan “setengah dien”-nya di lembar ke-18 Ramadhan. Masih teringat SMS-an terakhir denganmu, mbak… Alhamdulillah, do’a-do’a itu melesat sangat cepat ke singgasana Arsy-Nya… Barokallahulaka wabaroka’alaika wajama’a bainakumma fiikhoir. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, serta mampu menjadikan rumah tangga sebagai markas dakwah, segera diberikan amanah putra-putri yang shalih dan shalihah…Aamiin Ya Rabb… *Mbak NURMA, engkaulah kakak yang luar biasa buat NORMA. Kakak yang menjadi teman setia mbolang ketika kita menjelajah Jogja. Luph you coz Allah Swt…]

MELATI [17]: "BELAJAR FOKUS ala ZEN"

Wednesday, August 08, 2012 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, August 6, 2012 at 6:06am ·
Assalamu’alaykum Wr.Wb.

Perkenalkan nama saya Zen! Lengkapnya: Kaizenemon. Hehe. (Ngapain lu, Zen?)

Aha, sore ini kita akan belajar bersama mengenai suatu hal (bisa jadi suatu sikap) yang itu sangat akrab dalam keseharian kita. 5 huruf yang terangkum dalam satu kata: FOKUS! (Wah, keren juga lu, Zen… Simak yukz!)

Menurut guru spiritual Zen di abad 22, beliau mengatakan bahwa: “Fokus pada pekerjaan adalah kunci untuk bekerja secara efektif dan produktif.”  Super sekali, bukan? Hehe… Tapi apa yang terjadi saudara-saudara sebangsa dan setanah air? Sayangnya seringkali kita justru bertindak sebaliknya! Ini realita di lapangan (ntah itu lapangan base ball yang biasa dipakai Nobita n the gank maen ataukah lapang sepakbola tempat Bambang Pamungkas melancarkan tendangan-tendangan dahsyatnya! Ngik…) Belum selesai sebuah tugas kita sudah "lompat" ke tugas lainnya. Bener nggak? Akibatnya, terkadang kita merasa tak pernah bisa "bernapas", bahkan tak jarang terpaksa lembur demi menyelesaikan sebuah tugas.

Kesulitan untuk fokus pada sebuah hal memang kerap kita alami. Betul tidak? *gayaAa’Gym. Bukan hanya dalam pekerjaan di kantor, di kampus, di rumah, di manapunlah, kerap kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam hal pencapaian target tertentu, seperti rutin berolahraga kayak yang sekarang Zen targetkan (biar agak langsingan gitu…hihi). Terkadang berjalan rutin tapi terkadang kagak. Why? Karena ke-kurangkomitmen-an kita atas apa yang telah kita targetkan ituh. Nah lhoh…sering juga kita kurang bisa memanajemen waktu dengan baik.

Menurut ilmu Zen, ada beberapa hal yang bisa rekan-rekan hebat semua lakukan untuk tetap fokus pada tujuan dan hal itu dimulai dari pagi hari saat terbangun dari tidur.

  1. Ingat kawan, kekuatan pikiran itu penting! Jika saat bangun tidur sudah mengeluhkan hari berat yang akan dihadapi, kita pasti akan benar-benar mengalaminya. Jika kita terbangun dari tidur dan memikirkan hari yang indah, kita semakin kaya akan rasa syukur Insya Allah kita akan menjalani hari itu dengan semangat yang luar biasa dan Zen jamin bakalan jadi hari yang super istimewa.
  2. Jangan biarkan perhatian kita lompat dari satu hal ke hal lainnya karena hal itu hanya membuat kita sibuk dan tidak produktif. Huum… Lompat-lompat yang gak jelas garis finishnya. Gak tahu titik sasarannya! Nah, Zen saranin fokuslah pada satu tugas yang sedang dikerjakan. Right?*gayaMasIppho. Zen biasanya belajar membuat skala prioritas pada pekerjaan yang dihadapi (belajar dari kakak Zen yang tergabung dalam duo SUPERTWIN itu tuh…). Langkah ini  akan sangat membantu kita dalam memilih tugas yang harus segera diselesaikan terlebih dahulu.
  3. Hilangkan pula kebiasaan suka menunda pekerjaan. Kayaknya ini virus laten yang paling sering menyerang sekumpulan tulang berbalut daging berlabel manusia yak? (Zen nggak termasuk lhooh. Hihi. Kan Zen robot kucing penggemar dorayaki dari abad ke-22). Hm…semakin sering ditunda, makin menumpuk tugas yang harus dikerjakan. Hayo ngaku, siapa yang sering ngalamin? Ngacung!
  4. Terakhir, bekerjalah dengan hati senang karena hal itu akan membuat tugas terasa lebih ringan. Akur???

Zen jadi pengin konser bentar nih… (pake kacamata item, pegang mic, ngikutin gaya Mas Bondan…)
F ke O dan K ke U..S
FOKUS, konstan! Tetap lihat ke depan, kawan!
Genggan erat pegangan, lihatlah titik tuju
Raih pusat sasaran, jadilah nomer satu…
[Sang Juara]

Yadah, ini dulu yang bisa Zen sampaikan… selamat menunggu waktu berbuka puasa…
Salam Meoooong… ^_^ Baling-baling bambuuu…

Wa'alaykumussalam Wr.Wb.

[Keisya Avicenna, lembar ke-17 Ramadhan]

MELATI [16]: “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu.”

Wednesday, August 08, 2012 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Sunday, August 5, 2012 at 11:13am ·
Kepada yang Ibu cintai sepenuh hati…

Assalaamu'alaykum warohmatullaahi wabarokatuh

        Bagaimana kabarmu sayang? Ibu harap kamu selalu dalam lindungan Allah SWT.
        Nak, kamu sekarang masih ada dalam kandungan Ibu. Tubuhmu baru mulai terbentuk dalam rahim Ibu, tapi mungkin jiwamu sudah bisa merasakan kehangatan kasih Ibu disana. Semoga engkau akan terus berkembang dan dapat lahir dengan selamat. Ibu sangat menginginkan nanti kamu akan bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dari Ayah dan Ibumu.

        Sejujurnya, sampai sekarang Ibu masih belum tahu bagaimana caranya agar Ibu bisa memberikan kehidupan yang baik untukmu Nak. Belum banyak yang bisa Ibu janjikan untukmu. Ibu sendiri masih belum dapat menjadi orang yang baik, masih belum pantas untuk menjadi contoh buat kamu. Tapi ya, tekad itu sudah ada Nak, sejak saat ini, kamu masih dalam kandungan Ibu, Ibu  sudah memiliki tekad untuk mengupayakan sebisa mungkin agar perjalanan hidupmu nanti lebih baik dari Ayah dan Ibumu.

        Seandainya kehidupan yang lebih baik itu tidak bisa Ibu sediakan, Ibu akan mengusahakan agar engkau paling tidak menjadi orang yang lebih baik daripada Ibu. Pengalaman selama Ibu hidup di dunia ini, akan Ibu ceritakan padamu suatu saat nanti.
1. “Nak, Ibu ingin kau bisa memiliki pribadi yang teguh pendirian!”
        Ibu berharap engkau dapat menjadi orang yang memiliki keyakinan yang kuat, pendirian dan keteguhan hati. Dalam perjalanan hidup selama ini Ibu sempat merasakan, bahwa saat pegangan, keyakinan dan keteguhan hati hilang, saat itu perahu kehidupanmu akan terasa seperti kotak kayu tanpa kendali yang terombang-ambing di tengah laut, dan setiap saat bisa hancur saat ada ombak yang menghempaskannya ke batu karang. Seburuk apapun lingkungan dimana kamu berada, seaneh apapun yang tingkah laku orang sekitarmu, semua tidak akan mampu mempengaruhimu, jika engkau memiliki keteguhan hati.

2. “Dengarkan Hati Nuranimu, Nak!”
Harapan Ibu yang kedua adalah engkau selalu menjadi insan yang mampu untuk melihat jauh ke dalam lubuk hatimu, dan mendengarkan dari keheningan di dalam sana, suara-suara hati nurani yang padadasarnya dimiliki oleh setiap manusia, yang didalamnya terkandung kebenaran. Dalam mendengarkan suara-suara hati nuranimu, insya Allah engkau akan menemukan hal-hal yang benar dan baik di sana. Harapan Ibu yang berikutnya adalah agar engkau selalu dapat bertindak mengikuti kata hati, keyakinan yang engkau miliki.

3. “Nak, jagalah tindakanmu dan hawa nafsumu!”
Nak, seandainya engkau mampu mendengarkan suara hati nuranimu, tapi engkau tidak mencoba untuk mengikutinya, dan memilih untuk melakukan tindakan lain yang bertentangan dengan hati nuranimu, jiwamu akan merasa tidak tentram. Nak, berusahalah untuk selalu menyesuaikan diri dengan hati nuranimu, sehingga engkau memiliki ketenangan jiwa. Ibu berharap dan berdoa agar engkau selalu bisa memenangkan pertarungan tiada akhir antara dirimu-hati nuranimu dengan hawa nafsumu, dan memenangkan hati nuranimu.

4. “Nak, milikilah jiwa yang tegar dan tidak mudah putus asa!”
Seandainya engkau mengalami saat-saat tersulit dalam hidupmu, Ibu berpesan, jangan pernah berputus asa dan menyerah pada keadaan. Tetaplah yakin bahwa manusia sebenarnya tercipta dalam kondisi yang sempurna, sebagai manusia yang taqwa. Bisikan kebaikan, dan bisikan kearah yang tidak baik selalu datang silih berganti. Semakin dekatkan dirimu pada Sang Pencipta. Dia yang Maha Pengampun dan paling memahami hambanya, memahami kelemahan dan kekurangan kita. Dia akan tetap selalu membuka peluang untuk perbaikan diri, asal engkau tidak menjauhi peluang itu. Jangan merasa malu untuk bersimpuh dihadapan-Nya dan memohon ampun. Allah SWT, yang Maha Memberi Petunjuk tidak pernah menyukai orang yang berputus asa terhadap petunjuk dan karunia-Nya. Baca, pelajari, pahami, ajarkan, dan amalkan ayat-ayat dalam Al Qur'an yang menganjurkan engkau untuk selalu merenungkan dan memikirkan kekuasaan Ilahi.

        Nak, ketika Ibu masih mengandungmu, sambil mengelus dengan lembut perut Ibu yang semakin hari semakin bertambah besar, penuh kekhusyukan Ibu panjatkan doa….
"Ya Rabbi, hamba percaya Engkau adalah arsitek yang agung, yang tidak pernah gagal. Engkau pasti sedang merajut dan merakit sel-sel dalam tubuhnya dengan sempurna. Sel-sel jantungnya dengan sempurna, sel-sel otaknya dengan sempurna, organ-organ tubuhnya dengan sempurna, kaki dan tangannya dengan sempurna, bentuk tubuhnya dengan sempurna, kulit tubuhnya dengan sempurna dan membentuknya menjadi bayi mungil, utuh dan sempurna"

        Ketika terbayang wajah mungilmu yang lucu Nak ketika engkau nanti muncul di dunia ini, doa yang ingin Ibu panjatkan saat itu…

“Ya Allah, Engkaulah yang menggenggam takdir anak hamba  ini. Hamba mohon ya Allah  jadikan anak yang ada dihadapan hamba sebagai anak yang sholeh. Jadikanlah ia anak yang bisa membahagiakan hamba kelak dihadapan-Mu, ya Allah. Jadikanlah ia anak yang dapat membuat hamba bangga kelak di hadapan-Mu  ya Allah. Pertemukan kami kelak di surgaMu ya Allah. Jangan Engkau pisahkan kami ya Allah. Jangan Kau  biarkan hamba memasuki surga-Mu tanpa anak ini disamping hamba”.

        Maafkan Ibu ya sayang….kalau selama ini Ibu sudah melakukan banyak kesalahan pada dirimu. Besar keinginan Ibu suatu saat nanti Ibu bisa menyayangimu sebagaimana Rasulullah SAW menyayangi putra-putrinya. Rasa sayang ini sangatlah besar, Nak.

        Kelak, belajarlah untuk menghormati Ayah dan Ibumu. Cintailah mereka dengan penghormatan yang tinggi dan perhatian yang tulus. Sesungguhnya, surgamu berada di bawah telapak kaki Ibumu. Ketika kamu nanti beranjak tumbuh dan besar…dan sekali waktu Ibumu tidak mampu mengendalikan emosi atau wajahnya tampak sedikit cemberut, ketahuilah Nak tentang penat yang Ibu rasakan karena harus menyayangimu tanpa batas waktu. Kalau suatu hari nanti kau bisa berlari-lari dengan gembira, itu karena Ibu mengikhlaskan keletihan ini untuk mencurahkan kasih sayang kepadamu saat tulang-tulangmu belum kuat…

        Sungguh, Nak...belajarlah untuk mencintai Ibu. Seperti kata-kata orang bijak, “Satu malam yang dijalankan oleh seorang Ibu dalam mengurusi anaknya, bernilai lebih besar daripada bertahun-tahun kehidupan seorang ayah yang setia. Kelembutan dan kasih sayang yang terkandung dalam mata berbinar seorang Ibu adalah kilatan  kasih dan sayang Tuhan Sekalian Alam.”

        Mungkin ini dulu ya, Nak yang bisa Ibu tuliskan. Pesan-pesan ini Nak, Ibu harap juga akan sangat bermanfaat bagi diri Ibu sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kejernihan batin bagi Ibu untuk mendengarkan suara hati nurani Ibu, dan masih memberikan pancaran-Nya untuk menuntun langkah-langkah Ibu di masa yang akan datang. Ibu sayang padamu Nak, dan Ibu sangat berharap agar engkau kelak dapat menjadi insan yang lebih baik dari Ibu.
Salam rindu, cinta, kasih,  dan sayang selalu …
Dari Ibumu yang selalu mencintaimu, Anakku…

Wassalamu‘alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh

[Keisya Avicenna, lembar ke-16 Ramadhan… *aksara-aksaravisioner ^_^]

Sunday, August 05, 2012

MELATI [15]: “KETIKA CINTA BERSEMI DI UNPAD”

Sunday, August 05, 2012 0 Comments

by Norma Keisya Avicenna on Sunday, August 5, 2012 at 5:02am ·
Melupakan sesuatu hal yang telah melekat sebelumnya dalam jangka waktu yang relatif lama ternyata tidak mudah. Pikiran ini rasanya tak pernah berhenti untuk mengenang, mengingat ataupun membayangkan masa-masa indah yang pernah terpatri bersama hal itu.

Hati pun serasa tercabik kala ada keinginan untuk kembali. Antara mengiyakan atau tetap pada pendirian. Antara keinginan sebenarnya, dan cita-cita yang harus ditempuh dengan jalan yang berbeda, menjadi satu dalam jelaga yang tak kan pernah kering. Tapi aku tidak seperti itu, hatiku pun tak pernah merasakan hal demikian. Aku bahagia mengenal mereka. Aku bersyukur menjadi bagian dari hidup mereka. Entah mereka merasakan hal yang sama ataukah tidak, tapi inilah aku yang begitu “beruntung” mendapatkan amanah tuk menjalani peran dari skenario terindah yang telah dituliskan-Nya untukku…

Ada sebuah kisah terhampar begitu manis mewarnai satu dari sekian hari Ramadhanku…

Hari Kamis silam, ada presentasi pengajar SD di GO 1 (GO Kerdukepik). Tapi, karena penilai presentasinya adalah Kabag Wilayah II (Bu RL) yang notabene sudah sering melihat aku presentasi (saat masih mengajar di GO Solo), akhirnya sesi presentasi pun diganti dengan diskusi bersama, bertukar pikiran untuk kemajuan GO Wonogiri ke depan khususnya SD. Asyik dah…

Jumat kemarin adalah hari keduaku mengajar di GO Wonogiri, lebih tepatnya di GO 2 (GO Pokoh). Alhamdulillah, ntah harus dengan apa diri ini bersyukur, yang jelas kepindahan ke GO Wonogiri memberikan banyak sekali nuansa baru, nuansa yang berbeda, dan nuansa yang semakin penuh cinta. Bagaimana tidak? Baru pertama kali masuk, banyak sekali yang sudah kenal. Mulai dari Customer Service, bagian operasional, beberapa pengajar SD dan juga pengajar SMP-SMA. Di GO tuh jadi kayak ajang reuni. Alhamdulillah, inilah salah satu bagian yang benar-benar harus aku syukuri.

Jadwal hari Jum’at aku mendapatkan jadwal untuk mengajar di kelas 5 SDR 102. Mengajar materi IPA dan Bahasa Indonesia. Jam 14.10 aku sudah sampai di GO dan masih sempat ngobrol dengan para pengajar SMP-SMA yang kebanyakan teman masa remajaku dulu (episode SMP-SMA). Hihi… Ada juga pengajar SD yang dulu adik kelas SMA, masih ingat aku karena aku dan mbak thicko adalah “si kembar yang unik” waktu SMA dulu (toeeeng…).

Jam 14.30 bel tanda masuk pun berbunyi. Teriring langkah mantap dan seperti biasa membawa “tas mbolang”ku (belum sreg kalau pakai tas ‘cantik’ khas ibu-ibu. Hehe), aku pun memasuki kelas. Asyiiik, ketemu wajah-wajah baru yang sangat mendamaikan. Inilah salah satu bagian terindah yang selalu aku rasakan. Bertemu anak-anak, menyelami dunia mereka, belajar dan bermain bersama mereka, memahami karakter mereka, dan masih banyak lagi. Ada kepuasan tersendiri yang mungkin tidak mampu dirasakan oleh sebagian orang.

Pelajaran pertama aku menyampaikan materi IPA. Dengan metode penyampaian khas “Bu NM”. Alhamdulillah, IPA adalah “Ilmu Paling Asyik”. So, belajar pun asyik-asyik aja. Ada 9 siswa di kelas itu. Lucu-lucu banget deh! Menemani antusiasme mereka dalam belajar menjadi sebuah kebahagiaan yang sulit diterjemahkan lewat kata-kata. Aku langsung menghafal nama mereka. Ada Rio, si tembem yang humoris. Azhar yang tak prediksi kelak bakal jadi penghafal Qur’an –sosok ikhwan junior-, Aulia yang pemalu, Novan yang cerdas dan bercita-cita jadi polisi, Roni dengan tipe belajar kinestetik “semau gue” tapi “cerdas”. Ada jugaVian yang penuh percaya diri, Agnes yang manis dan gemar membaca, Doni calon orator ulung dan terakhir Rama sosok bocah cerdas, pemberani, dan calon dokter. Wow! Mereka adalah asset berharga bangsa ini. Kalau bukan kita yang menanamkan karakter positif dan mentalitas pemenang dari sekarang, siapa lagi? kapan lagi? (catatan untuk para “guru”).

Pada sesi pertama, aku ngasih break “konsentrasi” dan “tebak-tebakan unyu”. Gelak tawa pun semakin menghangatkan suasana dan kita menjadi lebih akrab dari sebelumnya. Inilah salah satu komitmenku untuk “mengajar dengan hati”. Ya, dari hati semoga sampai juga ke hati…

Sesi kedua adalah sesi yang luar biasa menurutku. Bahasa Indonesia. Sebelum pelajaran dimulai, aku mengajukan pertanyaan:
  1. 1.     Siapa yang punya hobi membaca?
  2. 2.     Siapa yang suka menulis dan mengarang cerita?

Pertanyaan pertama hanya 4 anak yang angkat tangan: Agnes, Novan, Azhar, dan Rama. Pertanyaan kedua hanya Agnes yang angkat tangan. Agnes bilang kalau dia suka membaca buku KKPK di perpustakaan sekolah dan kadang suka nulis cerita. Wow, luar biasa sekali kau, Nak! Sedangkan anak-anak yang lain kebanyakan ketika aku tanya, “Hm…hayo, pasti lebih suka main game ya?” Mereka pun mengangguk sambil tersenyum. Hahaha…skak mat!

Sesi kali ini kita sampai di bab menyusun gambar rumpang kemudian belajar membuat ide pokok dari tiap gambar dan membuat sebuah cerita dari gambar yang telah disusun sebelumnya. Ada dua soal yang harus mereka kerjakan. Soal pertama masih aku tuntun dan ajari bagaimana caranya, setelah selesai setiap siswa aku minta membaca karyanya satu per satu. Hasilnya masih standar, tapi sudah keren lah!

Soal nomor dua, Bu NM pun beraksi menularkan virus “Creative Writing for Kids”. Hihi… Semua alat tulis diletakkan dulu, saatnya semua fokus. Kita ngapain sekarang? Senam otak. Hehe. Mulailah aku beraksi membuat mereka “remphong” dengan permainan olahraga jari yang bertujuan menyeimbangkan otak kanan dan kiri serta agar lebih fresh. Kalau ingin muridnya semangat, gurunya harus punya semangat yang jauh lebih luar biasa (baca: ugal-ugalan.hihi). Kemudian, satu menit aku minta mereka (setelah menyusun dan melihat gambar/ teknik visualisasi) untuk memikirkan kira-kira apa yang nanti akan ditulis. Selanjutnya, lima menit untuk menulis apapun yang ada di pikiran mereka. Asyiiik… dan hasilnya? Kata-kata mereka jauh lebih tertata dan ceritanya pun lebih variatif. Salut!

Kelas pun usai dengan sangat membahagiakan. Happy Ending lah… Dan inilah yang kusebut “KETIKA CINTA BERSEMI DI UNPAD…” karena saat itu kita belajar di kelas UNPAD. Uhuy, I love u all my lovely student!

[Keisya Avicenna, lembar ke-15 Ramadhan…*seharusnya diupload kemarin…]

MELATI [14]: "DIALOG TANPA NARASI"

Sunday, August 05, 2012 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Saturday, August 4, 2012 at 8:47am ·
Ade: “Pagi yang berkabut seperti mengisyaratkan sesuatu padaku, Wan?”

Wawan: “Maksudmu?”

Ade: “Hatiku beku. Dingin. Aku masih bingung memutuskan arah jalan hidupku. Selayaknya kabut pagi yang menjelma embun tapi tak berlangsung lama tatkala sang mentari menguapkannya. Aku benci dengan keadaanku, Wan! Semua yang ingin kumiliki, dalam sekejap sirna. Semuanya kandas tanpa sempat aku mencicipi manisnya.”

Wawan: “Ah, puitis banget kau, De! Yang sabar to, De! Hidup di dunia cuma sekali, jangan dibikin susah!”

Ade: “Tapi, Wan…kerja kerasku kurang apa coba? Sholat juga gak pernah telat, sedekah juga gak pernah lupa, puasa sunah juga sering kulakoni. Tuhan kan Maha Adil. Namun, kenyataannya? Kenapa seperti ini? Aku jadi ragu!”

Wawan: “Hush, ngomong apa kamu, De! Istighfar… Mungkin karena masih ada yang mengganjal di hatimu. Hingga kamu menjalaninya gak totalitas. Kurang ikhlas…”

[Keisya Avicenna, tulisan sampah yang belum sempat didaur ulang… lembar ke-14 Ramadhan. Kagak sempet upload kemarin karena net nya lemot]