Jejak Karya

Jejak Karya

Friday, September 14, 2012

EPISODE PELANGI MANTU: “KALA CINTA TERLABUHKAN”

Friday, September 14, 2012 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Sunday, September 9, 2012 at 10:52pm ·

Senin Ngangenin di bulan September lembar ke-10.
Ada agenda istimewa apa hari ini?
Jadi, pagi ini saya harus izin kuliah dan saya harus menemani "kakak Pelangi" saya dalam prosesi yang luar biasa dahsyat dan istimewa. Menemaninya saat "laki-laki asing" itu berikrar suci untuk menjadi sang nahkoda dalam biduk rumah tangga di samudera kehidupan berbenderakan sakinah, mawaddah, warohmah untuk selamanya. Hm, "MITSAQON GHALIZA". Do'akan semoga semuanya lancar... #Indah, mudah, full barokah... :)
"EPISODE PELANGI MANTU"
[status FB pagi ini]

Berangkatlah saya pagi ini dengan mengenakan gamis coklat kesayangan yang khusus saya pakai untuk agenda-agenda walimahan Pelangi (Hihi. Biar kesan episode “sunnah bersejarah nan indah” dengan gamis ituh selalu melekat di hati. Awawaw… Walaupun kalau pas sesi foto kesannya, kok bajunya itu-itu terus. Hahaha… whatepperlah…yang penting khusus Pelangi!)

Eits, ada cerita seru. Alhamdulillah, Kak Dodoy –kakak saya yang cakep ituh- akhirnya bersedia mengantarkan saya ke Songgorunggi, Nguter, Sukoharjo (tempat ijab qabul dan resepsi pernikahan mbak Avisa Guritna –Mbak Anik Pelangi-). Meski harus pake rayuan ala Cenung dan akhirnya setelah pasang muka paling memelas dengan mengungkit-ungkit kejahilan dia waktu membajak FB saya dengan kalimat “Mendadak gaLau nih…”, ugh akhirnya tu kakak mau juga jadi tukang ojek saya! Horeee… (Cuman nganterin doing sih, ntar pulangnya ya pulang sendiri. Maklumlah! Hihihi)

Setelah menempuh perjalanan yang cukup ngawu-awu sekali, akhirnya sampailah saya di lokasi acara. Setelah turun dari vega merah dengan sangat elegan dan cium tangan kakanda tercinta, saya pun melangkahkan kaki dengan sangat mantap memasuki sebuah istana yang sudah banyak hiasan janur kuningnya. Hm, kemungkinan besar anak-anak Pelangi pada datang pas resepsi siang nanti jam 13.00, beberapa juga ada yang izin nggak bisa datang. Yasudah deh… HUMAS tetap harus menjalankan amanahnya! Hehe. Eh, ketemu Mas Cowie dan kita berdua pun nongkrong di rumah tetangganya Mbak Anik yang dijadikan tempat rias calon pengantinnya. Ada sekitar 10 meter dari tempat resepsi. Jalan dulu melewati pinggir jalan raya…

Ketemu sama Mbak Anik yang benar-benar cantik dan bikin pangling. Cipika-cipiki dan iseng saya tanya bagaimana perasaannya. Hihi. Mbak Anik-nya cuman tersenyum, “Sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan semua rasa…” (Mungkin kalimat inilah yang mampu saya terjemahkan dari senyumannya. Hehe)

Prosesi ijab qabul mundur sekitar setengah jam dari jadwal semula yang seharusnya jam 09.00. Pak penghulunya baru datang sekitar jam 09.30. Setelah dapat kode dari pihak keluarga, kedua calon pengantin yang waktu itu memakai kostum putih nan elegan bersiap. Mbak Anik memanggil saya, beliau meminta saya menggandeng tangannya menuju lokasi ijab qabul. Toeeeng… Berjalanlah iring-iringan itu. Mbak Anik dan saya di baris terdepan, saya pegang erat tangan beliau yang mulai berkeringat dingin. Di belakang kami, rombongan pengiring dari pihak keluarga serta calon pengantin pria serta yang mendampinginya.

Waktu jalan itu, Mbak Anik sempat berbisik ke saya, “Nung, aku pengin nangis…”. Saya coba menenangkan beliau, “Tenang Mbak. Banyakin do’a dan dzikir. Yakin, Insya Allah semuanya lancar.”

Memasuki lokasi “sakral” itu, berasa kayak rame paparazzi. Hihi. Gubrak! Waduh, bener-bener deh… Kamera membidik dari berbagai penjuru. Lha otomatis saya jadi salting sendiri. Wkwkwk. Cenung… Cenung! (mbayangin apa jadinya kalau ada Ayu’ dan Cmut? Apalagi Mbak Santi dan Mbak Ummi. Hadeeeuh… *tepokjidat!)

Pak penghulu dan rombongan serta para saksi pun berdiri kemudian mempersilahkan kedua calon mempelai untuk menempatkan diri di posisi masing-masing. Mendadak saya jadi “speechless” saat pak penghulu menyuruh saya duduk tepat di sebelah kiri Mbak Anik. Subhanallah… Satu meja dengan dua orang saksi, pak penghulu, ayah dan ibu mbak Anik, pendamping calon pengantin pria dan kedua pasangan calon pengantin. Ya Rabb, setiap detik rasanya berlalu penuh berkah… Semoga!

Setelah pak penghulu mengucap basmalah dan serangkaian prosesi pra akad nikah (checking administrasi, checking mas kawin, dsb), kemudian beliau mengajak seluruh yang menjadi saksi mata episode istimewa itu untuk membaca Al-Fatihah bersama-sama, dilanjutkan istighfar 3x dan syahadat. Kemudian ayah Mbak Anik mengucapkan syahadat dan artinya, calon mempelai pria juga mengucapkan syahadat dan artinya demikian juga dengan calon mempelai wanita. Ada getaran bergemuruh mahadahsyat di hati ini. Alhamdulillah, ada tissue di tas saya dan saya berikan ke Mbak Anik yang saat itu sudah tidak mampu lagi membendung kristal bening yang sudah memberontak untuk menciptakan jejak di kulit pipinya. Sesekali saya genggam tangannya, isyarat untuk menguatkan dan mengokohkan hatinya. Sebentar lagi… ya sebentar lagi… (Saya jadi terkenang dengan prosesi akad nikah saudari kembar saya. Saat itupun saya duduk pas di kiri dia. Seketika air mata tumpah saat Kak Febri melantunkan hafalan Ar-Rahman yang saat itu menjadi mahar terindah dari beliau untuk saudari kembar saya… dan mereka pun SAH menyandang amanah sebagai suami dan isteri. TOBI, mumumu…)

Setelah khotbah nikah singkat yang disampaikan oleh pak penghulu, ayah Mbak Anik pun menggenggam erat tangan Mas Saiful (calon suami Mbak Anik). Ada kesalahan pengucapan di kata “mas kawin” dan akhirnya diulang lagi… pengulangan yang kedua langsung dijawab dengan suara yang bergetar oleh Mas Saiful. Tapi saksi meminta untuk diulangi karena pengucapan “anak Anik…” dirasa kurang pas. Kemudian “kertas contekan” ayahnya Mbak Anik pun ditambahi “…anak perempuan saya, Anik…dst…”. Saya benar-benar ikutan deg-degan. Hadeuh, yang nikah siapa yang deg-degan siapa. Toeeeng! Tidak berkedip mata saya saat menyaksikan ayah Mbak Anik mengucapkan lafal ijab itu lanjut kemudian Mas Saiful yang menjawab qabul-nya dengan sangat tegas dan mantab. Dan Alhamdulillah, SAH??? SAH!!! Barokallahulakumma wabaroka’alaikumma wajama’a bainakumma fii khoir… Alhamdulillah, Ya Rabb…

Seketika saya merasa banyak malaikat berada di sekitar kami. Menghujani kami dengan doa-doa terindah…untuk sebuah pernikahan yang barokah dalam menuju gerbang keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah… Saya pun berpelukan dengan Mbak Anik, “Selamat mengemban amanah yang baru ya mbak! Jadilah ISTRI SHALIHAH!” (Sambil mbatin dan berdoa, semoga amanah itu pun bisa segera saya sandang. Awawaw… ^_^ berlaku juga untuk para single bahagia di keluarga Pelangi. Hm, istri yang shalihah itu jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya.) Yukz, semangat untuk terus mempersiapkan diri!

Subhanallah, inilah “MITSAQAN GHALIZA” euy…, perjanjian yang berat. Dari seluruh perjanjian antara Allah dengan manusia, hanya tiga yang disebut Allah sebagai “Mitsaqan Ghalizha.”

Pertama, perjanjian Allah dengan Bani Israil. “Dan kami angkat ke atas kepala mereka bukit Thursina untuk menerima perjanjian yang telah kami ambil dari mereka dan kami perintahkan kepada mereka: masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud. Dan kami perintahkan pula kepada mereka: janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu. Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, mitsaqan ghalizha.” (QS. An-Nisa: 154). Apa yang terjadi ketika sebagian mereka melanggar perjanjian berat ini? Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu. Lalu Kami berfirman kepada mereka: jadilah kamu kera yang terhina.” (QS. Al-Baqarah: 65)

Kedua, Allah Swt menyebut Mitsaqan Ghalizha ketika berbicara tentang perjanjian Dia dengan para utusan-nya yang mulia. Allah Swt membuat perjanjian bukan hanya dengan para Nabi as, tetapi secara khusus dengan Nabi-nabi besar yang dikenal sebagai Ulul Azmi. Dia bersabda, “Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-nabi dan dari engkau sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, Mitsaqan Ghalizha.” (QS. Al Ahzab: 7)

Ketiga, Allah Swt menyebut akad nikah antara dua orang anak manusia sebagai Mitsaqan Ghalizha. Allah Swt  menegur suami-suami yang berbuat zalim, yang merampas hak istrinya dengan berfirman, “Bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal kalian sudah berhubungan satu sama lain sebagai suami istri. Dan para istri kalian sudah melakukan dengan kalian perjanjian yang berat, Mitsaqan Ghalizha.” (QS. An-Nisa: 21)

Karena itu, akad nikah adalah sebuah perjanjian yang sama beratnya dengan perjanjian Bani Israil dengan bukit yang berada di atas kepala mereka, sama agungnya dengan perjanjian para Rasul di hadapan Allah SWT. Bila ada yang melanggar perjanjian itu, seperti Bani Israil, Allah Swt akan mengutuk menjadi kera yang hina dina. Bila mampu memikul perjanjian ini dengan tulus, Allah Swt pasti akan memuliakan dan membuat kedua pasangan halal itu dalam lingkungan para kekasihNya, sebagaimana Allah Swt memuliakan para Rasul as dan mencintai mereka.

“Dan di antara tanda-tanda keagungan Allah ialah Dia menciptakan untuk kalian dari jenis kalian juga pasangan-pasangan kamu supaya kamu hidup tentram bersamanya dan Tuhan menjadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Hari ini menjadi hari yang sangat istimewa dan luar biasa dalam lembar catatan kehidupan seorang Keisya Avicenna. Banyak sekali ilmu dan hikmah yang bisa didapat. Segala Puji bagi Allah atas kala yang kaya rasa cinta.

Dan untuk semuanya  yang masih saja bertanya “KAPAN” kepada saya pasti akan saya jawab: Insya Allah, di masa yang TEPAT dan TERBAIK menurut-Nya... Ia takkan datang terlalu cepat hingga kita harus terburu-buru, tapi juga takkan terlalu lama hingga kita lelah menunggu. SIAPA YANG AKAN MENJADI PEMILIK TULANG RUSUK SAYA TIDAK AKAN TERTUKAR!" Allah knows BEST! :D”

Buat para jejaka thing-thing dan para single bahagia di Pelangi tak perlulah kita risau apalagi galau (jangan tiru-tiru papah kita yaa. haha): “Kalau telah kuat tekad  kita dan Allah Swt menganggap kita telah ‘pantas’,  mudah-mudahan Allah Swt menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Aamiiin... Karena MENIKAH itu IBADAH dan MENIKAH itu AMANAH! Maka, BERJUANGLAH!”

Menikah adalah pondasi awal membangun sebuah peradaban madani. Bagaimana dua potensi yang Allah Swt satukan untuk saling menguatkan satu sama lain. Jika belum sampai kepada peradaban madani, ya setidaknya, menikah merupakan salah satu sarana perbaikan diri. Saling mengingatkan. Karena dari pernikahan itu yang diinginkan adalah keberkahan dan Allah Swt kumpulkan dalam kebaikan.

Bagaimanapun, menikah berarti siap membangun sebuah peradaban. Karena sangat sempit rasanya jika sebuah pernikahan hanya dimaknai dengan menyatunya cinta, hal-hal romantis, dsb. Dan dalam membangun peradaban itu, pasti diperlukan pondasi yang kuat agar bangunannya tak goyah. Apa pondasi yang kuat itu? Tauhid. Di dalam Al-Quran banyak sekali tercantum kisah penanaman tauhid oleh seorang bapak kepada anaknya. Simaklah kisah Ibrahim. Simaklah kisah Yaqub. Simaklah kisah Luqman. Maka, ketika kita ingin peradaban yang akan kita bangun tak goyah, pondasi tauhid penyusunnya sungguh tak boleh sembarang. Ya, maka dari itu, perhatikan dengan siapa kita akan membangun pondasi itu. Maka, sungguh indah sang Nabi bersabda: “Pilihlah karena agamanya, maka kau akan bahagia.” Rupawan, kaya dan dari keturunan terpandang hanyalah pelengkap.

Hm… dan ketika masih dalam masa penantian, teruslah perbaiki diri agar “pantas” di mata Allah Swt dan bukan di mata makhluk-Nya. Senantiasa LURUSKAN NIAT!
“Dan jika menikah adalah menggenapi jiwa, semoga Allah Swt pertautkan jiwa-jiwa yang haus akan cinta-Nya untuk bertemu dalam ketaatan, bersetia dalam kebaikan, genap-menggenapkan: dua menjadi satu, satu menjadi lompatan tak berhingga…”

[Pesan ini disampaikan penuh cinta oleh Humas FLP Pelangi ^^b_dari berbagai sumber inspirasi]

Buat Mbak Avisa Guritna (Anik Setyowati) semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan segera dikaruniai momongan yang sholeh dan sholihah… Aamiin Yaa Rabbal’alamiin…

[Keisya Avicenna, 10 September 2012 *reportasesanghumas. Dan ingatlah jargon kita:  “PENULIS ADALAH MANTU IDAMAN SEPANJANG MASA” hihihi]

RESEP KUE ONGOL-ONGOL PANDAN

Friday, September 14, 2012 0 Comments

Bahan:
  1. 25 gram tepung kanji
  2. 50 ml air
  3. 125 ml air mendidih
  4. 125 gram gula pasir
  5. 275 gram tepung kanji
  6. 375 ml air suji pandan
  7. 2 tetes pasta pandan
  8. Bahan yang dicampur jadi satu dan dikukus:
  9. ½ butir kelapa agak muda, parut
  10. ½ sendok teh garam
  11. 2 lembar daun pandan


Cara Membuat Resep Kue Ongol-ongol Pandan:

  1. Campur tepung kanji dengan air mendidih, Aduk rata
  2. Campur gula pasir, tepung kanji, air suji, pasta pandan
  3. Campur larutan tepung kanji dengan larutan kanji pandan
  4. Tuang ke loyang . Kukus sampai matang
  5. Potong-potong. Tabur kelapa parut

MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN

Friday, September 14, 2012 0 Comments


by Nunik Nurhayati on Tuesday, September 11, 2012 at 11:08pm ·

Materi SIMAK (Sekolah Ibu Mengasuh Anak)
Tanggal : 5 September 2012
Pembicara : Ibu Endang Widiastuti
Tema : Mendisiplinkan Anak
Tempat : KPPA Benih Parenting Center, Sangkrah, Pasar Kliwon.

Ada kalanya orang tua merasa anak tidak menurut apa yang dikatakannya. Padahal bisa jadi bukan karena anaknya yang tidak nurut, tapi bisa jadi orang tua nya yang belum memahami cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Berikut adalah beberapa tips dalam mendisiplinkan anak tanpa kekerasan:

1.  Gunakan kata halus tapi tegas, kunciny konsisten. Efeknya anak akan hormat tapi bukan takut. Ketegasan membuat anak tenang krn dia yakin itu adl sesuatu yg baik untuknya dari org tua yg kokoh. Kata yg tegas bkn teriakan atw pukulan. Cara nya bisa dengan mengajak ngobrol, duduk sejajar dengan memegang bahunya, tatap matanya dan jelaskan.

2. Orang tua tenang dan menjaga ketenangan diri. Ketenangan dapat mengöntrol mulut dalam berbicara. Karena setiap kata yg dkatakan ibu adalah doa yg diaminkan malaikat. Menenangkan diri dengan duduk, wudhu, sholat. jika pulang ke rumah dlm keadaan capek, maka lbh baik masuk kamar dulu untuk menenangkan diri.

3.Buat aturan dan konsisten dalam menegakkannya . Jika anak sudah bisa diajak bernegosiasi, kira-kira minimal usia kelas 2 SD, maka akan lebih baik jika aturan yg dbuat didiskusikan antara orang tua dan anak. Oleh karena itu orang tua juga harus disiplin dlm menegakkan aturan tersebut.

4.Ajak anak memahami aturan yang sudah dibuat dan mentaati konsekuensi. Namun, konsekuensi yg dbuat jangan sampai membuat anak trauma misalnya memberikan anak hukuman dengan membaca atw menghafal quran. Karena hal yang baik tsb akan menjadi terekam dlm benak anak dan hal yang baik itu menjadi kesan yang tidak baik untuknya karena yang ia ingat itu adalah hukuman. Konsekuensi atau hukuman bisa dgn memotong uang jajan atau menulis janji tidak akan mengulangi.

5.Beri anak pilihan. Jangan sampai anak selalu mjd terdakwa. Contohnya saat anak bermain bola didalam rumah,maka diberikan pilihan terlebih dahulu, apakah mau untuk bermain bola drmh atau dilapangan. Jika dirumah konsekuensinya apa, dan jika dilapangan konsekuensinya apa.

6.Memberikan kesempatan anak berargumentasi. Jika anak melanggar aturan ditanyakan dulu alasannya. Argumentasi akan membuat pola pikir berkembang, kritis,dan terarah.

7.Jangan melibatkan diri untuk konflik dengan anak. Mendidik anak tidak sekedar menuntut anak baik. Orang tua jangan sampai terpancing emosinya. Dan saat org tua sudah terpancing emosi, usahakan untuk tetap tenang namun jangan dekati anak sebelum ia minta maaf dan menyadari kesalahannya.

8.Pahami kegiatan anak agar tidak bentrok dengan jadwal atau aturan yang dibuat.

9.Kenali dan pahami tahapan perkembangan anak. Karena perkembangan tiap anak berbeda. Oleh karena itu setiap ibu adalah pembelajar seumur hidup

10. Orang tua bisa melakukan refreshing, misal dengan melakukan hobi. Agar psikis menjadi rileks dan menambah ketenangan dalam mendidik anak.

Friday, August 24, 2012

Wahai Kekasihku [Kun Geia]

Friday, August 24, 2012 0 Comments
by Kun Geia on Saturday, August 18, 2012 at 8:03pm ·
dalam 3 jam kedepan engkau kan melangkah
pergi menjauhiku yang masih disini
menyuguhkan kesepian
menyisakan kesendirian

maka berkabunglah hati karenanya
datanglah kesedihan bersama perpisahan
duhai kekasih yang belum bisa sempurna kubahagiakan
duhai cinta yang hanya sekejapan dalam kebersamaan

akankah kita dipertemukan kembali
bersatu dalam keceriaan dan keberkahan
mengulang ketaatan dalam indahnya malam-malam
mengukir kesabaran dalam untai terangnya siang

kehangatan kita masih terasa dalam dekapan
keintiman kita masih terbayang dalam ingatan
namun engkau sudah sempurna berkemas 
siap melangkah tuk pergi dari sisiku

sesaklah dada ini
beratlah beban ini
tapi engkau tak bisa dihentikan
keputusan tak bisa dibantahkan

sungguh aku akan merindukanmu
selalu menunggumu kembali kesisiku
wahai kekasih
wahai tercinta

andaikata Tuhan bersedia mengabulkan
kan kuminta Dia menjadikan seluruh bulan
digantikan oleh dirimu
wahai penghulu seluruh bulan

selamat jalan untukmu penyandang kesucian
selamat jalan bagimu pembawa keagungan
selamat jalan padamu penebar keberkahan
selamat jalan ya ramadhan

terima kasih untuk semua keceriaan
terima kasih untuk semua kehangatan
terima kasih untuk semua kebersamaan
terima kasih untuk semua yang telah kita jalani bersama

wahai kekasihku wahai ramadhanku
janganlah jemu menyebut-nyebut namaku di langit sana
ceritakanlah apa-apa yang telah kita kerjakan bersama
kepada seluruh penduduk alam atas dan alam bawah
serta kepada Raja Yang Bersemayam di Arsy-Nya

kuucapkan salam perpisahan untukmu
dengan alunan tertulus yang bisa kuciptakan
"Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar..."
"laa ilaa ha illallahu wa Allahu Akbar..."
"Allahu Akbar wa lillahilham..."


Garut, menjelang kepergian Ramadhan dan kedatangan 1 Syawal

Proses Kreatif dibalik Pembuatan THE LOST JAVA

Friday, August 24, 2012 0 Comments
by Kun Geia on Sunday, July 8, 2012 at 7:18pm ·

Saat itu, tanpa angin atau hujan, terlebih terik, ada comment di blog pribadiku; komunitaspenaripena.blogspot.com, isinya berupa iklan lomba novel tingkat Nasional di Yogyakarta, kejadiannya di bulan Januari 2010. Aku tak begitu menghiraukannya, hanya membaca sekilas, tapi ternyata setelah melihat nominal hadiah dari lomba itu, bibirku tersenyum. Batinku mulai berbisik, aku harus juara.

Dead line penutupan lomba tinggal 1 bulan. “Bukan masalah,” cuapku dengan arogan.

Kubeli kertas karton putih, kemudian kutorehkan tulisan besar dan tebal di karton itu: MENGHAJIKAN ORANG TUA. Setelahnya, kutempel karton itu di dinding kamar yang tepat menghadap tempat tidur, sehingga setiap kali terbangun, aku akan menemui tulisan itu sebagai charger semangat.

Maka, mulailah scouting ide.
Nggak ketemu.
Membaca-baca buku berharap dapat inpirasi.
Nihil.

Kau tak boleh menjadi follower, ciptakan tulisanmu sendiri yang berbeda dengan novelis-novelis yang sudah ada di Indonesia. Begitu ucap batin di sela kekosongan ide.

Suatu ketika, tatkala mengikuti perkuliahan kimia lingkungan di Pascasarjana Kimia UGM, Prof. Eko Sugiharto membahas tentang global warming.
Deal.
Ideku untuk novel yang akan ditulis adalah: GLOBAL WARMING.

Indah nian sketsa alur yang disiapkan Tuhan.

Kusebar SMS ke rekan-rekan di KOMUNITAS PENARI PENA (KPP): Tolong carikan berbagai data mengenai pemanasan global.
Sent to 7 people.

Aku pun mulai membuka laptop dan menulis “ala orang kesetanan”. Maksudnya begini, metodeku menulis adalah dengan menutupkan separuh layar laptop setelah kujalankan microsoft word yang siap ketik, dengan begitu aku tak bisa melihat apa yang kuketik. Sehingga, para hakim, juri, editor, dan komentator di dalam kepalaku, tak bisa menghambat kreativitas aliran tulisanku.

Selanjutnya, kupakai keyboard eksternal untuk mengetik. Gerakan jari-jemari pada ketikanku dibuat secepat mungkin, tanpa ada jeda untuk beristirahat sampai semua yang ingin dituliskan—yang mengendap di dalam isi tempurung kepala—benar-benar kering. Habis. Satu jam, dapat satu bab.

Istirahat.
Mengetik lagi.
Hingga akhirnya, dengan metode itu, kuhabiskan seminggu dan menghasilkan 7 bab.
Pernah suatu hari, selama 24 jam full, tanpa rehat kecuali untuk makan, shalat, dan kebutuhan primer, kerjaanku hanya menulis di dalam kamar. Autis. Tanpa tidur pula. Alhasil dalam 24 jam itu lahirlah hingga 5 bab bagian dari novel THE LOST JAVA.

Setiap kali semangatku mulai menurun, maka segera kulihat tulisan MENGHAJIKAN ORANG TUA di dinding kamar, seketika itu juga aku terlahir kembali dengan semangat menggebu.

Sebelum 3 minggu habis, telah rampung 20 bab.

Selanjutnya, sudah menanti sebuah pekerjaan yang akan lebih menguras otak. Pesanan data-data yang diminta pada KPP sudah berdesakkan di email.
Dibuka.
Dibaca.
Ditelaah satu persatu.
Kemudian, data-data yang kuanggap penting dan akan berpotensi memperseksi novel ini, mulai kucoba untuk diharmonisasikan dengan naskah yang sudah ada menjadi satu kesatuan tubuh cerita yang utuh.

Di minggu ketiga, selesailah pekerjaan menulis naskah novel.

Setelahnya, tibalah waktuku tidur. Adrenalin habis karena dipakai untuk kerja paksa dalam 3 minggu demi 3 kata: MENGHAJIKAN ORANG TUA. Dua hari terlewati tanpa kegiatan kepenulisan.

Kun Geia benar-benar TEPAR.

Kemudian, pekerjaan editing/revisi mulai dilaksanakan. Dalam 5 hari. Naskah sebanyak 200 halaman A4 itu selesai direvisi dari halaman pertama hingga titik terakhir sebanyak 5 kali.

CUKUP! Ucapku waktu itu.

Kukirimkan novelnya pada panitia lomba yang saat itu hanya menyisakan satu hari waktu sebelum penutupan. Naskah THE LOST JAVA dilombakan bersama 2 naskah novelku yang sebelumnya sudah jadi duluan, sekitar 1 tahun lalu: HITAM PUTIH PENANTIAN dan RARA PENGIKHLAS.

Waktu bergulir, penjurian berlangsung.
Dari sekian ratus naskah yang masuk panitia lomba, THE LOST JAVA  dan PARA PENGIKHLAS ternyata lolos seleksi hingga 30 besar.

Waktu berlalu, penjurian kembali berlangsung.
Akhirnya, meski tak juara di akhir lomba, tanggal 30 november 2010, THE LOST JAVA menduduki peringkat ke-4. Sayang, hadiah cuma sampai di peringkat ke-3. Dan peringkat ke-4 hanya dapat piagam dan JANJI akan diterbitkan.

Sementara, selesai sampai di situ.

Enam bulan berlalu dari janji penerbitan tanpa ada hasil konkrit. Naskah itu kucabut dari penerbit yang sudah mengiyakan untuk diterbitan.

Novel itu kuikutkan lagi lomba menulis tingkat Nasional di Solo Raya. Tak juara sih, tapi dapat menghargaan sebagai novel dengan ide terbaik dari sekian ratus naskah yang masuk ke panitia lomba. Itu terjadi 24 januari 2011.

Ada lagi lomba tingkat Nasional di Yogyakarta.
Kuikutkan lagi.
Di sini, THE LOST JAVA yang sudah berkali-kali mengalami revisi, ternyata menjadi juaranya.

Alhamdulillah. Diterbitkan.

Bulan bergulir. Aku baru tahu kalau buku itu ternyata diterbitkan indie dan dijual hanya on line saja.
Mengelus dada dan menghela napas panjang....

Kubiarkan THE LOST JAVA mengandap di penerbit itu. Hingga setahun, ya... hasilnya gitu-gitu aja. Tidak banyak orang yang menikmati isinya, tidak banyak orang yang membelinya, atau lebih tepatnya mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa buku itu ada di muka bumi. Tapi, beberapa progres cukup lumayan. Buku ini masuk ke dalam catalogue national library of Australia, display di Amazon.com dan beberapa international online reseller serta nangkring di google book. Beberapa ada yang mengulas di media nasional secara on line. Harian lokal dari Sumatera pun meresensi, hingga tak ketinggalan dikomentari pada blog-blog pribadi.

Dalam kurun 2010 hingga 2012, dengan serius kusempurnakan THE LOST JAVA. Riset yang dilakukan mengenai hal prihal ilmiah yang ditanamkan dalam novel itu menjadi prioritas. Beberapa orang yang (kuanggap) ahli di bidang keilmuan geofisika, komputer, dan statistik, berhasil kugandeng. Bahkan hingga dosen skripsi S1 dulu, turut  dimintai bantuan menganai hal ikhwal berbau kimia melalui wawancara.

Dalam kurun waktu itu, kuhitung telah mengkhatamkan novel THE LOST JAVA dalam proses revisi hingga 20 kali. Halamannya pun bertambah dari yang tadinya 200 A4 menjadi 300 A4. Sebanyak kurang lebih 20 penikmat sastra kuberikan naskah itu untuk dikomentari. Termasuk penulis Hafalan Shalat Delisa (meski beliau membacanya, tapi ternyata  belum berkenan memberi endorsement karena alasan genre tulisan kita yang berbeda). Alhasil, berdatanganlah saran-saran untuk penguatan di detail setting, karakter tokoh, dan penyempurnaan logika cerita.

Untuk alur dan konflik sudah ok.

Hingga akhirnya aku dipertemukan (dengan orang-orang hebat) dengan IG Press. Mereka menjanjikan untuk membumingkan buku THE LOST JAVA. Setelah mempelajari strategi marketing mereka, hak penerbitan buku ini berpindah tangan.

Indah nian sketsa alur yang disiapkan Tuhan.

Dan, jadilah THE LOST JAVA yang sekarang ada di tangan para pembaca. Tersebar hingga di seluruh toko buku di Indonesia yang terjangkau distribusi IG Press.

Seminggu setelah selesai cetak, buku ini telah terjual hingga 150 eksemplar, padahal ia belum display di toko buku, baru penjualan gerilya. Dan setelah dua hari display,  ada satu dua toko buku yang langsung kehabisan stock hingga di gudangnya. Sold out.

Acara-acara bedah buku mulai di gelar. Lombok, Solo Raya, dan menyusul Yogyakarta serta Purwokerto.
Kota-kota lain di Indonesia, tunggu giliran selanjutnya.

Great marketing dari IG Press.

Ada 5 hal yang kugaransikan pada para pembaca dari novel THE LOST JAVA: Alur cepat (menguras adrenalin dengan adegang-adegan penuh ketegangan), Konflik Bertubi-Tubi (mengaduk-aduk emosi), Detail Setting (membawa nyatanya tempat ke kepala pembaca), Sains (menawarkan banyak ilmu pengetahuan), dan tentu saja Romantika Cinta (melengkapi harmonisasi cerita).

THE LOST JAVA dipersiapkan dengan sangat matang, sebagai persembahan dan seorang anak negeri bagi para pemburu novel science fiction dan thriller.


Minggu, 8 Juli 2012
Kun Geia