Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, December 03, 2013

[Catatan Pembuka] : CAHAYA CINTA IBUNDA

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments

Baiti Jannati Seri 1

Cahaya Cinta Ibunda
Bunda Darosy Endah

Endorsment


Rasa gelisah waktu menunggu jodoh. Rasa mual waktu hamil muda. Rasa sakit waktu melahirkan. Rasa letih waktu mengasuh. Rasa sedih waktu berdoa di sepertiga malam... Semuanya terobati ketika anak-anak menjadi penyejuk mata ibunda. Selamat membaca buku "Cahaya Cinta Ibunda" yang menjadi buku pertama dari seri Baiti Jannati. Alhamdulillah, bagus sekali...
[Teh Ninih Gymnastiar, penulis buku best seller 'Menata Spiritual Muslimah']

Banyak perempuan yang disebut dengan panggilan Bunda saat ini, dan kerap menjadi berita politik di televisi. Namun Bunda yang satu ini sungguh berbeda dari yang lainnya, dan memang luar biasa. Di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, beliau juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, dan bahkan terlibat aktif dalam berbagai aktivitas sosial dan dakwah.
Beliau bukan penulis buku, oleh karena itu beliau tidak sedang menuliskan sejumlah teori. Buku ini bertutur dari dalam hati, mengajak kita semua melakukan kontemplasi. Sebuah rangkaian perjalanan hidup yang sangat pantas diteladani, oleh siapapun yang memiliki sifat peduli. Sejak proses belajar di kampus, proses pernikahan, berkeluarga dan mencetak generasi unggul yang sudah disaksikan hasilnya oleh masyarakat Indonesia. Empat bersaudara, dua lelaki dua wanita, anak-anak tercinta yang menjadi investasi surga bagi orang tua.
Bunda Darosy Endah Hyoscyamina, adalah salah satu Bunda yang menginspirasi dunia dengan karya nyata. Buku ini membuka mata kita tentang keikhlasan, ketekunan, kesabaran, semangat juang, dan keteladanan yang langka. Di zaman dimana kita saksikan sedemikian banyak perilaku hura-hura dan jauh menyimpang dari tuntunan agama, Bunda bersama keluarga mengajak kita kembali kepada nilai-nilai yang akan membawa ke surga.
Saya bersyukur dan berbahagia menyambut hadirnya buku ini. Insyaallah akan menjadi awal yang baik bagi penyadaran semangat membentuk karakter bangsa Indonesia, agar menjadi bangsa yang bertaqwa menuju peradaban mulia. Semua dimulai dari kekokohan keluarga, seperti keluarganya Bunda.
[Cahyadi Takariyawan, Penulis Buku 'Di Jalan Dakwah Aku Menikah' dan 'Wonderful Family']

Temukan kekalahan dalam setiap kemenangan, agar kita selalu bisa rendah hati dan temukan kemenangan dalam setiap kekalahan, agar kita tetap bisa berharap. Sesungguhnya jiwa yang kuat adalah jiwa yang mampu berharap dan selalu memiliki alasan untuk berharap. Selamat berjuang, Bunda !!!
[Dyah Rachmawati, Pendakwah, Istri H. Zuber Safawi S.Ag. —Anggota DPR RI—]

Cinta telah memberi kita banyak kisah-kisah inspiratif yang tidak usang ditelan jaman. Buku yang sedang Anda baca ini, adalah salah satunya. Kisah tentang sosok seorang figur perempuan muslimah yang tidak pernah berhenti berkarya untuk keluarga dan bangsanya. Karena cinta kepada Allah dia berkarya. Semoga menjadi inspirasi bagi siapapun yang  inginmeninggalkan sejarah emas dalam meniti dan menata kehidupannya.
[Dra. Wirianingsih, M.Si. Ibu dengan 10 anak penghafal Al Qur’an (10 Bersaudara Bintang Al Qur’an), Ketua Umum ASA (Aliansi Selamatkan Anak) Indonesia, Presidium BMOWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia)]

Menjadi ibunda adalah kehormatan, serta karir terbaik dan paling mulia bagi wanita, dan lewat aliran kata penuh makna ini Bunda Endah membimbing kita bahwa menjadi ibunda itu berarti usaha menaati Allah dari lahir sampai hari terakhir.
[Felix Siauw, Penulis Buku 'Udah Putusin Aja']

Sebuah buku yang spesial. Ini hasil pergulatan hidup –pemikiran, keyakinan dan pengalaman– dari seorang wanita yang begitu menghayati perannya sebagai seorang ibu. Bacaan yang sangat menginspirasi bagi siapapun orang tua yang mencita-citakan anaknya menjadi generasi Rabbi radhiyah.
[DR. H. Fuad Nashori, Psi. Pakar Psikologi Islam, Pendiri Asosiasi Psikologi Islam —Himpsi—]


Kata Pengantar Penerbit

            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa berada dalam keridhaan dan cinta-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah Saw., keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqamah menjalankan sunnah-sunnahnya.
           Dari Abu Hurairah berkata seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw., dia berkata, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak mendapat kebaikanku?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Bapakmu.”
            Ibu adalah sosok wanita yang istimewa. Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Islam sangat memuliakan sosok seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang anak dilahirkan lewat seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang janin tumbuh dan berkembang dalam rahim mulia seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang bayi mendapatkan asupan makanan yang tak ada duanya dari ASI seorang ibu. Subhanallah, sungguh luar biasa seorang ibu!
          Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa bagi kedua orang tuanya. Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga sepenuh cinta. Kehadirannya di dunia memberikan nilai dan arti yang luar biasa. Lebih-lebih apabila ia menjadi anak yang shalih dan shalihah, sehat jasmani dan rohani, cerdas dan mau berbakti kepada kedua orang tuanya.
Tidak mudah memang memiliki anak yang demikian membahagiakan dan membanggakan, menjadi tumpuan harapan. Untuk menciptakannya, membutuhkan perjuangan, kegigihan, dan kesabaran. Tentu juga dibutuhkan keluasan wawasan dan pengetahuan serta aneka pengalaman.
Di tengah arus globalisasi seperti sekarang ini, peran ibu sangat signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam menciptakan harmonisasi keluarga serta lingkungan yang kondusif. Selain itu, seorang ibu juga dituntut untuk kreatif dalam mengarahkan potensi anak demi mendukung perwujudan cita-citanya.
            Oleh karena itu, semoga dengan diterbitkannya buku “Cahaya Cinta Ibunda” ini akan menjadi sarana untuk membantu para orang tua khususnya seorang ibu dalam mendidik buah hatinya menjadi Generasi Rabbani yang luar biasa. Generasi yang menjadikan Allah SWT sebagai tujuan, Muhammad sebagai teladan, Al-Qur'an sebagai pedoman, jihad sebagai jalan kehidupan, dan syahid sebagai cita-cita dambaan. Dalam buku ini memaparkan kisah perjalanan seorang Bunda Darosy sebelum ia menjadi ibu hingga akhirnya bisa 'mencetak' Ilham Bersaudara, empat anak 'ajaib' yang sukses menjadi da'i di usia belia. Apa rahasianya? Simak ya…
            Selamat menyelami aneka kisah yang Insya Allah sarat akan makna dalam buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

 DNA Creative House
Insya Allah, launching 22 Desember 2013
Pre-Order mulai tanggal 8 Desember 2013
Update terus infonya!
@keisyaavicenna
@aisyaavicenna
@baitijannati
FB : Norma Keisya Avicenna
Fanpage : Cahaya Cinta Ibunda
HP/WA : 085647122033


[Re-Post] BERMULA DARI KELUARGA (Ida Nur Laila)

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments
Monday, October 14, 2013

BERMULA DARI KELUARGA

Anak hanyalah titipan dari Tuhan. Suatu saat Dia akan mengambil titipanNya dan juga meminta pertanggungjawaban atas titipan itu. Apa saja yang telah kita lakukan untuk merawat titipanNya? Apakah kita telah membuka peluang berkembangnya potensi anak, atau justru ada orang tua yang menutup banyak pintu kreativitas sang anak?
Kesadaran tanggung jawab inilah yang acapkali membuatku meneteskan air mata di malam-malam doa sujudku. Setengah lusin amanah Tuhan untukku, adakah aku telah memberikan yang terbaik untuk mereka ?
Sejak sebelum si nomer satu lahir 21 tahun yang lalu, aku telah tamat membaca buku tentang mendidik anak. Namun pada kenyataannya, aku harus terus belajar menjadi ibu. Belajar sepanjang hidupku. Saat hamil anak pertama, sangat kuperhatikan masalah kesehatanku, lahir maupun batin. Apalagi saat itu aku masih mengerjakan skripsi. Hyperemesis membuat berat badanku turun drastis dalam trimester pertama. Turun 6 kilo! Namun dengan ketelatenan suamiku dan tekat kuat kami untuk menjaga amanah kandungan itu, kami berhasil melewati masa-masa berat itu dan berat badanku naik lagi hingga bertambah 9 kg. Apalagi sejak kutemukan soulmate-ku, susu lactamil. Kuingat betul saat itu berhadiah gelas cantik, yang kukumpulkan hingga mencapai dua lusin. Gelas itu sangat berarti bagi kami yang mengawali rumah tangga dari titik nol.
Setelah kelahiran yang pertama, kami belajar menjadi orang tua. Belajar merawat bayi sementara jauh dari orang tua tempat bertanya. Alhamdulillah semua dimudahkan. Si kecil tumbuh menjadi bayi sehat dengan ASI eksklusif. Berat badannya bertambah dengan membanggakan dan kemampuannya berkembang melebihi pada umumnya bayi seusianya.
Hingga datang masa ujian bagi kami. Aku hamil anak kedua saat si nomer satu baru berusia 8 bulan. Walau ada sedikit kecemasan, namun sebagai rejeki dari Tuhan, kami menerimanya dengan suka cita. Sekarang bertambahlah kami belajar menjadi ibu dan mempersiapkan sang kakak untuk turut menyongsong kelahiran adiknya. Bidan mengijinkan aku untuk tetap menyusui dengan konsekuensi aku harus menggenjot makan dalam jumlah yang berlipat. Kemudahan mengiringi keadaan sulit, aku tidak mengalami mual dan muntah seperti saat kehamilan pertama. Aku terus menyusui sambil mengajari bayiku untuk mulai mengenal susu formula.

Peristiwa lucu terjadi karena bayiku menolak susu formula. Ia justru menyukai lactamil coklat yang terus menjadi menuku saat hamil dan menyusui. Aku berkonsultasi pada bidan dan diajari untuk mencampurkan sedikit demi sedikit susu bayi pada susu lactamil hingga akhirnya setelah beberapa bulan, anakku betul-betul bisa minum susu formula, sekalipun tetap dengan gelas hadiah lactamil.
Begitulah kami belajar punya dua anak. Melipat gandakan cinta, bukan membagi cinta. Hingga anak pertama tetap mendapat 100% cinta dan perhatian 100%. Lalu anak kedua juga tetap mendapat cinta 100% dan perhatian 100%. Bagaimana caranya ? Tentu kerjasama dengan suami sangat penting. Suamiku juga turun tangan untuk mengasuh dan mengurus anak pertama saat aku masih sangat dibutuhkan oleh adik. Kadang diajaknya sulung kami pergi ke stasiun, sekedar naik turun gerbong, sudah sangat menyenangkan. Pernah pula diajak naik kereta api ke Solo. Atau naik bus kota sekedar berputar-putar di Jogja. Kebun binatang juga menjadi tempat favorit kami untuk mengasah kecerdasan dan pengetahuan anak-anak kami.
Memiliki anak banyak membutuhkan trik tersendiri untuk mengajari mereka mandiri, peduli, dan bermanfaat. Mandiri adalah mendidik kesadaran dan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Peduli adalah untuk menjadikan mereka memiliki empati dan bisa bekerjasama. Bermanfaat adalah hal terbaik yang semestinya ingin dicapai untuk menjadi rahmatan lil alamin. Memiliki banyak saudara adalah wahana menarik untuk mengaplikasikan tiga nilai tersebut. Saat mereka mandiri, mereka siap menjadi pemimpin atas diri sendiri. Saat mereka peduli dan bermanfaat maka mereka siap untuk memimpin dan dipimpin oleh orang lain serta mengembangkan sikap kerjasama.
Waktu terus berlalu, kami belajar menjadi orang tua yang memiliki tiga, empat, lima hingga enam anak. Membersamai mereka menempuh pendidikan prasekolah dan jenjang-jenjang seterusnya. Untuk anak pertama, kami membuat merintis TKIT bersama beberapa teman. Murid awalnya hanya 7 anak dengan membawa bangku sendiri, membawa mainan, dan alat peraga sendiri. Orang tua bergiliran untuk menyediakan snack dan makan siang yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Setelah 18 tahun, kini sekolah itu telah berkembang menjadi 4 TKIT di 4 lokasi dan 2 SDIT. Alhamdulillah.
Anak-anak kami bersekolah di tempat pendidikan yang kami gagas bersama teman-teman untuk menyempurnakan pengembangan intelektualitas, karakter, kepemimpinan,   dan memiliki landasan agama yang kokoh. Sekolah ini kita gagas untuk memperhatikan juga aspek pembiasaan pola hidup sehat termasuk dalam hal asupan nutrisi. Anak-anak mendapat camilan dan makan siang sehat dari sekolah. Kantin sekolah hanya menyediakan makanan yang halal dan sehat. Anak-anak tidak diijinkan berinteraksi membeli sembarang jajanan di luar sekolah. Orang tua juga didorong untuk membekali anak dengan bekal sekolah yang sehat ketimbang membekali uang jajan.
Ternyata kami harus terus belajar, terutama saat membersamai anak menjadi ABG. Terasa betul jatuh bangun sebagai orang tua, saat anak mulai memasuki usia remaja. ‘Dunia moderen tanpa batas’ sekarang ini telah menjadi tantangan berat bagi orang tua. Era teknologi informasi ini jika tidak betul-betul diregulasi bisa menjadi sampah yang meracuni kepolosan anak-anak. Nutrisi informasi yang sehat menjadi perhatian penting selain nutrisi makanan dan nutrisi keteladan karakter. Tugas berat mendidik anak agar mereka menjadi pemimpin atas diri mereka termasuk dalam memilih nutrisi informasi agar tidak menjadi korban penjajahan informasi sampah.
Saya memilih menambah profesi menjadi marketing berbagai buku ensiklopedi untuk bisa menfasililitasi anak-anak guna mendapatkan buku berkualitas namun dapat kami jangkau. Saat jendela buku dibuka, maka kita tutup jendela televisi. Diet televisi menjadi pilihan untuk asupan informasi yang lebih edukatif dan sehat. Anak-anak dilibatkan untuk membuat aturan main saat televisi harus hadir di rumah kami.
Saat internet mulai masuk ke ruang-ruang pribadi, tak dapat dipungkiri sebagai orang tua kami harus terus mengikuti. Kami belajar dan belajar lagi agar tetap bisa memahami dan mengontrol dunia jelajah anak-anak kami. Sungguh berbeda dunia masa kecil tempat kami tumbuh dan dunia anak-anak sekarang ini. Namun tetap ada kata kunci, yaitu kedekatan dan keteladandari orang tua untuk tetap meraih jiwa anak-anak agar selalu dalam rengkuhan.

Berusaha menjadi sahabat bagi anak dengan membuka ruang dialog terus menerus agar tak ada jarak psikologis yang membatasi, sekalipun ada anak kami yang harus menempuh kuliah nun jauh di Bandung. ‘Dialog bantal’ adalah istilah kami untuk mengobrol dengan anak sebelum mengantarkan mereka tidur. Berbaring bersebelahan dalam satu bantal dan membincangkan berbagai kejadian yang dilalui hari itu. Topik-topik hangat seperti korupsi dan berbagai bahasan yang aktual, juga menjadi bahan diskusi untuk membentuk landasan moral. Meja makan adalah ladang diskusi yang selalu hangat. Makan bersama adalah sarana membangun kedekatan dan komunikasi yang efektif. Sekalian mengajari mereka terbiasa dengan menu sehat olahan orang tuanya atau masakan mereka sendiri.
Keteladananadalah kunci utama. Bagaimanapun anak belajar dari lingkungan, terutama orang tuanya. Mereka melihat kesungguhan orang tua dalam beribadah, bersikap kepada anak, bergaul dengan tetangga, dan memiliki kepedulian pada urusan masyarakat. Anak-anak akan lebih mudah untuk menurut pada saat menyaksikan bahwa tak ada jarak antara nasehat dengan apa yang dilakukan orang tua. Satu kata dan perbuatan.
Senyatanya anak-anaklah yang telah menjaga kami untuk konsisten dalam ibadah, akhlaq pergaulan, dan amal kebaikan lain. Kesadaran bahwa apa yang terlintas dalam fikiran, hati, apa yang kita ucapkan, dan yang kita lakukan tak hanya berefek pada diri kita sendiri, tapi juga akan berakibat pada anak-anak, selalu membuat kami berhati-hati. Terkadang justru dari anak-anak kami belajar menyempurnakan kebaikan. Setiap prestasi dan sikap kritis-bijak-polosnya mereka terus menjadi pengingat. Jika ada onak duri ujian dengan berbagai tingkah mereka, itulah yang mematangkan kepribadian dan ketrampilan kami sebagai orang tua dan menjadi momen pembelajaran bagi anak.  Begitulah prinsip untuk menjadi orang tua yang belajar.
Kini anak kami menempati jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Enam anak yang dititipkan Tuhan kepada kami, memiliki warna dan karakter unik masing-masing. Hingga kini kami terus belajar bersama mereka, merajut hari demi hari, mengarungi kehidupan, dan menyiapkan pemimpin masa depan menuju kesempurnaan kebahagiaan dunia akhirat.
Kebaikan masyarakat dan bangsa bermula dari kebaikan keluarga. Para pemimpin yang baik terlahir dari keluarga yang baik, dan orang tua adalah bagian dari pemeran utama.

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Blog "Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil", yang diadakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa

[Re-Post] : EPISODE MENCARI TEMAN AKTIF (Ida Nur Laila)

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments
Wednesday, November 13, 2013

EPISODE MENCARI TEMAN AKTIF


Mengisi seminar 

“ Ibu mau pergi kemana ?” tanya si sulung melihat saya berkemas.
“ Mau ke Luwu Timur, kan Ibu sudah cerita kemarin...”
“ O iya...dimana sih itu ?” tanyanya penasaran.
Saya jelaskan bahwa Luwu Timur itu Kabupaten di wilayah Sulawesi Selatan. Pemekaran dari Kabupaten Luwu. Kami, saya dan suami, diminta oleh Pemda setempat untuk menangani pelatihan keluarga untuk para Kepala SKPD dan Muspida beserta para istri atau suaminya .
“ Pesawat Jogja-Surabaya, Surabaya-Makassar...trus masih jauh ya dari Makassar?”
“ Kalau jalan darat 565 km, tapi kita dapat pesawat kecil ke Sorowako, lumayan hemat waktu....”
Ada perusahaan tambang nikel  Inco yang terletak di Sorowako di wilayah Luwu Timur. Perusahaan ini memiliki pesawat perusahaan yang digunakan untuk transportasi karyawan dan penduduk setempat. Pesawatnya sungguh kecil, hanya muat sekitar 20 orang. Kami ditimbang berat badan beserta barang bawaan, maka saya membawa bagasi sehemat mungkin lantaran juga harus mengangkut buku-buku pesanan panitia.


Itu salah satu perjalanan kami menuju lokasi pelatihan. Sejak menfokuskan diri pada bidang menulis, pelatihan dan seminar, saya harus lebih pandai mengatur waktu antara jadwal perjalanan, menulis dan terus belajar. Saya harus berkembang untuk bisa melakukan yang terbaik.

Tentu sebagai perempuan aktif, saya membutuhkan partner yang cocok untuk segala kebutuhan. Partner belajar, berkarya, menyiapkan bahan presentasi dan laporan, serta handal diajak tampil dalam sessi pelatihan. Mengingat mobilitas yang tinggi, maka saya harus siap di manapun “berkantor di laptop” demi efisiensi dan optimalnya kontribusi.


Inilah kegiatan saya:
Pagi hari bangun nomer satu, setelah sholat shubuh, saya langsung beraksi di dapur. Sim salabim, menghidangkan sarapan pada pukul 05.30 WIB, lanjut mengurus si bungsu yang masih harus ditolong mempersiapkan diri. Setelah mengantar sekolah, itulah me time bagi saya, maksudnya menulis, hingga jam 08.00 saat berangkat ke Apotek tempat pengabdian profesi. Pengabdian euy...

Apa yang saya lakukan di Apotek?
Melayani pembeli, meracik obat, melakukan proses administrasi dan mencari celah waktu berselancar di dunia maya, belajar dari ruang yang tak berbatas dengan guru dari seluruh penjuru dunia. Saya harus terus mengikuti isu terbaru, menuangkan ide dalam bentuk karya apa saja dan tak lupa, sebagai emak gaul anggota aktif Kumpulan Emak Blogger (KEB) mengintip FB, blog atau twiter. 


Siang acara menjemput anak, kadang ada rapat di sekolah karena saya juga pengurus komite sekolah. Sore hari pergi mengisi pengajian. Malam hari setelah menemani anak belajar, saatnya menulis! Di akhir pekan seringkali keluar kota mengisi seminar dan pelatihan bertema keluarga. 

Untuk semua aktivitas tersebut, saya butuuuuh partner yang bisa diandalkan, maka saya buka lowongan imajiner untuk para calon partner ini.
Berikut ini kutipan wawancara imajiner dengan kandidat partner Acer Aspire E1-432 :
Acer (A) : “ Selamat pagi...”
Me (M)   : “ Selamat pagi, silahkan perkenalkan dirimu! ”
A            : “ Aku  Acer Slim Aspire ....”
Me         : “ Slim...wow bodymu aduhai...”
A            : “ Iya doong, aku kan 30 % lebih tipis  dari yang lain di kelasku...”
Saya meneliti si ramping tipis. Memang kalau dari penampilan luar, memikat hati. Siapa yang tidak senang menggandeng rekan ramping dengan warna kinclong silky silver atau piano black. Jadi tetap tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya.
Eit jangan tertipu dengan penampilan si calon partner, harus kudalami dulu kemampuannya.


M : “ Waktu adalah karya, maka saya butuh partner yang handal, bagaimana dengan kamu?”
A : “ Siap...saya  didukung performa Intel® Processor di dalamnya. Prosesor Intel Celeron 2955U  sudah terintegrasi dengan  Intel HD graphics terbaru dengan peningkatan kinerja yang signifikan dibanding dengan  para pendahulu saya.”
Aku melirik partner lamaku Acer Aspire1810TZ , semoga ia tidak tersinggung.

M : “ Okey boleh juga. Seberapa gesit kamu ?”
A  : “ Kecepatanku 1.40 GHz. Wuzzz..... ”
M : “ Berapa lama kau tahan tanpa kabel baterai? Terkadang aku menangani pelatihan dimana aliran listrik byar pet...”
A : “ Bateraiku 4 cell dengan kapasitas 2500 mAh, dapat bertahan hingga 6 jam (359 menit) untuk memutar konten multimedia (film HD), dan berkisar 3-4 jam saat menjalankan game.”
M : “ Okey juga!”
Aku manggut-manggut tergoda kemampuan si Acer Slim .

Jadi ingat ketika menangani pelatihan yang pesertanya Bupati dan orang-orang penting... tak bisa berbuat lebih banyak saat listrik mati seharian. Semua materi ada di notebook yang low bat. Akhirnya... improvisasi. Walaupun tetap berjalan baik...tapi banyak film pendek dan presentasi yang tidak bisa ditampilan. Rasanya nggak optimal.
Hey kok malah kilas balik, kembali ke laptop!

Si Acer Slim masih menunggu lanjutan interview.
M : “ Biasanya nih...notebook tipis  mengorbankan beberapa fitur...”
A : “ Jangan khawatir bu, saya dilengkapi optical drive/DVD-RW dengan sebuah VGA port untuk keperluan presentasi menggunakan proyektor, dan sebuah HDMI port untuk menampilkan gambar pada LCD/LED eksternal dengan ukuran dan resolusi yang lebih besar untuk penampilan multimedia lebih maksimal.
Saya memiliki tiga buah port USB, satu diantaranya menggunakan USB 3.0 dengan transfer data 10x lipat lebih kencang dibandingkan USB 2.0, dan sebuah card reader untuk membaca memori berbasis SD Card dan MMC yang biasa digunakan pada kamera. Memori internal dengan Harddisk SATA  berukuran 500GB
M : “ Hebat kamu .....tetapi apakah kamu juga teman kerja yang nyaman?”
A: “ Dijamin deh, saya pakai keyboard model chiclet yang luas dan nyaman saat digunakan dalam waktu lama. Trackpad dengan permukaan bertekstur untuk lebih akurat dan responsif. Kedua interface didesain optimal untuk penggunaan OS Windows 8 .
M : “ Wah.... nilai kamu A plus deh. Apalagi  kelebihanmu ...?”
A: “ Untuk konektivitas, saya ada port LAN (RJ-45) dapat digunakan tanpa memerlukan converter apapun, dan sebuah wireless adapter Acer Nplify 802.11b/g/n untuk berselancar ke dunia maya menggunakan jaringan hotspot.”
M  : “ Ck...ck.. ck... memang keren, berapa aku harus membayarmu ?”
A  :  “ Murah saja bu, hanya Rp.4.749.000,- “
M : “ Okey...selamat. Sepertinya saya mendapat partner yang sesuai harapan.”
Deal...! 
Saya puas dengan Acer Slim . Semoga saya bisa lebih produktif dan tetap tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya.

Aspire 1810TZ partner lamaku.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”


Monday, December 02, 2013

Oleh-Oleh Workshop Kehamilan Syar'i (Bagian 3)

Monday, December 02, 2013
Fenomena Persalinan Dengan Operasi

Ini materi yang juga dibawakan oleh Bidan Emma Yusuf.

Fenomena persalinan dengan operasi sedang marak terjadi di masyarakat dengan berbagai tujuan dan sebabnya, padahal rahim adalah amanah dari Allah, kita tidak boleh merusaknya. Beberapa kisah yang diceritakan oleh Bidan Emma, ada pasien beliau yang sudah divonis harus operasi Caesar, tetapi karena sang ibu bertekad kuat untuk melahirkan normal, ibu tersebut pun mendatangi bidan Emma dan dengan penuh ikhtiar yang semata hanya mengharap pertolongan Allah SWT, Bidan Emma berhasil membantu sang ibu tersebut untuk melahirkan secara normal.

Faktor penyebab terjadinya persalinan dengan operasi :

A. FAKTOR INTERNAL IBU

1. Kurangnya pemahaman akidah tauhid  dan ilmu agama yang menyebabkan ibu lemah imannya, sehingga cenderung mengikut kepada kebanyakan orang. Padahal kebanyakan manusia membawa pada kesesatan (QS. Al An’am:116)

2. Kesyirikan, baik yang dilakukan oleh sang ibu atau keluarganya.

3. Makan dengan mengikuti hawa nafsu sehingga terjadi kelebihan berat badan bayi atau ibu yang terkadang menimbulkan permasalahan pada proses persalinan .
4. Seringkali Ibu mesnganggap persalinan hanya sebuah proses fisik semata.

B. FAKTOR EKSTERNAL IBU
1.  Bidan atau dokter yang menolong persalinan. Pada umumnya pertolongan yang diberikan tenaga medis cenderung menempatkan akal di atas keimanan dan keyakinan atas pertolongan Allah SWT (QS. 80: 20)
2.  Suami atau keluarga cenderung terbawa arus kelemahan calon ibu.
3. Adanya teori-teori akal manusia yang menjadikan pasien sebagai objek untuk kelangsungan bisnis dan /rekayasa global.

Kesimpulan yang bisa diambil dari materi yang disampaikan Bidan Emma Yusuf antara lain :
Dengan cara-cara menjalani proses kehamilan seperti ini diharapkan ibu kuat iman, kuat jiwa, dan kuat  fisiknya  untuk berjuang dalam persalinan nanti sehingga ibu dapat melaluinya dengan baik.


Ke-shalihah-an seorang ibu sangat berdampak pada proses persalinan karena dia memantaskan dirinya untuk menjadi hamba yang pantas ditolong Allah SWT.


Hendaknya kehamilan membuat ibu gembira karena menjadikan masa kehamilan ini  sebagai ladang amal shalihnya dan mendukung semangatnya untuk memperbanyak keturunan dan itu adalah salah satu bentuk perjuangan dalam melawan makar-makar orang kafir yang selalu memaksa kita untuk menuhankan akal dan menjadikan ummat yang sedikit.