Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, February 09, 2016

[Nostalgia Putih-Abu] : SPARKLING SMANSA

Tuesday, February 09, 2016 2 Comments


Biarkan satu halaman terbuka setiap hari…
Renungkanlah rahasia yang ada di dalamnya…

Masa SMA bagiku menjadi masa yang penuh warna. Saat aku merasakan desiran hati yang berbeda (terserang virus merah jambu, hihihi),  saat aku mendapatkan ujian hidup yang luar biasa dari-Nya, saat aku belajar berorganisasi, saat aku menemukan sahabat-sahabat sejati, saat aku mengenal indahnya Islam, saat aku memutuskan mengenakan hijab untuk pertama kalinya, saat aku belajar menemukan jati diri dan menentukan visi-misi hidupku di masa depan.


Pernak-Pernik Bintang 1
Bisa masuk dan diterima di SMA paling kece, paling favorit, paling WOW di Kota Wonogiri adalah sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang luar biasa! Itu juga yang aku rasakan. Meskipun keputusanku dan saudari kembarku diprotes teman-teman dekat yang memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA favorit Kota Solo. Akhirnya, setelah musyarawarah dengan Mas Dhody (kakak laki-lakiku yang pernah merasakan ngekos di Solo waktu sekolah di SMK N 1 Solo), Babe, sama Ibuk,  diputuskan kalau si kembar (SUPERTWIN) SMA-nya di Wonogiri saja. Baru nanti kalau kuliah boleh ke luar kota Wonogiri. Tak perlu bersusah payah untuk bisa diterima di SMA N 1 Wonogiri (SMANSA). Nilai rata-rataku Ujian Nasional SMP (mungkin dulu istilahnya EBTANAS) 9,… (sembilan koma sekian… *lupa) dengan nilai Matematika sempurna (10). Alhamdulillah, saat pengumuman penerimaan siswa/siswi baru, aku dan kembaranku dinyatakan LOLOS SELEKSI. Seragam dengan bordiran bintang 1 di lengan kiri pun aku dapatkan.
Seperti biasa, jadi siswa baru itu harus ikut MOS (Masa Orientasi Siswa atau Masa Orientasi Sekolah). Barang PR-nya ya ampuuun… super ugal-ugalan. Bikin tas dari karung tepung segitiga biru-lah, bawa roti dengan merk X, air mineral merk Y, harus kunciran dengan pita sejumlah 7, dan masih banyak lagi. Yang bikin nganyelke itu peraturan seniornya…
Pertama, senior selalu benar!
Kedua, jika senior melakukan kesalahan, kembali ke peraturan pertama!
Bah, apa pula?! Peraturan macam apa itu?
Setiap pagi harus sudah kumpul sebelum jam 6 pagi. Otomatis Ibuk dan Babe pun  ikutan rempong. Setelah aku dan kembaranku sarapan, Ibuk mbantuin nguncir dan Babe nganterin sampai batas pengantar yang ditentukan.
Setelah peluit panjang yang menyayat hati itu dibunyikan oleh Tim Disiplin, semua anak-anak baru haru segera berbaris rapi di lapangan. Aku masuk di kelas 1.5, beda kelas dengan kembaranku yang masuk di kelas 1.7.
Lalu, kami mengikuti upacara pembukaan MOS. Setelah upacara selesai, ada cek barang PR, bentak-bentakan nggak jelas yang sangat memekakkan telinga dan membuat ciut nyali. Selama MOS 3 hari itu, ada 1 hari dimana aku mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dari para senior putri (terutama salah satu senior cewek tergalak). Aku dikerubung oleh beberapa senior yang teriak-teriak nggak jelas di telingaku dan ternyata hal itu terekam di memory bawah sadarku.
MOS pun usai, ternyata ada perubahan penempatan kelas. Akhirnya, aku dan kembaranku menjadi 1 kelas, di kelas 1.3. Kami juga tidak tahu kenapa bisa jadi satu kelas. Ternyata gurunya pun tidak sadar kalau ternyata kami berdua itu kembar. Dan… cerita-cerita seru di kelas 1.3 pun dimulai. Ada beberapa ‘catatan harian bintang 1’ yang tak bisa aku lupakan :
1.     Di kelas, aku dan kembaranku terkenal cukup rajin, baik dalam hal mengerjakan PR, mengerjakan LKS (belum disuruh mengerjakan saja, kita berdua sudah kerjakan di rumah. Hihihi *kesregepen). Alhasil, teman-teman sekelas sering meminjam pekerjaan kami. Kalau pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi, teman-teman yang lain pada rempong mengerjakan PR atau menyalin tugas, aku, kembaranku, dan temanku yang namanya Uyun, kita malah asyik nangkring di meja guru. Samping meja guru memang ada sebuah jendela, yang dari sana kita bisa melihat lapangan basket, trotoar, jalan raya. Ehm, dan tentu saja, curi-curi pandang dengan ‘someone special’ yang kita ‘taksir’. Hahaha. Astaghfirullah… Kalau inget kejadian nongki-nongki di meja guru ini bikin aku ketawa sampai mules.
2.    Di kelas 1.3 ini, aku dan kembaranku membentuk sebuah Genk namanya ‘Genk BeRr’ dan kita berdua yang jadi bos-nya. Hahaha. Anggota khusus adalah teman-teman sederet (bangku depan sampai belakang) ditambah beberapa anggota lain yang turut meramaikan. BeRr sendiri ntah apa filosofinya, yang jelas kita selalu ber-lajar ber-sama, ber-main ber-sama, ber-senang-senang ber-sama, ulangan ber-sama (nyontek-nyontekan), mbolos ber-sama, dll. Hahaha. Kacau! Parah! Memang, kelas 1.3 ini anggota terbanyak memang cowok-cowok anggota basket SMA, yang sangat takluk dengan aku dan kembaranku. Takluknya karena aku dan kembaranku sering membantu para cowok itu saat mengerjakan ulangan. Hihihi. Betapa baiknya ya kita? *janganditiru! Ini kebaikan yang salah dan menyesatkan.
3.    Aku dan kembaranku duduk di baris ke-3, cowok-cowok biasanya suka duduk di barisan belakang. Saat ada guru yang ‘njelehi’, ‘bikin ngantuk, ‘ingin kabur rasanya’, aku dan kembaranku biasanya menyiasati dengan membawa camilan dan kita taruh di laci. Saat ‘aman’, diam-diam kita makan tu camilan atau permen. Nah, biasanya anggota Gank BeRr yang lain berkirim surat untuk minta ‘sedekah camilan atau permen’ yang kita punya. Hahaha.
4.    Aku dan kembaranku pernah mempelopori aksi membolos satu kelas. Waktu itu, jam terakhir Bahasa Inggris dan kosong. Akhirnya, aku dan teman-teman sepakat mendingan kita bolos aja. LKS yang disuruh untuk mengerjakan pun sudah aku kerjakan. Teman-teman segera kami suruh untuk menyalin dengan cepat lalu dikumpulkan. Ada dua teman cowok yang ‘mlipir’ keluar terlebih dulu untuk menangkap tas yang dilemparkan lewat jendela. Habis itu, setiap dua orang ‘mlipir’ ke luar sekolah lewat pintu yang berbeda-beda. Seru sekali waktu itu! Sayangnya, keesokan harinya, kita sekelas mendapatkan hadiah amarah besar dari ibu wali kelas dan dihukum oleh Guru Bahasa Inggris. Maafkan kenakalan kami, ya, Bu! *sungkem
5.    Kelas bintang 1 ini aku benar-benar merasakan suka dukanya jadi seorang ‘secret admirer’ cowok kelas 1 juga tapi kelasnya di bawah, dekat lapangan basket. Sering banget, pura-pura ke kamar mandi bawah, hanya sekadar biar bisa curi-curi pandang atau mengunjungi teman SMP yang sekelas dengannya. Padahal cowok itu dulu juga 3 tahun sekelas sama aku waktu SMP. Tapi, di SMP aku nggak sedikit pun menaruh hati padanya. Fokusku waktu SMP ya belajar, belajar, dan belajar. Nggak ngikut-ngikut teman, SMP udah punya gebetan bahkan punya pacar. Ntahlah! Biarlah, benih-benih rasa suka itu muncul dan aku tetap menjadi pengagum rahasianya dalam diam… *uhuk! (Waktu itu aku belum kenal ROHIS. Lha wong kalau mentoring sering kabur. Aku masih jadi anak kelas 1 yang gaul tapi rajin, seorang aktivis KIR. Hihihi.)
Dan… aktivitas nongki-nongki di atas meja guru setiap pagi pun tetap menjadi rutinitas yang mengasyikkan.

Pernak-Pernik Bintang 2
Alhamdulillah, aku dan kembaranku naik kelas 2 dengan nilai yang cukup memuaskan, masih ranking 5 besar. Di bintang 2 ini, aku dan kembaranku terpisah. Aku kelas 2.2 dan kembaranku kelas 2.3. Dan pagi itu menjadi pagi yang kelabu dalam hidupku.
Hari pertama masuk sekolah di kelas 2, aku diajak teman-temanku untuk melihat MOS anak-anak kelas 1 di lapangan basket. Entah kenapa, aku seperti merasa di-MOS lagi. Suara terikan, bentakan, caci maki para senior yang sempat aku rasakan setahun silam, seperti memenuhi telingaku. Sampai akhirnya, aku ambruk, pingsan, lalu mengalami kejadian aneh dalam diriku. Aku trauma! Aku merasa aneh dengan semua kondisi di sekelilingku. Babe dan Ibuk yang waktu itu kerja, dipanggil guru BK untuk menjemputku. Sampai di rumah aku mencoret-coret majalah-majalahku. Seperti orang ketakutan. Akhirnya, sore itu juga, orang tuaku membawaku ke rumah sakit khusus syaraf di Solo. Setelah antri yang cukup panjang dan melelahkan, aku pun diperiksa oleh seorang dokter yang rambutnya sudah memutih tapi sangat sabar. Aku harus di CT-Scan. Singkat cerita, hasilnya menunjukkan ada yang tidak beres dengan syaraf di bagian otak kecilku. Aku harus diopname dan harus menjalani serangkaian test dan terapi. Tentu saja, biayanya sangat tidak sedikit! Padahal waktu itu, rumahku sedang direnovasi. Akhirnya, semua biaya yang sekiranya untuk renovasi rumah, digunakan untuk biaya pengobatanku. Ibuk selalu ada di sampingku. Beliau rela cuti selama 22 hari agar bisa selalu ada di dekatku. Babe, Mbak Thicko, dan Mas Dhody beberapa hari sekali naik bis ke Solo untuk menengokku di rumah sakit. Saat sakit itu, beberapa teman menengokku dan para tetangga juga. Akhirnya, setelah 22 hari aku harus menjalani rawat inap, aku diperbolehkan pulang, tapi harus tetap rawat jalan. Sampai akhirnya aku kembali ke sekolah. Dengan senang hati, teman-teman menyambutku. Sayangnya, aku benar-benar tidak bisa konsentrasi mengikuti pelajaran. Kepalaku pusing bukan kepalang. Akhirnya, aku ambruk lagi, sempat tak sadarkan diri beberapa hari,  dan harus dirawat lagi. Hingga akhirnya, dokter pun memutuskan aku cuti sekolah dulu satu tahun! Apaaa? Seketika aku langsung menangis. Aku sangat sedih. Namun, keluargaku menguatkanku.
Singkat cerita, aku pun dibuatkan sebuah warung kecil (26 Oktober 2003) oleh Babe dan Ibuk. Warung yang harus aku kelola sendiri. Tujuannya agar aku punya kesibukan di rumah. Meskipun saat itu, terkadang aku merasa sangat sedih. Bagaimana tidak? Setiap hari aku melihat kembaranku pakai seragam putih abu-abu, menikmati masa SMA yang penuh warna. Sedangkan aku, sibuk memikirkan gimana caranya agar aku cepat sembuh dan bisa kembali ke sekolah. Waktu itu, setiap bulan, Babe tetap membayar SPP-ku. Jadi, aku tetap tercatat sebagai siswa di SMA itu. Aku pun belajar memaafkan saat para senior galak yang beberapa diantaranya sudah lulus itu datang untuk menengokku dan minta maaf atas kesalahan mereka di masa lalu.
Warung kecilku di depan rumah. Sengaja fotoku disensor pakai remote TV. Hihihi. Coz aku belum pakai jilbab waktu itu.

Hari-hari berlalu, aku belajar meyakini bahwa segala yang menimpaku saat ini adalah kehendak-Nya, jalan takdir-Nya yang begitu indah, dan aku harus sabar serta ikhlas menjalani ini semua. Terkadang, untuk mengobati rasa kangen, aku berkirim surat ke teman-teman SMA dan menitipkan surat-surat itu ke Mbak Thicko. Teman-teman juga sering main dan menghiburku. Aku juga mengungkapkan isi hatiku dengan menulis diary dan membuat puisi. Mbak Thicko juga sering membawakanku kaset-kaset nasyid dan majalah juga buku yang ia pinjam dari kakak kelas. Salah satu buku yang paling berkesan adalah novel Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) karya HelvyTiana Rosa. Dari tokoh Gita, aku pun bertekad dalam hati, suatu hari nanti aku ingin mengenakan hijab. Waktu itu, Mbak Thicko memang sudah mulai aktif mentoring, ikut majelis ta’lim sekolah, dan gabung di ROHIS. Dalam mentoring itu, hanya Mbak Thicko dan Uyun yang belum berhijab.
Novel Ketika Mas Gagah Pergi yang dipinjamkan Mbak Thicko untukku

Sampai akhirnya tahun ajaran baru semakin dekat, aku menyiapkan mental sebaik mungkin. Karena kenyataan yang akan aku hadapi adalah aku akan mengulang di kelas 2, otomatis teman-teman seangkatan dulu akan naik ke kelas 3 (jadi kakak kelasku) dan yang akan menjadi teman seangkatanku adalah adik kelas. Alhamdulillah, aku diterima di kelas 2.3 dan sebangku dengan Meutika. Adik kelas yang sudah aku kenal sejak SMP karena kami sama-sama les di bimbel BPG Nurul Islam.
Tidak terlalu sulit bagiku untuk menyesuaikan diri. Teman-teman di 2.3 sangat asyik dan seru! Wali kelas kami (Bu Rini) juga sangat care. Beliau sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Aku pun ber-azzam, ketika naik kelas 3 nanti aku bisa ranking 3 besar dan itu tandanya aku benar-benar sudah sembuh, aku akan mengenakan hijab. Aku sampaikan keinginanku itu ke Mbak Thicko dan keluargaku. Semuanya setuju!
Di kelas 2 ini, aku benar-benar punya banyak teman yang asyik dan menyenangkan, baik yang sekelas maupun yang beda kelas. Aku pun mulai gabung di ROHIS (jadi tim MADING) dan masuk OSIS (sebagai tim kreatif) tanpa melalui LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan). Aku juga ikut mentoring. Prestasi yang cukup membanggakan adalah aku dan tim nasyid putri SMA N 1 Wonogiri berhasil mendapatkan juara 1 lomba nasyid SMA tingkat Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya, aku juga dipercaya untuk membuat desain kaos kelas, lalu aku usulkan namanya ‘DEUX TROIS’ yang artinya 2.3.


Ini desain sederhanaku yang aku buat dengan tulisan tangan…

Pernak-Pernik Bintang 3
18 Juni 2005…
Siapa sangka, dulu aku begitu benci dengan MOS. Tapi, saat naik kelas 3 ini karena aku juga aktif di OSIS dan terlibat dalam kepanitiaan MOS, aku terpilih untuk menjadi “TP” atau “Tim Penilai”. Amanah maha berat yang harus aku sandang!
Ada yang berbeda denganku hari itu. Ya, Norma yang dulu sudah bermetamorfosis. Ada kain putih menutup kepalaku dan menjulur hingga menutupi dada. Naik kelas 3 SMA ini, aku mantap mengenakan hijab. Sahabat yang pertama kali mengucapkan selamat dan memelukku adalah Gestin. Ia pula yang memberikan satu stel seragam panjang untukku lengkap dengan kerudung segi empat warna putih. Teman-teman OSIS langsung heboh. Beberapa diantara mereka mengucapkan selamat dan teman-temanku yang sudah berhijab terlebih dulu (kebanyakan anak OSIS yang merangkap ROHIS) mendoakan aku semoga istiqomah. Bahagia sekali rasanya! Mungkin ini salah satu hikmah yang bisa aku dapatkan atas sakitku beberapa waktu silam. Aku memiliki banyak sahabat yang sangat peduli dan penuh kasih sayang.
Itu jilbab kaos Rabbani pertamaku... awal-awal pake kerudung.

Taraaa... ^_^ *imut, kan? hihihi *krukupan kresek

Amanah selama MOS aku tunaikan dengan maksimal. Ujian pun tak berhenti begitu saja. Ujian setelah berhijab justru jauh lebih berat. Aku menangkap ada sesuatu gelagat yang tidak beres dengan tingkah seorang temanku. Dia ikhwan, amanahnya cukup mentereng di OSIS juga ROHIS. Awalnya, ia mengirimkan surat padaku yang ia titipkan ke Gestin. Aku anggap itu curhatan biasa, aku pun membalasnya karena posisinya sejak SMP ikhwan itu memang adik kelasku. Hingga akhirnya, ia mengirimkan surat ungkapan kekagumannya padaku beserta kaset Edcoustic dan buku karya Salim A Fillah yang waktu itu memang lagi booming di kalangan anak ROHIS (Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan). Whuaaatz?
Singkat cerita, aku mulai menata hati, menjaga hatiku dengan sebaik-baik penjagaan. Aku tidak ingin, cintaku pada-Nya dinomorduakan. Meskipun rasanya sangat berat, aku sangat bersyukur, ada banyak sahabat yang selalu mendukungku.
Kelas 3 ini aku jadi warga 3 IPA 4, letak kelasnya di lantai 2. Aku pun benar-benar sibuk. Pulang sekolah ada les di bimbel. Aku juga dapat amanah sebagai bendahara kelas yang cukup ‘sangar’ ketika nagih uang LKS atau iuran wajib. Hihihi. Untungnya, aku tidak perlu membayar LKS atau buku-buku. Gratis khusus untuk bendahara kelas. Asyik, kan? *ngiritbanget!
Buku sakti kelas 3 IPA 4. hihihi

Isi buku keuanganku, yang buatin Ibuk lho!
Oh ya, aku punya guru favorit yaitu Bu Rini (wali kelasku saat kelas 2.3 dulu). Bu Rini jadi guru Fisika yang bisa menyulap pelajaran Fisika yang njlimet n bikin mumet itu jadi pelajaran yang menyenangkan dan selalu bikin greget. Alhamdulillah, ulangan Fisikaku selalu dapat nilai bagus. Di kelas 3 ini, nilai yang cukup mengenaskan yaitu Kimia. Aku sering remidi, tak heran kalau aku pulang sekolah sering les privat sama Gestin karena ia sangat jago dalam pelajaran Kimia.
Selain Bu Rini, guru favoritku yaitu Pak Larno, guru Matematika yang kebanyakan teman-teman menyebut beliau ‘guru killer’, guru yang selalu membawa spidol berkeliling kelas, spidol itu akan beliau taruh di meja siswa, lalu ia harus menyelesaikan soal di papan tulis. Kalau Pak Larno sudah memegang spidol dan berjalan berkeliling, aku selalu menggoda teman sebangkuku Dian Novalia (Dinov). Ia pasti berkeringat dingin. Tapi, aku suka cara beliau mengajar. Dari dulu memang aku sangat suka pelajaran Matematika. Betapa menyenangkan bisa memecahkan soal-soal logaritma, integral, dan aneka rumus yang kadang membuat teman-temanku ‘mabuk’. Hihihi.
Segala perjuanganku untuk serius belajar di kelas bintang 3 ini, membuahkan hasil yang tak sia-sia. Aku berhasil mengantongi nilai UN Bahasa Inggris dengan nilai sempurna 10! Alhamdulillah… aku pun mulai sibuk untuk persiapan mengikuti SNMPTN. Universitas Sebelas Maret adalah kampus pilihan sekaligus impianku. Karena setelah lulus dari kelas 3, kembaranku pun memutuskan untuk memakai hijab dan ia diterima di Fakultas MIPA UNS. Aku ingin menyusulnya. Hehehe.

Bersama teman-teman dikelas 3 IPA 4 SMANSA

Hmm, ini ada beberapa lagu kenanganku saat SMA, membuat masa putih abu-abuku semakin berkilau. Sparkling SMANSA…
“Saat lonceng pagi datang..
getarkan relung hati kecilku…
akankah terasa lagi senja yang hadir seperti dulu?
Berlari mengejar angin…di tepi riuh deburnya air..
menanti perahu layar pulang menepi..
MENJALA CINTA
takkan kudengar suaramu
nyanyikan KEAJAIBAN KECILMU…
tak kan kau dendangkan lagi… senandung syair hidupmu…
bayang dirimu menghilang… seiring kepak camar menjelang...
tiada yang lebih manis semanis engkau ada di sini…”
[ADA Band]

"Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah..."

[EDCOUSTIC]

“Dunia ini masih seluas yang kau impikan...
Tak perlu kau simpan luka itu, sedalam yang kau rasa
Memang ada waktu agar kau bisa kembali semula.
Percayalah padaku, kita kan bisa melewatinya…
Jangan bersedih, oh kawanku…aku masih ada disini
Semua pasti kan berlalu, aku kan slalu bersamamu…
Jalan hidup tak slamanya indah
Ada suka…Ada duka..
Jalani semua yang kau rasakan, kita pasti bisa!"
[EDCOUSTIC]

Dan inilah rentetan kalimat yang aku tuliskan di
ALBUM KENANGAN SMANSA 2005/2006 :

“Hidup memang penuh dengan goresan warna. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiaplah menghadapi putaran waktu, hingga setiap langkah dan helaan nafas senantiasa bernilai ibadah kepada-Nya...


Tulisan ini diikutsertakan dalam event Giveaway Nostalgia Putih-Abu Mbak Arina 





Monday, January 18, 2016

[Menang Kuis] CANTIKNYA AKHLAK KHADIJAH

Monday, January 18, 2016 0 Comments

Pemenang Kuis "Cantiknya Akhlak Khadijah"
Banyak komentar yang beda-beda tipis bagusnya, namun kuis ini harus ada lima pemenangnya. Dan inilah pemenang pilihan juri yang berhak mendapatkan buku "Cantiknya Akhlak Khadijah" secara gratis.
Bismillah.
1
Seorang perempuan dikatakan memiliki akhlak yang cantik bisa dilihat dari bahasa yang ia gunakan ketika berbicara. Sebab, tertata tidaknya pikiran seseorang itu bisa dilihat dari bahasanya.
Selain itu, ia juga memiliki pandangan luas akan kemuslimaahan, juga mencontoh kebaikan atau sifat-sifat perempuan calon penghuni surga semisal Khadijah dan Aisyah.
- Gusti Trisno -
2
Akhlak cantik itu ... sederhana dan tidak berlebihan, menjaga lisan dari menyakiti hati orang lain, menjaga kesucian diri, dan menghiasi diri dengan ketaatan pada Rabb dan Rasul-Nya, seperti cantiknya akhlak Khadijah binti Khuwailid.
- Edas N Najm -
3
Akhlak cantik itu… adalah cerminan sebaik-baik perhiasan dunia bagi seorang muslimah. Hatinya senantiasa dibalut rasa taqwa kepada Allah, jiwanya berpegang teguh pada agama, pribadinya senantiasa haus akan ilmu, dan dahaga dengan pahala.
Akhlak cantik itu… tidak pernah gentar untuk melawan hawa nafsu, terjaga tutur katanya, terhormat tingkah lakunya, tidak suka tebar pesona, ‘hijab dan hijrahnya karena Allah semata’ senantiasa melekat bersama fisik, hati, dan pikirannya.
Akhlak cantik itu… kita bisa belajar dari sosok wanita yang mampu menorehkan tinta emas yang mewarnai sejarah kegemilangan dan keunggulan Islam. Seperti sabda Sang Baginda, “Ada empat wanita mulia yang juga penghulu segala wanita di dunia; mereka itu ialah Asiah binti Muzahim, istri Firaun; Maryam binti Imran, ibunda Isa; Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah saw, dan Fatimah binti Muhammad, putri kesayangan Baginda.” (HR. Bukhari)
Akhlak cantik itu… adalah akhlak yang selalu rindu rahmat-Nya, akhlak yang seharusnya dimiliki oleh wanita dunia yang senantiasa menggesa dirinya untuk berlomba-lomba mengalahkan para bidadari surga…
4
Akhlak cantik itu ...
Akhlak yang memberikan inspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan. Orang akan menjadi lebih baik lagi hanya melihat tingkah laku kita. Seperti Khadijah ra, wanita mulia yang setia mendampingi Rasulullah Saw tanpa mengenal lelah.
Akhlak cantik itu ...
Menjaga auratnya baik ketika sholat maupun tidak. Menutup aib orang lain. Tidak bergunjing di belakangnya. Hatinya juga terjaga. Alangkah baiknya jika istiqomah menutup aurat hingga akhir hayatnya.
Akhlak cantik itu....
Selalu menjaga diri dengan doa. Selalu tak lepas dengan doa. semua pengharapan selalu kepada Allah. Tak ada selain dia. Ada uang tak ada uang, selalu bersyukur atas pemberian Allah. Ia akan yakin doa adalah pengkuat jiwa.
Akhlak cantik itu...
Selalu berharap ridho Allah. Jika istri ridho ada pada suami. Jika anak, ridho ada pada orang tua. Jadi, hidup untuk mengharapkan ridho Allah.
Semua akhlak cantik itu ada pada Khadijah ra.
Apakah kau ingin cantik seperti Khadijah ra?
- Naqqiyahsyam-
5
Tak sempurna ilmu itu tanpa adab, dan adab itupun ada hanya karena adanya cantiknya Akhlak,
Maka, Akhlak yang cantik hanyalah yang bersumber pada Dzat Yang Maha Indah dan Maha baik. Buah dari ketaatan dan ketundukkan seorang hamba pada RabbNya secara sepenuhnya, seperti yang dicontohkan oleh ibunda kita Khadijah ra.
-Secercah Cahaya Revolusi

Sumber :

Wednesday, January 13, 2016

PERPUSTAKAAN, SWARGANE SI TUKANG NULIS

Wednesday, January 13, 2016 0 Comments


Nyantai di Kafe Lingga, Hotel Lingga Bandung


Nalika aku isih cilik, aku seneng banget maca.  Wong tuwaku banjur langganan kalawarti bocah, kaya Majalah Bobo lan Donal Bebek. Nalika aku wis SMP lan SMA wong tuwaku ganti langganan kalawarti kanggo remaja, Majalah Aneka Yess lan Majalah Annida. Jaman semono, Bapak uga langganan ariwarti, layang kabar sing metune saben dina. Sanajan gajine bapak dadi pegawe gur cukupan, nanging bapak lan ibuk seneng nek keluargane dadi pinter lan jembar wawasane amarga maca. Sak omah dadi seneng maca kabeh. Ana ing ariwarti apa dene kalawarti kuwi kamot sawernaning kawruh kayata bab agama, bab tetanen, bab dedagangan, bab politik, bab seni, bab sejarah lan sakpanunggalane. Akeh banget faedahe.
Amarga seneng maca, aku yo dadi bocah sing seneng nulis crita. Nganti aku tau melu lomba nulis lan ngringkes buku wacan. Nalika iku, aku bisa makili Kabupaten Wonogiri lomba neng tingkat Provinsi Jawa Tengah. Seneng banget atiku.
Wektu preinan sekolah, aku karo kembaranku kerep lunga nang perpustakaan. Aku maca lan nyilih buku. Saben dina aku ngisi wektu liburanku ana ing perpustakaan kuwi. Kala-kala janjian karo kanca-kanca ben iso dolan bareng.
            Nganti sak iki aku wis urip bebrayan ing Semarang, aku isih seneng maca buku lan langganan tuku kalawarti. Aku uga seneng lunga nang perpustakaan. Ana ing kutha Semarang, aku kerep maca buku utawa nyilih buku nang Perpustakaan Wilayah (Perwil) Provinsi Jawa Tengah, sing manggon ana ing Jalan Sriwijaya.
            Perwil ana 3 tingkat. Tingkat dasar kanggo panggonan ngurusi administrasi, koyo pendaftaran lan nggawe kartu anggota anyar. Menawa arep gawe kartu anggota, kena bayaran Rp 10.000,00. Ana ing tingkat dasar iki uga ana ‘playground’, panggonan kanggo dolanan bocah-bocah. Kajaba kuwi, uga ana loker, WC, lan mushola. Munggah nang lantai 2, ana loker maneh. Loker gunane kanggo nyimpen barang-barang . Awake dhewe mung diolehake nggawa piranti-piranti sabutuhe bae. Cukup nggawa dompet, HP, buku catetan, piranti kanggo nulis utawa laptop. Nang lantai 2, ana ruangan khusus kanggo maca buku anak-anak lan remaja, uga ana ruangan khusus kanggo maca buku nonfiksi, buku novel uga dipisah ana ing ruangan dhewe. Sabanjure, ana ing tingkat 3 ana ruangan kanggo nyimpen buku-buku kuno lan arsip-arsip liyane.
            Neng Perwil Jateng, ana buku-buku sing ora iso disilih kaya buku ensiklopedia, nanging iso di-fotokopi. Ana petugas sing bagian motokopi. Dadine rasah kuatir mbok menawa ana bagian penting saka buku ensiklopedia sing dibutuhake, iso di-fotokopi sakperlune. Sakwise nemtokake buku sing arep disilih, awake dhewe banjur nyang meja petugas. Saiki perpustakaan wis soyo apik lan modern, nganggo sistem komputerisasi, wis ora perlu dicateti siji mboko siji. Kari nunjukake barcode (barcode buku lan kartu anggota perpustakaan) nang alat, langsung diproses kanthi otomatis. Neng cedhak lawang metu uga ana piranti detektor sing gunane kanggo ndeteksi menawa ana pengunjung perpustakaan sing ‘nakal’ (nyilih buku nanging ora ijin). Kesel maca buku utawa sakwise nyilih buku, iso mampir jajan ana ing kantin sisih perpustakaan. Perwil Semarang pancen panggonan sing cocok banget kanggo ngangsu kawruh lan refreshing.
[*]
            Kanggo wong sing seneng moco lan uga seneng nulis crita kaya aku, ana ing perpustakaan  prayogane wis kaya ana ing ‘swarga’. Buku-buku sing ditata rapi ana ing rak buku, ambune dluwang sing khas, nggawe aku betah suwe-suwe ana ing perpustakaan. Pilihan buku sing isa diwaca lan disilih ana werna-werna. Opo meneh nek aku lagi akeh entuk gawean nulis. Perpustakaan dadi panggonan favorit kanggo nggolek referensi wacan. Kajaba kuwi, perpustakaan (Perwil Jateng) iso dadi kantor kapindhoku kanggo nyambut gawe. Tukang nulis crita lan nulis buku wacan dadi gaweanku saiki. Aku iso entuk dhuwit (royalti) saka nulis. Sadurunge nulis, aku kudu nggolek referensi (sumber wacan) sing iso nglengkapi tulisan-tulisanku. Perpustakaan (Perwil Jateng) bener-bener dadi ‘swarga’ kanggoku, si tukang nulis.
            Kajaba buku, neng Perwil Jateng uga ana fasilitas sambungan internet (Wi-Fi) gratis sing super cepet. Umpama pas aku ora nggawa laptop, ana komputer sing iso digunakake. Wah, tambah seneng atiku! Bukune lumayan komplit lan ditata kanthi rapi, ruangane jembar, fasilitase mbantu nggarap gaweanku nulis.
[*]
            “Buku yaiku jendela dunia lan maca sing bisa dadi kuncine.”
            Nanging jendela tanpa omah banjur opo dadine? Perpustakaan kuwi sing dadi omahe. Akeh wong, ora mung siswa, mahasiswa, peneliti, pegawai, ugo wong kang iseng-iseng wae kepengen maca buku padha menyang perpustakaan. Dadi ora bisa dipungkiri menawa perpustakaan bisa dadi salah sawijining panggonan kang migunani.
            Kanggoku perpustakaan akeh banget faedahe, kaya to :
1.      Panggonan sing nyawisake koleksi literatur sing migunani.
2.      Bisa ngrangsang kesenengan maca kanggo masyarakat amarga maca bisa dadi sumber pangaweruhan sing paling gedhe.
3.      Perpustakaan iso dadi panggonan kanggo refreshing.
4.      Akeh sumber informasi sing bisa dientukake saka perpustakaan, lak sak panunggalane.
Amarga saka keuntungan sing akeh kui, prayogane awake dhewe kudu seneng nggolek ilmu ana ing perpustakaan. Awake dhewe uga bisa ngajak kanca utawa keluarga rame-rame menyang perpustakaan.

Bandung, Desember 2015

[Keisya Avicenna]







           


Sunday, January 10, 2016

HIJAB, MAHKOTA SURGA TERINDAH

Sunday, January 10, 2016 0 Comments
Menikmati deburan ombak di Pantai Pacitan


Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan
lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantis yang tak ingin dilupakan…

Serpihan Kenangan Masa Silam
Juli 2003. Tak terasa sudah 11 tahun lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otakku. Saat ini, aku seperti memutar kembali sebuah rekaman skenario kehidupan yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, aku adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik menikmati masa putih abu-abu. Juli 2003, aku naik kelas 2 SMA. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Aku berangkat pagi ke sekolah, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Aku memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang.
“Ifang, ayo kita ke bawah! Aku pengin lihat MOS anak-anak kelas satu,” ajakku pada Ifang.
Sebelum bel masuk berbunyi, aku dan Ifang serta beberapa teman yang lain ke lapangan upacara. Kami ingin melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para senior yang kebanyakan dari pengurus OSIS. Aku menyaksikan MOS tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung. Peraturan senior masih sama: “Pertama, senior selalu benar. Kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan pertama!” Hah, peraturan macam apa ini? Tiba-tiba…
 Dejavu! Aku mengalami suatu hal yang membuat diriku seolah kembali ke masa MOS satu tahun silam. Setahun lalu, aku memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat MOS. Ketika melihat MOS adik kelas, aku merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya, mungkin ini yang disebut trauma. Trauma MOS! Mendadak kepalaku pusing bukan main. Aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua hal yang seharusnya aku nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telingaku berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang aku alami satu tahun silam. Ketika di rumah pun, aku mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan.
Pada akhirnya, aku ambruk. Aku mengalami sebuah guncangan psikologis yang cukup hebat. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otakku. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa, terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluargaku. Waktu itu, rumahku tengah direnovasi. Tapi, karena aku harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan dialihkan untuk biaya pengobatanku. Biaya rumah sakit, biaya obat, biaya terapi, semuanya tidak murah. Puncak cobaan terberat itu adalah saat tim dokter memutuskan bahwa aku harus cuti sekolah selama satu tahun. Saat itu menjadi saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupku. Tapi keberadaan keluarga mampu membuatku belajar untuk bisa kuat dan tegar. Karena Allah SWT pasti sudah menyiapkan  hikmah di balik setiap peristiwa.



Al waqtu juz’un minal ‘ilaj: “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan.
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari, bulan demi bulan pun berganti. Tak terasa, sudah memasuki tahun ajaran baru. Alhamdulilah, aku sudah sembuh total. Aku sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 akan kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, aku sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat Tahajud. Allah SWT benar-benar menunjukkan kebesaran-Nya kala itu.
Ada sebuah azzam di hatiku. Ketika naik kelas tiga nanti aku mampu membuktikan dengan berprestasi masuk peringkat tiga besar -yang itu artinya aku sudah benar-benar sembuh dari sakit-, aku akan mengenakan jilbab. Sebuah azzam untuk merealisasikan gambaran peristiwa unik dalam mimpiku malam itu. Aku tersenyum damai saat mengenakan mahkota bercahaya, mahkota yang akan menjaga hati, jiwa, dan ragaku. Begitulah mimpiku.
Aku menjalani masa-masa kelas 2 SMA dengan sangat menyenangkan dan berprestasi gemilang. Aku pun mulai dikenalkan oleh sahabat-sahabatku dengan organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) dan aku pun mulai aktif di mentoring. Aku selalu tersenyum saat mengenang masa jahiliyah-ku dulu ketika kelas 1 SMA. Gaulnya dengan anak-anak basket dan pernah memprakarsai aksi membolos satu kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.
Perjuangan Hijab Cintaku
18 Juli 2005
“Dee, hari ini adalah hari baru bagiku. Keinginanku untuk berhijrah dan berhijab akhirnya terealisasikan. Ya Allah, istiqomahkan aku untuk selalu berada di jalan-Mu. Semoga ini menjadi salah satu ikhtiarku untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya Allah, sujud syukur atas segala hal terindah yang telah Engkau berikan dalam hidupku…” [Catatan harianku]
Hari ini MOS hari pertama. Hari pertama pula aku menjadi siswa kelas 3 SMA. Pukul 5 pagi aku diantar Ayah ke kost Gestin, sahabat dekatku. Mereka berangkat bersama ke sekolah. Hari ini aku mendapatkan amanah menjadi panitia MOS. Subhanallah, dulu aku pernah sakit akibat trauma MOS dan sekarang harus mengemban amanah menjadi senior MOS. Skenario Allah SWT yang sangat luar biasa!
Ketika bertemu para panitia MOS, mereka langsung mengucapkan selamat dan mendoakanku semoga senantiasa istiqomah.
Aku sempat merasa terkejut ketika ada SMS masuk, ternyata dari seorang ikhwan yang menjabat sebagai Wakil Ketua ROHIS SMA sekaligus Ketua II OSIS. Ardi namanya. SMS itu berbunyi: “Alhamdulillah, Subhanallah…Allahu Akbar! Barokallahu ya ukhti, selamat karena telah berjilbab, semoga istiqomah. Be A Good Muslimah! Your Brother.” SMS pertama, yang menjadi pemula SMS-SMS lain.
Hari-hariku pun semakin ceria. Meski ada kejadian yang mengusik ketenangan hatiku. SMS-SMS itu! SMS dari Ardi. Semula hanya bertujuan untuk sharing, diskusi, dan menguatkan semangat. Tapi berlanjut menjadi ajang curhat pribadi, SMS-SMS tidak penting, bahkan ungkapan kekaguman. Astaghfirullah, aku tahu kalau kedekatanku dengan Ardi sudah melampaui batas. Tapi, aku pun menyadari muncul benih-benih cinta di dalam hati ini.
“Ya Rabbi, di saat hamba ingin memulai kehidupan yang baru, kenapa ujian yang Engkau berikan justru semakin berat dan menyesakkan hati? Ujian cinta!” jerit batinku kala itu. Mungkin inilah salah satu bukti bahwa manusia adalah insan fluktuatif. Tegar, namun terkadang rapuh...
Sampai akhirnya, ada SMS dari seorang sahabat untukku:
“Bukanlah hal yang aneh jika manusia futur. Tapi, yang aneh adalah manusia yang membiarkan dirinya tetap futur. Bahkan ada yang tertawa, tersenyum senang saat futur, walau hanya diwujudkan di hati. Pernahkah membaca firman-Nya,”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’:36).”
Belum selesai aku baca, linangan air mata sudah menciptakan jejak di pipiku. Aku lanjutkan membaca SMSnya…
Betapa ruginya jika manusia hatinya berkurang keimanannya dan hanya terisi dengan nikmatnya menjalani kehidupan dunia. Maka Allah memberikan tawaran: surga atau neraka, taat atau ingkar! Tapi jangan takut! Jangan bersedih! Tidak ada yang lebih indah dari tetap berharap akan ampunan dari Yang Maha Sempurna. Dia-lah pemegang masa depan dan takdir kita. Tak ada yang lebih baik dari pemberian-Nya. Kembali ke jalan-Nya adalah sebaik-baik ibadah. Karenanya, terhapuslah dosa terdahulu. Sahabat, tiada lain ini hanyalah nasihat. Tapi sahabat yang baik itu saling menasihati, bukan hanya saling memuji. Semoga tetap dalam lindungan-Nya dan ini diambil manfaatnya. Afwan jiddan…”
Aku menangis sejadi-jadinya. Betapa selama ini aku begitu terlena! Terlalu lama aku berkubang dalam lumpur dosa. Astaghfirullah…
“Terima kasih Ya Rabb, diri ini seketika tersadar, keistiqomahan itu mahal harganya! Jilbabku, hijabku, izinkan aku memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru dengan hati yang baru…” ratapku dalam tangisan taubatku.

Dream ‘N Action : Hijab, Cinta, dan Cita-Cita
“Setiap orang harus memiliki  cita-cita besar, mimpi yang tinggi dan harapan yang ideal. Namun, dalam menghadapi realitas keseharian, berpikir dan bertindaklah secara sederhana. Gak usah neko-neko! Karena kebahagiaan adalah  sesuatu yang harus diperjuangkan. Energi kasih sayang harus terus dinyalakan, agar visi untuk mengetuk pintu surga dapat terus diupayakan.”

Atas skenario-Nya yang indah, lulus SMA aku diterima di Universitas Sebelas Maret, Solo. Aku sangat bersyukur karena tidak satu kampus dengan Ardi. Ardi diterima di Universitas Diponegoro, Semarang. Aku belajar untuk cepat beradaptasi di lingkungan baru.
Setelah agenda orientasi mahasiswa selesai, aku mulai disibukkan dengan jadwal kuliah dan praktikum yang cukup padat. Aku menimba ilmu di jurusan Biologi, Fakultas MIPA.
Tak disangka, Ardi masih saja mencoba menghubungiku. Tapi aku acuhkan semuanya. Aku sudah bertekad untuk benar-benar membentengi diri dan menjaga hati. Aku terus berusaha menyadari bahwa Allah SWT sedang memberikan ujian dan terkadang Allah SWT menguji pada titik terlemah dari diri seorang manusia.
Ya Rabb, selalu kupinta tunjukkan padaku jalan terindah menuju keridhoan-Mu…
Aku putuskan untuk bergabung di kerohanian Islam. Aku ingin memperbaiki diri, belajar untuk menjadi seorang muslimah yang shalihah. Aku harus memperbaiki caraku berhijab, baik secara fisik terlebih hati. Terus memperkaya diri dengan ilmu. Tekadku, hijab tidak akan menghalangiku untuk bisa berprestasi!
Sempat muncul rasa minder pada awalnya. MIPA terkenal sebagai pesantrennya kampus. Banyak muslimah yang sudah mengenakan hijab secara syar’i. Adab-adab pergaulan dengan lawan jenis pun sangat diperhatikan. Ada sedikit rasa canggung saat bergaul dengan mereka. Tapi, menjadi pribadi yang lebih baik itu butuh perjuangan.
“Ya Allah, Engkaulah yang Maha Kuasa. Jika Engkau menghendaki sesuatu, tiada sesuatu pun di bumi dan di langit yang menghalangi-Mu. Apapun yang Engkau kehendaki akan terjadi. Jika Engkau menghendaki untuk memudahkan suatu urusan, tidak ada seorang pun yang mampu menyulitkan-Mu. Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Pada suatu hari, usai mengikuti sebuah training motivasi di kampus, aku tuliskan semua impianku di sebuah buku yang aku beri nama “Dream Book”.  Sebenarnya, malu rasanya tatkala menuliskan impian nomor 44 yaitu MENIKAH. Aku tuliskan lengkap visi dan misi pernikahanku serta kriteria calon pendamping hidupku. Ada sosok sholeh yang kurindukan. Tapi, saat aku merindukan sosok itu aku merasa tak pantas, karena diri ini belumlah shalihah.
Dan sederet impian lainnya, lulus kuliah dengan IPK cumlaude, jadi penulis, jadi trainer muslimah, jalan-jalan keliling Indonesia dan dunia, umroh, naik haji bersama keluarga, bertemu sosok-sosok inspiratif dengan kisah luar biasa mereka tatkala memutuskan untuk berhijab (Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Oki Setiana Dewi, Alyssa Soebandono, Meyda Safira, dll.) dan masih banyak lagi impian yang kutuliskan. Aksara-aksara yang menjelma jadi doa. DNA! Dream N Action! Tekadku waktu itu, kita boleh bermimpi sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, tapi harus dibarengi dengan aksi nyata yang hebat, pantang menyerah, yakin Allah SWT selalu melihat usaha kita dan Allah SWT pasti akan menjawab setiap doa kita.

Tidak ada yang tidak mungkin jika KUN FAYAKUUN-Nya telah bekerja sepenuh energi CINTA.
Namun adakah yang layak untuk ditangisi kalau semua dijalani dengan semangat tinggi dan niat yang bersih? Tidak ada kesusahan bagi orang yang menempuh perjalanan dengan keikhlasan. Karena Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. It can be a MIRACLE if you believe. Tepat dan terbaik!
Semakin membara semangat dalam hati ini untuk memperbaiki diri dan terus menyempurnakan hijab ini, aku rasakan semakin dahsyat pula cara kerja Allah SWT dalam mewujudkan impian-impian yang pernah aku tuliskan itu.
Alhamdulillah, aku  lulus kuliah dalam waktu 3,6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Aku langsung kerja sambil terus belajar menulis dari para mentorku. Aku harus punya buku. Buku yang best seller! Mengapa harus best seller? Karena semakin banyak yang membeli, semakin banyak yang membaca, Insya Allah akan semakin banyak kebermanfaatan yang tersampaikan. Jika satu kalimat saja yang aku tulis itu bisa membuat kehidupan atau pribadi seseorang menjadi lebih baik, pasti Allah SWT telah menyiapkan hadiah istimewa juga buatku, entah di dunia atau di akhirat sana. Aksara-aksara berdaya yang bisa menjelma menjadi tabungan jariyah kelak. Aku ingat, dulu waktu sakit saat SMA, salah satu terapi yang aku jalani adalah MENULIS. Karena itu, akupun menulis! Menulis bisa menjadi terapi jiwa bahkan bisa bermanfaat buat sesama.
Ada kisah baru yang akan dimulai, ada kisah lain yang menunggu untuk segera diakhiri. Ini bukan cinta yang terbungkam oleh diam tapi cinta yang terlanjur malu untuk menngungkapkan. Bukan karena apa atau siapa, menjawab kapan atau mengapa, bertanya bagaimana atau mencari tahu ada di mana? Bukan, bukan tentang itu semua! Semestinya pikirmu tahu dan hatimu semakin mengamini, bahwa dirimu adalah milik-Nya dan dirinya juga milik-Nya. Jadi, biarkan saja Sang Pemilik Jiwa berkehendak sesuka atas apa yang menjadi milik-Nya. Semuanya tak akan tertukar, maka tetap tersenyumlah biar segalanya semakin indah, mudah, dan full barokah…”
Impian menikah tanggal 10-11-12 yang aku tuliskan di Dream Book pun menjejak nyata atas izin-Nya. Proses dapat tawaran untuk menikah (tanggal 27 September) sampai (H-1) aqad nikah total 44 hari dan MENIKAH itu impian yang aku tulis di nomor 44. NIM (Nomor Induk Mahasiswa) ku ketika kuliah pun M0406044. Allahu Akbar! Benar janji Allah, laki-laki yang baik diperuntukkan untuk wanita yang baik. Maka, aku akan terus memperbaiki diri. Terus memantaskan diri di hadapan-Nya. Perjuangan menjadi muslimah shalihah, istri shalihah, dan nanti ibu shalihah baru saja dimulai.
Dan kini… Alhamdulillah, sudah lebih dari 10 buku yang aku tulis. Salah satunya berjudul “BEAUTY JANNATY”. Buku yang berisi motivasi untuk para muslimah agar menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga. Sebuah buku istimewa buah dari perjuangan panjang. Sebuah buku istimewa yang menjadi pengingat dan penyemangat bagi diri ini. Sebuah buku istimewa yang terbit setelah aku menikah. Sebuah buku istimewa yang membuatku bisa berbagi inspirasi sekaligus traveling di berbagai kota di Indonesia dengan mengisi bedah buku, seminar, dan talkshow. Hingga terwujud pula impianku bertemu sosok-sosok inspiratif yang dulu aku tuliskan di Dream Book. Aku bulatkan tekad, aku akan terus menulis, terus berkarya. Karena aku tidak ingin, jika kelak jatah hidupku di dunia ini habis, aku hanya dikenang orang dari tiga kalimat saja : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Tapi, harus ada warisan karya yang bisa aku tinggalkan. Maka, aku harus terus menulis, aku harus terus berkarya, aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang inspiratif, produktif, dan kontributif.

Mahkota Surgaku Kini Hingga Nanti
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…" (QS. An-Nuur [24]: 31)
Hidup berisi dengan aneka macam peristiwa. Peristiwa yang menghadirkan silih berganti perasaan yang mengisi jiwa. Maka, kokohkanlah keimanan saat perjalanan membuat kita bertanya, saat membuat kita meragu dan kecewa. Yakinlah, skenario Allah SWT tengah berlangsung dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Tanamkan dalam diri kita Allah Mahatahu yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya!
Sesungguhnya Allah menjadikan seluruh tubuh seorang wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh seorang wanita yang terlihat oleh orang yang bukan mahromnya, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Hakekat jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kita dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah, jagalah pandangan dari hal-hal yang dilarang. Hijab lidah kita adalah menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan yang sia-sia, usahakan selalu basahi lisan kita dengan berdzikir kepada Allah. Hijab tangan kita adalah ringan berbuat tatkala ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Hijab kaki kita adalah saat kita gunakan menapak di jalan-jalan kebaikan. Hijab pikiran kita adalah saat kita mampu berpikir visioner jauh menatap masa depan serta menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif. Hijab hati kita untuk selalu meletakkan nama Allah di tingkatan tertinggi, kemudian Rasulullah, orang tua, dan seterusnya.
Akupun bertekad, segala hal yang aku torehkan di dunia sebagai bagian dari perwujudan cita-cita menjadi bagian dari para perempuan langit, para perempuan yang dirindukan surga. Teringat nasihat seorang sahabat, “Mereka yang dalam diam tiada henti menyebut nama Allah. Mereka yang selalu giat menghafalkan Al-Qur'an demi mendapat keridhoan Allah. Mereka yang hendak memberikan mahkota penuh cahaya untuk kedua orang tua kelak di surga nanti. Mereka yang bersikukuh mengenakan hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah. Walau ‘diancam’ akan kehilangan pesona dunia, mereka tiada gentar untuk tetap bertahan. Mereka yakin bahwasanya perhiasan sejati seorang muslimah itu adalah dari amal ibadah dan akhlaknya yang jernih, bukan berasal dari moleknya tubuh yang mengundang nafsu dan syahwat. Ya, mereka adalah perempuan langit!” Dan aku ingin menjadi bagian dari mereka.
Bismillah… Semoga istiqomah untuk menjaga hati dan diri dengan mengenakan mahkota surga terindah. Karena menjadi seorang muslimah itu indah dan mulia, seperti sejarah para ummul mukminin dan para shohabiyah. Semoga senantiasa mampu menjadi muslimah shalihah yang dirindu Jannah. Aamiin…

"Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!" (Salim A.Fillah)

Sunday, January 10, 2016 1 Comments

Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lainsudah berpenghasilan,sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan.Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untukbuah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab.Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis.Mainkan saja peranmu, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk.Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? Tetaplah berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut.Mainkan saja peranmu dengan sebaik sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam, menengadah mesra bersamanya.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati.Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Adam yang menanti Hawa di sisi.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu.Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Ya, taat.
Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dariAllah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah takdir manusia.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Ya, taat.
Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagiandari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Ya, taat.
Bagai Nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasah menjadikan kekuatan untuk tetap taat.Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.