Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, March 23, 2016

[Resensi] RENUNGAN DAHSYAT UNTUK MUSLIMAH

Wednesday, March 23, 2016 0 Comments


TUJUH MATA AIR SALSABILA
UNTUK PARA WANITA LUAR BIASA
*Keisya Avicenna

Judul Buku      : Renungan Dahsyat untuk Muslimah
Nama Penulis  : Nur Sillaturohmah, Lc.
ISBN               : 978-602-317-086-9
Penerbit           : Ziyad Books
Tebal Buku      : 184 halaman
Harga Buku     : Rp 38.000,00


Salsabila adalah mata air kehidupan di surga. Mata air yang mengalir dengan segala kesegarannya. Menghidupkan yang mati, meremajakan yang lapuk, menyimpan kebahagiaan di atas kebahagiaan.
Muslimah adalah makhluk yang sangat istimewa. Seharusnya, ia memiliki karakter pribadi yang tidak hanya menyenangkan namun juga menenangkan. Hadirnya dirindukan, keberadaannya diharapkan, saat bersamanya adalah saat yang penuh manfaat, jauh dari kesia-siaan. Muslimah shalihah layaknya ‘Salsabila’ di dunia.
Buku ini bak “7 Mata Air Salsabila” yang begitu menyegarkan jiwa yang dahaga, menyejukkan pikiran yang sudah penat dengan lika-liku kehidupan di dunia, juga mengajak para muslimah merenungkan banyak hal dalam kehidupan serta mengikat makna dari beragam peristiwa keseharian.
Bagian awal buku ini kita akan mendapatkan hidangan kisah bertabur hikmah, kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Kisah menggetarkan yang pernah dicatat oleh sejarah. Kisah yang mengajarkan betapa kuat Ummu Sulaim membendung kondisi jiwanya yang tergoncang, ia juga mampu mencegah goncangan emosi suaminya dengan cara yang sangat cerdas. Dari kisah ini pula kita belajar dan harus senantiasa bersyukur bahwa wanita adalah sosok yang istimewa dan hebat. Penasaran dengan kisahnya? Ada di halaman 13 dalam buku ini.

Keistimewaan dari buku yang ditulis oleh Ustadzah Nur Silla ini, saya merangkumnya menjadi 7 nasihat dahsyat yang menjelma “7 Mata Air Salsabila”, diantaranya :

1.      Mata Air Pertama : tentang PENCIPTAAN
Penciptaan yang begitu memesona
Dalam buku ini, setiap muslimah akan diajak untuk kembali menyelami hakikat penciptaan manusia. Pembahasan lengkap mengenai hal ini dibahas di bagian “Untuk Apa Wanita Diciptakan?” (halaman 25).

2.      Mata Air Kedua : tentang PERBEDAAN
Perbedaan dengan Kaum Adam yang membuncahkan rasa syukur
Wanita memang diciptakan berbeda dengan kaum laki-laki, tetapi hal itu tidak menunjukkan bahwa wanita lebih rendah derajat dan kedudukannya di mata Allah. Setiap muslimah seharusnya menyadari bahwa semua manusia itu berkedudukan sama di mata Allah. Hanya taqwa dan ilmu yang membedakan laki-laki dan wanita.

3.      Mata Air Ketiga : tentang PERAN
Peran istimewa dan perjuangan luar biasa
Buku ini juga mengingatkan kita akan peran istimewa seorang muslimah, diantaranya sebagai hamba Allah, sebagai istri dari suami, sebagai ibu dari anak-anak, sebagai anak dari kedua orang tua, dan sebagai salah satu anggota masyarakat. Pembahasan mengenai peran muslimah ada di bab “Bantulah Hamba Menjalankan  Tugas Sebagai Muslimah, Ibu, dan Istri” (halaman 55).

4.      Mata Air Keempat : tentang PENGINGAT
Pengingat kala kau alpa dan terlena

Buku ini dapat berfungsi sebagai pengingat. Salah satunya di bagian “Mengapa wanita menjadi mayoritas penghuni neraka?” (halaman 103). Selanjutnya, ada amalan-amalan yang dengannya kita berharap dapat meraih surga-Nya, disajikan dengan penjelasan lengkap.

5.      Mata Air Kelima : tentang PELIPUR LARA
Pelipur lara untuk hati dan jiwa yang luka
Bagi seorang wanita, kehadiran suami, anak dan keluarga mampu menjadi sumber utama kekuatan hidup (halaman 87). Jadi, terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah tidak hanya sekedar diimpikan, namun juga harus diperjuangkan.  Pelipur lara yang lain adalah doa dan dzikir, juga Al-Qur’an -yang tidak hanya dibaca namun juga harus direnungkan maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

6.      Mata Air Keenam : tentang PENOLONG
Penolong dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana
Sabar dan shalat adalah sebaik-baik penolong (QS. Al-Baqarah ayat 153).

7.      Mata Air Ketujuh : tentang PERJUMPAAN TERBAIK
Perjumpaan terbaik dengan Rabb tercinta
Hidup ini singkat, jangan sampai terlena dan lupa bahwa setelah kehidupan yang fana ini masih ada kehidupan akhirat yang kekal abadi. Buku ini juga mengajak kita bergegas untuk bertaubat dan mengharapkan ampunan-Nya setiap saat. Hingga cita tertinggi kita adalah sebuah akhir yang indah (husnul khatimah), membangun istana di surga, dan perjumpaan terbaik dengan Rabb tercinta.

Saya hampir tidak menemukan kekurangan dalam penulisan buku ini. Semuanya tersaji dengan bahasa sederhana, dekat sekali dengan keseharian muslimah, mudah dipahami, lengkap dengan dalil baik dari sumber Al-Qur’an maupun hadits. Di hampir setiap subbab ada bagian lembar kosong untuk diisi pembaca, ini menarik sekali

Tapi, alangkah lebih ‘eye catching’ kalau tidak melulu berisi tulisan, mungkin ada tambahan ilustrasi atau infografis khas muslimah, sehingga memudahkan dalam pemahaman.
Buku ini sangat saya rekomendasikan untukmu duhai Shalihah, yang ingin terus-menerus memperbaiki diri. Maka, jadilah sebaik-baik perhiasan dunia, hingga engkau menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga.



Tuesday, March 22, 2016

[Puisi] Koruptor Kelas Teri vs Koruptor Kelas Hiu

Tuesday, March 22, 2016 0 Comments

KORUPTOR KELAS TERI

Bocah kemarin sore dengan seragam putih-biru
Atau ABG berseragam putih abu-abu
Datang ke sekolah tak pernah tepat waktu
Bangun kesiangan jadi alasan tak bermutu
Kadang berhasil mengelabui guru
Bikin surat izin palsu
            Bocah kemarin sore dengan seragam putih-biru
            Atau ABG berseragam putih abu-abu
            Bilang ortu besok harus bayar buku
            Minta uang lima puluh ribu
            Padahal harga buku dua puluh ribu
            Uang kembalian masuk ke dalam saku
Bocah kemarin sore dengan seragam putih-biru
Atau ABG berseragam putih abu-abu
Ada ulangan hari Rabu
Tapi, kau andalkan teman-temanmu
Atau diam-diam nyontek buku
Halalkan segala cara ‘tuk dapatkan nilai semu
Karena kau tak jujur pada dirimu
            Bocah kemarin sore dengan seragam putih-biru
            Atau ABG berseragam putih abu-abu
            Kalianlah para koruptor kelas teri…
            Bibit korupsi yang bakal tumbuh dan mengganas di kemudian hari
            Sikap burukmu harus dibasmi!
            Untuk menyelamatkan masa depan negeri ini


KORUPTOR KELAS HIU

Harta jadi Tuhan
Jabatan jadi tujuan
Dukungan rakyat, kau manfaatkan
Amanah rakyat, kau campakkan
Suara rakyat, kau remehkan
Kepercayaan rakyat, kau hancurkan
            Jas berdasi nan elegan itu…
            Untuk menutupi kebusukan hatimu
            Senyuman yang terlukis di wajahmu itu…
            Untuk menutupi kelicikan dari mulutmu
Para koruptor kelas hiu!
Pemakan harta rakyat
Penjahat…
Penjilat…
Serigala berbulu domba
Mafia bangsa
Dengan wajah tanpa dosa
Padahal kaulah benalu yang merugikan rakyat dan negara
            Para koruptor kelas hiu!
            Kebusukan aksimu pasti terdeteksi
            Mentari hidupmu takkan secerah dulu lagi
            Karena kau harus masuk bui
            Rumahmu yang pantas adalah kamar sempit berjeruji besi
            Penyesalan tak ada gunanya lagi
            Dosa sudah terlalu menggunung tinggi
            Seharusnya kau dihukum mati, tak ada ampun lagi!


[Puisi] TIKUS BERDASI

Tuesday, March 22, 2016 0 Comments


TIKUS BERDASI

Hai, tikus berdasi!
Katanya, kau jadi penyalur aspirasi
Kau malah suka manfaatkan situasi
Agar rekening pribadi semakin gemuk dan berisi
Berlomba raih posisi
Padahal datang ke kantor hanya untuk absensi
Hai, tikus berdasi!
Katanya, mau membangun generasi berprestasi
Tak pernah kau sadari, rakyat begitu menderita demi sesuap nasi
Malah kau gencar lakukan konspirasi yang penuh kontradiksi
Hai, tikus berdasi!
Ah, semuanya sudah basi!
Malah bikin emosi…


 ::Keisya Avicenna::

Setting : saat mumet ngerjain naskah ensiklopedia ANTIKORUPSI, jadilah puisi ini. Hihihi

Baca juga : Koruptor

[Puisi] KORUPTOR

Tuesday, March 22, 2016 0 Comments

KORUPTOR

Hai, koruptor!
Hidupmu penuh tindakan kotor
Uang rakyat yang seharusnya kau setor
Malah kau belikan mobil dan motor
Hai, koruptor!
Mungkin syaraf otakmu sudah kendor
Kerjaanmu bukan rapat, tapi malah molor
Pernahkah kau memikirkan nasib kami?
Perut yang keroncongan atau atap rumah yang selalu bocor…
Hai, koruptor!
Lihatlah, kami hanya mampu pakai celana kolor
Sedangkan gaya hidupmu teramat glamor
            Hai, koruptor!
            Hukuman yang pantas untukmu…
            Dooor!!!
            : tembak mati dengan pelor

::Keisya Avicenna::
(Saat hunting referensi  untuk mengerjakan naskah ensiklopedia ANTIKORUPSI)

[Resensi Ayat-Ayat Cinta 2] : KEAGUNGAN CINTA DAN CITA-CITA MULIA DALAM SEBUAH KARYA SASTRA PEMBANGUN JIWA

Tuesday, March 22, 2016 0 Comments

KEAGUNGAN CINTA DAN CITA-CITA MULIA DALAM SEBUAH KARYA SASTRA PEMBANGUN JIWA

Judul         : Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis       : Habiburrahman El Shirazy
Editor        : Syahruddin El Fikri dan Triana Rahmawati
Penerbit      : Republika
ISBN        : 9786020822150
Tebal Buku   : vi + 690 hal; 13.5 x 20.5cm
Tahun Terbit : 2015
Harga        : Rp 95.000,00

Ayat-Ayat Cinta yang Melegenda
Sosok Fahri Abdullah, seorang pemuda berdarah Jawa yang menempuh kuliah di Mesir, sempat menggemparkan kancah perfilman Indonesia tahun 2008. Kehidupannya juga kisah cintanya yang unik, penuh cobaan namun dirangkai sangat manis. Ia adalah tokoh fiksi kreasi Habiburrahman El Shirazy, novelis produktif dengan label BEST SELLER di setiap karyanya. Novel beliau yang cukup ‘meledak di pasaran’ adalah AYAT-AYAT CINTA yang terbit tahun 2003, dengan Fahri sebagai tokoh utamanya. Novel ini kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film Ayat-Ayat Cinta kala itu mendapatkan sambutan yang luar biasa khususnya oleh masyarakat Indonesia, berisi kisah percintaan yang mengharu-biru, juga sarat nilai-nilai keislaman yang sangat mengena. Tentu saja, tetap ada perbedaan yang cukup mencolok antara film dan novelnya terutama dari segi cerita, penyajian dalam novel jauh lebih lengkap.
Novel Ayat-Ayat Cinta sekilas mengangkat kisah ‘poligami’ dan ending dari novel ini sangat manis meskipun berbalut kesedihan karena Maria (istri kedua Fahri) meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Maria meninggal dalam keadaan sudah memeluk agama Islam.
Hadirnya novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) membuat saya semakin jatuh cinta dengan novel-novel bergenre religi. AAC memberikan inspirasi dan bahkan menjadi trandsetter kemunculan novel-novel religi yang lain. AAC memang novel yang penuh berkah dan sarat akan cinta karena Kang Abik –panggilan akrab Habiburrahman El Shirazy-  menulis novel ini dengan cahaya cinta untuk MAHAR menyunting belahan jiwanya (Ibu Muyasaratun Sa’idah). So sweet, kan?

Ayat-Ayat Cinta 2
Dua belas tahun kemudian, Kang Abik melanjutkan kisah perjuangan dan kehidupan Fahri dan orang-orang di sekelilingnya.
Pada halaman pertama kita akan berjumpa dengan judul yang langsung membuat diri penasaran : “Bayang-bayang Maria, Puisi Aisha, dan Gesekan Biola Kiera”. Kalau Maria dan Aisha saya sudah tahu. Sedikit mengupas AAC 1, Aisha adalah gadis keturunan Jerman-Turki, yang kaya, pintar, juga cantik jelita. Akhirnya, Fahri pun menikah dengan Aisha meski kehidupan mereka penuh cobaan namun romantisme antara Fahri dan Aisha digambarkan dengan sangat istimewa. Sedangkan Maria,  tetangga Fahri, gadis penganut Kristen Koptik, namun hafal beberapa surat dalam Al-Qur’an. Maria, yang ternyata sangat mencintai Fahri dan berharap bisa menikah dengannya, namun rasa itu hanya ia pendam dalam hati. Lalu, siapa Kiera? Saya pun semakin penasaran kelanjutan kisah kehidupan Fahri dan Aisha, juga orang-orang yang ada di sekitarnya.

Lika-Liku Kehidupan Fahri
Cerita dibuka dengan latar kota Edinburgh, sebuah kota di Skotlandia. Fahri dikisahkan sedang menempuh jenjang post-doc di University of Edinburgh, Skotlandia. Setting kota Edinburgh digambarkan sangat detail. Bangunan-bangunan kuno, terkesan klasik, tertata rapi dan megah, menjadi visualisasi yang indah untuk membuka cerita. Fahri sekarang tinggal di kawasan rumah mewah Stoneyhill Grove di Edinburgh. Pernikahannya dengan Aisha banyak mengubah kehidupannya. Selain menjadi dosen pengganti di University of Edinburgh, Fahri juga menjalankan beberapa bisnis, seperti butik, restoran, supermarket, yang ia kelola bersama Ozon, sepupunya Aisha.
Di bagian pertama ini, Kang Abik sudah menyuguhkan menu yang unik tentang sebuah prinsip dalam menjalankan amanah. Adegan saat Fahri menjadi dosen pengganti Prof. Charlotte untuk sementara waktu. Kala itu, Fahri mengeluarkan mahasiswa dari kelas kemudian menyuruhnya masuk kembali. Lalu, saat di akhir kelas, Juu Suh –mahasiswa itu- melontarkan sebuah pertanyaan untuk Fahri, “…kenapa  orang muslim suka bom bunuh diri?” Dan Fahri menjawabnya dengan analogi yang sangat mudah dimengerti. Saya pun ikut manggut-manggut sendiri. Baru bagian awal saja sudah dapat ilmu super keren. Saya pun semakin bersemangat membuka lembar-lembar berikutnya.
Kening saya mulai berkerut saat Fahri menampakkan sosok melankolisnya.
Dan setiap kali merampungkan Surah Maryam, lalu membaca basmalah dan memulai Surah Thaha, pasti tangisnya pecah tak tertahan. Itu surah yang menggetarkan seorang Umar bin Khattab yang masih jahiliyah sehingga akhirnya masuk Islam. Itu juga surah yang dibaca Maryam menjelang ia wafat. (halaman 17)
Saya benar-benar penasaran, ketika sampai di bagian ini…
Fahri lalu mengirim doa untuk Maria. Kemudian terisak-isak mengingat Aisha. Apakah Aisha telah menyusul Maria? (halaman 17)
Hah, di mana Aisha? Saya pikir, Kang Abik akan mengawali novel setebal 690 halaman ini dengan kehidupan rumah tangga Fahri dan Aisha yang sangat romantis dan harmonis. Mereka sudah punya anak-anak yang sangat lucu, cerdas, dan menggemaskan. Dugaan saya salah! Setelah lembar itu, semangat saya semakin meluap-luap untuk segera menemukan jawaban di mana Aisha?
Fahri hanya hidup berdua dengan asisten rumah tangga sekaligus sopir pribadinya yang bernama Paman Hulusi. Lelaki setengah baya yang selalu memanggil Fahri dengan sebutan ‘Hoca’. Sebuah panggilan yang digunakan orang Turki untuk guru dan ulama yang dimuliakan.
Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha  pencarian istri yang sangat dicintainya itu. Ia pun memutuskan untuk pindah ke Edinburgh karena merupakan kota yang sangat dicintai Aisha yang terletak di dataran Inggris.
Aisha menghilang seperti ditelan bumi. Aisha dan sahabatnya yang bernama Alicia –seorang jurnalis- pergi ke Palestina pada tanggal 2 November 2007. Mereka ingin melihat dan merasakan secara langsung bagaimana kondisi di Palestina. Namun, setelah tanggal 4 November Aisha hilang dan tanggal 29 Januari 2008 jasad Alicia ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan karena kekejaman Israel (halaman 118-119). Keluarga Aisha pun mengganggap Aisha sudah meninggal. Mereka beranggapan mungkin nasib Aisha tidak jauh berbeda dengan Alicia. Tapi, Fahri sangat yakin kalau Aisha masih hidup, karean itu ia sangat rajin bersedekah dan membantu orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan. Meskipun terkadang Fahri masih menangis saat mengingat kenangan-kenangannya bersama Aisha. Untuk menghilangkan rasa sedih dan nelangsanya itu, Fahri menyibukkan diri dengan pekerjaan, penelitian, mengajar, dan bisnis yang dulu dikelola bersama Aisha.

Seni Hidup Bertetangga dan Kedermawanan Fahri
Kehidupan Fahri di Edinburg sebagai seorang muslim pun penuh dengan ujian. Ada beberapa tetangga yang tidak menyukainya. Keira dan Jason, kakak beradik yang begitu membenci Islam. Mengapa Keira dan Jason sangat membenci Fahri? Teror dan perbuatan seperti apa yang mereka lakukan? Lalu, bagaimana cara Fahri membuktikan bahwa muslim itu baik dan Islam itu bukan teroris seperti yang mereka anggap selama ini? Selain Keira dan Jason, Fahri juga bertetangga dengan Nenek Catarina –seorang Yahudi- yang hidup sebatang kara dan ditinggal pergi oleh anak tirinya (Baruch) yang bertugas sebagai tentara Israel. Awalnya, Nenek Catarina juga membenci Fahri yang seorang muslim karena itu yang diajarkan oleh agamanya. Fahri adalah salah satu Amalek yang harus dibenci. Namun, pada akhirnya ia pun tak luput dari pertolongan Fahri. Bagaimanakah cara Fahri menyampaikan ‘Islam yang sebenarnya’ pada tetangganya itu?
Fahri juga berbuat baik pada tetangga yang lain, namanya Brenda. Dikisahkan saat Fahri menolong Brenda yang hilang kesadaran karena mabuk berat. Brenda dijatuhkan begitu saja oleh sopir taksi di depan rumahnya. Lalu, Paman Hulusi dan Fahri memindahkan Brenda dengan menyelimutinya agar tidak bersentuhan fisik, lalu memindahkan Brenda di beranda rumahnya sebelum hujan deras.
Selain itu, Fahri juga berbaik hati kepada sahabatnya ketika di Mesir dulu yang bernama Misbah. Fahri akan memberikan beasiswa pada Misbah untuk menyelesaikan kuliahnya sampai mendapatkan gelar Ph.D Ekonomi.
Kedermawanan Fahri tidak hanya itu saja, ia menampung seorang wanita tunawisma yang pingsan. Wanita berhijab dan berwajah rusak itu sempat mendapatkan perhatian publik karena pernah masuk surat kabar karena mengemis di pelataran masjid sehingga mencoreng nama baik Islam. Sebagai seorang muslim, Fahri merasa punya kewajiban untuk menolong wanita tersebut. Fahri membawa wanita itu ke rumah sakit, dirawat hingga sembuh dan ia bawa pulang untuk membantu Paman Hulusi mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Wanita itu bernama Sabina.

Cinta di Sekeliling Fahri
Dalam sekuel kedua novel Ayat-Ayat Cinta ini, diceritakan Fahri adalah sosok yang sukses baik dalam karir maupun bisnisnya. Namun tidak selaras dengan kehidupan rumah tangganya. Fahri masih mengharapkan Aisha hadir kembali dalam kehidupannya. Itu pula yang menyebabkan ia belum mau menikah, meskipun sudah didesak oleh keluarga Aisha untuk mencari pengganti Aisha. Kehadiran Sabina entah kenapa selalu mengingatkan Fahri pada sosok Aisha. Siapakah Sabina sebenarnya? Gadis buruk rupa dan memiliki suara serak itu mengapa banyak kemiripan dengan Aisha? Lalu, bagaimana cara Fahri mengatasi kesendiriannya? Apakah Fahri akan memilih Heba, seorang muslimah yang ayahnya sudah ia kenal baik di Edinburgh atau menerima tawaran Syaikh Utsman untuk menikah dengan cucunya yang bernama Yasmin? Ataukah Fahri akan menikah dengan Hulya, keponakan Aisha  yang juga menyukai Fahri? Apakah Fahri akan menikah lagi? Ataukah tetap menunggu Aisha? Lantas, apakah Kang Abik akan kembali mengusung tema poligami dalam novel ini? Daripada penasaran, segera miliki saja buku ini dan temukan jawabannya!
[*]
Novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini sangat mengaduk-aduk emosi saya. Kang Abik sangat berhasil membuat saya –sebagai pembacanya- terlarut dalam setiap kejadian yang dialami tokohnya. Ada beberapa alasan yang membuat saya merekomendasikan novel ini untuk para pembaca yang rindu novel-novel religi berkualitas :
v  Tema
Tema bernafaskan Islam mampu dikemas Kang Abik dengan sangat luar biasa. Saya mendapatkan banyak ilmu baru baik dari narasi maupun saat percakapan antar tokoh. Ada beberapa dialog Fahri yang mampu menunjukkan kalau Islam bukanlah teroris, tapi Islam itu agama yang dirahmati Allah, penuh cinta dan kasih sayang, serta memiliki rasa toleransi yang tinggi. Jika ada kejadian teror ataupun bom bunuh diri itu adalah tindakan dari orang-orang atau oknum yang tidak bertanggung jawab.
Fahri, selain dihadapkan dengan permasalahan pribadinya sendiri, tantangan juga datang dari luar. Isu ISLAMOPHOBIA dan PALESTINA diangkat ke forum perdebatan ilmiah. Debat pertama berlangsung di auditorium tempat Fahri mengajar. Fahri mematahkan anggapan orang-orang Yahudi fanatik yang menganggap seorang Muslim sebagai amalek (orang-orang bodoh yang seperti keledai. Penjelasan Fahri sangat mencengangkan dan sangat gamblang (halaman 437-438). Keren sekali! Debat kedua berlangsung dalam skala yang lebih luas dengan menghadirkan dua orang pembicara dari kalangan akademisi. Pembicara pertama menyampaikan pendapatnya bahwa semua agama adalah sama, sementara pembicara kedua mengemukakan pendapatnya tentang atheis. Dan Fahri pun tampil dengan mematahkan kedua pendapat itu dengan penjelasannya tentang Islam (halaman 574).

v  Setting/Latar Cerita
Kang Abik begitu detail menggambarkan setiap lokasi sehingga menciptakan semacam sensasi yang menyenangkan, seolah pembaca turut menjejakkan kaki di tempat tersebut. Fantastis! Jadi pengin ke Skotlandia suatu hari nanti… Aamiin.

v  Karakter Tokoh
Budi baik Fahri menjadi sebaik-baik contoh bagaimana seharusnya sikap dan perilaku seorang muslim. Apalagi saat ini dunia Barat digoncang oleh virus ‘Islamophobia’. Di dalam novel ini Fahri benar-benar membuktikan bahwa agama yang dianutnya (Islam) adalah rahmat bagi seluruh alam, yang dibuktikan lewat segala kebaikan Fahri pada tetangganya. Kecintaan Fahri pada Allah dan Rasulnya tercermin dari kegiatan sehari-harinya. Ia masih tetap menjalankan tilawah dan muroja'ah Al-Qur’an sebagai dzikir tiap harinya.
Tokoh yang lain seperti Paman Hulusi, Keira, Johan, dan yang lain, menunjukkan kelihaian sang penulis menghidupkan karakter-karakter tokoh tersebut.

v  Plot
Dalam sebuah novel, plot merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Plot mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berkaitan satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, serta bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu. Dalam buku “How to Analyze Fiction”, Kenny mengemukakan kaidah-kaidah plot yang meliputi plausibility (logis, dapat dipercaya); suspense (ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca); surprise (kejutan); dan unity (keterpaduan). Dalam AAC 2 ini Kang Abik mengemas plot dengan sangat jenius. Jalan cerita sangat logis bahkan ada beberapa yang sesuai dengan fenomena masa kini, ritme suspense-nya sangat terasa sejak awal saya membuka lembar pertama, banyak kejutan-kejutan dan twist-twist yang istimewa, dan semua unsur pendukung cerita mulai dari tema, latar, konflik, peristiwa, klimaks, penokohan semuanya melebur menjadi keterpaduan yang manis.

v  Amanat Cerita
Karya Kang Abik ini jauh lebih berani, berani mengangkat isu-isu lokal dan global. Novel ini juga syarat makna, dan banyak memberika pelajaran dan solusi mengenai berbagai masalah mulai dari bab fiqh hingga sosial. Banyak hikmah dan pelajaran yang bertebaran di novel ini. Lewat Fahri, kita belajar seimbang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Lewat Aisha, sebagai muslimah, saya belajar menjadi pribadi yang tangguh dan tegar. Semua tokoh dalam setiap adegannya memberikan pelajaran tersendiri, baik secara tersirat maupun tersurat. AAC 2 ini memberikan banyak nasihat tanpa menggurui pembaca. Referensi-referensi yang diambil Kang Abik dari berbagai kitab juga menambah kayanya ilmu dalam novel ini. Selain itu banyak quote bertebaran :
“Menasihati orang lain itu mudah, tetapi mengamalkan pada diri sendiri tidak mudah.” (halaman 401)
“Islam mengajarkan kita untuk bersikap adil dan baik kepada siapa saja, apalagi tetangga.” (halaman 668)
Quote yang paling bikin sedih :
"… Dan kelak di akhirat nanti, jika engkau, juga ayah dan ibu, sudah masuk surga lalu kalian tidak menemukan aku, maka carilah aku. Carilah aku ke neraka, aku khawatir sekali kalau terpeleset ke sana. Lalu mintalah kepada Allah agar memasukkan aku ke dalam surga. Kalian jadilah saksi bahwa aku pernah shalat bersama kalian, pernah membaca Al-Qur'an, dan pernah menyebut nama Allah bersama kalian." (halaman 660)

v  Point of View (Sudut Pandang)
Ada yang cukup unik di novel AAC 2 ini. Jika di novel AAC 1 Kang Abik menggunakan sudut pandang orang pertama (“Aku”), di AAC 2 ini Kang Abik tidak menggunakan tokoh “Aku” sebagai sudut pandangnya, melainkan sudut pandang orang ketiga. Makin penasaran, kan? Hmm, kereeen pokoknya!

v  Cover
Covernya sangat cantik dan memikat, ada kitab yang terbuka dan setangkai bunga mawar di atasnya. Sangat menarik!

Dari semua kelebihan itu, tetap saja “TAK ADA KARYA YANG TAK RETAK”. Saya masih menjumpai beberapa kesalahan dan kekurangan dalam novel AAC 2.
*      Banyak typo, mungkin karena novel ini terlampau tebal jadi ada beberapa bagian yang luput dari sang editor, seperti sapaan ‘mas’, yang seharusnya ditulis menggunakan awalan huruf kapital ‘Mas’.
“Benar, mas. Dan terpaksa, saya kayaknya akan pulang tanpa membawa gelar Ph.D Ekonomi Islam di UK. Mau bagaimana lagi? Saya ini diktiers, mas.” (halaman 73)
*      Tidak konsisten dalam panggilan atau sapaan. Ada bagian dimana Sabina memanggil Fahri dengan sebutan Tuan Fahri (halaman 229), namun pada halaman 398, Sabina memanggil Fahri dengan sebutan Hoca, pada bagian akhir, Sabina kembali memanggil Fahri dengan Tuan Fahri.
*      Ending cerita mudah ditebak, karena clue-clue yang diberikan cukup kelihatan. Tapi, memang ada twist-twist yang tidak terduga. Hal ini yang membuat pembaca ketagihan untuk terus melanjutkan sampai ending.
*      Setting atau latar tempat yang ditampilkan dengan sangat detail sebaiknya juga dilengkapi dengan peta lokasi atau foto latar tempatnya seperti novel Negeri 5 Menara, jadi pembaca ada gambaran yang lebih jelas.
*      Novel ini teramat sangat tebal. Hehehe. Kadang merasa tidak nyaman saat membacanya.

Terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, akhirnya, novel ini membuat saya semakin bersyukur menjadi seorang Muslim. Novel ini layaknya sebuah pengingat bagi saya, tertampar dengan pertanyaan untuk diri sendiri, “sudahkah saya berperilaku baik pada tetangga-tetangga saya?”. Novel ini juga menjadi motivasi untuk terus berjuang menjadi seorang muslim sejati, yang tidak menutupi cahaya keindahan Islam. Saya sangat kagum dnegan penuturan Kang Abik dalam novel ini. Banyak romantisme, perjuangan, dan konflik juga pelajaran sarat hikmah yang disajikan begitu luar biasa di dalam Ayat-Ayat Cinta 2. Barokallahu fiik Kang Abik…

Kabar baiknya, novel Ayat-Ayat Cinta 2 akan difilmkan. Karena itu, segera baca novelnya dan rengkuh sebanyak-banyaknya hikmah yang tersaji di dalamnya. Saya sudah membuktikan, novel ini adalah novel pembangun jiwa. Sekarang, giliran Anda!