Jejak Karya

Jejak Karya

Friday, July 10, 2020

10 KULINER KHAS WONOGIRI, MESKI NDESO TAPI NAGIH 'n NGANGENIN

Friday, July 10, 2020 2 Comments



Sudah hampir 5 bulan aku tidak pulang ke kampung halaman, tentu saja rindu ini sangat menghebat. Wonogiri, kota kelahiranku. Kota yang menyimpan banyak kenangan istimewa juga kisah-kisah seru penuh cinta.

Tidak hanya rindu pada kakak jangkung kesayangan plus pakde kesayangannya Dzaky, yakni Pakde Doy, juga kangen jalan-jalan di car free day dan nongki-nongki di alun-alun Kota Wonogiri bersama Pakde Doy dan Bude Wid. Tapi, rindu ini pun menghebat pada kuliner Wonogiri. Makanan dan camilan khas Wonogiri ini  menambah kekayaan kuliner Indonesiayang meskipun dari “ndeso” tapi dijamin nagih dan ngangenin.


Kaki berdarah tertusuk duri
Terasa sakit luar biasa
Kalau kamu ke Wonogiri
Kuliner ini wajib dicoba



10 Kuliner Wonogiri

Pindang Ceprot “Mbah Sinem Ngadirojo”
Kalau di Semarang, Pindang itu sejenis ikan yang biasanya kemasan jualannya diletakkan di besek. Tapi, kalau di Wonogiri, pindang itu terbuat dari tepung gaplek, ada campuran kikil, jeroan, dan daging kambing. Apalagi kalau dimakan dengan nasi hangat plus sambil bawang huh-hah. Dijamin terus-terusan nambah. Makanan ini sering disebut dengan pindang ceprot. Meskipun di Pasar Pokoh yang lokasinya lumayan dekat dengan rumah ada yang jual, tapi sejak dulu favorit keluargaku itu pindang ceprotnya Mbah Sinem yang lokasi rumahnya di Ngadirojo. Meski jauh, tapi kami rela ke rumah beliau untuk menikmati cita rasa pindang ceprot yang gurih dan manis, pokoknya lumer banget di lidah. Pindang ini dibungkus dengan daun jati. Cita rasa dagingnya juga nampol abis. Kabar baiknya, kata Pakde Doy, sekarang sudah banyak yang jadi “reseller” pindang ceprotnya Mbah Sinem di kawasan kelurahan kami. Asyiiiik… bisa lebih gampang dan praktis untuk dapat menikmati salah satu kuliner favoritku ini.

Mbah Sinem dengan pindang kambing ceprotnya.
Alhamdulillah, usaha kuliner ini juga dibantu anaknya, jadi turun-temurun.

Masya Allah, kangen banget makan ini.
Sumber foto: IG @kulinerwonogiri

Bakmi Sambal dan Gethuk “Mbokde Warni”
Ini salah satu produk yang cukup melegenda. Masih satu RT denganku. Bakmi yang dijual bukanlah mie telor atau bakmi biasa tapi “mie pentil” yang ukurannya besar dan panjang seperti karet pentil (karet yang biasanya dipakai untuk bahan bikin ketapel itu lho). Biasanya dijual lengkap dengan sayur dan sambal kacang yang pedasnya bikin lidah membara. Sambal kacangnya diuleg atau ditumbuh secara manual, tidak diblender. Jadi, rasanya masih natural. Hihi. Pokoknya, lebih endes deh daripada sambal kacang blenderan. Selain, bakmi sambel, jajanan favoritku di Mbokde Warni yaitu gethuk. Gethuk ini masih dibuat dengan peralatan tradisional, ditumbuk dengan alu dan lumpang besar. Aku sudah pernah lihat proses pembuatannya. Oh ya, rasa gethuknya manis, gula merahnya khas terasa.

Mie pentil tanpa sambal kacang. Kalau Titi Ya menyebutnya "mie intip"

Geti Wijen dan Ampyang Kacang  “Bu Parti”
Geti wijen ini terbuat dari campuran wijen, gula jawa, dan jahe. Setiap mudik Wonogiri, aku selalu minta tolong Pakde Doy untuk memesankan geti wijen dan ampyang buatannya Bu Parti karena kualitas rasa dan pemilihan bahan tidak perlu diragukan lagi. Apalagi Bu Parti adalah ibu dari sahabat karibnya Pakde Doy sejak SD hingga sekarang. Geti wijen yang rasanya manis, gurih, dan menghangatkan ini selalu jadi oleh-oleh favorit yang aku bawa kembali ke Semarang, termasuk ampyang kacang yang renyah dan legit di lidah. Aiiih, #autongiler mbayangin makan dua camilan manis ini.

Geti Wijen Bu Parti


Ampyang kacang


Mete Wonogiri
Mere adalah salah satu camilam terkenal di Wonogiri. Mete dengan kualitas super, utuh bukan tempelan, tidak penguk, kriuk banget, dan rasanya super endolita. Hingga kini, aku dan Mbak Thicko masih jadi reseller mete super Wonogiri. Omset kemarin saat Ramadan saja tembus lebih dari 40 juta. Sampai sekarang pun masih banyak yang order. Tangan ini selalu gatel untuk ambil lagi dan lagi kalau sudah mangku toples isinya mete. Penasaran sama rasanya? Bisa kok kepoin instagram @metesupertwin.


Bisa langung order ke no di atas. Dijamin gak kaleng-kaleng. Banyak yang sudah membuktikannya!

Cabuk
Warnanya hitam legam. Sekilas penampakan luar kemasannya seperti pepes karena dibungkus daun pisang, tapi ukurannya lebih kecil. Cabuk merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ampas pembuatan minyak wijen. Warna hitamnya terbuat dari merang padi yang dibakar. Selanjutnya, diolah bersama campuran gula jawa, kemangi, cabe rawit, bawang putih, dan garam.  Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Cabuk sangat nikmat jika dinikmati bersama nasi hangat lengkap dengan trancam atau gudangan. Cabuk merupakan salah satu makanan kesukaan almarhum Ahha Wok. Dulu, waktu Ahha masih ada kami suka membeli cabuk di depan Toko Erlangga.

Pepes hitamnya Wonogiri eh bukan ding, Cabuk namanya.

Sego Bancakan “Mbak Vera”
Kuliner ini cukup ngehit di wilayah Wonogiri, Sukoharjo, Solo, dan sekitarnya. Menu ini juga dapat dijumpai di angkringan. Sego atau nasi bancakan ini dibungkus dengan daun jati. Isinya nasi putih dengan lauk telur rebus, mie bihun goreng, tolo, gudangan, tempe-tahu bacem, oseng lombok ijo, juga cabuk. Uwenak tenaaan. Menu nasi bancakan ini juga salah satu favoritnya Ahha Wok dan kami sekeluarga. Kami sering beli di warungnya Mbak Vera. Menu ini tergolong menu khas desa alias ndeso. Sego bancakan Wonogiri ini dijamin murah meriah isinya berlimpah ruah dan endolita di lidah.

Sego bancakan Wonogiri

Sate Ayam Ponorogo “Pak Kabul”
Sate ayam legendaris ini asli Ponorogo tapi sangat ngehit di Wonogiri dan sudah ada sejak aku kecil. Rasanya paling juara di antara semua sate ayam yang ada di Wonogiri. Di Semarang pun, aku belum bisa menemukan yang rasanya bisa seenak sate ayam ponorogonya Pak Kabul. Tak heran, jika para pelanggan harus rela antri panjang saat membeli sate ayam ini. Lokasinya di dekat SD Negeri 6 Wonogiri.


Uwenak tenaaan.
Sumber foto: tripjalanjalan.com
Lontong Opor “Mbah Beth”
Warung makan Mbah Beth terletak persis di depan Stasiun Wonogiri. Menu favoritku adalah lontong opor. Inilah lontong opor paling juara yang pernah aku rasakan. Habis sarapan lontong opor, bisa lho lanjut berwisata ke Solo naik kereta api wisata Bathara Kresna. Semoga pandemi segera berakhir dan kereta api ini bisa beroperasi lagi dan kita bisa jelong-jelong lagi, deh!

Lontong Opor Mbah Beth

Es Campur Mutiara Sari Petodjo
Es campur paling uwenak dan suegeeer yang sangat pas menghilangkan dahaga di kerongkongan. Dengan isian utama degan yang diberi sirup dan mutiara, plus ditambah es, hmm… slruuup… perpaduan yang mak nyuz banget. Lokasinya di ruko samping Toserba Luwes. Harganya juga ramah di kantong. Pokoknya, kamu wajib coba!

Tahu Kupat Wonogiri
Tahu kupat ini favoritku sejak dulu. Bisa request level kepedasannya, uniknya bisa )disajikan dengan bakso raksasa (sesuai permintaan pelanggan). Pokoknya nyammy banget, deh. Sulit ah terampau sulit diuraikan kelezatannya dengan kata-kata. Kuahnya yang pedas dan gurih bikin kemecer. Taburan kacang tanah yang kriuk-kriuk, juga kupatnya yang maregi. Lokasi warungnya di jalan depan Luwes Wonogiri.



Ah, ini baru 10 jenis makanan dan camilan yang aku tulis, masih banyak yang lainnya.  Ada tempe benguk, jangan lombok ijo, emping khas Wonogiri, sego thiwul, dan banyak lagi.
Sumpah, jadi makin rindu pulang.
Kangeeeeeeeeen…

Kota Sukses itu Wonogiri
Pak Joko nama bupatinya
Sungguh menghebat rindu ini
Semoga Corona segera sirna






Monday, July 06, 2020

CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR

Monday, July 06, 2020 1 Comments





Inilah misi hidupku: 
Mulia karena taqwa, bercahaya dalam karya, menginspirasi dengan prestasi!

Bidang yang ingin aku tekuni: pendidikan ibu dan anak (dunia parenting); keterampilan menulis (momwriter); istana kreatif DNA.

Peran yang ingin aku lakukan dalam menjalani hidup ini: motivator, inspirator, dan trainer kepenulisan.

ð Menjadi seorang "CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR"

CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR

Inilah formula dari segenap peran yang ingin aku lakukan sebagai upaya menjadi khalifah di muka bumi ini. Semuanya berawal saat aku menulis lalu menerbitkan buku motivasi kemuslimahan yang berjudul BEAUTY JANNATY pada September 2013. Setelah buku itu  terbit dan beredar di seluruh toko buku di Indonesia, aku seperti “kebanjiran amanah”. Aku sering mendapatkan undangan untuk bedah buku, mengisi seminar kemuslimahan, talkshow, bahkan workshop menulis. Dengan peserta mulai usia remaja sampai dewasa. Aku juga sering ke luar kota, kadang ditemani suami namun kadang berangkat sendiri jika suami ada jadwal pekerjaan di waktu yang sama. Semuanya sangat aku nikmati. Bismillah, senantiasa aku niatkan semua karena mengharap ridho Allah, semoga lelahku jadi lillah. Menjadi sebuah kesyukuran tersendiri saat apa yang aku sampaikan mendapatkan respon yang positif. Bahkan ada beberapa muslimah yang bercerita kalau ia memutuskan untuk berhijab dan semakin dikuatkan keinginannya untuk menyempurnakan hijab setelah membaca buku Beauty Jannaty. Masya Allah. Semuanya atas izin Allah.


Alhamdulillah, “kesibukan” ini berlangsung hingga 2016. Saat aku hamil, aku mulai mengurangi aktivitas “moving”-ku karena ini kehamilan yang sudah kutunggu-tunggu setelah 44 bulan lamanya. Suami juga berpesan demikian, istrinya ini diminta “anteng sejenak” di rumah selama hamil. Alhamdulillah, sambil menikmati serunya jadi bumil, aku mendapatkan amanah untuk menulis buku ensiklopedia. Semua proyek menulis ensiklopedia ini aku kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai timeline. Kegiatan belajar dan mengajar di DNA Writing Club juga masih berjalan tiap sore. Hingga suami menyarankan kepadaku untuk mulai melakukan rekriutmen mentor karena ia melihat aku cukup kewalahan, anak-anak yang belajar menulis di DNA semakin banyak. Akhirnya, aku mulai merekrut mentor. Mentor yang membantu mengajar di kelas reguler juga mentor yang membantuku saat mengadakan kegiatan DNA Writing Holiday saat liburan.

Alhamdulillah, setelah melahirkan aku berjuang untuk beradaptasi menjadi ibu baru. Aku nikmati dan aku syukuri semuanya. DNA sudah bisa di-handle kakak-kakak mentor, aku bisa fokus di 3 bulan pertamanya Dzaky plus dibantu Titi Ya. Masya Allah, kenikmatan yang tiada terkira. Permasalahan terkadang justru datang dari diri sendiri. Saat diri merasa jenuh dengan rutinitas harian, kangen bisa kopdaran dengan teman-teman penulis dan blogger (karena kadang kalau kopdar blogger ada syarat tidak boleh membawa anak); kangen mbolang kemana-mana, tapi tidak memungkinkan karena Dzaky masih bayi mungil. Ibu juga kurang setuju kalau Dzaky diajak pergi-pergi karena Dzaky cucu pertama. Hehe. Kalau jenuh mulai melanda, yang sering aku lakukan adalah banyak-banyak istighfar dan curhat ke suami sampai hati benar-benar merasa nyaman.

Program ke depan sebagai upaya terus belajar menjadi CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR adalah:

Sebagai Individu
Belajar ilmu agama
Belajar ilmu tajwid (untuk memperbaiki bacaan al-qur’an dan hafalan)
Belajar ilmu dan keterampilan kepenulisan untuk anak dan remaja
Belajar ilmu komunikasi yang efektif dan positif.
Belajar ilmu merawat kecantikan diri (secara lahir dan batin).
Belajar ilmu bisnis/entrepreneur untuk mengembangkan usaha di DNA.
Belajar ilmu manajemen rumah (menjadikan “rumahku kantorku” dan “rumahku inspirasiku”)

Karya yang ingin dihasilkan:
üBuku motivasi untuk muslimah remaja.
ü Buku pictorial book Islami untuk anak usia dini.
ü Buku kumpulan cerita anak Islami untuk anak usia 7-10 tahun.
ü Buku memoar tentang inspirasi kehidupan.
ü Buku puisi.

Sebagai Istri
Belajar ilmu dan keterampilan domestik rumah tangga
Belajar ilmu memasak menu sederhana namun sehat dan bergizi untuk keluarga
Belajar ilmu manajemen keuangan keluarga (sakinah financial)
Belajar ilmu kehumasan (cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan prinsip ‘berbaur namun tidak melebur’, ‘mewarnai namun tidak terwarnai’)
Belajar ilmu kesehatan keluarga (keterampilan menjadi dokter keluarga)
Belajar ilmu manajemen konflik

Sebagai Ibu
Belajar ilmu Parenting Nabawiyah.
Belajar ilmu tentang kehamilan, melahirkan, dan perawatan bayi (persiapan anak kedua ^_^).
Belajar ilmu tumbuh kembang anak sesuai dengan fitrahnya.
Belajar ilmu tentang kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual seorang ibu.
Belajar membuat kurikulum “home education” untuk Dzaky.

Tiada tempat berserah diri terbaik selain kepada-Mu, Ya Rabb.
Inilah sebagian dari proposal hidupku.

#TugasMulia4
#SekolahMuslimah
#PejuangLiterasi




Monday, June 29, 2020

HIJAB, MAHKOTA SURGA TERINDAH

Monday, June 29, 2020 0 Comments




Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan
lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantis yang tak ingin dilupakan…

Serpihan Kenangan Masa Silam
Juli 2003. Tak terasa sudah 17 tahun lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otakku. Saat ini, aku seperti memutar kembali sebuah rekaman skenario kehidupan yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, aku adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik menikmati masa putih abu-abu. Juli 2003, aku naik kelas 2 SMA. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Aku berangkat pagi ke sekolah, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Aku memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang.
“Ifang, ayo kita ke bawah! Aku pengin lihat MOS anak-anak kelas satu,” ajakku pada Ifang.
Sebelum bel masuk berbunyi, aku dan Ifang serta beberapa teman yang lain ke lapangan upacara. Kami ingin melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para senior yang kebanyakan dari pengurus OSIS. Aku menyaksikan MOS tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung. Peraturan senior masih sama: “Pertama, senior selalu benar. Kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan pertama!” Hah, peraturan macam apa ini? Tiba-tiba…
 Dejavu! Aku mengalami suatu hal yang membuat diriku seolah kembali ke masa MOS satu tahun silam. Setahun lalu, aku memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat MOS. Ketika melihat MOS adik kelas, aku merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya, mungkin ini yang disebut trauma. Trauma MOS! Mendadak kepalaku pusing bukan main. Aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua hal yang seharusnya aku nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telingaku berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang aku alami satu tahun silam. Ketika di rumah pun, aku mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan.
Pada akhirnya, aku ambruk. Aku mengalami sebuah guncangan psikologis yang cukup hebat. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otakku. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa, terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluargaku. Waktu itu, rumahku tengah direnovasi. Tapi, karena aku harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan dialihkan untuk biaya pengobatanku. Biaya rumah sakit, biaya obat, biaya terapi, semuanya tidak murah. Puncak cobaan terberat itu adalah saat tim dokter memutuskan bahwa aku harus cuti sekolah selama satu tahun. Saat itu menjadi saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupku. Tapi keberadaan keluarga mampu membuatku belajar untuk bisa kuat dan tegar. Karena Allah SWT pasti sudah menyiapkan  hikmah di balik setiap peristiwa.


Al waqtu juz’un minal ‘ilaj: “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan.
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari, bulan demi bulan pun berganti. Tak terasa, sudah memasuki tahun ajaran baru. Alhamdulilah, aku sudah sembuh total. Aku sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 akan kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, aku sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat Tahajud. Allah SWT benar-benar menunjukkan kebesaran-Nya kala itu.
Ada sebuah azzam di hatiku. Ketika naik kelas tiga nanti aku mampu membuktikan dengan berprestasi masuk peringkat tiga besar -yang itu artinya aku sudah benar-benar sembuh dari sakit-, aku akan mengenakan jilbab. Sebuah azzam untuk merealisasikan gambaran peristiwa unik dalam mimpiku malam itu. Aku tersenyum damai saat mengenakan mahkota bercahaya, mahkota yang akan menjaga hati, jiwa, dan ragaku. Begitulah mimpiku.
Aku menjalani masa-masa kelas 2 SMA dengan sangat menyenangkan dan berprestasi gemilang. Aku pun mulai dikenalkan oleh sahabat-sahabatku dengan organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) dan aku pun mulai aktif di mentoring. Aku selalu tersenyum saat mengenang masa jahiliyah-ku dulu ketika kelas 1 SMA. Gaulnya dengan anak-anak basket dan pernah memprakarsai aksi membolos satu kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.
Awal-awal berhijab

Perjuangan Hijab Cintaku
18 Juli 2005
“Dee, hari ini adalah hari baru bagiku. Keinginanku untuk berhijrah dan berhijab akhirnya terealisasikan. Ya Allah, istiqomahkan aku untuk selalu berada di jalan-Mu. Semoga ini menjadi salah satu ikhtiarku untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya Allah, sujud syukur atas segala hal terindah yang telah Engkau berikan dalam hidupku…” [Catatan harianku]
Hari ini MOS hari pertama. Hari pertama pula aku menjadi siswa kelas 3 SMA. Pukul 5 pagi aku diantar Ayah ke kost Gestin, sahabat dekatku. Mereka berangkat bersama ke sekolah. Hari ini aku mendapatkan amanah menjadi panitia MOS. Subhanallah, dulu aku pernah sakit akibat trauma MOS dan sekarang harus mengemban amanah menjadi senior MOS. Skenario Allah SWT yang sangat luar biasa!
Ketika bertemu para panitia MOS, mereka langsung mengucapkan selamat dan mendoakanku semoga senantiasa istiqomah.
Aku sempat merasa terkejut ketika ada SMS masuk, ternyata dari seorang ikhwan yang menjabat sebagai Wakil Ketua ROHIS SMA sekaligus Ketua II OSIS. Ardi namanya. SMS itu berbunyi: “Alhamdulillah, Subhanallah…Allahu Akbar! Barokallahu ya ukhti, selamat karena telah berjilbab, semoga istiqomah. Be A Good Muslimah! Your Brother.” SMS pertama, yang menjadi pemula SMS-SMS lain.
Hari-hariku pun semakin ceria. Meski ada kejadian yang mengusik ketenangan hatiku. SMS-SMS itu! SMS dari Ardi. Semula hanya bertujuan untuk sharing, diskusi, dan menguatkan semangat. Tapi berlanjut menjadi ajang curhat pribadi, SMS-SMS tidak penting, bahkan ungkapan kekaguman. Astaghfirullah, aku tahu kalau kedekatanku dengan Ardi sudah melampaui batas. Tapi, aku pun menyadari muncul benih-benih cinta di dalam hati ini.
“Ya Rabbi, di saat hamba ingin memulai kehidupan yang baru, kenapa ujian yang Engkau berikan justru semakin berat dan menyesakkan hati? Ujian cinta!” jerit batinku kala itu. Mungkin inilah salah satu bukti bahwa manusia adalah insan fluktuatif. Tegar, namun terkadang rapuh...
Sampai akhirnya, ada SMS dari seorang sahabat untukku:
“Bukanlah hal yang aneh jika manusia futur. Tapi, yang aneh adalah manusia yang membiarkan dirinya tetap futur. Bahkan ada yang tertawa, tersenyum senang saat futur, walau hanya diwujudkan di hati. Pernahkah membaca firman-Nya,”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’:36).”
Belum selesai aku baca, linangan air mata sudah menciptakan jejak di pipiku. Aku lanjutkan membaca SMSnya…
Betapa ruginya jika manusia hatinya berkurang keimanannya dan hanya terisi dengan nikmatnya menjalani kehidupan dunia. Maka Allah memberikan tawaran: surga atau neraka, taat atau ingkar! Tapi jangan takut! Jangan bersedih! Tidak ada yang lebih indah dari tetap berharap akan ampunan dari Yang Maha Sempurna. Dia-lah pemegang masa depan dan takdir kita. Tak ada yang lebih baik dari pemberian-Nya. Kembali ke jalan-Nya adalah sebaik-baik ibadah. Karenanya, terhapuslah dosa terdahulu. Sahabat, tiada lain ini hanyalah nasihat. Tapi sahabat yang baik itu saling menasihati, bukan hanya saling memuji. Semoga tetap dalam lindungan-Nya dan ini diambil manfaatnya. Afwan jiddan…”
Aku menangis sejadi-jadinya. Betapa selama ini aku begitu terlena! Terlalu lama aku berkubang dalam lumpur dosa. Astaghfirullah…
“Terima kasih Ya Rabb, diri ini seketika tersadar, keistiqomahan itu mahal harganya! Jilbabku, hijabku, izinkan aku memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru dengan hati yang baru…” ratapku dalam tangisan taubatku.

Dream ‘N Action : Hijab, Cinta, dan Cita-Cita
“Setiap orang harus memiliki  cita-cita besar, mimpi yang tinggi dan harapan yang ideal. Namun, dalam menghadapi realitas keseharian, berpikir dan bertindaklah secara sederhana. Gak usah neko-neko! Karena kebahagiaan adalah  sesuatu yang harus diperjuangkan. Energi kasih sayang harus terus dinyalakan, agar visi untuk mengetuk pintu surga dapat terus diupayakan.”

Atas skenario-Nya yang indah, lulus SMA aku diterima di Universitas Sebelas Maret, Solo. Aku sangat bersyukur karena tidak satu kampus dengan Ardi. Ardi diterima di Universitas Diponegoro, Semarang. Aku belajar untuk cepat beradaptasi di lingkungan baru.
Setelah agenda orientasi mahasiswa selesai, aku mulai disibukkan dengan jadwal kuliah dan praktikum yang cukup padat. Aku menimba ilmu di jurusan Biologi, Fakultas MIPA.
Tak disangka, Ardi masih saja mencoba menghubungiku. Tapi aku acuhkan semuanya. Aku sudah bertekad untuk benar-benar membentengi diri dan menjaga hati. Aku terus berusaha menyadari bahwa Allah SWT sedang memberikan ujian dan terkadang Allah SWT menguji pada titik terlemah dari diri seorang manusia.
Ya Rabb, selalu kupinta tunjukkan padaku jalan terindah menuju keridhoan-Mu…
Aku putuskan untuk bergabung di kerohanian Islam. Aku ingin memperbaiki diri, belajar untuk menjadi seorang muslimah yang shalihah. Aku harus memperbaiki caraku berhijab, baik secara fisik terlebih hati. Terus memperkaya diri dengan ilmu. Tekadku, hijab tidak akan menghalangiku untuk bisa berprestasi!
Sempat muncul rasa minder pada awalnya. MIPA terkenal sebagai pesantrennya kampus. Banyak muslimah yang sudah mengenakan hijab secara syar’i. Adab-adab pergaulan dengan lawan jenis pun sangat diperhatikan. Ada sedikit rasa canggung saat bergaul dengan mereka. Tapi, menjadi pribadi yang lebih baik itu butuh perjuangan.
“Ya Allah, Engkaulah yang Maha Kuasa. Jika Engkau menghendaki sesuatu, tiada sesuatu pun di bumi dan di langit yang menghalangi-Mu. Apapun yang Engkau kehendaki akan terjadi. Jika Engkau menghendaki untuk memudahkan suatu urusan, tidak ada seorang pun yang mampu menyulitkan-Mu. Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Pada suatu hari, usai mengikuti sebuah training motivasi di kampus, aku tuliskan semua impianku di sebuah buku yang aku beri nama “Dream Book”.  Sebenarnya, malu rasanya tatkala menuliskan impian nomor 44 yaitu MENIKAH. Aku tuliskan lengkap visi dan misi pernikahanku serta kriteria calon pendamping hidupku. Ada sosok sholeh yang kurindukan. Tapi, saat aku merindukan sosok itu aku merasa tak pantas, karena diri ini belumlah shalihah.
Dan sederet impian lainnya, lulus kuliah dengan IPK cumlaude, jadi penulis, jadi trainer muslimah, jalan-jalan keliling Indonesia dan dunia, umroh, naik haji bersama keluarga, bertemu sosok-sosok inspiratif dengan kisah luar biasa mereka tatkala memutuskan untuk berhijab (Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Oki Setiana Dewi, Alyssa Soebandono, Meyda Safira, dll.) dan masih banyak lagi impian yang kutuliskan. Aksara-aksara yang menjelma jadi doa. DNA! Dream N Action! Tekadku waktu itu, kita boleh bermimpi sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, tapi harus dibarengi dengan aksi nyata yang hebat, pantang menyerah, yakin Allah SWT selalu melihat usaha kita dan Allah SWT pasti akan menjawab setiap doa kita.

Dengan berhijab, membuatku semakin dekat dengan Rabb-ku.

Tidak ada yang tidak mungkin jika KUN FAYAKUUN-Nya telah bekerja sepenuh energi CINTA.
Namun adakah yang layak untuk ditangisi kalau semua dijalani dengan semangat tinggi dan niat yang bersih? Tidak ada kesusahan bagi orang yang menempuh perjalanan dengan keikhlasan. Karena Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. It can be a MIRACLE if you believe. Tepat dan terbaik!
Semakin membara semangat dalam hati ini untuk memperbaiki diri dan terus menyempurnakan hijab ini, aku rasakan semakin dahsyat pula cara kerja Allah SWT dalam mewujudkan impian-impian yang pernah aku tuliskan itu.
Alhamdulillah, aku  lulus kuliah dalam waktu 3,6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Aku langsung kerja sambil terus belajar menulis dari para mentorku. Aku harus punya buku. Buku yang best seller! Mengapa harus best seller? Karena semakin banyak yang membeli, semakin banyak yang membaca, Insya Allah akan semakin banyak kebermanfaatan yang tersampaikan. Jika satu kalimat saja yang aku tulis itu bisa membuat kehidupan atau pribadi seseorang menjadi lebih baik, pasti Allah SWT telah menyiapkan hadiah istimewa juga buatku, entah di dunia atau di akhirat sana. Aksara-aksara berdaya yang bisa menjelma menjadi tabungan jariyah kelak. Aku ingat, dulu waktu sakit saat SMA, salah satu terapi yang aku jalani adalah MENULIS. Karena itu, akupun menulis! Menulis bisa menjadi terapi jiwa bahkan bisa bermanfaat buat sesama.
Ada kisah baru yang akan dimulai, ada kisah lain yang menunggu untuk segera diakhiri. Ini bukan cinta yang terbungkam oleh diam tapi cinta yang terlanjur malu untuk menngungkapkan. Bukan karena apa atau siapa, menjawab kapan atau mengapa, bertanya bagaimana atau mencari tahu ada di mana? Bukan, bukan tentang itu semua! Semestinya pikirmu tahu dan hatimu semakin mengamini, bahwa dirimu adalah milik-Nya dan dirinya juga milik-Nya. Jadi, biarkan saja Sang Pemilik Jiwa berkehendak sesuka atas apa yang menjadi milik-Nya. Semuanya tak akan tertukar, maka tetap tersenyumlah biar segalanya semakin indah, mudah, dan full barokah…”
Impian menikah tanggal 10-11-12 yang aku tuliskan di Dream Book pun menjejak nyata atas izin-Nya. Proses dapat tawaran untuk menikah (tanggal 27 September) sampai (H-1) aqad nikah total 44 hari dan MENIKAH itu impian yang aku tulis di nomor 44. NIM (Nomor Induk Mahasiswa) ku ketika kuliah pun M0406044. Allahu Akbar! Benar janji Allah, laki-laki yang baik diperuntukkan untuk wanita yang baik. Maka, aku akan terus memperbaiki diri. Terus memantaskan diri di hadapan-Nya. Perjuangan menjadi muslimah shalihah, istri shalihah, dan nanti ibu shalihah baru saja dimulai.
Dan kini… Alhamdulillah, sudah lebih dari 30 buku yang aku tulis. Salah satunya berjudul “BEAUTY JANNATY”. Buku yang berisi motivasi untuk para muslimah agar menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga. Sebuah buku istimewa buah dari perjuangan panjang. Sebuah buku istimewa yang menjadi pengingat dan penyemangat bagi diri ini. Sebuah buku istimewa yang terbit setelah aku menikah. Sebuah buku istimewa yang membuatku bisa berbagi inspirasi sekaligus traveling di berbagai kota di Indonesia dengan mengisi bedah buku, seminar, dan talkshow. Hingga terwujud pula impianku bertemu sosok-sosok inspiratif yang dulu aku tuliskan di Dream Book. Aku bulatkan tekad, aku akan terus menulis, terus berkarya. Karena aku tidak ingin, jika kelak jatah hidupku di dunia ini habis, aku hanya dikenang orang dari tiga kalimat saja : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Tapi, harus ada warisan karya yang bisa aku tinggalkan. Maka, aku harus terus menulis, aku harus terus berkarya, aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang inspiratif, produktif, dan kontributif.

Mahkota Surgaku Kini Hingga Nanti
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…" (QS. An-Nuur [24]: 31)
Hidup berisi dengan aneka macam peristiwa. Peristiwa yang menghadirkan silih berganti perasaan yang mengisi jiwa. Maka, kokohkanlah keimanan saat perjalanan membuat kita bertanya, saat membuat kita meragu dan kecewa. Yakinlah, skenario Allah SWT tengah berlangsung dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Tanamkan dalam diri kita Allah Mahatahu yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya!
Sesungguhnya Allah menjadikan seluruh tubuh seorang wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh seorang wanita yang terlihat oleh orang yang bukan mahromnya, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Hakikat jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kita dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah, jagalah pandangan dari hal-hal yang dilarang. Hijab lidah kita adalah menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan yang sia-sia, usahakan selalu basahi lisan kita dengan berdzikir kepada Allah. Hijab tangan kita adalah ringan berbuat tatkala ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Hijab kaki kita adalah saat kita gunakan menapak di jalan-jalan kebaikan. Hijab pikiran kita adalah saat kita mampu berpikir visioner jauh menatap masa depan serta menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif. Hijab hati kita untuk selalu meletakkan nama Allah di tingkatan tertinggi, kemudian Rasulullah, orang tua, dan seterusnya.
Akupun bertekad, segala hal yang aku torehkan di dunia sebagai bagian dari perwujudan cita-cita menjadi bagian dari para perempuan langit, para perempuan yang dirindukan surga. Teringat nasihat seorang sahabat, “Mereka yang dalam diam tiada henti menyebut nama Allah. Mereka yang selalu giat menghafalkan Al-Qur'an demi mendapat keridhoan Allah. Mereka yang hendak memberikan mahkota penuh cahaya untuk kedua orang tua kelak di surga nanti. Mereka yang bersikukuh mengenakan hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah. Walau ‘diancam’ akan kehilangan pesona dunia, mereka tiada gentar untuk tetap bertahan. Mereka yakin bahwasanya perhiasan sejati seorang muslimah itu adalah dari amal ibadah dan akhlaknya yang jernih, bukan berasal dari moleknya tubuh yang mengundang nafsu dan syahwat. Ya, mereka adalah perempuan langit!” Dan aku ingin menjadi bagian dari mereka.

SUPERTWIN sebelum mengisi seminar muslimah di UGM Jogjakarta.

Bismillah… Semoga istiqomah untuk menjaga hati dan diri dengan mengenakan mahkota surga terindah. Karena menjadi seorang muslimah itu indah dan mulia, seperti sejarah para ummul mukminin dan para shohabiyah. Semoga senantiasa mampu menjadi muslimah shalihah yang dirindu Jannah. Aamiin…