Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, September 10, 2020

SEMESTA KARYA SEJAK USIA BELIA

Thursday, September 10, 2020 16 Comments

 


“Lawang Sewu ini dibangun sejak tahun 1904-1907. Dahulunya merupakan bekas kantor NIS atau pusat jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di Semarang,” jelas Mbak Sari mengawali ceritanya.

Pantas saja di depan Lawang Sewu tadi aku melihat ada lokomotif kuno. Adikku bilang seperti Thomas, film kartun kesukaannya. Hehehe.

Kata Mbak Sari Lawang Sewu terdiri dari dua gedung yaitu gedung A dan gedung B. Sayangnya gedung A ditutup untuk umum karena sedang direnovasi.

“Dik Khansa, tahu tidak kenapa gedung ini dinamakan Lawang Sewu?” tanya Mbak Sari.

“Hmm... karena gedung ini memiliki banyak pintu, ya?” jawabku asal.

“Betul sekali!” jawab Mbak Sari sambil tersenyum.

 …...

Cerpen “Gedung Seribu Pintu” karya Khansa Tabina Khairunissa (5 SD)

[*]

Kakek Andri kemudian berbincang-bincang dengan Lek Topa. Rupanya setelah Hari Raya Idulfitri akan digelar acara tahunan. Acara itu disebut Kirab Budaya Upacara Sesaji Rewanda. Andri sangat tertarik dan menyimak penjelasan Lek Topa.

“Upacara itu diselenggarakan untuk mengenang perjalanan Sunan Kalijaga mencari kayu jati yang akan digunakannya sebagai tiang penyangga bangunan Masjid Demak. Dalam perjalanannya, Sunan Kalijaga sampai di Desa Kandri dan bertapa di dalam sebuah gua yang kini dikenal dengan nama Gua Kreo. Ketika sedang bertapa, Sunan Kalijaga didatangi oleh empat ekor kera besar. Oleh Sunan Kalijaga, kera-kera itu diberi tugas untuk menjaga gua dan daerah Kandri ini. Oleh karena itu penduduk Kandri tidak pernah mengusik keberadaan kera-kera itu. Itulah mengapa Upacara Sesaji itu dinamai Rewanda yang artinya adalah kera.”

“Upacaranya seperti apa, Lek?” Andri semakin tertarik. Lek Topa kemudian menjawab pertanyaan Andri dengan penuh semangat.

……

Cerpen “Andri di Tengah Kandri” karya Zaskia Talitha Sasikirani (5 SD)

[*]

Saat ini, dunia penulisan buku di Indonesia tidak lagi didominasi oleh orang dewasa. Anak-anak pun banyak yang telah menjadi penulis dengan karya-karyanya yang best seller dan meledak di pasaran. Sebut saja buku-buku KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), PCPK (Penulis Cilik Punya Karya), PECI (Penulis Cilik Indonesia), dan masih banyak lagi. Hal ini cukup membuktikan kalau anak-anak pun mampu menjadi penulis dengan menerbitkan novel, kumpulan cerpen, cerita bergambar, atau kumpulan puisi. Mereka juga layak disebut sebagai sastrawan cilik dengan karya-karya yang mampu memberikan pengaruh positif, terutama bagi anak-anak seusia mereka.

Penggalan cerita pendek yang saya cuplikkan di atas adalah karya dua orang anak yang waktu itu masih kelas 5 SD. Mereka adalah murid saya di komunitas penulis cilik yang saya dirikan dan kelola sejak 2013, yakni DNA Writing Club. Cerpen Khansa yang berjudul “Gedung Seribu Pintu” berhasil lolos seleksi tingkat nasional dan diterbitkan oleh KKPK Dar!Mizan. Cerpen ini ditulis berdasarkan hasil pengalaman pribadinya saat mengunjungi salah satu cagar budaya yang menjadi icon Kota Semarang yaitu “Lawang Sewu”.

Khansa dan prestasinya

Khansa mengemas pengalamannya saat berkunjung ke Lawang Sewu bersama keluarganya dengan sangat apik dan memberikan khazanah keilmuwan yang membuat para pembaca mendapatkan ilmu baru dari sejarah Lawang Sewu yang menjadi unsur pelengkap cerpen Khansa tersebut.

Cerpen Zaskia yang berjudul “Andri di Tengah Kandri” juga tak kalah menarik. Cerpen ini mampu mengantarkan Zaskia terbang ke Jakarta untuk mengikuti serangkaian kegiatan Festival Literasi Sekolah (FLS) 2018 sekaligus menjadi finalis Lomba Menulis Cerpen tingkat nasional. Referensi cerpen ini murni dari hasil riset pustaka dan browsing di internet tentang salah satu obyek wisata dan kearifan lokal di Kota Semarang, yakni Gua Kreo serta kebudayaan yang ada di dalamnya.

Zaski saat mengikuti FLS 

Selain Khansa dan Zaskia, ada beberapa anggota DNA Writing Club yang telah sukses menjadi penulis cilik, produktif dalam menerbitkan buku, dan memproduksi tulisan-tulisan yang penuh makna dan bermanfaat. Judul-judul istimewa seperti Gobag Sodor Pemersatu, Poliotivasi Om Ardi, Muscular Dystrophy, Buku-Buku Rekondisi, dll, mampu mengantarkan anak-anak ini menjuarai kompetisi penulisan hingga tingkat nasional. Luar biasa sekali! Anak-anak itu mampu menulis sesuatu yang dapat menggerakkan pembaca untuk berubah menjadi lebih baik (Rien DJ, 2015).


Beberapa cover buku karya anak-anak DNA Writing Club

Menurut Rony K. Pratama, seorang peneliti pendidikan literasi asal Yogyakarta, menyebutkan bahwa anak-anak menempati posisi yang sangat strategis sebagai obyek aktif yang secara psikologis mampu menerima, mengolah, dan memproduksi kecakapan literasi. Anak-anak cenderung lebih segar untuk ‘dibentuk’ dan ‘membentukkan’ diri secara mandiri dan kreatif. Karena itu, habituasi pendidikan literasi dinilai tepat untuk diajarkan sejak dini.

Tulisan ini menitikberatkan pada sosok anak-anak Indonesia yang sukses menjadi sastrawan cilik, mampu menjadi penulis produktif dengan segudang prestasi. Mereka adalah bukti bahwa anak-anak ternyata mampu menghasilkan tulisan yang memiliki warna tersendiri dan makna yang istimewa sehingga menghadirkan kekuatan yang menyentuh perasaan, juga meninggalkan kesan yang mendalam di hati pembacanya.

Proses penulisan kreatif di kalangan anak-anak pun memungkinkan mereka bergerak dalam ruang karya cipta tanpa batas. Mereka juga belajar menuangkan ide dan mengasah ketajaman persepsi khas anak-anak karena imajinasi mereka begitu luar biasa.

Menurut Ary Nilandari, menulis dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ya, benar sekali. Anak-anak yang terbiasa menulis sejak dini, akan terbiasa membaca kehidupan  di sekelilingnya secara kritis. Dua anak yang melakukan perjalanan dan kunjungan ke suatu tempat yang sama, ketika diminta untuk menuliskan hasil pengamatan dan observasinya di tempat tersebut, akan menghasilkan dua buah tulisan yang berbeda. Dari sini, mereka belajar tentang perspektif atau sudut pandang. Tentu saja, menulis adalah salah satu cara memberikan tanggapan dengan perspektif atau sudut pandang masing-masing.

[*]

Abdurrahman Faiz, Pioner Kebangkitan Penulis Cilik Indonesia


Siapa Mau Jadi Presiden?

Menjadi presiden itu berarti
melayani dengan segenap hati
rakyat yang meminta suka
dan menyerahkan jutaan
keranjang dukanya
padamu

(Abdurrahman Faiz, 2003)



Faiz kecil sudah memiliki segudang prestasi
(Sumber foto: Teacher's Notebook)


Penggalan puisi di atas merupakan bagian dari surat yang membuat nama Abdurrahman Faiz menjadi dikenal publik. Surat tersebut menjadi juara 1 Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003.

 Seto Mulyadi, Ratna Sarumpaet, Agus R. Sarjono, dan Tika Bisono sangat terkesan dengan rangkaian kalimat sarat makna yang ditulis Faiz untuk Ibu Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-5. Faiz yang saat itu masih kelas 2 SD membuktikan kalau ia –meski masih anak-anak- memiliki hati yang peka dengan situasi politik dan permasalahan yang tengah terjadi di Indonesia. Banyak sekali tanggapan mengenai surat yang ditulis Faiz tersebut karena cukup menyentil para pejabat dan para elit politik.

Abdurrahman Faiz –yang akrab dipanggil Faiz- lahir di Jakarta, 15 November 1995 dari pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. juga keponakan dari Asma Nadia. Ia telah “mengucapkan” puisi-puisinya sejak usia 3 tahun (yang kemudian direkam oleh Bundanya) lalu baru menuliskannya di komputer sejak umur 5 tahun.

Pertama kali Faiz tampil membacakan puisi-puisinya (yang pada waktu itu belum dibukukan), atas undangan Nurcholish Majid pada acara peluncuran buku beliau (“Indonesia Kita”) yang mengundang ribuan tokoh nasional. Faiz juga sering diundang untuk membacakan karyanya dalam forum-forum kenegaraan, termasuk di hadapan Presiden RI ke-5: Megawati Soekarno Putri, Presiden RI ke-6 : Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, sejumlah menteri dan tokoh-tokoh nasional lainnya.

Megawati mengungkapkan kekagumannya pada kecerdasan Faiz lewat surat balasannya pada Faiz (2003). Faiz juga diundang dalam pencanangan gerakan anti narkoba di Stadion Gelora Bung Karno bersama Presiden Megawati dan membacakan puisinya. Dalam Debat Capres di sebuah stasiun televisi swasta tahun 2004, di mana Faiz diundang sebagai salah satu panelisnya, Amien Rais berkomentar, “Luar biasa. Mas Faiz ini masih sangat muda, tetapi pemikirannya sangat dalam.” Sementara saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara dalam pencanangan gerakan berkirim surat nasional untuk anak Aceh dan Nias (2005), Presiden berkata, “Selamat, Faiz. Tulisanmu sangat menyentuh pikiran dan hati.”

Buku kumpulan puisi pertama Faiz “Untuk Bunda Dan Dunia’ (DAR! Mizan, Januari 2004) sebenarnya adalah puisi-puisi yang ia tulis saat berusia 5-7 tahun dan terbit saat ia berusia 8 tahun. Buku yang diberi pengantar oleh Taufiq Ismail tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005.

Tahun 2009, Faiz mendapatkan Anugerah Kebudayaan dari Departemen Pariwisata dan Budaya. Naskah Faiz yang berjudul “Brani” menjadi Pemenang Sayembara Menulis Naskah Drama Federasi Teater Indonesia (2011) dan terpilih sebagai The Most Amazing Teen 2011 versi Student Globe. Faiz juga merupakan founder dari akun twitter @mencobabelajar yang memiliki follower kurang lebih 300.000 orang.

“Untuk Bunda dan Dunia”  merupakan buku pertama yang diterbitkan dalam serial KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) divisi DAR! Mizan (bersama sebuah buku karya Izzati). Buku ini mampu menginspirasi dan memicu lahirnya para penulis cilik lainnya di Indonesia.

 

Sri Izzati, Penulis Muda Kaya Karya

Selain Abdurrahman Faiz, muncul pula nama Sri Izzati. Sri Izzati lahir di Bandung pada tanggal 18 April 1995 dari pasangan Ibu Hetty dan Bapak Setyo Soekarsono. Saat berusia 8 tahun, ia sudah meraih rekor MURI sebagai penulis novel termuda. Gadis kelahiran tahun 1995 ini juga pernah meraih penghargaan dari Mizan Publishing sebagai Inspiring Young Writer pada tahun 2013. Sejak usia 3 tahun, Izzati sudah gemar membaca buku dan hobi membuat tulisan.

Dari hobinya itu, dengan segala ketekunan dan perjuangannya, Izzati dapat menghasilkan sebuah karya yang menginspirasi banyak orang. Izzati berhasil menerbitkan novel pertamanya pada tahun 2003 berjudul “Powerfull Girls”. Karena novel inilah, Izzati mendapat penghargaan sebagai novelis termuda di usianya yang masih 8 tahun. Sri Izzati juga terpilih menjadi Duta Bahasa Jawa Barat tahun 2016.


Sri Izzati, pionir penulis cilik KKPK
Sumber foto: hipwee

Seri buku KKPK yang awalnya menerbitkan karya Abdurrahman Faiz dan Sri Izzati rupanya sangat booming, terjual hingga jutaan kopi dan mendorong anak Indonesia lainnya untuk membaca, bahkan menulis dan menerbitkan karyanya. Tahun 2008, para penulis cilik KKPK dimotori Faiz dan Izzati menyelenggarakan Konferensi Penulis Cilik Indonesia I dan merekomendasikan beberapa kebijakan dalam hal perbukuan di Indonesia.

 

Tulisan Tangan Antarkan Fayanna Hasilkan 42 Buku di Usia 13 Tahun

            Sebuah pencapaian fantastis dari seorang Fayanna Ailisha Davianny, penulis cilik berbakat yang kini telah beranjak remaja. Saya pernah bertemu dengan sosok Fayanna saat saya berkesempatan hadir dan mendampingi murid-murid DNA Writing Club dalam ajang bergengsi Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI) 2015. Fayanna mengawali karier kepenulisannya sejak usia 7 tahun bermula dari kegemarannya membaca.

Fayanna menjadi sosok inspiratif bagi para penulis cilik dan calon penulis cilik Indonesia. Sejak usia 1 tahun, Fayanna sering dibacakan buku oleh kedua orang tuanya. Tak heran, jika kecintaannya pada buku menjadikan dirinya memiliki hobi membaca sekaligus menulis. Saat usia 8 tahun, Fayanna mengikuti sebuah lomba cerpen tingkat nasional yang diadakan oleh Dar!Mizan. Tulisan Fayanna lolos dan diterbitkan. Sejak saat itulah, Fayanna mulai menekuni dunia tulis menulis. Buku pertamanya berjudul Tersandung Hobiku, terbit Oktober 2013. Buku inilah yang membuat dirinya termotivasi untuk menulis lebih banyak lagi dan belajar untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.


Fayanna sudah menerbitkan puluhan buku
(Sumber foto: Facebook Fayanna)

Fayanna mulai menulis tidak dengan komputer, tapi dengan tulisan tangan di buku. Mama Fayanna sangat mendukung aktivitas putrinya tersebut dan mengatakan kalau tulisan Fayanna sangat bagus. Lalu Fayanna pun mulai belajar menulis di laptop. Satu per satu buku-bukunya pun terbit seperti Misteri Teman Lama, Kakek Misterius, Zara Pandai Bersyukur,  Jejak Rahasia Sahabat, dan masih banyak lagi. Banyak prestasi di dunia literasi dapat ia raih, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Prestasi itu membawa Fayanna pada berbagai pengalaman yang membanggakan. Pada 2015, dia ditunjuk oleh sebuah media cetak nasional sebagai Reporter Cilik yang bertugas mewawancarai Presiden Joko Widodo dan menteri-menteri Kabinet Kerja. Pada November 2016, dia berhasil mendapatkan penghargaan dari sebuah penerbit buku, yang membawanya berwisata gratis ke Korea Selatan. Juli 2017, Fayanna mendapatkan penghargaan Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Selain itu, masih banyak penghargaan lain yang telah dia terima.

Tidak hanya itu, Fayanna pun kerap diundang di berbagai media serta aktif di komunitas-komunitas membaca dan menulis. Bagi Fayanna, aktivitas membaca dan menulis harus jadi kebiasaan positif anak muda zaman sekarang. Dengan membaca, wawasan menjadi luas dan sangat membantu saat menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Menulis akan membuat kita berpikir kreatif, memiliki daya ingat yang tinggi, juga bisa menyampaikan sesuatu secara runtut dan sistematis.

Fayanna juga berhasil menjuarai lomba cerpen tingkat Asia, 1st Asian Story Writing Challenge tahun 2018. Fayanna berkompetisi dengan para penulis cilik dari 18 negara di Asia. Akhir April 2018, Fayanna sebagai penulis cilik ditunjuk untuk menjadi pembicara dalam Kuala Lumpur International Book Fair. Ia hadir di panggung utama dalam acara bincang-bincang dan bedah karya dengan Penulis Cilik Indonesia serta jumpa penulis dan book signing. Ia juga berkesempatan memberikan sesi motivasi literasi di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Fayanna juga tiga kali berturut-turut ikut dalam Konferensi Penulis Cilik Indonesia mewakili Jawa Barat.

Rahasia produktivitas Fayanna terletak pada sikap disiplin untuk terus menulis. Ia mengaku selalu menyempatkan menulis minimal satu halaman per hari.

 

Nadia Shafiana Rahma, Penulis Cilik Asal Yogyakarta dengan Prestasi Mendunia

Di dunia sastra anak, nama Nadia Shafiana Rahma telah dikenal luas. Ia terbilang penulis produktif dan sudah diakui dunia internasional. Di rumahnya (daerah Bantul, Yogyakarta), ia membuka perpustakaan kecil untuk anak-anak dan remaja. Nadia pun pernah mengukir prestasi yang membanggakan dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Pada tahun 2015, saat Nadia berumur 11 tahun, ia menjadi salah satu delegasi Indonesia pada Frankfurt Book Fair (FBF) di Jerman. Bukunya yang berjudul Si Hati Putih yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, The Boy with The Pure Heart”, ikut serta dalam pameran buku paling bergengsi di dunia itu. Dalam acara FBF tersebut, Nadia menjadi peserta pameran sekaligus pembicara termuda. Di hadapan anak-anak Jerman, gadis kecil ini sempat menceritakan kisah rakyat dari Gunungkidul yakni Asal Mula Nyamuk Mendengung.


Nadia Shafiana (kerudung biru) bersama Ahmad Fuadi dan Muthia Fadhilla Khairunnisa di acara Kick Andy. (Sumber foto: Gadis)

Bakat menulis Nadia tumbuh sejak TK, sekitar uumr 4-5 tahun. Bermula dari kebiasaan dibacakan dongeng sebelum tidur oleh kedua orang tuanya, hingga bisa membaca buku sendiri. Hal tersebut mendorong Nadia untuk menulis cerita versinya sendiri, seperti menulis cerita pengalaman saat berusia 5-7 tahun, lalu oleh sang ayah dikirim ke koran-koran lokal Yogyakarta. Saat SD, Nadia baru menulis cerpen 4-5 halaman dan berlanjut menulis novel.

Kini Nadia sudah remaja, karyanya sudah banyak yang terbit. Diantaranya, Si Hati Putih, My Life My Heaven, Pengalaman Meraih Bahagia, Salah Tangkap, Kakek Misterius, dan masih banyak lagi. Menjadi delegasi Indonesia di FBF 2015 merupakan ajang internasional pertama untuk Nadia. Selain itu, sudah banyak prestasi dan penghargaan diraih, salah satunya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada acara Anugerah Kebudayaan tahun 2018. Nadia juga beberapa kali mengikuti acara pertemuan penulis cilik Indonesia misalnya Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI).

[*]

Sosok Abdurrahman Faiz, Sri Izzati, Fayanna Ailisha Davianny, dan Nadia Shafiana Rahma menjadi bukti bahwa sastrawan cilik tanah air patut diperhitungkan karya-karyanya. Bahkan kehadiran mereka berikut karya-karya produktifnya mampu menginspirasi anak-anak untuk kemudian mengikuti jejak yang sama: menjadi penulis cilik dengan segudang prestasi. Mereka kebanyakan tumbuh sebagai penulis dari kebiasaan mendengarkan cerita atau dongeng yang dibacakan oleh orang tua mereka sejak kecil. Memang benar, orang tua adalah kunci mayor pendidikan literasi bagi anak-anak, budaya literasi (khususnya literasi baca-tulis) memang harus dibangun dan dibudayakan di lingkungan keluarga.

Lalu, apa sih manfaat menulis?

Dan masih banyak lagi manfaat lainnya, kamu bisa menambahkannya sendiri. 

Oh ya, menulis itu butuh BAKAT ataukah BEKAL, hayooo? 

Yups, sebenarnya menjadi seorang penulis itu bukanlah masalah bakat. Karena menulis itu adalah keterampilan dan keterampilan bisa dipelajari. Semakin diasah, akan semakin terampil dan ahli. 





           Terus, satu hal terpenting, saudara kembar menulis itu bernama membaca. Jadi, kamu juga harus banyak membaca untuk memperkaya kosakata juga sebagai nutrisi otak sebagai bekalmu saat menulis nanti. Selain itu, kamu juga bisa gabung di komunitas penulis. Salah satunya, kamu bisa gabung lho di DNA WRITING CLUB. Untuk info lengkapnya bisa klik di sini.

[*]

Kegiatan Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar yang diselenggarakan oleh Kemendikbud sekaligus event Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI), lalu sekarang berganti nama menjadi Festival Literasi Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas anak-anak dalam bidang seni dan sastra. Kegiatan semacam ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran siswa tentang pentingnya cerpen sebagai sarana estetika dalam mengungkapkan buah pikiran dan rasa, juga meningkatkan kecintaan anak-anak terhadap sastra dan bahasa Indonesia sebagai sarana untuk membangun karakter, dan  jati diri bangsa. Dengan demikian akan dapat memberikan motivasi bagi para pelajar untuk meningkatkan budaya membaca dan menulis sejak dini.

Menurut Pam Allyn, penulis buku “Your Child’s Writing Life”, menyebutkan bahwa kata-kata yang tertulis dapat membawa kegembiraan, ketakjuban, ketakutan, memesona, menyihir, menggerakkan, menguasai pikiran dan hati, tak peduli berapa pun usia kita. Kata-kata tertulis dan cerita berpengaruh paling kuat pada anak-anak, otomatis menyerap mereka ke dalam dunia menulis juga. Dunia yang membuat mereka mengamati, bertanya-tanya, mengenang, dan berimajinasi. Dunia yang di dalamnya, mereka dapat mewujudkan sesuatu dengan menuliskannya.

 Wow, Masya Allah... Banyak jalan mewujudkan impian termasuk ketika kamu ingin menjadi seorang penulis cilik seperti para penulis (sastrawan cilik sukses) yang sudah Kak Norma sebutkan di atas.  Kuncinya: DNA! Dream 'N Action! Beranilah bermimpi, namun yang terpenting beranilah beraksi untuk mewujudkan impianmu itu. Yuk, semangat wujudkan impian menjadi penulis cilik dengan segudang prestasi!

[*]

Daftar Pustaka

Allyn, Pam. 2011. Your Child’s Writing Life : How to Inspire Confidence, Creativity, and Skill at Every Age. New York : Avery.

Rien DJ. 2015. Nulis itu Gampang. Surakarta : Indiva Media Kreasi.

W.S., Titik, dkk. 2012. Kreatif Menulis Cerita Anak. Bandung : Penerbit Nuansa.







MBOLANG RIANG SEPUTAR TEMBALANG

Thursday, September 10, 2020 0 Comments

 

Tak terasa ya, sudah hampir setengah tahun kita banyak beraktivitas di rumah saja. Pandemi Corona ini membuat ruang gerak kita untuk beraktivitas di luar menjadi sangat terbatas. Aku pun demikian. Jika tidak ada hal penting, benar-benar penting, yang membuatku harus keluar rumah, aku lebih memilih di rumah saja. Ya, salah satu alasan terbesarku karena Dzaky (3,5 tahun) bakal nginthilin kemana pun aku pergi. Jadi dengan alasan demi menjaga kesehatan, mencegah penyebaran virus Corona, juga karena menjalankan imbauan Pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, maka di rumah saja adalah pilihan terbaik.

 

“Umma, kapan kita jalan-jalan ke Cimory?”

“Umma, kapan kita lihat kuda?”

“Ayo, Umma, ke Giyi (Wonogiri,-red). Dek Ah sudah kangen Titi Ya.”

 

Beberapa pertanyaan dan pernyataan itu sering terlontar dari mulut mungil Dzaky. Mungkin dia sudah merasakan kenapa kami sekeluarga jarang pergi bersama-sama setiap akhir pekan, seperti sebelum pandemi. Dulu setiap bulan, kami selalu mengegendakan untuk mbolang bersama atau wisata keluarga.

 

Sebelum pandemi, kalau aku merasa kangen Wonogiri, homesick, kangen masakan ibu, aku akan bilang suami. Jika suami tidak ada pekerjaan di hari Sabtu-Ahad, biasanya Jumat sore kami meluncur dari Semarang menuju Wonogiri. Tapi untuk saat ini, semua itu belum memungkinkan. Kasus positif Corona, di Semarang khususnya, masih terus naik. Bahkan kemarin sempat baca  berita, kalau Semarang menjadi kota dengan kasus positif tertinggi di Indonesia. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

 

Meskipun masih masa pandemi, beberapa tempat wisata Semarang sudah buka. Kebanyakan dengan alasan karena setiap orang itu butuh refreshing untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun yang terpenting, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, kalau bisa lengkap dengan pakai face shield, selalu cuci tangan dengan sabun, selalu membawa hand sanitizer, jika harus bepergian pastikan tubuh harus benar-benar dalam kondisi sehat.

 

Ingin rasanya, kami kabulkan permintaan Dzaky untuk sekadar piknik tipis-tipis ke Cimory, namun kami urungkan niat itu karena masih teramat riskan. Apalagi di usia yang sekarang, fase Dzaky sedang kepo-keponya terhadap banyak hal, pegang sesuatu yang dia ingin tahu lebih, terus tanpa sadar pegang hidung dan mulutnya. Aaargh… situasi belum aman!

 

Refreshing di sekitar UNDIP Tembalang

Akhirnya, sebagai alternatif wisata murah meriah, pekan kemarin aku mengajak Dzaky berwisata ke kampus abinya, Universitas Diponegoro (UNDIP). Hehe. Awalnya atas ajakan Mbak Desi untuk berolahraga sore di waduk UNDIP Tembalang. Aku iya-in saja karena lokasinya cukup dekat.

 

Aku sempat menyiapkan kangkung dan wortel karena rencananya setelah dari Waduk UNDIP, kami akan mampir ke Taman Rusia yang lokasinya dekat dengan Laboratorium Terpadu UNDIP. Dzaky sangat excited karena dia suka sekali kegiatan memberikan makan hewan-hewan. Setelah salat Asar, kami pun berangkat.

 

Aku pun baru tahu lho, kalau di UNDIP Tembalang ada jembatan merah, terus ada waduk juga. Hehe. Waduk ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diberi nama Waduk Pendidikan Diponegoro. Pembangunan waduk ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan, serta pengendali banjir di kawasan kampus UNDIP Tembalang. Waduk ini juga bisa jadi tempat belajar bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Biologi, Kimia, maupun Perikanan dan Kelautan. Selain itu, waduk ini juga difungsikan sebagai pembangkit listrik dan tempat rekreasi.


Dzaky di pinggir Waduk UNDIP


Saat kami di sana, ternyata ada banyak kegiatan yang dilakukan para pengunjung di sekitar Waduk UNDIP. Ada yang memancing, ada yang jogging, ada yang main skateboard, ada yang main sepatu roda, ada yang bersepeda, dan ada yang hanya duduk-duduk santuy sambil ngemil dan menikmati pemandangan. Kunjungan singkat ke waduk UNDIP ini cukup membuat pikiran lebih fresh dan hati lebih bahagia. Alhamdulillah.

 

Lokasi selanjutnya, kami menuju Taman Rusa. Sesampai di lokasi, ada 2 keluarga (bapak, ibu, dan anak-anak mereka) sedang asik dengan rusa. Dulu pas terakhir ke sini, rusanya baru segelintir, belum sebanyak sekarang. Aku pun seketika merasa so amazing. Hehe.

“Umma, minta kangkungnya,” pinta Dzaky.

 

Dzaky pun menjulurkan tangannya dan rusa-rusa itu saling berebut untuk menikmati kangkung yang diberikan Dzaky. Ada seorang anak yang dari tadi memandang Dzaky dengan tatapan mupeng (muka pengen, -red). Hehe. Aku bisikkan ke telinga Dzaky, “Boleh ya, berbagi kangkung ke kakak itu. Kakak itu ingin memberi makan rusa kayak Dzaky. Tapi, dia nggak bawa kangkung.” Alhamdulillah, Dzaky mengiyakan. Dzaky mau berbagi kangkung. Mata anak laki-laki itu berbinar-binar tatkala beberapa tangkai kangkung berpindah ke tangan mungilnya. Dia pun semakin asik memberi makan rusa bersama Dzaky. Ibunya turut mengucapkan terima kasih kepada kami.

 

Masya Allah, banyak yang bisa kami pelajari dan lakukan saat mengunjungi Taman Rusa. Kami tidak perlu repot-repot datang ke kebun binatang apabila ingin melihat rusa.  Taman Rusa ini terletak di belakang Laboratorium Terpadu, dekat dengan Pojok Tanaman Langka, tak jauh dari Fakultas Peternakan.

 

Taman ini bisa menjadi media rekreasi dan edukasi bagi keluarga. Bagiku, kegiatan sore itu sekaligus bisa mengasah fitrah keimanan dan fitrah belajarnya Dzaky. Aku pun memancing dialog dengan Dzaky.

 

UmmaMa: “Siapa pencipta rusa, Dzak?”

Dzaky: “Allah.”

UmmaMa: “Masya Allah, ya. Indah sekali salah satu hewan ciptaan Allah ini.”

 

Terus aku jelaskan tentang rusa. Rusa itu berkaki empat dan memiliki tanduk di kepalanya. Kadang orang menyebut rusa dengan nama sambar atau menjangan. Rusa termasuk dalam keluarga mamalia (hewan yang berkembang biak dengan beranak) dan termasuk jenis hewan herbivora (pemakan dedaunan). Ya, aku jelaskan sebatas yang aku tahu dan Dzaky sangat senang menyimak penjelasanku.

 

Dzaky: “Kok rusa juga suka wortel, Ma? Kayak kelinci.”

UmmaMa: “Iya, rusa juga suka wortel, selain suka kangkung karena rusa pemakan tumbuhan. Tuh lahap sekali, kan makan wortelnya.”

 

Dzaky


Menurut informasi, rusa yang ditangkarkan di Taman Rusa UNDIP ini merupakan rusa asli Indonesia berjenis langka yakni rusa timor. Nama latinnya Cervus timorensis, yang kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan taman rusa ini juga sangat bermanfaat sebagai sarana penelitian civitas akademika, selain sebagai upaya melindungi populasi rusa langka di Indonesia. Taman rusa ini berada di bawah pengelolaan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Taman rusa ini juga menjadi bukti bahwa UNDIP adalah kampus yang ramah lingkungan dan peduli dengan keberlangsungan hidup satwa langka di Indonesia. Wow, masya Allah, ya!




 

Dulu, di taman rusa ini ada petugas yang menyediakan pakan, lho. Tapi, kemarin pas nggak ada. Insya Allah, pakan kami aman kok, Pak. Nah, yang perlu diperhatikan pengunjung saat memberi pakan rusa adalah jangan sampai memberikan pakan yang masih dibungkus plastik, ya, misal seplastik-plastiknya disodorin ke rusa. Selain itu, juga jangan memberikan pakan yang masih terikat tali rafia. Kasihan kan rusanya kalau nggak sengaja makan plastik atau keloloden tali rafia.

 

Setelah kangkung dan wortel yang kami bawa habis, aku, Dzaky, Mbak Desi, dan Mbak Riza asik berfoto-foto di dekat patung sapi. Ada 3 patung sapi yang cukup ikonik di situ. Ada tulisan berisi informasi yang menyebutkan kalau patung sapi itu dulunya ada di Pleburan terus dipindah ke Tembalang. Hijrah ceritanya. Hehehe.

 

Waaah… alhamdulillah, seru sekali, wisata sore kami yang gratis dan ekonomis ala UmmaMa dan Dzaky kali ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya, setidaknya kasus positif akibat virus Corona semakin menurun, bahkan Allah hilangkan virus ini dari muka bumi. Aamiin ya Rabb. Karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Kun! Fayakuun! Jadi! Maka, terjadilah!

 

Yuk, tak henti langitkan doa, semoga pandemi ini sirna dan kita bisa berwisata, menjelajah keindahan bumi Allah ini bersama keluarga dengan hati bahagia!




 

 

 

 

22 Fakta Keren Sekaligus Berita Miris tentang Harimau Sumatra

Thursday, September 10, 2020 0 Comments






  1. Klasifikasi ilmiah Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae):
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: Panthera tigris
Upaspesies: Panthera tigris sumatrae
Nama trinomial: Panthera tigris sumatrae

Harimau Sumatra merupakan subspesies harimau asli (endemik) Pulau Sumatra, Indonesia.

Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Belang harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang. Harimau Sumatra umumnya beraktivitas di malam hari.

  1. Harimau Sumatra bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau memelihara anak.


Ciri fisik:
Panjang Harimau Sumatra jantan dapat mencapai 2,2-2,8 meter, sedangkan betina 2,15-2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80-95 cm, dan berat 130-255 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8-11 mm, surai pada Harimau Sumatra jantan berukuran 11-13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek. Panjang ekor sekitar 65-95 cm.

Makanan:
Harimau Sumatra termasuk jenis karnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan  (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya. Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa harimau, diantaranya adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, anjing, dan ayam.

Reproduksi:
Harimau Sumatra dapat berkembang biak kapan saja. Masa kehamilan sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.


Harimau Sumatra merupakan salah satu satwa yang terancam punah. Populasinya diprediksi tak sampai 400 ekor pun berstatus kritis atau critically endagered.

Maraknya pemburuan satwa, penggundulan hutan hingga perluasan perkebunan sawit diduga membuat habitat Harimau Sumatra kian terancam.

Kehilangan habitat dan perburuan liar adalah dua ancaman terbesar yang dihadapi oleh Harimau Sumatra yang hampir punah. Perluasan perkebunan kelapa sawit adalah pendorong utama di balik hilangnya hampir 20 persen di habitat Harimau Sumatra antara tahun 2000 dan 2012.

Harimau Sumatra berburu di malam hari dan cenderung menghasilkan sekitar satu pembunuhan besar seminggu.

Kecepatan berlari Harimau Sumatra dapat mencapai hampir 40 mil per jam.

Harimau Sumatra merupakan predator penting yang dapat menjaga keseimbangan mata rantai makanan (food chains) dalam hutan  pulau Sumatra, berkurangnya jumlah Harimau Sumatra  berdampak populasi babi hutan  tak terkendali dan dapat menjadi hama bagi masyarakat di sekitar hutan.

Terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:
Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.
Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.
Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau Sumatra, Indonesia.
Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia.
Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an. Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan Rusia.
Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972. Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.
Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun 1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.

Berdasarkan berita yang dilansir dari suara.com, bahwa pada 18 Mei 2020 ditemukan Harimau Sumatera yang mati terjerat di kawasan konsesi PT Arara Abadi di Desa Minas Barat, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Harimau Sumatra yang ditemuan itu diprediksi berumur 1,5 tahun dengan jenis kelamin jantan.

Tim evakuasi harus dan tim medis (dokter Danang dan seorang paramedia yang bernama Aswar), harus menempuh dua jam perjalanan untuk tiba di lokasi penemuan bangkai Harimau Sumatra tersebut. Harimau itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena terjerat sebuah sling tali besi.

Menurut tim evakuasi, bisa jadi kejadian ini adalah ulah oknum pemburu harimau atau oknum yang tidak bertanggung jawab, karena di TKP juga ditemukan bangkai babi dalam kondisi terikat sebagai umpan.

Diprediksi Harimau Sumatera tersebut sudah terjerat lebih dari dua atau tiga hari. Bangkai harimau itu dibawa ke Kantor Balai Besar Konsevasi Sumber Daya Alam (BBKSD) Riau untuk dilakukan tindakan neukropsi.  Neukropsi adalah kegiatan bedah bangkai yang dilakukan untuk menelusuri adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh secara keseluruhan.

Berita mengenai ditemukannya Harimau Sumatra yang tewas dalam kondisi mengenaskan itu, menambah deret panjang PR pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih serius menegakkan peraturan mengenai perburuan satwa langka juga sosialisasi mengenai perlindungan satwa langka.

Harimau Sumatera menjadi satu-satunya spesies harimau tersisa yang dimiliki Indonesia, setelah kepunahan harimau Jawa dan harimau Bali. Ancaman perburuan liar serta rusak dan berkurangnya hutan sebagai habitat harimau membuat kelestarian satwa kharismatik ini semakin terancam.

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day (GTD), diperingati setiap 29 Juli layak dijadikan momentum untuk memperjuangkan penyelamatan harimau Sumatera. Mari bersama-sama menyerukan bahwa saatnya harimau mendapatkan perlindungan lebih layak. Saatnya masyarakat lebih mengerti pentingnya harimau, dan saatnya para pihak berkomitmen melindungi harimau dan memberikan sanksi hukum yang maksimal bagi pemburu harimau. Saatnya pula semua pihak memberikan waktu dan ruang untuk harimau tetap hidup. Mari bersama lindungi dan selamatkan Harimau Sumatra!

Referensi dan Sumber Berita: