Jejak Karya

Jejak Karya

Friday, January 20, 2023

Bunda Darosy dan Ilham Bersaudara: Empat Permata, Buah Istimewa dari Cinta

Friday, January 20, 2023 0 Comments

 


Bagi umat muslim nama adalah doa. Berisi harapan masa depan bagi si pemiliknya. Memberi nama anak yang terbaik dan indah adalah kewajiban orang tua terutama ayahnya. Namun kenyataannya, banyak orang tua yang asal-asalan atau bahkan salah dalam memberi nama anak mereka. Ada orang tua yang memberi nama anaknya Syathoni, Dholimi, dsb. Padahal nama merupakan doa. Nama adalah ciri/tanda seseorang. Orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal orang lain serta memuliakannya.

Bunda Darosy dan suami beliau, Ayah Eddy Abddullah, sangat berhati-hati dalam memberi nama anak-anak. Sehingga jauh sebelum anak-anak lahir, Ayah dan Bunda sudah merencanakan dan mempersiapkan nama anak-anak denganpermata. Harapannya, mereka bisa menjadi permata-permata yang bersinar dan menyinari.  Selalu mengeluarkan cahaya cemerlang bagi dirinya, orang tua, keluarga, lingkungannya dan lebih jauh bagi agama, nusa dan bangsa.

 Saat usia kehamilan anak pertama memasuki 7 bulan, Bunda dilantik menjadi pengurus ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Provinsi Jawa Tengah oleh Prof. Dr. BJ Habibi (Menristek RI waktu itu menjabat ketua ICMI Pusat). Pada saat memberi ucapan selamat pada Bunda. Pak Habibi berpesan sambil tersenyum, “Ibu kalau kelak anak ini lahir laki-laki, kasih nama Ilham, ya! Agar pintar seperti anak saya. Ok?” Bunda menjawab,Insya Allah, Prof!

Alhamdulillah, waktu lahir anak pertama laki-laki, langsung  diberi nama Ilham. Dari si sulung Ilham hingga si bungsu Kintan, semua anak diberi nama dengan batu permata. Semuanya lahir di Semarang. Ilham Binar Lazuardi (7 April 1995), Taufiq Akbar Emeraldi (25 September 1996), Safira Yulia Rizqi (13 Juli 1998), dan Kintan Aulia Astari lahir (22 Juni 2000). Nama mereka terkesan unik, tapi sebenarnya mengandung makna “batu permata” : Lazuardi (permata biru kemerahan), Emeraldi (permata hijau), Safira (permata biru), dan Kintan (permata putih). Ayah dan Bunda berharap, empat permata buah dari cinta mereka tersebut, akan menjadi generasi Qur’ani yang selalu bersinar dan menyinari.

Anak adalah karunia, rezeki, dan amanah dari Allah SWT, karenanya mendidik, mengasuh dan membesarkan anak hendaknya jangan sembarangan. Perlu strategi khusus agar tumbuh kembang anak dapat menuju kecerdasan ukhrowi yang maksimal, sehat rohani, sehat jasmani, sehat emosi, dan sehat sosial sehingga berakhlaq mulia.

Ibu adalah pendidik utama bagi anak-anaknya. Ibu sebagai pencipta, Ibu sebagai pemelihara suasana. Peran ini tidak bisa digantikan oleh siapapun. Prinsip-prinsip dasar kehidupan, seperti agama, nilai kebenaran, nilai kebaikan dan keburukan, perilaku-perilaku dasar sangat tergantung pada pola pendidikan anak dalam keluarga. Bunda berusaha agar bisa menjadi sahabat anak sebagai ‘jembatan emas’, menyatukan anak dan orang tua dengan akrab dan mesra.

Setiap anak ingin diakui eksistensinya. Sebagai orang tua, kita harus mampu menjadi peletak pondasi yang kuat membentuk karakter mulia dengan suasana agamis dimanapun, kapanpun dengan siapapun saja. Hal ini Bunda lakukan dengan cara mengkombinasikan disiplin dengan dialog dua arah. Sehingga kesannya bukan seperti komandan dengan disiplin kakunya yang hanya memerintah dan menyuruh, tapi Bunda mengajak sehingga bunda juga terlibat.

Bunda Darosy dan Ayah Eddy selalu berusaha agar bisa menjadi teladan bagi anak-anak, dengan pola asuh penuh kelembutan, penuh cinta, penuh kasih sayang tanpa kekerasan. Bunda semaksimal mungkin memberi makanan dari rezeki yang halal dan menyekolahkan anak-anak dengan nuansa Islami. 

Di masa keemasan anak/masa golden age, Bunda lebih banyak melakukan pendampingan bersama anak-anak di rumah daripada mementingkan karier/jabatan. Bunda senang bermain bersama mereka, memahami karakteristik masing-masing anak, dan mengimplementasikannya di dalam proses pendidikan, karena…

1.  Setiap anak itu unik.

ü  Masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangan.

2.  Dunia anak adalah dunia bermain.

ü  Biarkan mereka bermain agar kreatif.

3.  Setiap karya anak itu berharga.

ü  Berilah anak-anak pujian, ciuman, kadang-kadang hadiah.

4.  Setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya secara bebas.

ü  Bunda menanamkan sikap saling menolong, saling menasihati, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran dengan cara yang arif.

5.  Setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan.

ü  Bunda membiasakan Ilham bersaudara kritis, punya prinsip dan tidak malu mengakui kesalahannya.

ü  Bunda berusaha dalam menyikapi anak-anak saat bertengkar secara adil dan bijaksana. Semisal Fira dengan Kintan nangis. Kintan bilang, “Bunda, Kak Fira nakal!” Bunda tidak langsung menyalahkan Fira tapi tanya dulu pada Fira dan Kintan bagaimana asal mula kejadiannya. Kalau memang Kintan yang salah, meskipun bungsu tetap Bunda salahkan dan harus minta maaf pada kakaknya. Kak Fira pun memaafkannya dan mereka pun saling berpelukan. Kebanyakan para orang tua tidak adil, kakaknya yang harus mengalah agar adiknya tidak menangis. Sikap ini salah dan tidak mendidik. Sang kakak jadi merasa salah terus, si adik jadi semau gue, ‘paling aku dibela’.

Bunda terkadang sengaja berbuat salah dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap kritis pada anak-anak, misalnya masuk rumah tidak salam. Anak- anak langsung mengkritik, “Bunda kok tidak salam? Istighfar 5x, Bunda!”

Bunda pun langsung senyum dan menjawab, “Iya, terimaksih anak-anakku yang shalih-shalihah, pintar, dan cerdas, Bunda sudah diingatkan. Astagfirullahaladhim (5x)…

Pernah Ayahnya sengaja berbuat salah, sehabis Maghrib langsung menyalakan TV. Padahal sudah ada kesepakatan bersama sehabis maghrib, TV mati dan kami mengaji bersama.

Anak-anak : “Ayah, kok menyalakan TV? Astaghfirullahaladhim.

dimatikan donk yah! Kita kan sudah janji, habis Maghrib baca Qur’an.

Istighfar 10 x !”

Ayah : “Ok, Nak. Maafkan Ayah, ya! Astaghfirullahaladhim (10x)… 

Pembiasaan inilah yang membuat anak-anak tambah percaya diri dan kritis. Mereka pun belajar memahami kalau orang tua itu tidak selalu benar dan butuh diingatkan juga oleh anak-anak. Jadi anak-anak tidak memiliki rasa takut pada orang tuanya. Bunda biasakan pada mereka bahwa takut hanya pada Allah SWT.  



Sebelum berdakwah, awalnya Ilham Bersaudara adalah pembaca puisi. Sejak kecil, Bunda Darosy membiasakan Ilham Bersaudara memiliki rasa percaya diri dan sikap yang kritis dengan cara Bunda sering deklamasi, berpuisi, dan mendongeng. Bunda sengaja tidak mengajarkan menyanyi pada anak- anak (meskipun Bunda berbakat dan dulu pernah juara menyanyi) karena suara wanita itu aurat. Lagu sering melalaikan. Apalagi ada Fira dan Kintan gadis kecil yang cantik, lucu, dan menggemaskan.

Seusai mendongeng, Bunda sering menanyakan seputar isi cerita itu, tokoh jahat, tokoh baik, apa yang mereka lakukan, dan sebagainya. Bunda juga memberi kesempatan mereka untuk gantian mendongeng. Mereka boleh mendongeng apa saja. Mereka boleh bercerita berdasarkan khayalannya. Semuanya mendapat giliran bercerita. Latihan bercerita ini membuat mereka berani berbicara di depan orang lain.

Pernah waktu Kintan kecil berusia 3 tahun, dia dapat giliran maju bercerita di hadapan kami semua. Kintan bilang, “Bunda, Kintan nggak bisa!Langsung kakak-kakaknya bilang, “Dede’ bisa! Ayo dicoba! Semangat, Dek!

Kintan pun langsung bercerita, “Pada suatu hari, Kak Fira digigit nyamuk, Kak Ilham digigit semut, Kak Taufiq digigit tikus. Sakiiit banget! Sampai nangiiis… hu… hu… hu…”

Horeee...

 Semua bertepuk tangan.

“Bagus...

“Dede’ berani!”

“Dede pintar bercerita!”

Bunda sering mengikutkan anak-anak pada lomba- lomba, bahkan lomba merangkak pun juga ikut! Bunda juga ikut merangkak, memberi contoh Dede’ agar semangat mau merangkak.

Bunda tidak mengekploitasi anak-anak agar mereka bersaing/berkompetisi baik dalam bidang keterampilan maupun intelektual hanya demi prestasi, popularitas ataupun materi. Hal ini walaupun akan menghasilkan anak-anak yang pintar dan terampil tetapin miskin perangai, miskin akhlaq, dan egois. Tujuan Bunda mengikutkan berbagai lomba bukan untuk mencari juara, namun Bunda ingin menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak sejak usia dini. Inilah kekuatan yang luar biasa!

Setelah mereka usia 3 tahun, Ilham Bersaudara Bunda ajarkan berpuisi yang ringan- ringan. Ada sebuah kisah. Ketika suami tidak mau buah tomat bahkan ketika tomat itu bercampur dengan mie, juga disingkir-singkirkankan tomatnya. Bunda yang memakannya. Padahal tomat adalah buah yang banyak khasiat dan vitaminnya untuk membiasakan anak-anak agar suka tomat, Bunda pun mengajarkan puisi pada anak- anak.

 

BUAH TOMAT

Buah tomat merah warnanya

Kalau dimakan enaaak rasanya

Mari kawan kita mencobanya!

Agar sehat, kuat badan kita

 

Alhamdulillah, ide itu jurus yang jitu!

Sewaktu berpuisi, Bunda memakai peraga tomat sungguhan yang merah dan besar. Wow, anak- anak sejak kecil sampai sekarang semuanya suka tomat. Hehe… kecuali suami masih belum mau makan tomat.

Membaca puisi itu berbeda dari membaca biasa. Membaca puisi harus dengan intonasi yang jelas, a, i, u, e, o-nya harus jelas, penuh penghayatan, agar yang mendengar bisa merasakan isi puisi. Agar bisa membaca puisi dengan penghayatan, maka harus paham isi puisi itu. Setiap kalimat harus dipahami maksudnya.

Ilham dan adik-adiknya tidak pernah belajar pada seorang guru khusus. Mereka diajari oleh Bunda dan neneknya. Latihannya sederhana, ketika hendak tampil membaca puisi, Ilham Bersaudara biasanya membaca dulu puisinya dengan cermat. Jika ada yang kurang mereka pahami, langsung bertanya pada Bunda. Kintan si bungsu yang masih 3 tahun pada awalnya hanya melihat saja. Karena belum bisa membaca, Kintan menghafal puisinya dengan bantuan Bunda dan kakak-kakaknya menjelaskan apa maksud isi puisinya. Semua membaca dengan gaya masing-masing. Jika ada yang kurang pas, baru Bunda akan memberi masukan.

Alhamdulillah, Ilham Bersaudara disaat lomba sering menjadi sang juara sejak usia dini. Semuanya jago berpuisi. Di kota Semarang dan Jawa Tengah, nama Ilham Bersaudara sudah cukup dikenal karena sering menjuarai lomba baca puisi anak-anak. Bahkan pernah tampil membaca puisi dalam Parade Puisi bersama Gubernur Jawa Tengah, Rektor UNDIP, dan seniman-seniman Jawa Tengah.

[***]



Masya Allah, sekelumit kisah tentang Ayah Eddy, Bunda Darosy, dan keempat pertama mereka: Ilham Bersaudara. Kini, mereka sudah beranjak dewasa. Ilham sudah menikah dan punya seorang putra yang sangat lucu dan menggemaskan dia lulusan Teknik Sipil yang kini sibuk dengan Lazuardi Construction-nya, Taufiq lulusan Teknik Sipil juga yang sedang sibuk mengerjakan banyak proyek, Fira juga lulusan S2 Teknik Sipil ITS yang 14 Januari 2023 silam dipersunting oleh Yusuf, laki-laki salih-hafiz Quran, putra ke-7 Ibu Wirianingsih, dan Kintan baru saja lulus S1 Manajemen dan sedang mempersiapkan diri untuk lanjut S2. 


Dari keluarga Bunda Darosy, banyak inspirasi dan motivasi keren yang saya sendiri dapatkan terutama dalam dunia parenting terlebih semangat berjuang dalam dakwah. Semoga Allah senantiasa merahmati keluarga beliau dan melimpahkan kebarokahan. Aamiin. 10 tahun sudah saya mengenal keluarga istimewa ini, keluarga pendakwah yang sarat prestasi. Masya Allah.




Friday, January 13, 2023

DEMAM LATO-LATO DI NEGERI WAKANDA

Friday, January 13, 2023 0 Comments


Tak tek tak tek

Akhir-akhir ini, suara itu sering terdengar di telinga kita, bukan?

Saya sendiri baru ngeh kalau mainan saya zaman kecil itu kini jadi mainan viral di kalangan anak-anak waktu acara Pesantren Liburan. Ada anak yang bawa. Terus kok di pinggir jalan banyak yang jualan mainan ituh. Kalau dulu namanya Tek-Tek an. Kalau sekarang lebih famous dengan nama Lato-lato.

Pagi ini pun ada flyer tentang peringatan untuk tidak membawa dan memainkan Lato-lato di lingkungan sekolah. Imbauan dari Walikota Semarang, Bu Itha kalau Lato-lato banyak mendatangkan kemudharatan daripada manfaat. Ya benar juga sih, karena hasil saya bertanya ke anak-anak tetangga yang memainkan lato-lato kebanyakan mereka mengalami cedera di bagian tangan, jadi lebam kebiruan gitu karena kena bola lato-lato yang memang sakit rasanya kalau kena tangan. Apalagi baru-baru ini ada kasus anak yang harus kehilangan fungsi indra penglihatannya karena matanya kena lato-lato.  Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un...

Banyak juga video beredar di media sosial dampak negatif dari permainan ini terutama yang membahayakan kesehatan, seperti kepala jadi benjol kena lemparan bola lato-lato, tangan jadi memar, dan lainnya.

Sebenarnya kalau ngomongin manfaat, asal dipakai dengan cara yang TEPAT dan tidak berlebihan, tidak sekadar buat gaya-gayaan karena permainan ini sedang viral, lato-lato bisa menjadi sarana pengalihan dari aktivitas screen time pada anak-anak. Yang dulunya suka bergerombol buat mabar (main game bareng, battle main game) kini sering kita jumpai mereka ngumpul untuk unjuk kebolehan main lato-lato.

Saya sependapat dengan seorang editor buku anak lulusan Psikologi UNS ini, Kak Diah Cemut.

Doi menyampaikan pendapatnya seperti ini, “Untuk positifnya, pertama, bisa bermain 'permainan fisik'. Bukan gadget. Tangannya kan gerak tuh. Jadi fisiknya ikut gerak. Lebih bagus daripada main gadget aja. Mata juga lebih sehat karena nggak kelamaan natap layer. Kalau anak jaman dulu ada permainan tradisional. Tapi sekarang udah jarang yang main engklek kan? Kedua, suaranya mungkin bagi kita yang denger terasa bising. Tapi bagi pemain, itu kayak suara mengasyikkan. Berarti gerakannya udah pas, sehingga menghasilkan suara yang nyaring. Kalau nggak nyaring berarti ada yang salah dalam memainkannya.  Ketiga, mencoba hal baru dan menjawab tantangan. Coba tanya ke dalam hati kecilmu, kamu pasti juga ada rasa penasaran untuk memainkannya kan? Kok ternyata nggak bisa sekali mainin langsung bisa. Ada kalanya harus kepentok dulu, sakit dulu, terus latihan terus hingga jago. Nah, anak akan belajar untuk menchallenge diri.”

Masya Allah, jawaban yang awesome sekali, bukan?

Kalau saya sendiri, Alhamdulillah, Dzaky tidak tertarik untuk memiliki ataupun memainkannya. Dia lebih memilih beli lego daripada lato-lato. Hehe.



Friday, November 25, 2022

CANDU RAJIN NGEBLOG ITU BERNAMA 1W1P

Friday, November 25, 2022 0 Comments


Selama pandemi, satu aktivitas yang sering saya lakukan untuk menjaga kewarasan adalah dengan menulis jurnal atau catatan harian. Bahkan iseng-iseng bikin semacam bullet journaling yang ada gambar-gambar lucu seperti doodle, handslettering, lengkap dengan aneka stiker. Jadi aktivitas motorik halus dengan menggerakkan jemari menjadi candu tersendiri. Sesekali melepaskan stiker dari perekatnya lalu menempelkannya ke kertas. Mensetting setiap halaman kosong menjadi halaman yang semarak beraneka rupa untuk kemudian mencoretinya dengan beragam warna pena. Masya Allah, healing with journaling rasanya. Apalagi waktu pandemi saya dalam kondisi hamil. Terkadang rasa cemas itu muncul, aneka rupa rasa yang kemudian saya coba netralkan dengan aktivitas mensejajarkan aksara di buku atau menggambar kondisi hati. Jadi, menciptakan semacam visual story dalam sebuah catatan harian.

Alhasil, aktivitas ini menyita fokus saya dari aktivitas mengetik dengan laptop, khususnya menulis untuk mengisi rumah maya di blog. Karena waktu itu juga lagi ada tugas menulis buku pengayaan. Jadi kerja di depan laptop hanya untuk menyelesaikan proyek menulis buku pengayaan itu, tidak kemudian menulis artikel atau apapun lalu posting di blog. Makanya, setahun hingga dua tahun terakhir ini blog sudah penuh dengan sarang laba-laba.

Sampai kemudian para emak founder Gandjel Rel menginfokan bakal ada aktivitas 1W1P, 1 Week 1 Post. Jadi sepekan sekali bakal ada 1 tema yang harus ditulis dan diposting di blog masing-masing dengan persyaratan dan ketentuan yang sangat mudah dan tidak memberatkan. Kuncinya cuma butuh: semangat, disiplin, dan konsisten. Berat memang awalnya, tapi menjadi sebuah pematik semangat dalam diri. Minimal alon-alon waton kelakon bersih-bersih blog dari sarang laba-laba.

Taraaa… dan inilah ke-8 tema yang Alhamdulillah bisa saya tulis dan posting di blog. Meski saat tema 7  bukan di blog utama karena entah kok tiba-tiba eror, mungkin sudah waktunya bayar domain. Hehehe.

Tema periode 1 (3-8 Oktober 2022: Tragedi Kanjuruhan

Tema periode 2 (10-15 Oktober 2022): Postingan Viral, Yeay or Nay?

Tema periode 3 (17-22 Oktober 2022): Mengapa Suka atau Tidak Suka Drakor?

Tema periode 4 (24-29 Oktober 2022): Buku Favorit

Tema periode 5 (30 Oktober – 5 November 2022): Tips Mengatasi Badmood

Tema periode 6 (6-12 November 2022): Film Favorit

Tema periode 7 (13-19 November 2022): Kebaya Merah

Tema periode 8 (20-26 November 2022): Kesan Mengikuti Aktivitas 1 Week 1 Post. Ingin Lanjut Lagi atau Cukup 8 Periode Saja?

Menjawab tema periode ke-8 cukup satu kata saja: LANJUUUUUUT!

Bismillah, semoga dengan minimal menulis 300 kata setiap kali posting 1W1P menjadi salah satu ikhtiar membangun kebiasaan positif untuk rajin ngeblog. Menjadi candu istimewa untuk rajjin ngeblog. Karena prinsip gabung komunitas Gandjel Rel adalah NGEBLOG BEN RA’ NGGANJEL. 

So, yuk semangat ngeblog, Nung!




Saturday, November 19, 2022

Kasus Viral Kebaya Merah dan Darurat Pornografi

Saturday, November 19, 2022 0 Comments

 



 

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi mengatakan bahwa pornografi merupakan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Pornografi bisa menjadi ancaman bagi remaja karena terdapat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan masa depan. Hiiiy, ngeri sekali ya, Mak!

 

Kerusakan otak

Dampak kecanduan pornografi yang pertama adalah rusaknya otak. Ketika melihat pornografi, tubuh akan mengeluarkan hormon dopamin. Jadi, semakin sering melihat pornografi maka dopamin akan terus keluar hingga membanjiri prefrontal cortexPrefrontal cortex adalah salah satu bagian dari otak yang berperan sebagai pusat kepribadian karena memiliki fungsi eksekutif.

Apabila prefrontal cortex dibanjiri oleh dopamin, dampak yang muncul bisa seperti sulit membedakan baik dan buruk, sulit mengambil keputusan, kurangnya rasa percaya diri, daya imajinasi menurun, dan juga kesulitan merencanakan masa depan. Kecanduan melihat pornografi juga bisa mengakibatkan penyusutan jaringan otak yang lambat laun otak akan mengalami pengecilan serta kerusakan permanen.

Subhanallah, separah itu dampaknya.

 

Gangguan emosi

Jika dari segi fisik pornografi bisa menyerang otak, maka dari segi psikis pornografi dapat menyebabkan gangguan emosi. Dampak psikis yang terjadi ketika kecanduan pornografi antara lain perasaan kacau karena selalu mencari konten pornografi ataupun mudah marah dan tersinggung jika kegiatan mengakses pornografinya terganggu.

Selain itu, kecanduan pornografi pun dapat membuat pengidapnya mudah lupa dan juga sulit berkonsentrasi. Orang yang sudah kecanduan pornografi juga lebih mudah cemas karena takut rahasianya terbongkar sehingga kesulitan berinteraksi dengan keluarga maupun teman-temannya.

 

Masa depan hancur

Bahaya laten dari kecanduan pornografi yang terakhir adalah hancurnya masa depan. Seseorang yang kecanduan pornografi akan sulit menghentikan perilaku kecanduan sehingga mengabaikan hal lain yang bermanfaat. Ia akan kehilangan kebiasaan untuk hidup teratur dan tertib.

Bahaya yang lebih mengancam jika kecanduan pornografi adalah risiko terjerat seks bebas. Seks bebas tentunya memiliki dampak yang sangat buruk, bahkan bisa merusak masa depan. Belum lagi jika hasrat seksual semakin tinggi maka pengidap pornografi bisa melakukan hal-hal nekat seperti pelecehan seksual hingga pemerkosaan.

 

Sebenarnya masih banyak dampak lain dari pornografi. Dalam tulisan ini, hanya 3 saja yang UmmaMa bahas. Miris sekali rasanya saat beberapa waktu lalu menemukan sebuah kasus yang sedang viral tentang “kebaya merah”. Awalnya bingung, kenapa banyak bersliweran dua kata itu, saya kira ada desain kebaya merah yang cakep, unik, terus jadi viral. Ternyata tidak, Maaak. Ternyata ada konten video syuuur yang menampilkan sosok perempuan yang mengenakan kebaya merah dan berperilaku yang tidak pantas.

Coba tanyakan kepada remaja di sekitar kita, mereka tahu nggak kasus ini. Saya yakin, sebagian besar dari mereka pasti up date. Miris sekali rasanya, ketika konten-konten pornografi saat ini beredar bebas dan mudah diakses oleh siapapun bahkan anak-anak usia belia. Sediiiih sekali rasanya. Satu hal yang pasti, penguatan tentang bahaya pornografi harus terus digaungkan di lingkungan terdekat, yakni keluarga lalu sekolah, dan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.

Satu hal yang harus ditanamkan dengan baik adalah MEMPERKOKOH PONDASI KEIMANAN bahkan sejak anak usia dini. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari segala bahaya pornografi, pergaulan yang menyimpang, dan segala kebathilan di dunia ini. Allah adalah sebaik-baik penjaga. Mari terus mendekatkan diri kepada-Nya.

 

 

Saturday, November 12, 2022

Menguatkan Jalinan Cinta dari Film Wedding Agreement

Saturday, November 12, 2022 0 Comments


Menikah tanpa pacaran. Nah, ini gue banget. Alhamdulillah, tepat tanggal 10 November 2022 ini menjadi peringatan 10 tahun saya dan suami menikah. SATU DEKADE BERSAMA DALAM CINTA. Masya Allah, nano-nano banget rasanya. Allah izinkan kami berlayar dalam bahtera rumah tangga hingga menginjak tahun ke-10. Salah satu kado terindah di 10 tahun pernikahan kami adalah duo DNA, buah cinta kami: Dzaky dan Dzikri. Anak-anak yang sehat, ceria, dan semoga kelak tumbuh jadi anak-anak salih nan tangguh. Aamiin.

Ngomong-ngomong tentang pernikahan, ada satu film yang mengangkat tema tersebut dengan alur cerita yang sangat apik. Film ini menjadi salah satu imunbooster di kala badai Corona menyerang keluarga kami awal Januari 2021 silam. Film yang meninggalkan banyak kesan istimewa dalam benak saya. WEDDING AGREEMENT judulnya. Film ini diangkat dari novel best seller karya Eria Chuzaimiah (Mia Chuz). Cerita dari novel ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah film oleh pihak Star Vision dan Archie Hekagery yang menjadi sutradaranya.

Pemain Wedding Agreement:

Indah Permatasari sebagai Tari

Refal Hady sebagai Bian

Aghniy Haque sebagai Sarah

 

Film Wedding Agreement berkisah tentang Btari Hapsari (Indah Permatasari) yang tidak menyangka pernikahannya akan menjadi mimpi buruk.

Hari pertama tiba di rumah Byantara Wicaksana (Refal Hady), suaminya, Tari langsung dihadapkan pada perjanjian pernikahan yang isinya mengatakan bahwa mereka akan bercerai dalam waktu satu tahun. Alasannya adalah Bian sudah memiliki kekasih yang sangat dicintai yaitu Sarah dan berharap bisa menikah dengannya. Bian sebenarnya sudah memperkenalkan Sarah kepada kedua orang tua, namun ditolak.

Awalnya mereka menikah karena dijodohkan oleh orang tua, bukan karena saling mencintai. Sejak kecil, kedua orang tua Bian dan Tari memang bersahabat. Di masa lalu, keluarga Bian pernah mengalami masalah keuangan, nah keluarga Tari lah yang menolong sehingga usaha yang dikelola Papa Bian bisa pulih kembali. Orang tua Tari meninggal saat Tari masih SMP karena kecelakaan yang membuat Tari jadi yatim piatu. Karena merasa berhutang budi, maka orang tua Bian ingin kelak Tari lah yang menjadi pendamping hidup Bian.

Film ini menampilkan bagaimana kehidupan dua orang yang menikah tanpa rasa cinta. Sang suami ternyata masih mencintai kekasihnya dan berharap bisa mengakhiri pernikahan dalam satu tahun untuk bisa hidup bahagia dengan kekasih. Sementara sang Istri adalah wanita mandiri yang cukup paham agama sehingga ingin berbakti kepada suami walaupun menikah karena dijodohkan.

Apakah Tari berhasil meluluhkan Bian yang sangat dingin dan menganggap Tari sebagai orang asing di rumah mereka? Ending yang sangat manis dari film ini membuat gerimis di hati saya. Film yang layak ditonton. Apalagi di 2022 ini sudah ada versi seriesnya dengan alur cerita yang lebih detail.

Kalau kamu, film tema pernikahan apa yang jadi favoritmu?

 


 

 

Friday, November 04, 2022

Mengubah Bad Mood jadi Good Mood ala UmmaMa

Friday, November 04, 2022 0 Comments

 



Senin, 31 Oktober 2022

"Umma, Kakak bosen," keluh Dzaky dengan muka dilipat macam kertas origami.

"Oh, Kakak bosan, ya. Kakak bingung mau melakukan kegiatan seru apa gitu, ya. Hmm, itu ada sebox lego nganggur, bisa dikreasikan jadi macam-macam. Ada banyak mobil-mobilan, ada puzzle, ada buku, ada macam-macam mainan juga. Coba Kakak pilih yang sekiranya ingin Kakak mainkan,” kata Umma sambil mangku adik yang otw ngantuk mau bobok.

Hari ini Dzaky memang izin tidak berangkat sekolah karena batuk pilek. Segala mainan sudah dimainkan dan pasti dia kangen berkegiatan di sekolah. Ini jadi alasan utama dia jadi gampang bosan. Lama-lama kalau bosan melanda bisa bad mood dia.

Akhirnya sambil bisik-bisik, Umma bilang, "Kak, tolong ambil kertas kosong sama spidol hitam. Umma buatkan gambar mobil atau Kakak pengen digambarin Umma apa, nanti Kakak yang mewarnai ya. Terus Kakak jual, nanti Umma sama Adik yang jadi pembelinya," ucap Umma mencoba memberikan solusi. Demi menjaga suasana rumah agar tetap tenang dan kondusif karena Dzikri butuh rehat yang cukup untuk recovery dari batuk pileknya juga.

Alhamdulillah, berhasil! Dzaky bergegas mengambil kertas dan spidol Umma sesuai dengan perintah Umma.

Sret... Sret... Sret...

Kondisi sambil mangku Dzikri nyinyinan otw bobok dengan ditopang tangan kiri lalu tangan kanan menggambar itu sudah biasa. Meski kadang gambarnya kurang presisi tapi bagi Dzaky gambar Umma selalu keren. Xixixi. Makasih ya, Kak. Akhirnya Umma buatkan gambar mobil pemadam kebakaran, truk polisi, juga gambar ikan. Dzaky  lalu duduk di kursi belajarnya dan asyik mewarnai.

Beberapa saat kemudian dia lapor kalau sudah selesai. Gambar ikan nanti dibeli adik. Dia ngasih harga 2000. Gambar mobil pemadam dan truk polisi nanti dibeli Umma. Dia ngasih harga masing-masing gambar 5.000. Dzaky sangat senang ketika menerima uang dari hasil karyanya. Katanya uang itu akan dikumpulkan dan dia gunakan untuk beli buku atau mainan di Big Bad Wolf yang saat ini masih berlangsung di PRPP sampai tanggal 6 November nanti.

Nah, inilah cara Umma mengatasi bad mood yaitu dengan menggambar, mewarnai,  handslettering, juga creative journaling ala-ala Umma. Kegiatan ini juga sering Umma tularkan ke Dzaky. Kegiatan ini juga menjadi semacam art therapy karena konon ketika jari jemari kita berkreasi, lalu dipadukan dengan pencampuran warna bisa jadi moodbooster tersendiri. Yang semula suntuk jadi lebih semangat. Yang semula bosen jadi lebih ceria lagi. Bahkan bisa me-release emosi yang kurang baik menjadi energi positif yang luar biasa.

Beginilah salah satu cara Umma dan Dzaky mengatasi bad mood, mengubahnya agar jadi good mood. Kalau teman-teman bagaimana?