Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, February 09, 2016

[Nostalgia Putih-Abu] : SPARKLING SMANSA



Biarkan satu halaman terbuka setiap hari…
Renungkanlah rahasia yang ada di dalamnya…

Masa SMA bagiku menjadi masa yang penuh warna. Saat aku merasakan desiran hati yang berbeda (terserang virus merah jambu, hihihi),  saat aku mendapatkan ujian hidup yang luar biasa dari-Nya, saat aku belajar berorganisasi, saat aku menemukan sahabat-sahabat sejati, saat aku mengenal indahnya Islam, saat aku memutuskan mengenakan hijab untuk pertama kalinya, saat aku belajar menemukan jati diri dan menentukan visi-misi hidupku di masa depan.


Pernak-Pernik Bintang 1
Bisa masuk dan diterima di SMA paling kece, paling favorit, paling WOW di Kota Wonogiri adalah sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang luar biasa! Itu juga yang aku rasakan. Meskipun keputusanku dan saudari kembarku diprotes teman-teman dekat yang memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA favorit Kota Solo. Akhirnya, setelah musyarawarah dengan Mas Dhody (kakak laki-lakiku yang pernah merasakan ngekos di Solo waktu sekolah di SMK N 1 Solo), Babe, sama Ibuk,  diputuskan kalau si kembar (SUPERTWIN) SMA-nya di Wonogiri saja. Baru nanti kalau kuliah boleh ke luar kota Wonogiri. Tak perlu bersusah payah untuk bisa diterima di SMA N 1 Wonogiri (SMANSA). Nilai rata-rataku Ujian Nasional SMP (mungkin dulu istilahnya EBTANAS) 9,… (sembilan koma sekian… *lupa) dengan nilai Matematika sempurna (10). Alhamdulillah, saat pengumuman penerimaan siswa/siswi baru, aku dan kembaranku dinyatakan LOLOS SELEKSI. Seragam dengan bordiran bintang 1 di lengan kiri pun aku dapatkan.
Seperti biasa, jadi siswa baru itu harus ikut MOS (Masa Orientasi Siswa atau Masa Orientasi Sekolah). Barang PR-nya ya ampuuun… super ugal-ugalan. Bikin tas dari karung tepung segitiga biru-lah, bawa roti dengan merk X, air mineral merk Y, harus kunciran dengan pita sejumlah 7, dan masih banyak lagi. Yang bikin nganyelke itu peraturan seniornya…
Pertama, senior selalu benar!
Kedua, jika senior melakukan kesalahan, kembali ke peraturan pertama!
Bah, apa pula?! Peraturan macam apa itu?
Setiap pagi harus sudah kumpul sebelum jam 6 pagi. Otomatis Ibuk dan Babe pun  ikutan rempong. Setelah aku dan kembaranku sarapan, Ibuk mbantuin nguncir dan Babe nganterin sampai batas pengantar yang ditentukan.
Setelah peluit panjang yang menyayat hati itu dibunyikan oleh Tim Disiplin, semua anak-anak baru haru segera berbaris rapi di lapangan. Aku masuk di kelas 1.5, beda kelas dengan kembaranku yang masuk di kelas 1.7.
Lalu, kami mengikuti upacara pembukaan MOS. Setelah upacara selesai, ada cek barang PR, bentak-bentakan nggak jelas yang sangat memekakkan telinga dan membuat ciut nyali. Selama MOS 3 hari itu, ada 1 hari dimana aku mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dari para senior putri (terutama salah satu senior cewek tergalak). Aku dikerubung oleh beberapa senior yang teriak-teriak nggak jelas di telingaku dan ternyata hal itu terekam di memory bawah sadarku.
MOS pun usai, ternyata ada perubahan penempatan kelas. Akhirnya, aku dan kembaranku menjadi 1 kelas, di kelas 1.3. Kami juga tidak tahu kenapa bisa jadi satu kelas. Ternyata gurunya pun tidak sadar kalau ternyata kami berdua itu kembar. Dan… cerita-cerita seru di kelas 1.3 pun dimulai. Ada beberapa ‘catatan harian bintang 1’ yang tak bisa aku lupakan :
1.     Di kelas, aku dan kembaranku terkenal cukup rajin, baik dalam hal mengerjakan PR, mengerjakan LKS (belum disuruh mengerjakan saja, kita berdua sudah kerjakan di rumah. Hihihi *kesregepen). Alhasil, teman-teman sekelas sering meminjam pekerjaan kami. Kalau pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi, teman-teman yang lain pada rempong mengerjakan PR atau menyalin tugas, aku, kembaranku, dan temanku yang namanya Uyun, kita malah asyik nangkring di meja guru. Samping meja guru memang ada sebuah jendela, yang dari sana kita bisa melihat lapangan basket, trotoar, jalan raya. Ehm, dan tentu saja, curi-curi pandang dengan ‘someone special’ yang kita ‘taksir’. Hahaha. Astaghfirullah… Kalau inget kejadian nongki-nongki di meja guru ini bikin aku ketawa sampai mules.
2.    Di kelas 1.3 ini, aku dan kembaranku membentuk sebuah Genk namanya ‘Genk BeRr’ dan kita berdua yang jadi bos-nya. Hahaha. Anggota khusus adalah teman-teman sederet (bangku depan sampai belakang) ditambah beberapa anggota lain yang turut meramaikan. BeRr sendiri ntah apa filosofinya, yang jelas kita selalu ber-lajar ber-sama, ber-main ber-sama, ber-senang-senang ber-sama, ulangan ber-sama (nyontek-nyontekan), mbolos ber-sama, dll. Hahaha. Kacau! Parah! Memang, kelas 1.3 ini anggota terbanyak memang cowok-cowok anggota basket SMA, yang sangat takluk dengan aku dan kembaranku. Takluknya karena aku dan kembaranku sering membantu para cowok itu saat mengerjakan ulangan. Hihihi. Betapa baiknya ya kita? *janganditiru! Ini kebaikan yang salah dan menyesatkan.
3.    Aku dan kembaranku duduk di baris ke-3, cowok-cowok biasanya suka duduk di barisan belakang. Saat ada guru yang ‘njelehi’, ‘bikin ngantuk, ‘ingin kabur rasanya’, aku dan kembaranku biasanya menyiasati dengan membawa camilan dan kita taruh di laci. Saat ‘aman’, diam-diam kita makan tu camilan atau permen. Nah, biasanya anggota Gank BeRr yang lain berkirim surat untuk minta ‘sedekah camilan atau permen’ yang kita punya. Hahaha.
4.    Aku dan kembaranku pernah mempelopori aksi membolos satu kelas. Waktu itu, jam terakhir Bahasa Inggris dan kosong. Akhirnya, aku dan teman-teman sepakat mendingan kita bolos aja. LKS yang disuruh untuk mengerjakan pun sudah aku kerjakan. Teman-teman segera kami suruh untuk menyalin dengan cepat lalu dikumpulkan. Ada dua teman cowok yang ‘mlipir’ keluar terlebih dulu untuk menangkap tas yang dilemparkan lewat jendela. Habis itu, setiap dua orang ‘mlipir’ ke luar sekolah lewat pintu yang berbeda-beda. Seru sekali waktu itu! Sayangnya, keesokan harinya, kita sekelas mendapatkan hadiah amarah besar dari ibu wali kelas dan dihukum oleh Guru Bahasa Inggris. Maafkan kenakalan kami, ya, Bu! *sungkem
5.    Kelas bintang 1 ini aku benar-benar merasakan suka dukanya jadi seorang ‘secret admirer’ cowok kelas 1 juga tapi kelasnya di bawah, dekat lapangan basket. Sering banget, pura-pura ke kamar mandi bawah, hanya sekadar biar bisa curi-curi pandang atau mengunjungi teman SMP yang sekelas dengannya. Padahal cowok itu dulu juga 3 tahun sekelas sama aku waktu SMP. Tapi, di SMP aku nggak sedikit pun menaruh hati padanya. Fokusku waktu SMP ya belajar, belajar, dan belajar. Nggak ngikut-ngikut teman, SMP udah punya gebetan bahkan punya pacar. Ntahlah! Biarlah, benih-benih rasa suka itu muncul dan aku tetap menjadi pengagum rahasianya dalam diam… *uhuk! (Waktu itu aku belum kenal ROHIS. Lha wong kalau mentoring sering kabur. Aku masih jadi anak kelas 1 yang gaul tapi rajin, seorang aktivis KIR. Hihihi.)
Dan… aktivitas nongki-nongki di atas meja guru setiap pagi pun tetap menjadi rutinitas yang mengasyikkan.

Pernak-Pernik Bintang 2
Alhamdulillah, aku dan kembaranku naik kelas 2 dengan nilai yang cukup memuaskan, masih ranking 5 besar. Di bintang 2 ini, aku dan kembaranku terpisah. Aku kelas 2.2 dan kembaranku kelas 2.3. Dan pagi itu menjadi pagi yang kelabu dalam hidupku.
Hari pertama masuk sekolah di kelas 2, aku diajak teman-temanku untuk melihat MOS anak-anak kelas 1 di lapangan basket. Entah kenapa, aku seperti merasa di-MOS lagi. Suara terikan, bentakan, caci maki para senior yang sempat aku rasakan setahun silam, seperti memenuhi telingaku. Sampai akhirnya, aku ambruk, pingsan, lalu mengalami kejadian aneh dalam diriku. Aku trauma! Aku merasa aneh dengan semua kondisi di sekelilingku. Babe dan Ibuk yang waktu itu kerja, dipanggil guru BK untuk menjemputku. Sampai di rumah aku mencoret-coret majalah-majalahku. Seperti orang ketakutan. Akhirnya, sore itu juga, orang tuaku membawaku ke rumah sakit khusus syaraf di Solo. Setelah antri yang cukup panjang dan melelahkan, aku pun diperiksa oleh seorang dokter yang rambutnya sudah memutih tapi sangat sabar. Aku harus di CT-Scan. Singkat cerita, hasilnya menunjukkan ada yang tidak beres dengan syaraf di bagian otak kecilku. Aku harus diopname dan harus menjalani serangkaian test dan terapi. Tentu saja, biayanya sangat tidak sedikit! Padahal waktu itu, rumahku sedang direnovasi. Akhirnya, semua biaya yang sekiranya untuk renovasi rumah, digunakan untuk biaya pengobatanku. Ibuk selalu ada di sampingku. Beliau rela cuti selama 22 hari agar bisa selalu ada di dekatku. Babe, Mbak Thicko, dan Mas Dhody beberapa hari sekali naik bis ke Solo untuk menengokku di rumah sakit. Saat sakit itu, beberapa teman menengokku dan para tetangga juga. Akhirnya, setelah 22 hari aku harus menjalani rawat inap, aku diperbolehkan pulang, tapi harus tetap rawat jalan. Sampai akhirnya aku kembali ke sekolah. Dengan senang hati, teman-teman menyambutku. Sayangnya, aku benar-benar tidak bisa konsentrasi mengikuti pelajaran. Kepalaku pusing bukan kepalang. Akhirnya, aku ambruk lagi, sempat tak sadarkan diri beberapa hari,  dan harus dirawat lagi. Hingga akhirnya, dokter pun memutuskan aku cuti sekolah dulu satu tahun! Apaaa? Seketika aku langsung menangis. Aku sangat sedih. Namun, keluargaku menguatkanku.
Singkat cerita, aku pun dibuatkan sebuah warung kecil (26 Oktober 2003) oleh Babe dan Ibuk. Warung yang harus aku kelola sendiri. Tujuannya agar aku punya kesibukan di rumah. Meskipun saat itu, terkadang aku merasa sangat sedih. Bagaimana tidak? Setiap hari aku melihat kembaranku pakai seragam putih abu-abu, menikmati masa SMA yang penuh warna. Sedangkan aku, sibuk memikirkan gimana caranya agar aku cepat sembuh dan bisa kembali ke sekolah. Waktu itu, setiap bulan, Babe tetap membayar SPP-ku. Jadi, aku tetap tercatat sebagai siswa di SMA itu. Aku pun belajar memaafkan saat para senior galak yang beberapa diantaranya sudah lulus itu datang untuk menengokku dan minta maaf atas kesalahan mereka di masa lalu.
Warung kecilku di depan rumah. Sengaja fotoku disensor pakai remote TV. Hihihi. Coz aku belum pakai jilbab waktu itu.

Hari-hari berlalu, aku belajar meyakini bahwa segala yang menimpaku saat ini adalah kehendak-Nya, jalan takdir-Nya yang begitu indah, dan aku harus sabar serta ikhlas menjalani ini semua. Terkadang, untuk mengobati rasa kangen, aku berkirim surat ke teman-teman SMA dan menitipkan surat-surat itu ke Mbak Thicko. Teman-teman juga sering main dan menghiburku. Aku juga mengungkapkan isi hatiku dengan menulis diary dan membuat puisi. Mbak Thicko juga sering membawakanku kaset-kaset nasyid dan majalah juga buku yang ia pinjam dari kakak kelas. Salah satu buku yang paling berkesan adalah novel Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) karya HelvyTiana Rosa. Dari tokoh Gita, aku pun bertekad dalam hati, suatu hari nanti aku ingin mengenakan hijab. Waktu itu, Mbak Thicko memang sudah mulai aktif mentoring, ikut majelis ta’lim sekolah, dan gabung di ROHIS. Dalam mentoring itu, hanya Mbak Thicko dan Uyun yang belum berhijab.
Novel Ketika Mas Gagah Pergi yang dipinjamkan Mbak Thicko untukku

Sampai akhirnya tahun ajaran baru semakin dekat, aku menyiapkan mental sebaik mungkin. Karena kenyataan yang akan aku hadapi adalah aku akan mengulang di kelas 2, otomatis teman-teman seangkatan dulu akan naik ke kelas 3 (jadi kakak kelasku) dan yang akan menjadi teman seangkatanku adalah adik kelas. Alhamdulillah, aku diterima di kelas 2.3 dan sebangku dengan Meutika. Adik kelas yang sudah aku kenal sejak SMP karena kami sama-sama les di bimbel BPG Nurul Islam.
Tidak terlalu sulit bagiku untuk menyesuaikan diri. Teman-teman di 2.3 sangat asyik dan seru! Wali kelas kami (Bu Rini) juga sangat care. Beliau sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Aku pun ber-azzam, ketika naik kelas 3 nanti aku bisa ranking 3 besar dan itu tandanya aku benar-benar sudah sembuh, aku akan mengenakan hijab. Aku sampaikan keinginanku itu ke Mbak Thicko dan keluargaku. Semuanya setuju!
Di kelas 2 ini, aku benar-benar punya banyak teman yang asyik dan menyenangkan, baik yang sekelas maupun yang beda kelas. Aku pun mulai gabung di ROHIS (jadi tim MADING) dan masuk OSIS (sebagai tim kreatif) tanpa melalui LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan). Aku juga ikut mentoring. Prestasi yang cukup membanggakan adalah aku dan tim nasyid putri SMA N 1 Wonogiri berhasil mendapatkan juara 1 lomba nasyid SMA tingkat Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya, aku juga dipercaya untuk membuat desain kaos kelas, lalu aku usulkan namanya ‘DEUX TROIS’ yang artinya 2.3.


Ini desain sederhanaku yang aku buat dengan tulisan tangan…

Pernak-Pernik Bintang 3
18 Juni 2005…
Siapa sangka, dulu aku begitu benci dengan MOS. Tapi, saat naik kelas 3 ini karena aku juga aktif di OSIS dan terlibat dalam kepanitiaan MOS, aku terpilih untuk menjadi “TP” atau “Tim Penilai”. Amanah maha berat yang harus aku sandang!
Ada yang berbeda denganku hari itu. Ya, Norma yang dulu sudah bermetamorfosis. Ada kain putih menutup kepalaku dan menjulur hingga menutupi dada. Naik kelas 3 SMA ini, aku mantap mengenakan hijab. Sahabat yang pertama kali mengucapkan selamat dan memelukku adalah Gestin. Ia pula yang memberikan satu stel seragam panjang untukku lengkap dengan kerudung segi empat warna putih. Teman-teman OSIS langsung heboh. Beberapa diantara mereka mengucapkan selamat dan teman-temanku yang sudah berhijab terlebih dulu (kebanyakan anak OSIS yang merangkap ROHIS) mendoakan aku semoga istiqomah. Bahagia sekali rasanya! Mungkin ini salah satu hikmah yang bisa aku dapatkan atas sakitku beberapa waktu silam. Aku memiliki banyak sahabat yang sangat peduli dan penuh kasih sayang.
Itu jilbab kaos Rabbani pertamaku... awal-awal pake kerudung.

Taraaa... ^_^ *imut, kan? hihihi *krukupan kresek

Amanah selama MOS aku tunaikan dengan maksimal. Ujian pun tak berhenti begitu saja. Ujian setelah berhijab justru jauh lebih berat. Aku menangkap ada sesuatu gelagat yang tidak beres dengan tingkah seorang temanku. Dia ikhwan, amanahnya cukup mentereng di OSIS juga ROHIS. Awalnya, ia mengirimkan surat padaku yang ia titipkan ke Gestin. Aku anggap itu curhatan biasa, aku pun membalasnya karena posisinya sejak SMP ikhwan itu memang adik kelasku. Hingga akhirnya, ia mengirimkan surat ungkapan kekagumannya padaku beserta kaset Edcoustic dan buku karya Salim A Fillah yang waktu itu memang lagi booming di kalangan anak ROHIS (Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan). Whuaaatz?
Singkat cerita, aku mulai menata hati, menjaga hatiku dengan sebaik-baik penjagaan. Aku tidak ingin, cintaku pada-Nya dinomorduakan. Meskipun rasanya sangat berat, aku sangat bersyukur, ada banyak sahabat yang selalu mendukungku.
Kelas 3 ini aku jadi warga 3 IPA 4, letak kelasnya di lantai 2. Aku pun benar-benar sibuk. Pulang sekolah ada les di bimbel. Aku juga dapat amanah sebagai bendahara kelas yang cukup ‘sangar’ ketika nagih uang LKS atau iuran wajib. Hihihi. Untungnya, aku tidak perlu membayar LKS atau buku-buku. Gratis khusus untuk bendahara kelas. Asyik, kan? *ngiritbanget!
Buku sakti kelas 3 IPA 4. hihihi

Isi buku keuanganku, yang buatin Ibuk lho!
Oh ya, aku punya guru favorit yaitu Bu Rini (wali kelasku saat kelas 2.3 dulu). Bu Rini jadi guru Fisika yang bisa menyulap pelajaran Fisika yang njlimet n bikin mumet itu jadi pelajaran yang menyenangkan dan selalu bikin greget. Alhamdulillah, ulangan Fisikaku selalu dapat nilai bagus. Di kelas 3 ini, nilai yang cukup mengenaskan yaitu Kimia. Aku sering remidi, tak heran kalau aku pulang sekolah sering les privat sama Gestin karena ia sangat jago dalam pelajaran Kimia.
Selain Bu Rini, guru favoritku yaitu Pak Larno, guru Matematika yang kebanyakan teman-teman menyebut beliau ‘guru killer’, guru yang selalu membawa spidol berkeliling kelas, spidol itu akan beliau taruh di meja siswa, lalu ia harus menyelesaikan soal di papan tulis. Kalau Pak Larno sudah memegang spidol dan berjalan berkeliling, aku selalu menggoda teman sebangkuku Dian Novalia (Dinov). Ia pasti berkeringat dingin. Tapi, aku suka cara beliau mengajar. Dari dulu memang aku sangat suka pelajaran Matematika. Betapa menyenangkan bisa memecahkan soal-soal logaritma, integral, dan aneka rumus yang kadang membuat teman-temanku ‘mabuk’. Hihihi.
Segala perjuanganku untuk serius belajar di kelas bintang 3 ini, membuahkan hasil yang tak sia-sia. Aku berhasil mengantongi nilai UN Bahasa Inggris dengan nilai sempurna 10! Alhamdulillah… aku pun mulai sibuk untuk persiapan mengikuti SNMPTN. Universitas Sebelas Maret adalah kampus pilihan sekaligus impianku. Karena setelah lulus dari kelas 3, kembaranku pun memutuskan untuk memakai hijab dan ia diterima di Fakultas MIPA UNS. Aku ingin menyusulnya. Hehehe.

Bersama teman-teman dikelas 3 IPA 4 SMANSA

Hmm, ini ada beberapa lagu kenanganku saat SMA, membuat masa putih abu-abuku semakin berkilau. Sparkling SMANSA…
“Saat lonceng pagi datang..
getarkan relung hati kecilku…
akankah terasa lagi senja yang hadir seperti dulu?
Berlari mengejar angin…di tepi riuh deburnya air..
menanti perahu layar pulang menepi..
MENJALA CINTA
takkan kudengar suaramu
nyanyikan KEAJAIBAN KECILMU…
tak kan kau dendangkan lagi… senandung syair hidupmu…
bayang dirimu menghilang… seiring kepak camar menjelang...
tiada yang lebih manis semanis engkau ada di sini…”
[ADA Band]

"Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah..."

[EDCOUSTIC]

“Dunia ini masih seluas yang kau impikan...
Tak perlu kau simpan luka itu, sedalam yang kau rasa
Memang ada waktu agar kau bisa kembali semula.
Percayalah padaku, kita kan bisa melewatinya…
Jangan bersedih, oh kawanku…aku masih ada disini
Semua pasti kan berlalu, aku kan slalu bersamamu…
Jalan hidup tak slamanya indah
Ada suka…Ada duka..
Jalani semua yang kau rasakan, kita pasti bisa!"
[EDCOUSTIC]

Dan inilah rentetan kalimat yang aku tuliskan di
ALBUM KENANGAN SMANSA 2005/2006 :

“Hidup memang penuh dengan goresan warna. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiaplah menghadapi putaran waktu, hingga setiap langkah dan helaan nafas senantiasa bernilai ibadah kepada-Nya...


Tulisan ini diikutsertakan dalam event Giveaway Nostalgia Putih-Abu Mbak Arina 





2 comments:

  1. Ealaah keliru masukin komen hehehe...
    Ceritanya panjang euy tapi seru dhan aku masih kesulitan membayangkan mbak nungma jd anak badung ga peecaya banget pokoknya hahhaha...
    Aniwey..goodluck ya ngelombanya

    ReplyDelete
  2. Mba... mengharukan banget kisahnya :(

    memang selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian.
    Barakallah..

    Terimakasih banyak sudah ikut GA saya ^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna