Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label Nikah. Show all posts
Showing posts with label Nikah. Show all posts

Saturday, December 04, 2010

Menikah, Kenapa Takut?

Saturday, December 04, 2010 0 Comments

Apabila telah tiba masaku
Untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan Allah berikan
Insya Allah janjiku segera kutunaikan

Tapi bila kuraba dalam hati
Datang seruntun pertanyaan silih berganti
Adakah semua kulakukan terlalu dini
Berdegup jantung di dada kendalikan diri
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)


Seperti biasa, habis Subuh adalah waktu yang tepat untuk menulis atau online sambil membuka situs-situs apik yang dengannya diri ini bisa meraup hikmah. Seperti pagi ini, hmm... pagi yang istimewa untuk ketiga sahabatku (Umi dan Suryo, Heru dan Nia, serta Bambang dan Zahro). Ya, pagi ini mereka akan melangsungkan pernikahan. So, statusku pagi ini berisi ucapan selamat kepada ketiga mempelai.


Akhirnya aku membuka situw www.dakwatuna.com dan menemukan artikel tulisan DR. Amir Faishol Fath. Aku pernah satu forum bersama beliau saat Tahrib Ramadhan tahun ini di masjid Bank Indonesia. Beliau memberikan tausyah di malam ini. Sip, akhirnya aku baca artikel itu dan aku share di sini.
Sambil mendengarkan nasyid ini..


Saat dua hati berjanji
Tuk arungi hidup di jalan-Nya
Allah kan berkahi mereka
Kala dalam doa kala dalam asa

Menjadilah mentari bening pagi
Terangi bumi terangi hati
Menjadilah keheningan malam
Kala berjuta insan larut dalam doa

Selamat datang kawan
Di duniamu yang baru
Kudoakan semoga bahagia
(Ketika Dua Hari Menyatu – Seismic)

***


Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?


Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.


Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.


Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu. (Al-Isra: 77)


Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sistem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.


Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.

Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa manusia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.

Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.


Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimana akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.”


Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.” (HR. Baihaqi, hadits Hasan)


Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi). Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.


Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.


Pernikahan dan Penghasilan


Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang pukang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)

Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?


Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Al-Quran.


Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatnya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.


Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.


Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezeki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezeki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.


Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.” Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.” (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.


Persoalannya sekarang, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.


Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.


Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.


Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.


Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.


Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu.


Di dalam Al-Quran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.


Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.


Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.


Kesimpulan


Akhirnya aku segera tersadar
Hanya pada Allah lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)


Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.


Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.

When two people get marry
To take the life together on the way
Allah shall give them one more bless
When life in love and try
When life in love and pray

Just be the sunshine in the morning day
Give it shine to the world let everyone to see
Just be the quiteness in the night
When many people cry when many people pray

Welcome to the new world my friends
You both have to face all in love
All I could do just pray
And I do I pray

(Ketika Dua Hari Menyatu – Seismic)

Friday, November 26, 2010

Menunggu di Sayup Rindu

Friday, November 26, 2010 1 Comments

burungpun bernyanyi
melepas sgala rindu
yang terendam malu
di balik qolbu

anginpun menari
mencari arti
apakah ini fitrah
ataukah hiasan nafsu

di dalam sepi ia selalu hadir
di dalam sendiri ia selalu menyindir
kadang meronta bersama air mata
seolah tak kuasa menahan duka

biarlah semua mengalir
berikanlah kepada ikhtiar dan sabar
untuk mengejar...

sabarlah menunggu
janji ALLAh kan pasti
hadir tuk mdatang
menjemput hatimu

sabarlah menanti
usahlah ragu
kekasihkan datang sesuai
dengan iman di hati
bila di dunia ia tiada
moga di syurga ia telah menanti
bila di dunia ia tiada
moga di syurga ia telah menunggu

-Maidany-

***

Jodoh tak usah terlalu dirisaukan, tiba waktunya ia akan menjemput, namun perlu juga membuka lorong-lorongnya agar jemputan mudah sampai dan tidak terhalang

Ketika kita pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menanti jodoh yang terbaik menurut sang Maha Pencipta, baiknya kita singkirkan segala permintaan tentang jodoh yang tepat menurut kita (kriteria idealis kita). Saat jodoh masih belum datang juga, bisa jadi penyebabnya karena tidak ada 'keharmonisan' saat berdoa. Ternyata ketika mulut kita meminta, hati tidak seiring dan sejalan dengan apa yang kita ucapkan. Oleh karena itu, kita harus berusaha sekuat tenaga menyelaraskan ucapan dan lintasan hati kita.

Ketika kita pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menerima jodoh yang terbaik menurut sang Maha Penentu Takdir, Insya Allah Dia akan memberikan lebih daripada yang kita kira. Ketika kita tidak lagi menuntut banyak kriteria, Allah mungkin justru akan memberikan kriteria yang sering kita minta di setiap doa-doa dalam mengharap jodoh kita.

Ketika kita pasrah dan tawakal kepada Allah, jika suatu saat nanti kita siap menerima seseorang sebagai pendamping hidup, kita sangat yakin kepada sang Maha Pengampun, kita akan jauh lebih baik dan lebih cantik/tampan di surga nanti. Dialah jalan bagi kita untuk menuju surga Allah. Ya Allah, kumpulkanlah kami dalam surgamu kelak. Amin.

Ketika kita mampu pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam segala hal, maka yakinlah, sang Maha Mendengar segala doa, akan mengabulkan doa-doa kita.


~Hasil diskusi dengan seorang sahabat saat perjalanan Jakarta-Bekasi~

Aku, yang masih terus mencoba pasrah dan tawakal
Aisya Avicenna

Tuesday, October 19, 2010

Kiat Menjadi Istri Sholehah

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

1. Lelaki gemar diberi perhatian akan hal-hal yang remeh yang berkaitan dengan dirinya. Dia akan senang bila istrinya mengenakan kancing bajunya, mengelap sepatunya, memotong kukunya, dan sebagaiya. Sabda Rasulullah SAW, "Ya Fathimah, barangsiapa wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya serta memotong kumisnya dan mengerat kukunya, maka Allah akan memberikan minuman air dari sungai-sungai di surga, diringankan baginya sakaratul maut, kuburnya akan didapati menjadi taman surga, Allah akan mencatatkannya bebas dari api neraka, dan selamat titian shirat."

2. Pernahkah Anda dipanggil suami ketika Anda memasak? Anda wajib memenuhi panggilannya. Jika perlu, segera matikan api dan tunaikan permintaannya.

3. Kebanyakan lelaki cukup cerewet dengan kebersihan. Mereka akan bosan apabila isterinya menyambutnya dengan rupa yang semrawut, kusut, dan anak-anak yang lusuh dan kumal "bak kapal pecah dan berantakan".

4. Lelaki suka dilayani seperti raja oleh isterinya yang memiliki sifat keibuan. Dia suka isterinya mengelap peluhnya, menyediakan keperluan untuk mandi, dan berdiri ketika ia hendak pergi dan kembali.

5. Lelaki suka dipuji. Jangan lupa hargai setiap barang pemberiannya meskipun tidak bagus atau tidak seberapa nilainya.

6. Lelaki akan bosan jika isterinya melulu menagih janji. Mau makan apa, hendak kemana, dan lain-lain.

7. Ada sebagaian lelaki mengatakan, "Isteri yang menghidangkan makanan tanpa menemaninya makan adalah memberi makan kucing." Anda mesti menemaninya meskipun satu suapan. Thabit Al-Banani berkata, "Terdapat seorang wanita dari Bani Israil yang buta sebelah matanya dan sangat baik pekertinya terhadap suaminya. Apabila dia menghidangkan makanan di hadapan suaminya, dipegangnya pelita sampai suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu. Lalu diambil rambutnya untuk dijadikan sumbu. Esok harinya matanya kemballi melihat. Allah memuliakannya karena rasa hormatnya pada suami."

8. Lelaki senang dengan kefasihan isterinya dalam berkata, bijak dalam bertindak, dan menjadi partner dalam diskusi. Dia akan muak terhadap wanita yang banyak omong tetapi tak bermakna.

9. Kebanyakan lelaki beranggapan "Baiti Jannati". Rumahku adalah surgaku dan penenang pikiranku. Jadi wajar jika Anda memelihara suasana rumah dan berperan sebagai bidadari rumah.

10. Kalau Anda menginginkan agar suami berlama-lama di rumah, maka jangan menyambutnya dengan masalah anak dan dapur.

11. Suami (mayoritas) suka kepada istri yang kreatif dalam soal memasak, menghias rumah, dan mengurus dirinya dalam melayani suami.

12. Tempat tidur adalah rahasia suami isteri. Jadikan dia kamar yang eksklusif dan pribadi. Suami tidak suka ruang tidurnya dimasuki orang tanpa izinnya.

13. Pantang bagi suami kalau sedang tidur diganggu. Hal ini akan membuatnya marah. Jauhkan anak-anak darinya ketika dia tidur.

14. Pantang bagi suami kalau isteri menolak hajatnya kecuali jika isterinya sedang sakit. "Apabila suami memanggilnya ke tempat tidur tetapi ditolaknya hingga suaminya marah, maka wanita itu tidur dalam laknat malaikat hingga pagi hari." (HR. Muttafaqun 'Alaihi).

15. Hanya ketaqwaan Anda yang dapat menguasai ego suami dan membantunya membentuk pribadi muslim yang tangguh serta menjadi suami ideal. Lelaki tidak mudah dengan ucapan cinta, tetapi cukup dengan keluhuran Anda dalam berkorban untuk taat dan menyayangi dirirnya, karena lelaki hanya keras pikirannya tetapi sensitif perasaannya.

Wallaahu a'lam.

Kiat Menjadi Suami Sholeh

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

Jika ada seorang istri yang sholehah yang selalu memperhatikan, melayani suami dengan segala kebaikan. Ia juga selalu menuruti segala perintah dan memenuhi keinginan sang suami dengan kepatuhan yang sempurna. Menjaga ibadahnya dan selalu mengingatkan suami untuk berlomba mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ia menjadi istri yang manis dan selalu hangat disamping suaminya, serta menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Tidak banyak menuntut dan menerima dengan rasa syukur apapun dan seberapapun rezeki yang didapat suami.

Bukankah tidak ada alasan lagi bagi sang suami untuk tidak membalasnya dengan menjadi suami yang sholeh, penuh perhatian dan kasih sayang. Demikian beberapa kiat untuk menjadi suami yang sukses:

1. Berdandanlah untuk istri anda, selalu bersih dan wangi.Sesering apakah kita tampil didepan istri dengan pakaian ala kadarnya? Sama halnya dengan suami yang menginginkan istrinya kelihatan manis untuknya, setiap istri juga menginginkan suaminya berdandan untuknya.Sebagai contoh, ingat, bahwa Rasulullah saw selalu menggosok giginya terlebih dulu sebelum menemui istrinya setelah bepergian. Beliau juga selalu menyukai senyum yang paling manis.

2. Panggillah istri anda dengan nama yang cantik.Rasulullah saw mempunyai nama panggilan untuk istri-istrinya yang sangat mereka sukai. Panggillah istri anda dengan nama yang paling indah baginya dan hindari menggunakan nama-nama yang menyakitkan perasaan mereka.

3. Jangan memperlakukan seorang istri seperti lalat.Kita tidak pernah menghiraukan seekor lalat di dalam kehidupan kita sehari-hari, tahu-tahu dia menjadi penyakit buat kita. Sama halnya seorang istri yang berbuat baik sepanjang hari, jika tidak pernah mendapat perhatian dari suaminya, maka dia juga akan memperlakukan suaminya bagai sebuah penyakit. Jangan sekali-kali perlakukan dia seperti ini; kenali semua kebaikan yang dia lakukan dan pusatkan perhatian padanya.

4. Jika anda melihat kesalahan dari istri anda, cobalah untuk diam dan tidak berkomentar apa pun!Ini adalah cara Rasulullah saw yang biasa dilakukan saat beliau melihat sesuatu yang tidak pantas dilakukan istri-istrinya (radhiyallahu ‘anhuma). Ini adalah teknik bagi seorang Muslim sebagai kepala rumah tangga.

5. Tersenyum untuk istri anda kapan saja anda melihatnya dan memeluknya sesering mungkin.Senyuman adalah shadaqah dan istri anda termasuk ummat muslim juga. Bayangkan hidup dengannya dengan senyum yang selalu tersungging. Ingatlah, sunnah juga menerangkan bahwa Rasulullah saw selalu mencium istrinya sebelum pergi sholat ke masjid, bahkan saat beliau sedang berpuasa.

6. Berterima-kasihlah untuk semua yang dia lakukan untuk anda.Sekecil apapun yang istri anda lakukan buat anda, jangan sekali-kali menganggapnya sebagai hal sepele. Berterima kasihlah, karena ucapan terima kasih anda sungguh berarti bagi istri anda dan akan terukir indah dihatinya.Ambil contoh, ucapkan terima kasih untuk ketika usai makan malam yang dia sediakan. Juga untuk kebersihan rumah dan selusin pekerjaan yang lainnya.

7. Mintalah padanya untuk menulis sepuluh perbuatan terakhir yang telah anda lakukan untuknya yang membuat dia senang. Kemudian pergi dan lakukan itu kembali.Mungkin agak sulit untuk mengenali apa yang membuat istri anda senang. Anda tidak perlu untuk bermain tebak-tebakkan, tanyakan padanya dan kerjakan secara berulang-ulang selama hidup anda.

8. Jangan mengecilkan keinginannya. Hiburlan dia.Kadang-kadang seorang suami perlu mengabulkan permintaan istrinya. Rasulullah saw memberikan contoh buat kita dalam sebuah kejadian ketika Safiyyah radhiyallahu ‘anha menangis karena dia (Safiyyah) berkata bahwa beliau (Rasulullah) memberikan sebuah unta yang lamban. Rasulullah pun menyapu air matanya, menghiburnya, dan membawakannya sebuah unta yang lain.

9. Penuh humor dan bermain-mainlah dengan istri anda.Lihatlah betapa Rasulullah saw pernah bertanding lari dengan istrinya Aisyah radhiyallahu ‘anha di sebuah padang, dan membiarkan Aisyah memenangkannya. Kapan saat terakhir kita melakukan hal seperti itu?

10. Ingatlah selalu sabda Rasulullah SAW: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang memperlakukan keluarganya dengan baik. Dan aku adalah yang terbaik memperlakukan keluargaku.”

Cobalah jadi yang terbaik. Sebagai kata akhir: Jangan pernah lupa berdo'a kepada Allah Azza wa Jalla, agar membuat pernikahan anda bahagia

Thursday, August 05, 2010

Renungan untuk Sebuah Sunnah yang Bersejarah

Thursday, August 05, 2010 0 Comments

“Tik, cincin 5 gram harganya sekarang berapa ya?” tanya seorang sahabat yang hendak dilamar bulan Ramadhan ini.
“Tik, bulan September aku mau nikah. Datang ya... Akhirnya aku duluan, lha kamu kapan? Aku masih ingat pesanmu dulu kalau ‘Laki-laki baik akan mendapat wanita yang baik’. Mungkin aku sudah mendapatkan yang terbaik buatku. Moga kamu pun segera mendapatkan yang terbaik!” potongan percakapan via telepon dengan seorang kakak tingkat nun jauh di luar Jawa sana, sesaat setelah diri ini tiba di kost.
“Tik, nunggu apa lagi kita? Kuliah sudah selesai, udah kerja, lalu? Mungkin memang belum ketemu yang cocok saja.” Statement yang terlontar dari seorang sahabat kost yang baru saja ditelepon ibunya dan membicarakan kapan ia akan menikah.
“Hayo hayo... nikah enak lho...mantab Bu...” sebuah SMS dari seorang sahabat yang baru saja mengakhiri masa lajangnya, masuk beberapa saat setelah diri ini hendak memejamkan mata.

Hiyaaa... seharian ini kok ‘terkoneksi’ dengan satu hal ini sih? NIKAH...
Membuat diri ini merenung dan mencoba ‘melampiaskan’ renungan itu dalam rangkaian kata.
***

Menikah adalah saat di mana gerbang kesucian mulai dibentangkan
Menikah adalah saat di mana ketidaksempurnaan bukan lagi masalah yang mesti diperdebatkan
Menikah adalah saat di mana akar dirajut dari benang-benang pemikiran
Menikah adalah saat di mana syariat direngkuh sebagai tolok ukur perbuatan
Menikah adalah saat di mana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih sayang
Menikah adalah saat di mana kesendirian dicampakkan sebagai sebuah kebersamaan
Menikah adalah saat di mana kegelisahan beralih pada ketenangan
Menikah adalah saat di mana kehinaan beralih pada kemuliaan
Menikah adalah saat di mana peluh bergulir lanjutkan perjuangan
Menikah adalah saat di mana kesetiaan adalah harga mati yang tak bisa dilelang
Menikah adalah saat di mana bunga-bunga bersemi pada taman-taman
Menikah adalah saat di mana kemarau basah oleh sapaan air hujan
Menikah adalah saat di mana hati yang membatu lapuk oleh kasih sayang
Menikah adalah sebuah pilihan antara jalan Tuhan dan jalan setan
Menikah adalah sebuah pertimbangan antara hidayah dan kesesatan

Menikah adalah saat di mana suka dan duka saling datang
Menikah adalah saat di mana tawa dan air mata saling berdendang
Menikah adalah saat di mana ikan dan karang bersatu dalam lautan
Menikah adalah saat di mana dua hati menyatu dalam ketauhidan
Menikah adalah saat di mana syahwat tidak lagi bertebaran di jalan-jalan
Menikah adalah saat di mana ketakwaan menjadi teluk perhentian
Menikah adalah saat di mana kehangatan menyatu dalam pekatnya malam
Menikah adalah saat di mana cinta pada Allah dan rasul-Nya dititipkan
Menikah adalah saat di mana dua hati berganti peran pada kedewasaan
Menikah adalah saat di mana dua jasad menambah kekuatan dakwah peradaban
Menikah adalah saat di mana kecantikan adalah sebuah ujian
Menikah adalah saat di mana kecerewetan diperindah oleh aksesoris kesabaran
Menikah adalah saat di mana bunga-bunga mulai menyemi pada alang
Menikah adalah saat di mana bidadari-bidadari dunia turun di telaga-telaga kesejukan
Menikah adalah saat di mana jundi-jundi kecil adalah cericit burung pada dahan-dahan
Menikah adalah saat di mana pemahaman-pemahaman mulai disemikan
Menikah adalah saat di mana amal-amal mulai ditumbuhkan
Menikah adalah saat di mana keadilan mulai ditegakkan
Menikah adalah saat dimana optimisme adalah obat dari sebuah kefuturan
Menikah adalah saat di mana kecemburuan adalah rona pelangi pada awan
Menikah adalah saat di mana kesendirian menutup epik kehidupan
Menikah adalah saat di mana syahadat menjadi saksi utama penerimaan
Menikah adalah saat di mana aktivitas dibangun atas dasar ketaatan
Menikah adalah saat di mana perbedaan ciptakan kemesraan
Menikah adalah saat di mana istana tahajud dibangun pada pucuk-pucuk malam
Menikah adalah saat di mana belaian bak kumbang yang teteskan madu-madu kehidupan
Menikah adalah saat di mana senyuman bak tetesan hujan yang segarkan dedaunan dari kemarau panjang
***
Menikah adalah saat di mana goresan bayang-bayang yang terlukis pada mimpi-mimpi malam yang (semoga segera) berubah menjadi kenyataan
***
Tak perlu lagi bertanya “SIAPA?” karena Allah SWT telah memahatkan nama terbaik untuk ditulis di pusara hati kita. Tak perlu lagi bertanya “KAPAN?” karena Allah SWT sudah menetapkan bahwa semua akan indah pada waktunya. Tak perlu lagi bertanya “MENGAPA?” karena Allah SWT ingin menjaga diri kita dan Rasulullah inginkan kita mengikuti sunnahnya. Tak perlu lagi bertanya “APA?” karena Allah SWT sudah menerangkan bahwa hidup kita akan tenang dan agama kita akan lebih sempurna karenanya. Tak perlu lagi bertanya “DI MANA?” karena Allah SWT sudah memilihkan tempat terindah untuk sebuah pertemuan yang diridhoi-Nya. Tak perlu lagi bertanya “BAGAIMANA?” karena Allah SWT sudah memberitahukan jalan yang seharusnya dilalui untuk mengikrarkan janji suci.
[sebuah kontemplasi - Aisya Avicenna]

***
“Bukankah komitmen kita terhadap dakwah ini terlihat dari hal-hal yang sederhana? Bukanlah menikah di jalan dakwah itu tidak hanya terlihat saat kita menjalaninya? Namun jauh dari itu, saat kita bertekad untuk terus ada dalam tahap-tahap meluruskan niat di setiap proses menuju momen bersejarah : PERNIKAHAN. Dan... sebab kita telah ‘mengaku’ sebagai aktivis dakwah, jadi... salahkah jika orang ingin selalu membuktikan komitmen kita di setiap langkah dan sikap kita? Dan pernikahan adalah salah satu ujian komitmen bagi seorang aktivis dakwah, apakah ia mengikuti keinginan hatinya semata, atau... benar-benar menjaga orisinalitas misi dakwah sebelum, saat, dan setelah menikah? Bukankah proses itu menentukan keberkahan? Baik sebelum, saat, dan setelah menikah?” (Kado Pengantin, Rabi’ah Al Adawiyah – istri ustadz Hatta Syamsuddin, LC)
***
Kalau ingin membangun rumah yang kokoh, kuatkanlah pondasinya agar rumah itu tak mudah roboh!
***
“Jalan hidup tergantung niatmu.. Jika yakin kau akan mampu... Ingatlah Allah selalu menyertaimu...” (Ar Royan)
***
Cukup sudah renungan tentang perkara yang satu ini. Semoga menjadi sebuah perenungan untuk kita semua. Jangan sampai menjadi sebuah euforia yang melenakan karena bisa mengotori hati. Ingat, sebentar lagi Ramadhan tiba. Sambut kesuciannya dengan hati yang bersih. Jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk memperbaiki diri! Agar yang terbaik jualah yang didapatkan. BE BETTER!!!

Tulisan ini kupersembahkan pada saudara/i ku yang telah menikah, saudara/i ku yang akan menikah, dan untuk diriku sendiri yang tengah mempersiapkannya! ^^v

Afwan jiddan atas segala khilaf
REDZone, 4 Agustus 2010_04:32
Seorang hamba yang senantiasa merindu barokah dari-Nya,
Aisya Avicenna

Thursday, July 22, 2010

Ketika Harus Memilih

Thursday, July 22, 2010 0 Comments

Dalam setiap pilihan hidup, seorang mukmin beristikharah pada Allah.
Tetapi shalat istikharah itu hanyalah salah satu tahapan saja, sebagian dari tanda kepasrahannya kepada apa yang dipilihkan Allah bagi kebaikannya. Untuk dunia, agama, dan akhiratnya. Istikharah yang sesungguhnya dimulai jauh sebelum itu; dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiar, dan kepekaan dalam menjaga hubungan baik dengan Allah.
Ketika segala sebelumnya dijalani dengan apa yang diatur-Nya, maka istikharah adalah saat bertanya. Pertama tentang pantaskah kita dijawab oleh-Nya. Yang kedua, seperti apa jawab itu. Yang ketiga, beranikah kita untuk menerima jawab itu. Apa adanya. Karena itulah sejujur-jujurnya jawaban. Di situlah letak furqaan, kepekaan khas orang bertaqwa.
Karena soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi. Soalnya, bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah tentang bagaimana Allah memberi. Apakah diulungkan lembut dengan cinta, ataukah dilempar ke muka dengan penuh murka. Bisa saja yang diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Dan bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap di hati, tapi rasanya jauh melampaui. Di situlah yang kita namakan barakah.

Di jalan cinta para pejuang, ada taqwa yang menjaminkan barakah untuk kita…

(taken from Jalan Cinta Para Pejuang : Salim A. Fillah)

Thursday, July 01, 2010

Jodoh Tidak Akan Pernah Tertukar

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Aku teringat kisah seorang teman...
Ia adalah seorang muslimah yg senantiasa terjaga. Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna.. Apalagi kalau bukan mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dan sebagainya.
Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yg begitu besar. Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan... Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar segera diberi jalan keluar terbaik.
Tak berapa lama... Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan, tepatnya terpaut 6 tahun yg pada saat itu, ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan serta solusi mengenai problema dakwah yg sedang dialami temanku itu.
Saat itu temanku benar-benar berterima kasih serta mengucap rasa syukur sedalam-dalamnya... Karena perlahan problema dakwah yg sedang dihadapi menemui titik terangnya.

Namun, setelah titik terang ditemui.. ternyata menambah sebuah problema baru. Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan tersebut.. ternyata memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya.

Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa seperti itu, ia pun ingin membuang jauh-jauh bayangan tentang ikhwan tersebut yg sebenarnya sudah dianggap oleh temanku itu sebagai seorang kakak. Ya! hanya sebatas kakak.
Tapi, apa mau dikata... rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan temanku itu. Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya hidupnya jadi tak bersemangat lagi.. Kalau dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yg ada.. kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air mata, ingin disatukannya ia dengan ikhwan tersebut.
Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku... dan aku pun mencoba menenangkannya. Ia terus menangis dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya. Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan.

Aku pun mencoba memberikan saran, untuk coba berterus terang terhadap ikhwan tersebut akan perasaan temanku ini yg sebenar-benarnya. Malah kalau perlu langsung menawarkan diri untuk minta dinikahinya. Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh, hanya saja melalui seorang perwakilan? Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan atau secara langsung oleh diri sendiri terserah, asalkan caranya baik & sesuai dengan syariat Islam. Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan satu syarat: harus siap mental!.

Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk menawarkan diri terhadap ikhwan tersebut, tentu minta untuk dinikahi.. bukan untuk dipacari. Dan ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yg akan terjadi. Tapi bismillah saja lah, pikirnya. Toh aku bukan meminta pada ikhwan tersebut tapi sebenar-benarnya aku meminta pada Sang Pemilik ikhwan tersebut (red. Alloh), kata temanku.

Dan setelah beberapa lama, aku kehilangan kabar temanku ini. Entah apa yg telah terjadi, namun rasa keingintahuanku begitu membuncah.. Sampai pada akhirnya, aku mendapat kabar darinya.. bahwa ikhwan tersebut telah menikah, dengan akhwat yg lain.
Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kekecewaan yg hadir terhadap diri temanku tersebut. Tapi, ketika aku menemuinya, ia begitu tegar.. dan mengatakan "Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku. Aku mungkin telat menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah tertukar oleh siapapun".
Degg... tiba-tiba aku terlemas. Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku. Ia sungguh wanita sholehah.. Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yg terbaik kelak.
Setelah pertemuan itu. Aku tak bertemu lagi dengan temanku tersebut... Kita benar-benar loss contact sama sekali.
***
Kita kembali dipertemukan.. tepatnya ketika aku berkunjung ke toko buku. Ia masih tampak seperti yg dulu, setelah pertemuan terakhirku dengannya setahun yg lalu. Ia pun menghampiriku dan menyapaku, lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yg tak jauh dari toko buku itu. Disanalah kita berbincang kembali... kemudian ia menceritakan padaku, bahwa ia sempat ta'aruf namun gagal hingga kedua kalinya. Dengan hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang "Aktivis".
Aku tak habis pikir mendengar ceritanya, wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan itu??!! Huhh..!! aku emosi sekali. Jarang-jarang kan ada wanita yg seperti ini, sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyak dan aktifis dakwah pula. Apalagi sih yg dicari dari para ikhwan tersebut?!
Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi kafaah yg dimiliki temanku ini. Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi selangkah. Capekkk dah!!

Tapi sekali lagi, tak ada rasa kekecewaan yg muncul dari temanku ini.. meski aku yakin, namanya juga manusia, tentu temanku merasakan sakit yg terdalam di hatinya mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan
***
Itu dulu.. ketika 1,5 tahun yg lalu kita bercerita... Tapi lihatlah kini, surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di genggaman tenganku. Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku.

Ia akan menikah 4 Juli 2010 mendatang... dan ia mendapatkan pendamping seorang akitivis dakwah pula, seorang dokter yg terpaut usianya 7 tahun. Kini, aku benar-benar bisa merasakan kebahagiaannya. Bersabar akan penantian tersebut ternyata membuahkan hasil yg istimewa. Dan sungguh benar janji Alloh, "Perempuan-perempuan yg keji adalah untuk yg keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yg keji, sedangkan wanita-wanita yg baik untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yg baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yg baik…” (QS. An-Nur: 26).

Ternyata apapun yg telah Alloh tetapkan bagi manusia merupakan hak-Nya, pasti ada hikmah besar di dalamnya, tergantung bagaimana kita menyikapi.
Dan sebuah pembelajaran bagiku, bagi seorang Deasy Lyna Tsuraya.. tentu aku harus yakin seperti temanku ini, keyakinan bahwa "Jodoh tidak akan pernah tertukar". Insya Alloh


~DLT

Tuesday, May 18, 2010

Half A Deen : Menikahlah Sebelum Dipaksa Menikah

Tuesday, May 18, 2010 0 Comments

Reporter : Aisya Avicenna
Lokasi : Aula Fakultas Kedokteran
Hari, Tanggal : Kamis, 13 Mei 2010
Waktu : 08.00-15.30 WIB
Peserta : ± 200 akhwat dan ikhwan (akhwat : ikhwan = 3 :1)
Topik : Half A Deen, Makes You Ready!!!
***
“Menurutmu apa yang harus aku lakukan?” tanya Anastasia Pallazo.

“Menurutku masalah Doktor sangat remeh, bukan masalah besar” jawab Muhammad Ayyas

“Masalah remeh, apa maksudmu?”

“Doktor hanya perlu menikah segera dengan lelaki yang Doktor pilih, maka masalah Doktor selesai, Ibunda Doktor tidak akan meminta hal yang macam-macam dan si Boris Melnikov dan keluarganya juga tidak akan macam-macam. Ibunda Doktor meminta Doktor menikah dengan A atau B atau C , itu karena melihat Doktor tidak juga menikah dan memiliki pilihan yang jelas. Itu masalahnya.”
“Jadi aku harus menikah?”
“Ya untuk kasus Doktor saya katakan, menikahlah sebelum Anda dipaksa menikah!” jawab Ayyas..
[Diambil dari Bab 21 novel Bumi Cinta karya Kang Abik]
***
“Saya berlindung kepada Allah dari zina. Semoga sampai akhir hayat Allah menjauhkan saya dari perbuatan dosa itu. Saya ingin menjaga kesucian diri saya. Kalau pun melakukan hubungan dengan lawan jenis, saya ingin yang berlandaskan kesucian, yaitu menikah. Dengan menikah saya ingin memuliakan istri saya, saya ingin setia padanya sampai akhir hayat. Saya ingin menjaga kesuciannya. Saya berharap istri saya juga melakukan hal yang sama. Pernikahan itu menjadi hubungan saling mencintai dan mengasihi yang ditaburi rahmat Allah SWT. Dari percintaan yang harmonis dan indah itu saya ingin lahir anak turun yang juga bersih, dan terjaga kesuciannya. Maka saya berusaha mati-matian menjaga kesucian saya, sebab saya ingin memiliki istri yang juga terjaga kesuciannya.”
[Diambil dari halaman 232 novel Bumi Cinta karya Kang Abik... Hmm.. SUBHANALLAH!!! moga banyak Ayyas-Ayyas lainnya yang bertebaran di muka bumi ini... ]
***
Judul reportase ini memang salah satunya terinspirasi dari novel “Bumi Cinta”-nya Kang Abik. Tapi kali ini saya tidak akan membahas tentang novel tersebut. Pada kesempatan ini saya akan berbagi sedikit ilmu dan inspirasi dari seminar yang saya ikuti. Mohon perhatiannya, yang saya bagi ini ILMU, bukan sesuatu hal yang TABU.. Oke!!!
Check it out...HALF A DEEN...
Selamat membaca!!!

SESI I : KETIKA DUA INSAN BERTEMU
1.Pengantar Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Kedokteran dan Islam [Oleh : Prof. dr. Dadang Hawari, SP. KJ (K)]
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu sangat keji dan sejahat-jahat perjalanan (terkutuk)” (Q.S. Al-Isra’ : 32)
Nabi Muhammad SAW bersabada : “Barangsiapa menikah maka dia telah melindungi (menguasai) separuh agamanya, karena itu hebdaklah dia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuhnya lagi.”
Tujuan pernikahan antara lain :
a.Mengikuti jejak Rasul
b.Terpenuhinya kebutuhan akan kasih sayang, mencintai dan dicintai, rasa aman, tenang, nyaman, dan terlindung
c.Menghindari perzinaan
d.Memperoleh keturunan
Pendidikan seksual memang seharusnya diberikan terutama kepada anak-anak yang sudah memasuki dunia remaja. Akan tetapi, di negara sekuler, pola pendidikan seks-nya sangat berbeda dengan pendidikan seks Islami. Berikut perbedaannya.
Pendidikan seks sekuler meliputi :
a.Anatomi dan fisiologi organ seksual primer maupun sekunder remaja laki-laki dan perempuan
b.Tidak mengandung moral, etika, dan agama
c.Tidak mencegah timbulnya rasa ingin tahu (curiosity feeling)
d.Memperkenalkan alat-alat kontrasepsi
e.Tidak mencegah hubungan seks di luar nikah (dianggap HAM)
f.Pencegahan kehamilan dan penyakit kelamin
g.Tidak dipisah remaja laki-laki dan remaja perempuan
Pendidikan seks Islam meliputi :
a.Pendidikan seks Islami mengandung arti pendidikan gender
b.Remaja laki-laki dipisah dari remaja perempuan
c.Diuraikan anatomi dan fisiologi remaja sesuai dengan jenis kelamin
d.Mengandung aspek-aspek moral, etika, dan agama
e.Tidak menimbulkan rasa ingin tahu (curiosity feeling)
f.Alat-alat kontrasepsi hanya diberikan kepada pasangan suami-istri
g.Hubungan seks di luar nikah dan penggunaan NAZA dilarang
h.Diuraikan akibat-akibat hubungan seks di luar nikah, seperti : kehamilan (unwanted pregnancy), aborsi, kelahiran anak yang tidak diinginkan, penyakit kelamin, dan dampak psikososial lainnya.
Pendidikan seks sekuler memberikan dampak buruk yang luar biasa. Saat ini marak terjadi kehamilan di luar pernikahan, aborsi, hamil pada usia dini, dll.
2.Kesiapan Reproduksi ditinjau dari Segi Anatomi dan Fisiologi [Oleh : dr. Andon Hestiantoro, Sp. OG (K)]
Kesiapan reproduksi yang dimaksud adalah jika proses reproduksi siap untuk berlangsung baik dengan hasil luaran berupa proses kehamilan dan proses persalinan yang berlangsung dengan baik.
Pada perempuan, untuk memulai proses reproduksi bukan hanya berarti secara ilmiah perempuan tersebut telah mampu untuk hamil, namun terdapat beberapa faktor lain yang turut menentukan agar kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang sempurna, sehat, dengan angka kecacatan janin yang rendah, angka abortus yang rendah, dan angka kesakitan serta angka kematian pada ibu hamil yang rendah pula.
Kesiapan reproduksi perempuan tidaklah hanya bergantung kepada proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi organ reproduksi belaka, namun juga sangat terkait dengan proses pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi yang memiliki sistem yang lebih kompleks karena melibatkan banyak sistem seperti sistem hormonal (endokrin), siistem imun, sistem pembuluh darah, sistem persyarafan, dan sistem genetika.
Proses tumbuh kembang kemampuan reproduksi perempuan terjadi sejak saat dini sekali yaitu sejak proses pertemuan antara sperma dan oosit atau yang dikenal juga dengan istilah fertilisasi (konsepsi), dilanjutkan dengan proses implantasi embrio di endometrium, kemudian pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam uterus, dilanjutkan kembali pada masa bayi, anak dan remaja, masa reproduksi, dan masa menopause.
Usia reproduksi merupakan usia yang paling siap bagi perempuan untuk menjalankan proses reproduksinya dengan baik. Fungsi reproduksi perempuan paling siap ketika mereka berusia antara 20-35 tahun. Kemampuan reproduksi perempuan akan menurun dengan cepat ketika perempuan mencapai usia 35 tahun ke atas. Fungsi fertilitas akan menurun dan disertai pula dengan peningkatan risiko terjadinya abortus. Pada usia istri 30 tahun, 7 % Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami infertilitas. Pada usia istri 35 tahun, 11 % PUS akan mengalami infertilitas. Pada usia 40 tahun, 33% PUS mengalami infertilitas, dan pada usia 45 tahun, 87% PUS mengalami infertilitas. Rata-rata usia menopause adalah 48 tahun.
SESI II : MEMBANGUN PILAR KELUARGA
1.Screening Pranikah dan Perencanaan Kehamilan [Oleh : dr. Yuyun Lisnawati, Sp. OG (K)]
Pernikahan memerlukan persiapan dan perencanaan. Karena setelah menikah akan berlanjut pada proses kehamilan dan persalinan dengan segala risikonya serta proses pengasuhan anak dengan segala permasalahannya.
Persiapan pranikah :
a.Fisik = dengan melakukan pemeriksaan medis (mendeteksi penyakit yang dapat menular pada pasangan, penyakit yang dapat mempengaruhi hubungan suami istri, dan penyakit yang dapat mempengaruhi calon janin)
b.Mental = pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, perawatan kehamilan, dan perawatan bayi/anak
c.Ekonomi = pengetahuan dan persiapan untuk masa kehamilan dan kelahiran (biaya kebutuhan)
Perencanaan kehamilan : ideal bila dimulai sebelum menikah, kapan pasangan siap memiliki anak, berapa jumlah anak yang direncanakan, berapa jarak waktu yang direncanakan anatar satu kehamilan dengan kehamilan yang lain, serta pertimbangan sosial, ekonomi, psikologis, medis.
Perencanaan kehamilan perlu dilakukan karena : untuk mencegah kematian ibu dan bayi, mencegah komplikasi penyakit pada kesehatan ibu dan bayi, mengoptimalkan proses pengasuhan dan perkembangan bayi-anak.
Penyebab kematian ibu yang utama : perdarahan saat hamil dan bersalin, preeklampsi dan eklampsi, infeksi.
Pada intinya, sebelum menikah sebaiknya melakukan cek kesehatan. Kalau memang ada kelainan/penyakit, jangan ditutup-tutupi kepada calon pasangan. Meski berisiko pernikahan tidak jadi (bisa saja kan???), tapi itu kan demi kepentingan masa depan, untuk kemaslahatan bersama. Bisa juga kan dilakukan pengobatan dahulu sebelum menikah jika memang diindikasi memiliki penyakit.
SESI III : MENANTI SANG BUAH HATI
1.Seluk Beluk Seputar Kehamilan yang Normal [Oleh : dr. Yuyun Lisnawati, Sp. OG (K)]
Pada sesi kali ini diuraikan tentang proses terjadinya kehamilan, siklus menstruasi, dan perkembangan janin (karena banyak menampilkan gambar, lebih baik pembaca mencari informasi sendiri tentang ini.. insya Allah banyak kok!)
Perubahan berat badan ibu hamil bisa mencapai pertambahan sekitar 12.5 kilogram lho!!!
Pada saat hamil, seorang wanita sebaiknya melakukan ANTENATAL CARE (suatu program berupa observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu hamil).
Antenatal Care dilakukan setiap 4 minggu sekali ketika usia kandungan <> 36 minggu. Pada saat ANTENATAL CARE, juga akan diprediksikan kapan persalinan akan berlangsung.
Ibu hamil harus bisa menjaga asupan nutrisi yang mencakup :
a.Kebutuhan energi : dengan mempertahankan aktivitas metabolik, membantu sintesa protein
b.Kebutuhan protein : peningkatan volume darah ibu, pertumbuhan rahim, pertumbuhan janin
Kebutuhan kalori = 2000 + 300 kalori
Protein = 0,9 g/kg BB/hari + 30 g
Mineral = Fe (30 mg/hari), Ca (1200 mg/hari), P (1200 mg/hari), Zn (20 mg/hari), Mg (450 mg/hari), Iodine (175 mg/hari)
Vitamin = A, C, Folat, B1, B6, B12
Asam folat 400 mg/hari prakonsepsi dan 12 minggu pertama kehamilan akan menurunkan risiko neural tube defect.
Beberapa risiko kehamilan : abortus, hiperemesis gravidarum, anemia, preeklamsia, diabetes melitus gestasional, komplikasi DMG, persalinan prematur, perdarahan dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat.
Pada sesi kali ini alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk bertanya. Sebelum bertanya, saat memperkenalkan diri eh malah ditanya pembicaranya : statusnya??? Dengan tenang saya jawab aja : “AKAN SEGERA MENIKAH”. Spontan beberapa peserta riuh dan sempat menoleh ke saya.. hehehe.. ada-ada saja! Yo bener to yo... mohon doanya ya! Lagi dalam proses “kepompong” nih! ^^. Masih banyak yang harus disiapkan (sadar sepenuh hati : mode on!)
Eits, pada kesempatan tersebut saya bertanya tentang hamil anggur (mola). Apa penyebabnya? Bagaimana bisa terjadi? Apa dampaknya? dll. Insya Allah, akan saya jabarkan dalam note terpisah. Okey... (harus OK, lha wong yang mau nulis saya... ^^)

2.ASI, Makanan Terbaik untuk Bayi [Oleh : dr. Anita Juniatiningsih, Sp. A (K)]
Buka kembali Q.S. Al Baqarah : 233 dan Luqman : 14!!
Menyusui atau memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang diperintahkan dalam Islam. Tentu banyak hikmah yang terkandung dalam perintah Allah SWT tersebut. Setiap bayi berhak mendapat ASI dan setiap ibu pun berhak menyusui bayinya. Pemberian ASI di Indonesia termasuk pemberian ASI eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor sosial budaya, kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dan relatif singkatnya masa cuti ibu hamil dan menyusui bagi ibu yang bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Akan tetapi, pada ibu yang bekerja, masih tetap bisa memberikan ASI eksklusif kok. Pintar-pintar saja memanajemennya. OK!
Keberhasilan menyusui tidak datang dengan sendirinya. Menyusui bukan kemampuan yang dimiliki ibu secara otomatis melainkan ketrampilan yang perlu diajarkan dan dipelajari dengan melihat dan menjalaninya. Sambil menunggu kehadiran sang buah hati, seorang ibu perlu mempersiapkan diri baik fisik maupun psikologis. Ibu perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan dan gizi ibu selama hamil serta ASI (fisiologi laktasi, inisiasi menyusui dini, manfaat rawat gabung, pemberian ASI ekslusif, cara pemberian ASI yang benar termasuk posisi menyusui yang benar, manfaat ASI) agar termotivasi untuk memberikan ASI. Keinginan untuk memberi ASI adalah faktor yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui.
ASI mengandung makronutrein (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrein (vitamin dan mineral). ASI hampir 90% terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrein ASI berbeda untuk setiap ibu, hal ini tergantung dari kebutuhan bayi.
Pada proses penyusuan ini, peran suami juga sangat dibutuhkan, terutama dalam memberikan dukungan psikologis pada istri. Jangan sampai istri stress saat berada pada masa menyusui. Suami hendaknya mampu meringankan tugas istri, misal : memasak, membersihan rumah, mencuci, dll. Jadi SUAMI SIAGA gitu lah!
SESI IV : MENGGAPAI KELUARGA MADANI
Membentuk Keluarga Sakinah [Oleh : Ust. Zainal Abidin bin Syamsudin, LC]
Pernikahan adalah langkah awal bagi sebuah bangunan baru dalam masyarakat muslim dan tiang pancang baru untuk menyangga keutuhan bangunan tersebut maka sangatlah pantas bila semua anggota masyarakat menyambut gembira peristiwa itu dengan ucapan selamat dan doa keberkahan yang diliputi rasa gembira dan bersuka ria.
Menikah mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
a.Menikah merupakan salah satu perintah Allah, lihat saja dalam Q.S. An Nisa’ :3, Q.S. An Nur :32 dan sabda Rasulullah : “Menikahlah karena sesungguhnya aku bangga dengan umatku yang banyak... “(HR Baihaqi). Kebahagiaan dan ketenangan hati orang mukmin hanyalah dengan mentaati Allah dan RasulNya.
b.Untuk melestarikan keturunan dan memakmurkan bumi Allah sehingga tujuan penciptaan makhluk bisa terealisasi dengan baik yaitu ibadah kepada Allah
c.Untuk menyalurkan kebutuhan biologis antara laki-laki dan perempuan sehingga bisa terjaga kesucian masing-masing
d.Dalam rangka untuk menjaga keutuhan nasab karena bila tidak ada pernikahan yang resmi sesuai dengan aturan agama maka akan terjadi kekacauan kehidupan sehingga banyak anak manusia yang terlahir tanpa orang tua dan tidak sah menurut agama.
e.Dengan pernikahan akan terbentuk keluarga, dan keluarga sebagai tempat untuk mengurus anak-anak dari mulai pendidikan dan pengasuhannya sehingga mereka akan merasakan kasih sayang, kelembutan, dan kecintaan penuh dari kedua orang tua
f. Untuk meraih ketenangan jiwa yang menjadi tujuan utama hidup manusia (Q.S. Ar Rum :21)
g.Memperbanyak jumlah umat Nabi Muhammad SAW sehingga menjadi umat yang disegani dan diperhitungkan seperti yang diinginkan Allah SWT
h.Dalam rangka untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya berbagai penyakit moral dan kerusakan akhlak.
Hmm... banyak sekali ya tujuan dari pernikahan itu. Semuanya begitu mulia dan tentunya akan bernilai pahala dan dihitung sebagai ibadah jika memang diniatkan semata-mata karena Allah. Lantas, bagaimana cara memilih pasangan hidup?? Bagaimana meminang itu??? Bagaimana akad nikah itu??? Bagaimana walimah yang baik? Apa saja hak dan kewajiban suami istri itu?? Wow... kalau ditulis di sini akan menjadi sebuah buku kayaknya. Insya Allah, akan saya tulis secara terpisah. Sekalian sebagai sarana saya belajar untuk menyiapkan megaproyek yang sedang saya usahakan. Berhubung sudah siang dan hendak ke kantor, saya cukupkan dulu reportase kali ini.
Alhamdulillah, di penghujung acara ada pembagian doorprize dan nama pertama yang disebut adalah nama “Etika Suryandari”. Klop sudah! Dapat ilmu, sahabat, dapat kesempatan bertanya, dan pulang bawa doorprize pula.. sebuah benda imut berwarna MERAH dan sebuah majalah UMMI (hmm.. mantap!!!)
Ditutup dengan backsong “AYO MENIKAH”-nya AR ROYAN
Tlah diciptakan dua insan yang hidup di dunia
Takdir Allah yang menyatukan jodoh manusia
Ingatkan hati hidup ini hanya sementara
Janganlah kita memikirkan materi semata
Berbahagialah manusia yang tlah menemukan fitrahnya
Untuk membentuk keluarga yang sakinah
Menikahlah engkau segera bila saatnya telah tiba
Jangan carikan alasan untuk menunda...
Menikah mengurangi dosa dan maksiyat
Menikah menyatukan bahagia dan nikmat
Rezeki manusia Allah mengaturnya
Jangan takut bila kau niat untuk menikah
Berbahagialah manusia yang tlah menemukan fitrahnya
Untuk membentuk keluarga yang sakinah
Menikahlah engkau segera bila saatnya telah tiba
Jangan carikan alasan untuk menunda
Jangan takut bila miskin harta bila hanya belum bekerja
atau tak punya rumah nan megah kau jadikan alasan takut menikah
Jalan hidup tergantung niatmu bila kau yakin kau akan mampu
Ingatlah Allah slalu menyertaimu

Jakarta, 170510
Aisya Avicenna