Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, December 24, 2009

ROMANTIKA PERJUANGAN (PART 1)

Thursday, December 24, 2009 2 Comments
26 September 2009

Pukul 12.00, terminal Giri Adipura Kabupaten Wonogiri

“Taqabalallalahu minna wa minkum”.. kujabat tanganku erat pada sahabatku yang sudah sekian tahun tak bertemu. “Taqabal ya kariim...” jawabnya tepat di telinga kananku saat dia memelukku tak kalah erat. Sementara itu, ayahku dan ayahnya juga bersalaman dan saling tegur sapa. Keakraban pun kembali terjalin. Dialah Nuri, sahabatku sejak kelas 1 SMA. Kebetulan tiga tahun semasa SMA kita satu kelas terus..1.3, 2.3, dan 3 IPA 3. Ehm... skenarioNya memang sangat indah. Pertemuan kami kali ini pun tak luput dari rencanaNya. Jadi ingat nasyidnya Tazakka, nasyid andalan STREAM (kelompok nasyid dan teater muslimah kampus yang sempat aku komandani), nasyid “Sahabat Perjuangan”-nya Tazakka.

Pertemuan kita kali ini

Bukan sekedar kawan lama tak jumpa

Tapi kita bertemu ada satu makna

Kita punya satu perjuangan

Siang ini, aku dan Nuri akan berangkat ke ibukota negeri ini, Jakarta. Nuri memang sudah 4 tahun kuliah di sana. Sebuah sekolah tinggi yang dulu juga sempat menjadi sekolah impianku. Tapi apalah daya, rencana Allah lebih indah. Nuri diterima di sekolah tinggi itu, dan akupun diterima di Universitas Nomor Satu yang terletak di kota Solo. Dan semuanya itu memang mendatangkan banyak hikmah bagiku, tepatnya bagi kami berdua. Hingga akhirnya, kami . dipertemukan untuk berjuang bersama di Jakarta.

“Ri, aku belum sholat. Musholanya di mana ya???” tanyaku pada Nuri.

“Ayo kuantar..jangan lupa sholatnya dijama’ dengan ‘Asar ya, Nda!” kata Nuri

“Okey.. ayo!”

Pukul 13.00, lokasi : terminal Giri Adipura Wonogiri

Bus Gunung Mulia berplat AD 1511 BG yang kami tunggu akhirnya datang juga. Terminal itu pun menjadi saksi bisu perpisahan dengan ayah kami masing-masing. Ternyata adiknya Nuri juga berangkat bersama kami, dia baru tingkat 3 di sekolah tinggi statistika, sama seperti Nuri. Wah, benar-benar kompak! Namanya Azzam. Kami bertiga menaiki bus dan mengambil posisi sesuai tempat duduk yang tertera di tiket bus. Aku duduk bersebelahan dengan Nuri. Azzam duduk di kursi deretan paling depan, mepet dengan pintu masuk. Hihi...

Pukul 15.30, di dalam bus Gunung Mulia.

“Udah bangun Ri?” tanyaku pada Nuri yang sedari tadi memejamkan matanya. Dia tampak kelelahan.

“Kamu tadi gak tidur to Nda?” tanya Nuri yang masih setengah mengantuk.

“Gak bisa tidur Ri, ku milih baca buku aja.”

Nuri melirik buku yang sedang aku pegang.

“Cie..cie...bacaannya sekarang meningkat. “Bila Hati Rindu Menikah” euy.. kamu mau nikah ya?? Mentang-mentang dah lulus!”

Aku hanya bisa tersenyum simpul. Dan akhirnya menimpali,”Nikah?? Ya jelas maulah..kamu juga mau kan?? Hihi..ni salah satu langkah persiapanku Ri. Banyak baca buku tentang ini, terutama fikihnya.. Jodoh kita sudah ada, tinggal nunggu waktunya aja untuk ketemu. Nah, biar tar ketemuannya gak malu-maluin gara-gara kita sedikit ilmu, makanya manfaatkan ‘waktu tunggu’ itu dengan sebaik-baiknya.”

Nuri mengangguk-angguk (bukan karena masih ngantuk), “Iya..bener katamu. Kita sekarang kan dah lulus. Sudah saatnya kita memikirkan hal ini lebih serius. Eh, Yanda.. teman-temanku di kampus juga dah pada syndrome pengin nikah tuh..., bahkan ada yang sudah proses..”

“Tuh kan, kamu kapan???” tanyaku menyelidik.

“Emm...tunggu saja tanggal mainnya.”

“Kayaknya duluan kamu Nur, lha wong kamu dah lulus. Tinggal penempatan. Sedangkan aku, ni aja masih mau tes CPNS.” Kataku.

“Wallahu ‘alam. RencanaNya jauh lebih indah dari rencana kita Nda. Yadah, aku mau Al Ma’tsuratan dulu. Kamu udah ya??”

“Udah tadi Ri, waktu kamu masih tidur. Mau aku bangunkan, gak enak. Yadah, ku lanjut baca buku ini...”

Pukul 17.30, masih di dalam bus Gunung Mulia

Benang-benang jingga merajut membentuk nuansa senja yang indah. Kali ini senja menyambutku di kota Semarang. Ehm... banyak kisah yang telah aku torehkan di kota ini. Kisah-kisah petualanganku menggapai impian dan mengukir prestasi. Alhamdulillah, rasa syukur mendesir dalam hatiku..mengenang masa-masa perjuangan dulu di kota Semarang, kota perjuangan, kota persahabatan...

Dudukku di dekat jendela, jadi dengan leluasa ku bisa menatap pemandangan di luar..

Sambil bersenandung lirih..

Berarak pohon di tepi jalan..

Sepanjang perjalanan

Terpukau aku membaca pesan

Pesan Illahi...

Semuanya telah nampak sempurna

Hutan, ladang, air , angkasa raya...

Hanya satu kata yang bisa kuucap..

Maha suci Allah pencipta alam semesta ini..

Ehm.. lagi bahagia nih.. bukan saja karena salah satu impianku terwujud (menginjakkan kaki di Jakarta)... tapi karena aku akan memperjuangkan terwujudnya impianku yang lainnya.. SEMANGADH 37x.. (mencoba menyemangati diri sendiri.. kesempatan itu tak datang dua kali).

Pukul 19.00, Rumah Makan Sari Rasa, Kendal

Bus yang kami tumpangi berhenti tepat di samping Rumah Makan Sari Rasa. Di rumah makan itu sudah berjejal puluhan bus Gunung Mulia yang lain. Maklum, hari ini adalah puncaknya arus balik pasca Lebaran. Penumpang yang mengisi kekosongan perutnya malam itu juga berjubel memenuhi ruangan rumah makan yang sebenarnya sangat luas. Setelah turun dari bus, menuju mushola yang terletak di samping rumah makan. Melaksanakan sholat Maghrib dan ‘Isya dengan dijama’. Setelah sholat, aku dan Nuri menuju ruang makan. Prasmanan. Setelah makan, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Laju bus terbilang lambat.. agak macet soalnya.. maklum, puncak arus balik. Kupandangi langit malam ini. Meski tak begitu jelas tertangkap retina mata, tapi aku dapat menyaksikan ribuan bintang menghiasi langit. Ku menoleh ke kiri, Nuri sudah larut dalam mimpinya...dan akhirnya akupun menyusulnya...

Pukul 03.00, Bus Gunung Mulia

Aku kembali terjaga. Nokia 5300 ku bergetar. Kubuka inbox,..I B U X. Sebuah pesan dari ibuk. “Bangun Mbak, sudah jam 3. Dah sampai mana?”. Langsung kubalas SMS itu. Sudah menjadi rutinitas ibuk, kalau jam 3 SMS atau telepon membangunkan aku untuk Qiyamul Lail. Makasih ya bunda... Nuri juga terbangun. Akupun beranjak menuju toilet bus. Maksud hati hendak berwudhu, tapi airnya aneh, pintu toilet tidak bisa ditutup, dan mau wudhu juga tidak nyaman..karena busnya goyang-goyang. Akhirnya aku kembali ke tempat duduk. Wudhu di kursi menggunakan air minumku yang masih utuh dengan kondisi yang serba terbatas. Setelah itu, aku mengerjakan Qiyamul Lail dan dilanjutkan sholat subuh. Pengalaman pertamaku sholat di dalam kendaraan yang sedang melaju. Setelah itu, lanjut membaca Al Ma’tsurat dan Al Qur’an merahku. Seiring lantunan ayat cintaNya, ternyata kami sudah memasuki daerah Subang, Jawa Barat. Alhamdulillah...

Pukul 08.00, Bus Gunung Mulia

Terik sang surya menembus kaca bening bus yang kami tumpangi. Padahal baru jam 08.00 pagi. Ehm, ya .. inilah JAKARTA!!! PANAS!!! Tapi jadi ingat filosofi PANAS => Pasti Aku Nanti Akan Sukses!!!

Pukul 09.00, Terminal Rawamangun, Jakarta Timur

Plek... (waktu nulis ini..bingung, apa ya suara yang mengisyaratkan jatuhnya pijakan kaki di tanah..antara plak-plek-pluk-plok..hihi..)..

Alhamdulillah, untuk pertama kalinya kakiku menapak di kota yang katanya metropolitan ini. Flash...Sang Bagaskara tersenyum manis padaku…

Bagaimana kisah Yanda dan Nuri selanjutnya??? Tunggu kelanjutannya di ROMANTIKA PERJUANGAN part.2, 3, dst…. (belum selesai…) :D

-based on true story-

Aisya Avicenna

RedZone Jakarta, 24 Desember 2009_06:54

Wednesday, December 23, 2009

EKSPEDISI AISYA (part 2)

Wednesday, December 23, 2009 0 Comments

Ahad, 3 Muharram 1431 H

Setelah berhasil menyusup dalam acara NGOPI SEHAT yang diselenggarakan oleh sahabat-sahabat STIS angkatan 47 [baca reportase kisah ini dalam “Kisah Sang Penyusup (part 5)”], Aisya bersama 9 akhwat STIS angkatan 47 yang notabene kini menjadi sahabat barunya berencana untuk pergi ke Senayan. Setelah sholat Dhuhur dan makan siang di kost masing-masing, mereka sepakat untuk bertemu kembali di depan INDOMARET Jl. Otista. Sekitar pukul 13:45 semua sudah berkumpul. Akhirnya, dengan menaiki 2 buah taksi, kesepuluh akhwat tersebut (termasuk Aisya) menuju Hall Basket Senayan. Aisya sangat senang berada di tengah sahabat-sahabat barunya. Mereka mengingatkan Aisya pada saudari-saudarinya semasa masih berada di kampus dulu… Masa-masa itu memang sangat indah dan sekarang dia akan merangkai kisah dengan sahabat barunya agar masa yang dijalaninya sekarang juga seindah dulu, bahkan harus lebih indah!!!

Pukul 14.00, sampailah mereka di Senayan. Setelah membeli tiket pada panitia, akhirnya mereka masuk dan menyaksikan KONSER. Eits, ini bukan sembarang konser. Ini adalah KONSER NASYID yang diselenggarakan dalam rangka MILAD INTIFADHA. Sebuah ‘persembahan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan rakyat Palestina’. Konser ini melibatkan beberapa grup nasyid ternama, seperti Izzatul Islam, Shoutul Harokah, Ar Ruhul Jadid, Ebiet Biet A, dll.

Memasuki Hall Basket Senayan langsung disambut Ar Ruhul Jadid… Semangaaat banget jadinya!

TAKBIR MENGGEMA!!! ALLAHU AKBAR!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kamipun turut tenggelam dalam gelombang semangat membara yang memenuhi setiap sudut ruangan itu… LUAR BIASA!!!

Beberapa nasyid haroki dibawakan...

BEBAS DAN MERDEKA

Bebas dan merdeka… Milik kita bersama…Takkan seorangpun… Boleh mengambilnya

Masjid yang suci takkan ternodai, Walau berkorban segala yang dimiliki..

Ayo bebaskan! Bebaskan masjid ini..

Al-Aqsha yang suci tak boleh menangis lagi

Ayo bebaskan! Bebaskan negeri kita..

Tanah Palestina dari tangan durjana

MERAH SAGA

Saat langit berwarna merah saga

Dan kerikil perkasa berlarian

Meluncur laksana puluhan peluru

Terbang bersama teriakan TAKBIR

Kami menjadi saksi

Atas langkah keberanianmu

Kita juga menjadi saksi

Atas keteguhanmu

Ketika Yahudi-Yahudi membantaimu

Merah berkesimbah di tanah airmu

Mewangi harum genangan darahmu

Membebaskan bumi jihad Palestina

Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa

Syahid dalam cintaNya

PALESTINA TERCINTA

Untukmu jiwa-jiwa kami

Untukmu darah kami

Untukmu jiwa dan darah kami

Wahai Al Aqsa tercinta

Kami akan berjuang demi kebangkitan Islam

Kami rela berkorban demi Islam yang mulia

Untukmu Palestina tercinta

Kami penuhi panggilanmu

Untukmu Al Aqsa yang mulia

Kami kan terus bersamamu

Ya Rabbi izinkanlah kami

Berjihad di PalestinaMu

Ya Allah masukkanlah kami

Tercatat sebagai syuhadaMu


Dan masih banyak lagi nasyid yang dibawakan (gak semua saya tulis di sini, malah jadi buku nasyid haroki dung :D)

Dahulu sekali, saat rumah menjadi surga yang begitu nyaman serta kebun-kebun yang indah menjadi tempat mencari nafkah, saat pagi terasa begitu sejuknya dan mentari yang senantiasa menyambut dengan senyumnya yang merekah.

Dahulu sekali, saat bayi-bayi mungil tidur dengan lelapnya, tanpa rasa takut, dan terganggu oleh dentuman bom. Saat anak-anak kecil berlarian kesana-kemari, menikmati udara segar yang belum terkontaminasi oleh tank-tank kebiadapan.

Ya, Mereka tinggal di daerah pemukiman yang subur, dimana mereka dan masyarakat dunia menyebutnya, PALESTINA.

Semangat intifadha yang membara di seluruh penjuru al Quds yang mereka kobarkan bak pasukan Muhammad saat meraih kemenangan dalam perang Khaibar.

“Khaibar-khaibar ya Yahud, jaisyu Muhammad sa Ya’ud “, demikian syair tersebut senantiasa berkumandang, bergemuruh terdengar. Sebuah syair peradaban, menjadi pemompa semangat rakyat Palestina dalam memperjuangkan tanah suci mereka.

Kini meski syair tersebut tidak lagi bergemuruh seperti kala itu, namun perjuangan rakyat Palestina tidak akan pernah terhenti, sampai tanah mereka, tanah suci umat Islam yang direbut paksa zionis Israil dikembalikan kepada mereka.

Memang benar adanya, bahwa permasalahan yang menimpa bangsa palestina sekarang bukanlah permasalahan rakyat palestina semata. Segala hal yang menyangkut al Aqsa menjadi permasalahan seluruh umat Islam dan Bangsa barat, tak terkecuali bangsa Indonesia. Siapa yang rela tempat suci ke tiga umat islam dan bekas kiblat umat islam, dikotori oleh tangan-tangan kafir laknatullah?. Siapa yang rela tanah tempat tinggal dihancurkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab?

Islam memerintahkan kita untuk berjihad, menegakkan agama Allah. Dan jihad kita tidak harus dengan senjata perang. Tidak harus dengan beradu fisik. Karena kita berada di Negara yang berbeda. Tapi kita bisa membantu rakyat Palestina dengan tidak berperilaku konsumeris. Senjata ampuh melumpuhkan perekonomian mereka adalah dengan melakukan boikot besar-besaran terhadap produk Amerika yang menjadi dalang utama di belakang persenjataan tentara Zionis.

Wahai as Syahid Palestina, bersabarlah, pertolongan Allah akan segera datang. Surga Allah telah menjadi jaminan bagi perjuangan kalian menjaga tanah suci. Darah kalian telah mengalir ke surga, Do’a kami senantiasa mengiringi langkah kalian.

RedZone, 221209_04:20

Tuesday, December 22, 2009

Indahnya Cinta Pertama…

Tuesday, December 22, 2009 0 Comments

Cinta Pertama?? First Love? Pernah ngrasain kan?? Eits, tapi ni bukan cinta pertama versi anak SMA yang notabene cinta monyet itu… tapi inilah kisah cinta pertama saya… begitu indah… dengannya…seseorang yang sangat saya cintai…

2 Februari… 22 tahun silam …

Lunglai…

Tubuhnya terkulai lemah dengan sisa butiran keringat yang masih tampak berkilauan di dahinya. Perjuangan hidup mati yang menggadaikan jiwa baru saja usai. Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap. Namun ia tersenyum, lalu bibirnya melafadzkanhamdalah. Takzim… dan tafakur…

Tak lama, dua sosok mungil itu ada di hadapan. Dipeluknya dengan segenap kehangatan kasih sayang, padahal dirinya sendiri masih tampak lelah. Terlihat matanya berbinar-binar senang seraya tak henti-hentinya menyapa buah hatinya tercinta. Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata, air mata bahagia.

Bagai melepas kerinduan yang teramat dalam, pipi yang masih kemerah-merahan itu dicium dengan lembut dan kepalanya dibelai dengan manja. Yang dirindukan pun sedikit menggeliat.

Subhanallah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Allah.

Mata kecilnya memang belum bisa melihat dengan sempurna, namun nalurinya berkata, dirinya berada di tangan seseorang yang sangat mencintainya.

Elusan lembut dan sapaan yang sering terdengar saat masih di dalam rahim, kini dapat dirasakan. Aura cinta pun memancar dari kedalaman hati seorang ibunda, menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia dengan lengkingan tangisannya.

Indah… bahkan teramat indah…

Cinta ibunda memang cinta yang paling indah. Cinta itu selalu ada di sisi mereka, dan tiada pernah ragu untuk dilimpahkannya. Merekalah yang tak pernah kenal lelah menjaga dan membesarkan kita semua. Bahkan, ketika kita belum mengenal sepatah kata, ibunda jua yang mengajarkan tentang makna kasih sayang dan cinta.

Adakah cinta yang dapat menyaingi cinta ibunda???

Betapa dengan kasihnya, masa kehamilan dilewati dengan keikhlasan dan kesabaran. Perasaan mual, pusing, ditambah dengan membawa beban di perutnya yang semakin hari semakin berat, hingga saat antara hidup dan mati ketika melahirkan, tak akan tergantikan oleh cinta-cinta lain yang penuh kepalsuan.

Ibunda pun bagaikan pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Kerelaan mereka untuk sekadar disinggahi, lalu ditimbun dengan segala resah dan gundah, bahkan amarah, hanya dibalas dengan senyum kesabaran. Tak heran, seorang ibunda sanggup memelihara sedemikian banyak anak yang dilahirkannya, namun belum tentu satu anak pun bersedia menjaga dirinya hingga beliau tutup usia.

Aaah…….

Rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan, cinta pertama itu selalu terhatur pada seseorang yang selalu berada di samping kita, tempat curahan, suka dan duka. Ketika lapar, dengan tangannya, ia menyuapkan makanan, diberikannya air susu dengan tulus saat kita haus, hingga diajarkannya berakhlak mulia bagaikan Rasulullah SAW, uswatun hasanah.

Ibunda memang bukan hanya madrasah pertama bagi anak-anaknya, tapi ibunda adalah cinta pertama kita…

Dan, apakah ada cinta yang paling indah daripada cinta pertama???

Jemari itu tak lagi lentik

Mata rabun dan kaki semakin payah

Namun tak pernah cinta luruh dari sisinya

Disemainya doa hanya untuk ananda tercinta

Selalu…

Ibunda, cinta ini tak akan luntur untukmu….

Tetaplah Bersama Ibu, sebab Surga Terletak di Bawah Telapak Kakinya

Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Jahimah, dia berkata : Seorang pria datang menemui Rasulullah SAW, lalu dia berkata : ‘Wahai Rasulullah, aku ingin ikut berperang dan aku datang meminta pendapat engkau’. Rasulullah SAW bertanya ‘Apakah kamu masih mempunyai ibu?’ Pria itu menjawab :’Masih!’.Rasulullah SAW bersabda :’Maka tetaplah bersamanya, sebab sesungguhnya surga itu terletak di bawah telapak kakinya’.(HR. Nasa’i)

Bila kuingat masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu

Bila kuingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu

Banyak sekali pengorbananmu yang kau berikan padaku

Tanpa letih dan tanpa pamrih

Kau berikan semua itu

Engkaulah yang kukasihi

Engkaulah yang kurindu

Kuharap slalu doamu

Dari dirimu ya IBU…

Tanpa doamu takkan kuraih

Tanpa doamu takkan kucapai

Segala cita yang kuinginkan

Dari dirimu ya IBU…

(Ingatlah Ibu_Shoutul Haq)

Ku awali hidup ini dengan tangisan yang menggema

Lalu ku dipeluk dibuai dalam ikatan kasih dan cinta

Sampai saat ku mulai menapak dan mengucap kata

Hingga akhirnya ku pahami apa arti duka dan cinta

Terima Kasih Ananda haturkan tuk Bunda tercinta

Sungguh tiada mampu Ananda membalas segala jasa

Mungkin hanya ini kuasa Ananda tuk lukiskan cinta

Melalui rangkaian kata yang terpahat menjadi prosa

Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu...

Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil.

Betapa aku sangat mencintainya, begitu mencintainya…

"Titip Ibuku ya Allah"

“Jagalah beliau ketika penjagaanku tak sampai padanya”

AAMIIN…

_Aisya Avicenna_

RedZone, Jakarta, 221209_03:27

Saturday, December 19, 2009

EKSPEDISI AISYA (part.1)

Saturday, December 19, 2009 1 Comments
Jum’at, 1 Muharram 1431 H

Hari pertama di tahun baru. HARI YANG LUAR BIASA bagi Aisya Avicenna!!!
Sejenak iapun mengingat puisi "Renungan 1 Muharram"-nya StarFive berikut :
Sudah Muharam lagi
Sudah tahun baru lagi
Selamat tahun baru kawan-kawan
Sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saat kta menunduk
Memandang diri sendiri
Bercermin di remang Tuhan
Sebelum kita dihisabNya
Kawan, siapakah gerangan kita ini sebenarnya??
Muslimkah??? Mukmininkah?? Muttaqin??? Khalifah Allah kah?? Khoirul Ummatinkah kita???
Umat Muhammadkah kita???
Atau kita sama dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah yang Ghaib rasanya lebih tipis dibandingkan dengan uang kertas seribuan bukan???
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug atau pernyataan kosong pegawai rendahan
Sholat kita lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Puasa kita rasanya sekedar merubah jadwal
Zakat kita jauuuh lebih berat dibandingkan tukang becak melepas penghasilannya
Haji-haji kita tak ubahnya tamasya-tamasya menghibur diri
Membuang dosa besar untuk mendapatkan label-label haji
Kawan, lalu bagaimana..??? berapa lama kita pergi bersamaNya??
Atau kita justru sibuk dan terlalu sibuk
Sibuk….sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya sebagai khalifah-khalifahNya
Kawan, tak terasa memang kita semakin pintar barangkali
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak, kita semakin pintar untuk berdalih
Kita pun memperkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita lalu berkelahi demi menegakkan kebenaran
Kita melacur dan menipu demi keselamatan
Kita pamer, kita pamer kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Kita memukul, kita mencaci, kita menghina, demi pendidikan
Kita berbuat semaunya demi kemerdekaan
Kita pun membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi sesuatu yang baik halallah semuanya sampai yang tidak baik
Lalu, kapan kita berhijrah??
Lalu kapan kita benar-benar menyadari sebuah tahun baru??
Muharam kita akan berarti
HARI INI atau TIDAK SAMA SEKALI!!!



RENUNGAN yang PANTAS dijadikan bahan untuk MERENUNG!!!
***
07.00 WIB, RedZone
Aisya masih asyik dengan novel "The Da PECI Code" karya Ben Sohib. Sebuah novel yang mengisahkan sosok pemuda bernama Rhosid yang sangat menentang penggunaan peci putih yang sudah menjadi tradisi turun-temurun dalam keluarga besarnya. Lucu dan "Jakarta" banget! Karena menyadari sudah ada konser di dalam lambungnya, akhirnya Aisya beranjak keluar kost yang baru resmi dihuninya seminggu itu. Sebenarnya pengin masak sendiri saja, tapi berhubung kemarin ada kebakaran di dekat kost gara-gara kompor gas yang meledak, dia mengurungkan niatnya untuk memasak sendiri. Dia berjalan menyusuri gang kecil dan menuju satu tempat. PASAR SAWO. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di Pasar itu (bulan September lalu), dia masih penasaran kenapa pasar itu diberi nama sawo, padahal tak ada se"buah" sawo pun yang dijual di sana.
Sesampai di Pasar Sawo, Aisya langsung disambut oleh deretan penjual yang berjajar di kiri dan kanan jalan. Mulai dari penjual pakaian, makanan ringan, sandal, lauk-pauk, bubur ayam, dan lain-lain. Pembeli yang kebanyakan ibu-ibu berwajah khas Arab sudah memadati pasar Sawo pagi itu. Pandangannya tak luput pada seorang pengemis tua yang duduk bersimpuh di kiri jalan. Ada sebilah tongkat yang tegak berdiri menjadi sandaran duduknya. Ternyata tangan kanannya cacat, seperti terpelintir ke belakang. Dia menaruh iba pada beliau…
Aisya kemudian menuju penjual nasi uduk langganannya. Membeli sebungkus nasi dengan porsi "separo". Saat hendak meninggalkan pasar, kedua matanya tertuju pada sesuatu yang terjadi di kolong meja seorang penjual daging ayam segar. Ada 3 kucing yang sedang berkerumun di situ.
***Si Hitam : "Hei boy, gue dah laper nih!!!"
Si Abu-Abu : "Iya nich, gue juge."
Si Oren : "Apalagi gue!!"
Si Hitam : "Si Abang nih kagak tahu ape kalau gue dah nangkring di sini dari tadi. Kok sedari tadi kagak ade daging yang dikasihkan kite-kite."
Si Abu: "Iye, payah banget… Kayaknye sound system dalam perut kite-kite kurang kenceng nih. Si Abang jadi kagak denger kalo ni perut dah konser dari tadi."
Si Oren :"Hu um… Miawww… gue jadi ngantuk gare-gare laper… Enaknya gimane nih?"Si Abu : "Kite sendul-sendulin aje kaki si Abang. Trus pasang tampang memelas, kali aje ade daging yang die kasihkan ke kite."
Si Hitam : "Ide brilliant tuh, sendulin juge kaki si ibuk yang lagi beli daging, kali aje si ibuk ntu tersentuh hatinye saat ngelihat tampang kite yang memelas ni.."
Si Oren : "Ye udeh.. ayo beraksi…"
Si Abu : "Eh..diem bentar…kayaknye ade Si Neng lagi merhatiin kite deh… Kayaknye die orang baru di sini, gue baru tahu die kali ini…Kite sape yuck!"
Si Hitam, Abu, Oren bersamaan : "Met pagi Neng, selamat datang di IBUKOTA!!! Miawww…"

***
Akhirnya sampai lagi di RedZone. Aisya langsung menikmati sarapannya.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 08.00, dia beranjak untuk bersiap-siap hendak melancarkan misi hari ini dalam EKSPEDISI PERTAMA-nya.
***
Pukul 09.13, Halte Busway Gelanggang

Aisya dengan kostum merah hati favoritnya sudah duduk manis di dalam halte busway. Menunggu bus berbahan bakar gas dengan tujuan Harmoni. Akhirnya busway berwarna abu-abu yang ditunggunya tiba juga di halte yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kost barunya. Ia masuk ke busway. Ada yang istimewa di hari yang istimewa ini. Para "petugas" busway mengenakan baju koko, peci, dan berkalung sarung. Cakep bener! :D. Coba kalau setiap hari kayak gitu, Jakarta tambah adem deh! :D. Alhamdulillah, ada tempat duduk yang masih kosong. Aisya memilih duduk di samping seorang Mbak. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan novel "The da Peci Code" yang baru dibacanya sampai bagian ke-13. Terinspirasi dari budaya negeri Sakura yang selalu memanfaatkan waktu di bus dengan membaca. Like this lah!!!
Memasuki pusat kota Jakarta dengan sajian gedung-gedung pencakar langitnya. "Juanda…Juanda…" Sang kondektur berteriak. Aisya memasukkan novelnya kemudian berdiri dan menuju pintu keluar…
Subhanallah..tatkala melenggang keluar dari halte busway, tampaklah sebuah bangunan agung yang merupakan salah satu bangunan istimewa di ibukota. Bangunan yang bukan sekedar bangunan. Rumah Allah. Masjid ISTIQLAL. Untuk pertama kalinya Aisya menginjakkan kakinya di sana. Pertama kali tahu tentang Masjid ini tatkala ayahnya dinas luar kota ke Jakarta saat dia masih SD. Ayahnya memberinya oleh-oleh kaos bergambar Masjid Istiqlal. Awalnya dia hanya bermimpi suatu saat nanti dia bisa singgah di masjid yang luar biasa megahnya itu… Dan sekarang mimpinya itu jadi NYATA. Alhamdulillah…
Aisya memasuki halaman masjid Istiqlal dengan perasaan gembira luar biasa. Kemudian dia menuju tempat wudhu putri dan naik ke lantai atas, menuju tempat sholat untuk jamaah putri. SUBHANALLAH… Begitu indah dan megahnya rumah Allah yang satu ini…Tiang-tiang penyangganya besar dan kokoh.. Karpet merah terhampar begitu indah… SUBHANALLAH!!!
Aisya mencari tempat yang strategis untuk menjalankan misinya. Hanya ada beberapa ibu-ibu yang sudah berada di situ. Kemudian dia mengenakan mukena berwarna emasnya dan langsung mendirikan sholat Tahiyatul Masjid dilanjutkan Sholat Dhuha… Ahh..betapa dia merasa sangat kecil… Cukup lama dia terpekur dalam doa panjangnya… Mengadukan semua keresahannya… Mencurahkan segala isi hatinya… Menguraikan semua harapan-harapannya… Memohon ampunan atas semua dosa-dosanya….
Setelah cukup puas "berdialog" dengan Sang Pemiliknya, dia mengeluarkan mushaf merah kesayangannya. Sudah sampai penghujung juz 12… Selang berapa saat dia membaca Q.S. Yusuf, seorang ibu di sebelahnya bertanya, "Baca surat apa Neng?"
Aisya pun menghentikan tilawahnya dan menjawab, "Surat Yusuf, bu!"
"Oo…ibu tadi membaca Surat Al Kahfi..tapi belum selesai, keburu ngantuk. Ya sudah, lanjutkan saja.."
"Iya bu.."
Aisya melanjutkan tilawahnya…
Selang berapa lama, ada seorang ibu yang duduk di sebelah kanannya yang kemudian langsung mendirikan sholat.
Saat sedang asyik tilawah, Aisya dikejutkan dengan teriakan dari seorang ibu yang duduk di sebelah kirinya. Ternyata ada seorang anak kecil yang kepalanya terjepit di terali. Ibu-ibu langsung menghambur ke arah anak itu. "Allahu Akbar!!!" Ibu..ibu berteriak histeris…Aisya pun hendak mendekat…Tapi…ternyata atasan mukenanya terinjak ibu yang sholat di sebelah kanannya. Akhirnya ia lepaskan atasan mukenanya… Semua panik.. Kepala anak kecil itu belum bisa keluar. Anak perempuan kecil itu menangis kencang… Sampai wajahnya memerah.. Ya Rabb, selamatkan dia… Akhirnya, ada seorang bapak yang datang. Dia mencoba mengeluarkan si kecil dengan merenggangkan terali besi pipih itu… Alhamdulillah, kepala anak itu berhasil keluar. Sang ibu langsung menggendong sang anak yang belum juga berhenti menangis. Dengan didampingi satpam (wanita + berjilbab lhoh!), sang ibu dan anak itu dibawa ke bawah, untuk menenangkan diri…
Setelah agak tenang, Aisya melanjutkan tilawahnya lagi…
Membaca Q.S. Yusuf, Q,S, Ar Ra’du, dan Q.S. Ibrahim… Alhamdulillah, akhirnya dia menyelesaikan 1 juz, yakni juz 13… Tepat sebelum adzan berkumandang di masjid Istiqlal.,,
Adzan membahana… Subhanallah… MERINDING!!!!
Setelah adzan, sang khatib sholat Jum’at naik ke mimbar. Betapa SURPRISE-nya Aisya tatkala ia tahu siapa sang khatib. Beliau adalah ustadz Hidayat Nur Wahid, salah satu tokoh favoritnya. Seperti biasa, setiap pergi Aisya selalu membawa note kecil merah hatinya dan bolpoin. Ia mengeluarkannya dan siap menuliskan inspirasi yang didapatkannya.
Berikut beberapa point inspirasi yang berhasil direkam dalam catatan kecilnya.
- Muharram adalah awal penanggalan Islam yang ditetapkan pada masa khalifah Umar bin Khattab. Di tahun baru ini, harapannya kita terus saling mengingatkan dalam kebaikan agar melahirkan ketenangan, ketentraman, dan kesejahteraan dalam kehidupan kita. Inilah hakikat kehidupan.
- Islam adalah agama yang syamil mutakamil.. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak hanya masalah ibadah, tapi juga muamalah di berbagai bidang, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan ini.
- Kondisi bangsa kita saat ini sedang rapuh. Ketidakadilan, perebutan kekuasaan, kriminalitas, bencana alam, dan lain-lain melanda bangsa ini. Tahun 1998 reformasi didengungkan, tapi hasilnya belum begitu signnifikan. Bangsa ini masih saja bermasalah. Saatnya kita, sebagai umat Muhammad SAW, untuk berhijrah. Hijrah bukan hanya berpindah tempat. Hijrah di sini maksudnya kita mereformasi diri kita. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi yang sukses melakukan perubahan dan membangun peradaban. Harapan itu bisa diwujudkan dengan dua kunci utama :
1. NIAT YANG BAIK, BENAR, DAN KUAT
2. REALISASI KONKRIT

- Dalam hadist Rasulullah SAW yang artinya : Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khathab ra, berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapati apa yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Selain niat yang baik, benar, dan lurus, hendaknya kita menyertainya dengan tindakan konkrit. Jangan hanya sekedar tebar pesona! Jangan hanya umbar wacana!!! Dalam moment tahun baru ini, selayaknya kita melakukan REFORMASI diri… menata kembali kehidupan kita.. memperbaiki akhlak kita dengan meneladani Rasulullah SAW, kemudian ISTIQOMAH! Setiap aktivitas yang kita lakukan, ORIENTASIKAN hanya tertuju pada Allah SWT semata. Hijrahnya kita dengan reformasi diri, insya Allah Negara ini akan merasakan dampaknya juga. Mari Kita eratkan ukhuwah kita untuk Indonesia yang makin berjaya!!!
Itulah inspirasi yang berhasil didapatkan dari khutbah singkat Ustadz Hidayat Nur Wahid.
Pukul 13.30 Aisya beranjak meninggalkan Masjid Istiqlal. Sampai di luar masjid, ada pemandangan yang luar biasa menurutnya… Banyak pengemis yang duduk di halaman masjid. Banyak sekali. Beberapa dari mereka ia hampiri, Ketika hendak berjalan, Aisya dikerubungi 3 anak kecil dengan tampang kumal dan sayu…
"Neng, minta neng…" Ujar mereka mengiba..
Aisya mengeluarkan sesuatu dari kantongnya… Tinggal selembar yang ada di kantong itu. "ini buat bertiga ya…"
Seorang dari mereka menerimanya. Saat hendak melanjutkan perjalanan lagi, dua anak yang tadi tidak menerima berujar, "dia tidak mau mbagi Neng…"
Akhirnya Aisya mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberi porsi yang sama pada dua anak tadi. Aisya mengajak bercakap-cakap pada anak kecil yang terakhir kali menerima.
"Sekolah gak dhek?"
"Tidak Neng!"
"Rumahnya mana??"
"Di Senen!"
"Itu tadi saudaranya ya??"
"Bukan Neng, temen!"
"Ya sudah, jangan lupa rajin sholat ya!" pesan Aisya pada anak kecil berbaju merah itu yang akhirnya berlari meninggalkannya setelah tersenyum pada Aisya.
Dengan Nokia 5300-nya, Aisya sempat mengabadikan beberapa hal yang menarik perhatiannya. Dia juga sempat melihat seorang Bapak bertubuh tambun yang mengenakan sarung kotak-kotak dan peci putih dikerumuni para pengemis.. Ya Allah, betapa banyak orang yang jauuuh lebih kurang beruntung dibanding saya, batin Aisya.
***
Aisya berjalan menyusuri halaman timur Masjid Istiqlal untuk menuju Halte busway. Sampai di dekat gerbang keluar, dia dihadang penjual kalender.
"Kalender baru, Neng. Bergambar masjid Istiqlal lho!"
"Makasih…"
"Eh, maaf Bu…tadi saya panggil Neng!" kata si Abang sambil senyum-senyum tak berdosa…
Aisya cuma tersenyum, tapi dalam hatinya berontak. "Masak aku dipanggil ibu sih?" :D
***
Pukul 14.00, Halte Busway Juanda
Aisya menunggu busway jurusan PGC (Pusat Grosir Cililitan) yang tak kunjung tiba. Sudah 10 menit berlalu. Lambungnya mulai perih karena belum makan siang. Akhirnya busway yang dinanti datang juga. Alhamdulillah…penuh! Jadi tidak dapat tempat duduk. Hihi.. Bergelayutan. Gerakan tubuh menyesuaikan irama rem busway itu… :D. Sambil bersenandung lirih dalam hati (nasyidnya StarFive), dia merenungkan hikmah dari keberhasilan misinya hari ini…
Telah tiba saatnya kembali
Satu hari yang sangat dinanti
Hari-hari yang penuh arti
Tahun baru kita kali ini
Detik-detik telah kulewati
Tak terasakan olehku
Sampailah jua kita kembali…
Di Muharram kali ini
Belum tiba saatnya kita
Menunduk, memandang dan bercermin
FIrman Tuhan Yang Maha Kuasa
Sebelum kita dihisabNya
Allah kurasakan imanku
Masih tipis terasa hampa
Syahadat, sholat, puasa, zakatku..
Belum-lah sempurna…
Tak tahu berapa lama
Kupergi bersamanya
Hingga kusadari arti tahun baru ini
Mogalah kita kan lebih baik lagi
Di Muharam kita kali ini….
***
Yup, that’s all! Itulah ekspedisi Aisya di hari barunya di tahun baru 1431 H. Nantikan ekspedisi-ekspedisi Aisya selanjutnya. Insya Allah juga LEBIH SERU dan LUAR BIASA!!!

SELAMAT TAHUN BARU 1431 H…
Semoga keberkahan dan ridho Allah SWT senantiasa terlimpah pada kita semua… Aamiin…

Jakarta, 1 Muharram 1431 H
Aisya Avicenna*

NB : Aisya Avicenna => nama pena Etika Suryandari