Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, April 20, 2011

Celoteh Aksara [20]: "SENANDUNG CINTA SEDERHANA

Wednesday, April 20, 2011 0 Comments

“Senandung Cinta Sederhana “

Percikan rinduku menerpa hati yang merayu
Menggoda angan yang mencumbu syahdu
Akulah pemilik rasa itu!
Rasa yang mampu menyeret kesadaranku
Menelusup ruang dan waktu

Inilah yang kusebut cinta sederhana,
*dari seorang yang sederhana!
Sampai akhirnya nanti aku kan berkata
“Duhai hatiku, lihatlah…
Musim semi telah tiba
Bunga-bunga cinta bermekaran. tersenyum, menyapa hati yang kasmaran.”

“Wahai hatiku, dengarkanlah…
bisik rerumputan di pelataran
Mendendangkan senandung cinta tentang kita!
Dalam kasih sayang tak berkesudahan…”

Saat kidung penantian belum usai berlagu
Biarkanlah…
Biarkanlah sang waktu yang menghentikan
Atas kehendak-Nya
Atas kuasa-Nya…

Bersama sebaris doa…
agar kau dan aku menjadi kita
Lalu bersama, memadu jalinan sebagai wujud persembahan cinta
Cinta suci tak bernoda!

Kini…
Masih kurenda hari bersama rindu
Menunggumu di batas waktu
Seiring jemariku yang tak kan pernah lelah
Merangkai untaian kasih untukmu
Penaku tak kan pernah kering menuliskan syair cinta
Hingga lahirlah bait-bait kerinduan
untukmu, dalam sebentuk cinta
yang akan selalu ku jaga…
Hingga akhir masa.
Merengkuh ridho-Nya, sampai ke jannah-Nya
Amin Ya Rabb…

“Rahasia itu hanya Kau yang tahu…”

[Keisya Avicenna_19 April 2011. Saat aksaraku bertutur dalam ikhtiar dan doa tentang ketulusan sebuah cinta yang sederhana!]

OLAH KREATIF KATA bareng SANG PETHUNYA!!!

Wednesday, April 20, 2011 0 Comments

Creative Writing #3: Being Incisive
by Casofa Fachmy on Wednesday, April 20, 2011 at 12:09am
“Engkau harus menemukan sebuah kunci; sebuah petunjuk untuk mendapatkan gaya menulismu sendiri. Sebab, yang engkau miliki hanya dua puluh enam huruf dalam abjad itu, beberapa tanda baca, dan beberapa kertas.”
-- Toni Morrison

Setiap saat kita menghadapi masalah. Bukan karena kita adalah orang yang bermasalah. Tapi sepertinya memang sudahlah menjadi tabiat dalam klan masalah untuk tetap menjadi bagian dari hirupan hari. Satu cara termungkin untuk tak menganggapnya sebagai bagian paling mengesalkan dalam kehidupan adalah dengan mengganti sudut pandang. Anggap saja ia tantangan. Pasti akan lebih seru. Jangan pernah takut gagal. Kita harus bersiap bertanding, kalah, bahkan terkapar. Mengapa? Kesiapan itulah yang utama. Ia yang akan membuat kita menang. Itulah mengapa, kita seringkali mendapati para jawara yang bermental baja dan siap mati di medan lagi, tapi justru musuhnyalah yang harus terlepas nyawanya. Kesiapan memberikan setengah lebih kekuatan untuk bertahan. Kesiapan menghadirkan setengah lebih pengerahan kemampuan.

Berapa banyak salah yang kita terakan selama proses menulis? Sering salah, berarti kreatif. Bukannya salah itu berarti kreatif. Akan tetapi, kalau kita tidak siap untuk salah, kita tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang orisinil. Lebih bagus kita menghasilkan sejuta kesalahan karena kita telah mencoba melakukan banyak hal. Meramu sana-sini. Menggabung ini-itu. Daripada selalu benar, tapi sebenarnya tak pernah melakukan apapun. Kita berhenti dan menikmati empuknya sofa, tapi yang lain sudah berkelana menjelajah semesta. Chicken stays, eagle flies.

Saat kesiapan menghadirkan pegangan diri yang kuat, maka kesalahan memberikan ketajaman. Proses yang berulang-ulang dan seringkali salah itulah yang kemudian mengajarkan kita tentang detail, letak dari, “Oh, seharusnya tidak ditaruh di situ.” Atau, “Oalah, kurang ini.” Tak ada yang rugi. Karena kita tengah belajar dari pengalaman. Sekali lagi, kesalahan menyuguhkan ketajaman.

Sebelum ketajaman datang, kita harus menggosoknya terlebih dahulu dengan lima hal.

Pertama, problem is no problemo. Lakukan pendekatan yang ramah dengan masalah. Ada lima macam dalam pendekatan pemecahan masalah, atau problem solving approach. Pertama, mengidentifikasinya. Ajukan sendiri pertanyaanya: permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan apa inti masalahnya. Kedua, cari alternatif pemecahannya. Ketiga, jangan lupa evaluasi alternatifnya. Keempat, pilih kesemua alternatif terbaik tersebut, dan sesuaikan dengan syarat dan batas yang ada. Terakhir, saat pelaksaan ide-ide kreatif pemecahan masalah tersebut.

Kedua, inovate. Carilah pengetahuan seluas-luasnya. Kreatifitas tanpa knowledge, tidak akan mampu menciptakan inovasi. Saat kita berhenti belajar, maka kita berhenti mempertajam diri.

Ketiga, different angle. Untuk mengembangkan kreatifitas, hingga kita mampu melihat sesuatu berdasarkan sudut pandang yang baru, bisa memulainya dengan mengadakan riset. Dalam riset kreatif, otomatis otak kanan dan kiri akan termaksimalkan. Karena untuk menjadi kreatif, menciptakan keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Keempat, fix it in every step. Kita tak harus mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan yang bertaburan di kepala. Kita tidak harus selalu menghasilkan ide-ide orisinil yang belum pernah dipikirkan orang sebelumnya. Perhatikan saja apa yang membawa keberhasilan bagi orang lain. Lalu, terapkan ke bidang kita saat ini. modifikasi sedikit. Maka kita telah melahirkan sesuatu yang kreatif. Jangan meniru secara membabi buta. Selain tidak membuat kita berkembang, juga sangat memalukan. Orang-orang kreatif tidak harus menjadi orang pertama yang melakukan atau menciptakan sesuatu. Kita dapat melakukannya atau membuat hal-hal yang sudah ada, atau hal-hal yang biasa, namun dengan cara yang tidak biasa. Lakukan kreatifitas, siapa pun adanya diri kita, dan di manapun kita berada. Lakukan sesuatu yang berbeda, meskipun butuh waktu untuk melihat dan menikmati hasilnya. Berproseslah. Jangan ingin cepat besar. Mulailah dari langkah-langkah kecil yang terus-menerus diperbaiki. Memperbaiki di tiap tahapan akan lebih kelihatan nikmatnya. We can do anything, but we can’t do everything.

Kelima, trust your idea. Setiap ide pasti bermanfaat dan menunjukkan keunikannya. Hanya saja, mungkin ide tersebut tidak cocok digunakan untuk saat ini. Hanya yakini saja. Kuat-kuat. Di masa depan, bisa jadi ide kita justru bisa menghasilkan sesuatu yang mengguncang dan membuat para epigon kewalahan.

Be incisive. Dari susunan abjad yang hanya sedemikian itu, alangkah mengharukannya jika tak bisa kita taklukkan. it’s important to be incisive enough to take action based on the information on hand. Deliberate, but don’t be afraid to act. And once you do make a decision, you must be able to make the best of it.
Creative Writing #3: Being Incisive
by Casofa Fachmy on Wednesday, April 20, 2011 at 12:09am
“Engkau harus menemukan sebuah kunci; sebuah petunjuk untuk mendapatkan gaya menulismu sendiri. Sebab, yang engkau miliki hanya dua puluh enam huruf dalam abjad itu, beberapa tanda baca, dan beberapa kertas.”
-- Toni Morrison

Setiap saat kita menghadapi masalah. Bukan karena kita adalah orang yang bermasalah. Tapi sepertinya memang sudahlah menjadi tabiat dalam klan masalah untuk tetap menjadi bagian dari hirupan hari. Satu cara termungkin untuk tak menganggapnya sebagai bagian paling mengesalkan dalam kehidupan adalah dengan mengganti sudut pandang. Anggap saja ia tantangan. Pasti akan lebih seru. Jangan pernah takut gagal. Kita harus bersiap bertanding, kalah, bahkan terkapar. Mengapa? Kesiapan itulah yang utama. Ia yang akan membuat kita menang. Itulah mengapa, kita seringkali mendapati para jawara yang bermental baja dan siap mati di medan lagi, tapi justru musuhnyalah yang harus terlepas nyawanya. Kesiapan memberikan setengah lebih kekuatan untuk bertahan. Kesiapan menghadirkan setengah lebih pengerahan kemampuan.

Berapa banyak salah yang kita terakan selama proses menulis? Sering salah, berarti kreatif. Bukannya salah itu berarti kreatif. Akan tetapi, kalau kita tidak siap untuk salah, kita tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang orisinil. Lebih bagus kita menghasilkan sejuta kesalahan karena kita telah mencoba melakukan banyak hal. Meramu sana-sini. Menggabung ini-itu. Daripada selalu benar, tapi sebenarnya tak pernah melakukan apapun. Kita berhenti dan menikmati empuknya sofa, tapi yang lain sudah berkelana menjelajah semesta. Chicken stays, eagle flies.

Saat kesiapan menghadirkan pegangan diri yang kuat, maka kesalahan memberikan ketajaman. Proses yang berulang-ulang dan seringkali salah itulah yang kemudian mengajarkan kita tentang detail, letak dari, “Oh, seharusnya tidak ditaruh di situ.” Atau, “Oalah, kurang ini.” Tak ada yang rugi. Karena kita tengah belajar dari pengalaman. Sekali lagi, kesalahan menyuguhkan ketajaman.

Sebelum ketajaman datang, kita harus menggosoknya terlebih dahulu dengan lima hal.

Pertama, problem is no problemo. Lakukan pendekatan yang ramah dengan masalah. Ada lima macam dalam pendekatan pemecahan masalah, atau problem solving approach. Pertama, mengidentifikasinya. Ajukan sendiri pertanyaanya: permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan apa inti masalahnya. Kedua, cari alternatif pemecahannya. Ketiga, jangan lupa evaluasi alternatifnya. Keempat, pilih kesemua alternatif terbaik tersebut, dan sesuaikan dengan syarat dan batas yang ada. Terakhir, saat pelaksaan ide-ide kreatif pemecahan masalah tersebut.

Kedua, inovate. Carilah pengetahuan seluas-luasnya. Kreatifitas tanpa knowledge, tidak akan mampu menciptakan inovasi. Saat kita berhenti belajar, maka kita berhenti mempertajam diri.

Ketiga, different angle. Untuk mengembangkan kreatifitas, hingga kita mampu melihat sesuatu berdasarkan sudut pandang yang baru, bisa memulainya dengan mengadakan riset. Dalam riset kreatif, otomatis otak kanan dan kiri akan termaksimalkan. Karena untuk menjadi kreatif, menciptakan keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Keempat, fix it in every step. Kita tak harus mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan yang bertaburan di kepala. Kita tidak harus selalu menghasilkan ide-ide orisinil yang belum pernah dipikirkan orang sebelumnya. Perhatikan saja apa yang membawa keberhasilan bagi orang lain. Lalu, terapkan ke bidang kita saat ini. modifikasi sedikit. Maka kita telah melahirkan sesuatu yang kreatif. Jangan meniru secara membabi buta. Selain tidak membuat kita berkembang, juga sangat memalukan. Orang-orang kreatif tidak harus menjadi orang pertama yang melakukan atau menciptakan sesuatu. Kita dapat melakukannya atau membuat hal-hal yang sudah ada, atau hal-hal yang biasa, namun dengan cara yang tidak biasa. Lakukan kreatifitas, siapa pun adanya diri kita, dan di manapun kita berada. Lakukan sesuatu yang berbeda, meskipun butuh waktu untuk melihat dan menikmati hasilnya. Berproseslah. Jangan ingin cepat besar. Mulailah dari langkah-langkah kecil yang terus-menerus diperbaiki. Memperbaiki di tiap tahapan akan lebih kelihatan nikmatnya. We can do anything, but we can’t do everything.

Kelima, trust your idea. Setiap ide pasti bermanfaat dan menunjukkan keunikannya. Hanya saja, mungkin ide tersebut tidak cocok digunakan untuk saat ini. Hanya yakini saja. Kuat-kuat. Di masa depan, bisa jadi ide kita justru bisa menghasilkan sesuatu yang mengguncang dan membuat para epigon kewalahan.

Be incisive. Dari susunan abjad yang hanya sedemikian itu, alangkah mengharukannya jika tak bisa kita taklukkan. it’s important to be incisive enough to take action based on the information on hand. Deliberate, but don’t be afraid to act. And once you do make a decision, you must be able to make the best of it.
Creative Writing #3: Being Incisive
by Casofa Fachmy on Wednesday, April 20, 2011 at 12:09am
“Engkau harus menemukan sebuah kunci; sebuah petunjuk untuk mendapatkan gaya menulismu sendiri. Sebab, yang engkau miliki hanya dua puluh enam huruf dalam abjad itu, beberapa tanda baca, dan beberapa kertas.”
-- Toni Morrison

Setiap saat kita menghadapi masalah. Bukan karena kita adalah orang yang bermasalah. Tapi sepertinya memang sudahlah menjadi tabiat dalam klan masalah untuk tetap menjadi bagian dari hirupan hari. Satu cara termungkin untuk tak menganggapnya sebagai bagian paling mengesalkan dalam kehidupan adalah dengan mengganti sudut pandang. Anggap saja ia tantangan. Pasti akan lebih seru. Jangan pernah takut gagal. Kita harus bersiap bertanding, kalah, bahkan terkapar. Mengapa? Kesiapan itulah yang utama. Ia yang akan membuat kita menang. Itulah mengapa, kita seringkali mendapati para jawara yang bermental baja dan siap mati di medan lagi, tapi justru musuhnyalah yang harus terlepas nyawanya. Kesiapan memberikan setengah lebih kekuatan untuk bertahan. Kesiapan menghadirkan setengah lebih pengerahan kemampuan.

Berapa banyak salah yang kita terakan selama proses menulis? Sering salah, berarti kreatif. Bukannya salah itu berarti kreatif. Akan tetapi, kalau kita tidak siap untuk salah, kita tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang orisinil. Lebih bagus kita menghasilkan sejuta kesalahan karena kita telah mencoba melakukan banyak hal. Meramu sana-sini. Menggabung ini-itu. Daripada selalu benar, tapi sebenarnya tak pernah melakukan apapun. Kita berhenti dan menikmati empuknya sofa, tapi yang lain sudah berkelana menjelajah semesta. Chicken stays, eagle flies.

Saat kesiapan menghadirkan pegangan diri yang kuat, maka kesalahan memberikan ketajaman. Proses yang berulang-ulang dan seringkali salah itulah yang kemudian mengajarkan kita tentang detail, letak dari, “Oh, seharusnya tidak ditaruh di situ.” Atau, “Oalah, kurang ini.” Tak ada yang rugi. Karena kita tengah belajar dari pengalaman. Sekali lagi, kesalahan menyuguhkan ketajaman.

Sebelum ketajaman datang, kita harus menggosoknya terlebih dahulu dengan lima hal.

Pertama, problem is no problemo. Lakukan pendekatan yang ramah dengan masalah. Ada lima macam dalam pendekatan pemecahan masalah, atau problem solving approach. Pertama, mengidentifikasinya. Ajukan sendiri pertanyaanya: permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan apa inti masalahnya. Kedua, cari alternatif pemecahannya. Ketiga, jangan lupa evaluasi alternatifnya. Keempat, pilih kesemua alternatif terbaik tersebut, dan sesuaikan dengan syarat dan batas yang ada. Terakhir, saat pelaksaan ide-ide kreatif pemecahan masalah tersebut.

Kedua, inovate. Carilah pengetahuan seluas-luasnya. Kreatifitas tanpa knowledge, tidak akan mampu menciptakan inovasi. Saat kita berhenti belajar, maka kita berhenti mempertajam diri.

Ketiga, different angle. Untuk mengembangkan kreatifitas, hingga kita mampu melihat sesuatu berdasarkan sudut pandang yang baru, bisa memulainya dengan mengadakan riset. Dalam riset kreatif, otomatis otak kanan dan kiri akan termaksimalkan. Karena untuk menjadi kreatif, menciptakan keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Keempat, fix it in every step. Kita tak harus mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan yang bertaburan di kepala. Kita tidak harus selalu menghasilkan ide-ide orisinil yang belum pernah dipikirkan orang sebelumnya. Perhatikan saja apa yang membawa keberhasilan bagi orang lain. Lalu, terapkan ke bidang kita saat ini. modifikasi sedikit. Maka kita telah melahirkan sesuatu yang kreatif. Jangan meniru secara membabi buta. Selain tidak membuat kita berkembang, juga sangat memalukan. Orang-orang kreatif tidak harus menjadi orang pertama yang melakukan atau menciptakan sesuatu. Kita dapat melakukannya atau membuat hal-hal yang sudah ada, atau hal-hal yang biasa, namun dengan cara yang tidak biasa. Lakukan kreatifitas, siapa pun adanya diri kita, dan di manapun kita berada. Lakukan sesuatu yang berbeda, meskipun butuh waktu untuk melihat dan menikmati hasilnya. Berproseslah. Jangan ingin cepat besar. Mulailah dari langkah-langkah kecil yang terus-menerus diperbaiki. Memperbaiki di tiap tahapan akan lebih kelihatan nikmatnya. We can do anything, but we can’t do everything.

Kelima, trust your idea. Setiap ide pasti bermanfaat dan menunjukkan keunikannya. Hanya saja, mungkin ide tersebut tidak cocok digunakan untuk saat ini. Hanya yakini saja. Kuat-kuat. Di masa depan, bisa jadi ide kita justru bisa menghasilkan sesuatu yang mengguncang dan membuat para epigon kewalahan.

Be incisive. Dari susunan abjad yang hanya sedemikian itu, alangkah mengharukannya jika tak bisa kita taklukkan. it’s important to be incisive enough to take action based on the information on hand. Deliberate, but don’t be afraid to act. And once you do make a decision, you must be able to make the best of it.
It’s Crafted with Passion
by Casofa Fachmy on Sunday, April 17, 2011 at 10:47pm
Setiap penulis mempunyai jiwa dan kepribadian sendiri untuk menyawai karyanya menjadi sajian yang unik. Ralph Waldo Emerson, esais yang merangkap penyair, dan filosof dari Paman Sam mengujarnya, “Bakat saja tak bisa membuat seseorang menjadi penulis. Harus ada jiwa di belakang sebuah buku; sebuah kepribadian, bawaaan maupun sifat, yang didedikasikan pada prinsip-prinsip yang dituliskan di sana, dan yang eksis untuk melihat dan menyatakan segalanya sesuai dengan prinsip itu, dan bukan sebaliknya.”

Berkarya berarti penaka bangunan. Setelah selesai, selalu akan ada para pembangun baru yang datang. Entah ia memberikan lagi sentuhan kesempurnaan, memugarnya menjadi lebih elok, ataupun yang datang membabat habis. Semua menempati bagiannya secara khusus. Ada yang memilih jalan panjang penuh kesungguhan; ada pula yang mengambil jalan pendek penuh keculasan. Itulah kemudian, kita mendapati setiap karya dan pengkaryanya memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap penikmat karyanya.

Ada beberapa unicorn di hutan masa lampau
Riang dan putih mereka berjalan menembus bulan pucat ketika fajar mengintip
Teratai tumbuh pada jejak-jejak kaki mereka
Tapi sayang, ketika kau tersenyum kepada mereka
Dan mereka membungkuk di depanmu, mencair bagaikan embun
Dan aku menangis
Iri pada mereka
(Bulbul, Annemarie Schimmel)

Annemarie Schimmel, yang mengagumi Muhammad Iqbal ini, menerjemahkan Javidnama, karya besar pujangga Pakistan tersebut. Hingga kemudian, pemerintah Pakistan menganugerahinya Hilal Al-Imtiyaz; penghargaan teratas yang diberikan kepada warga sipil. Pada 1988, setelah tiga puluh tahun sebelumnya ia menjejak pertama kakinya di Pakistan itu, namanya dijadikan beasiswa kepada mahasiswi pascasarjana untuk melanjutkan studi di Inggris. Serunya lagi, sebuah jalanan indah Lahore dengan pepohonan di kanan kirinya yang anggun, menggunakan namanya. Karya tulisnya mencapai lebih dari 80 judul buku, dan esai serta makalah yang tak terhitung banyaknya. Di tahun 1995, ia pun mendapat penghargaan German Book Trade Peace Prize, dan mendapatkan dua puluh lima ribu euro dari Muhammad Nefi Chelebi Media Prize dalam sebuah seremoni yang berlangsung di National Islamic Archive, Jerman. Serentetan award tersebut merupakan bukti keproduktifan dan keaktifannya dalam berkarya.

Bagaimana ia melakukannya? It’s crafted with passion.

“Aku tidak menunggu mood,” kata Pearl S. Buck, “kita tidak akan mencapai apapun jika mengandalkan kondisi semacam itu. Pikiran kita harus tahu kapan ia harus bekerja...” Kalimat itu meluncur dari sosok yang mendapatkan hadiah nobel untuk sastra pada tahun 1938. Setelah menikahi seorang ahli pertanian pada tahun 1917 di Cina, ia mendapatkan seorang putri manis empat tahun kemudian. Sayangnya, sang putri menderita fenilketonuria, penyakit langka yang menyebabkan retardasi mental. Tapi dari peristiwa itu, ia justru terinspirasi untuk menyuguhkan The Child Who Never Grew kepada para pembaca. Sebagai karya terbaiknya, dunia sepakat dengan The Good Earth, yang langsung terjual 1.800.000 eksemplar pada tahun pertama tersebut. Sebuah pencapaian mencengangkan dan tak disangka. Novel ini bertahan dalam daftar best seller selama 21 bulan, dan memenangi penghargaan Pulitzer sebagai novel terbaik pada tahun itu. Beberapa novelnya kemudian dialihkan menjadi film, termasuk The Good Earth, Dragon Seed, China Sky, dan The Devil Never Sleeps. Empat puluh tahun malang-melintangnya dalam dunia menulis, telah mencatatkan delapan puluh karya, termasuk novel, skenario, kumpulan cerpen, puisi, buku anak-anak, dan juga biografi.

Bagaimana ia melakukannya? It’s crafted with passion too.

“Passion is not what you are good at. It’s what you enjoy the most.” Tutur rockstar saya dalam perkariran dalam karya apiknya Your Job is Not Your Career. Seberapa jauh, seberapa dalam, dan seberapa menikmatinya kita dalam melakukan sesuatu. Begitulah passion. Yang ada hanya keasyikan. Lalu, adakah kesulitan tidak menghadang? Ada. Bahkan justru lebih sering. Akan tetapi, ini seperti bermain kelereng saat hendak menembak sasaran. Kita merasa tertantang. Saat kena, kita riang alang kepalang. Saat meleset, kita penasaran setengah mampus. Saat kita mengerti passion apa yang harus dirawati, maka purpose of life dan values akan hadir mengalir.

Apa yang tengah kita pikirkan tentang hidup? Have enough (money, resources, things) so that we can do what we want and we can be happy. Dari slogan itu, apa yang kita dapat di akhirnya justru ketidaktenangan yang tak berujung untuk mati-matian mendapati kelegaan, kepuasaan, dan kebahagiaan. Kelihatannya simpel tapi justru tidak simpel. Jawaban paling memungkinkan adalah dengan memahami what we are, dan bukannya what we have. Mengenali sejak dini kesemua apa yang terbekali di diri sejak kita dilahirkan dengan misi-Nya: liya’budun.

Passion bukanlah hobi. Tapi lebih ke segala hal yang kita sukai dan minati sedemikian rupa, hingga di sepanjang hidup ini kita tak pernah terpikir untuk tidak melakukannya, atau melewatkan hari-hari tanpa mengerjakannya. Jadi, tidak ada kaitannya sama sekali dengan keahlian atau kebiasaan. Tapi lebih menuju ke segala hal yang berhubungan dengan penggugahan minat yang terpatri di dalam diri. Tidak hanya hal yang bersifat, “Hei, apa kamu suka melakukannya?” Kemudian dijawab, “Iya, saya suka banget!”. Tidak sekadar itu. Akan tetapi, passion harus terwakili dengan keunikan dalam bertindak, dan aktivitas yang ada nilainya –yang entah bagi diri sendiri ataupun bagi kebanyakan. Merasa terbingungkan? Seorang yang bertahun-tahun belajar ilmu kependidikan, mengambil syarat kelulusan dengan praktik kerja lapangan dalam bidang pendidikan, dan nilai ujiannya A, kemudian lulus dan mendapat gelar. Akan tetapi, kemudian lebih memilih untuk tidak terjun ke lembaga pendidikan, dan masuk dunia penerbitan dan belajar segala ilmu literasi, karena ia merasa itulah dunianya yang sebenarnya. Maka dia telah menemukan passion-nya.

Bagaimana ia melakukannya? It’s really-really crafted with passion.

Benarkah kemudian, jalan menulis memang benar-benar telah menjadi passion kita? No joy working. No passion. No purpose of life. Hidup yang seperti itu, sungguh tidak berwarna. Yang paling mengkhawatirkan, tentu ia akan lebih sering macet di tengah jalan, saat karyanya tak jua selesai dituliskan dan diterbitkan.

Dan yang seperti ini, it’s not crafted with passion.
CREATIVE WRITING_Fachmy Casofa
Kreatif berarti membiasakan diri melakukan hal-hal keren. Makanya, kreatifitas selalu datang dari kebiasaan, bukan faktor genetis. Pertanyaanya kemudian, mengapa kreatifitas diperlukan? Tanpa kreatifitas, kita takkan mempunyai nilai tambah yang membuat kita lebih maju. Tak hanya itu, kreatifitas akan membuat kita merasa lebih puas pada diri sendiri, sehingga kita menjadi termotivasi untuk berbuat lebih baik.

Kreatif berarti mempertajam added value. Oleh itulah, sebuah kreatifitas tidak harus bersifat penemuan pertama. Bisa juga, kreatifitas adalah mengubah sesuatu yang ada menjadi bernilai tambah. Dalam karya, sebagus apapun kreatifitas dalam membuatnya, terasa percuma kalau tidak tersebarkan. Atau, dalam versi lebih tinggi, ia dapat terjual. Mengapa kreatifitas harus menjual? Kalau karya kita bisa dijual, berarti orang lain menghargai karya kita sebagai hasil sebuah kreatifitas. Tetapi, menjual kreatifitas tidak melulu harus berupa uang. Sebuah kreatifitas disebut menjual apabila kreatifitas mendapatkan apresiasi. Misalnya, sudah susah-susah bikin cerpen, akan tetapi hanya dipendam di buku catatan saja, dan tidak mau mempublikasikanya di blog, ataupun tidak dikopi di catatan facebook, maka itu percuma saja. Rasanya pasti berbeda saat kita mempublikasikannya. Apresiasi akan semakin mempertajam kemampuan. Sebegitu pula dengan kritik ataupun saran.

Menjadi kreatif, berarti memulai sedini mungkin untuk membiasakan diri kreatif. Sebagai orang kreatif, kita harus berbeda dengan orang lain. Tetapi, perbedaan tersebut harus disertai alasan yang tepat. Jangan hanya berbeda. Tapi berbedalah dengan alasan tertentu. Outsider di tempat mapan yang kondisinya seperti robot ataupun cracker di zona nyaman, adalah contoh berbeda dengan alasan. Kapankah upaya-upaya kebiasaan kreatif itu akan menjadi kebiasaan? Menurut beberapa penelitian, kebiasaan kita bisa berubah untuk permanen kalau kita melkaukannya selama satu bulan. Walau ada juga yang perlu lebih dari satu bulan, namun kebanyakan orang bisa mengubah kebiasaannya setelah berubah selama satu bulan terus-menerus. Bagaimana dengan rutinitas, apakah ia menghambat kreatifitas? Tidak juga. Cara paling kreatif untuk membuat rutinitas menjadi lebih kreatif adalah dengan mengubah cara menjalankan rutinitas tersebut. Sehingga, kita terbiasa untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa. Otak dan tubuh yang dijejali dengan hal-hal yang rutin setiap hari tidak akan bisa berkembang. Tetapi, saat otak dan tubuh dimasuki hal-hal baru yang memerlukan daya imajinasi dan kreatifitas, maka saraf otak akan terasah dengan optimal dan tubuh akan bereflek cepat. Merasa belum terbiasa kreatif? Mulailah dengan hal-hal kecil yang rutin. Melakukan sesuatu yang keliru asal tidak merugikan orang lain layak dicoba. Dalam menulis, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas, seperti: melihat katalog buku, mengambil ide tema dari buku luar negeri, dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dan banyak cara lainnya. Dalam menulis kreatif, bacalah buku yang sesuai dengan kebutuhan saat itu. Misalnya, akan menggarap novel tentang kisah hidup seorang pembatik, maka bacalah buku-buku yang berkaitan erat dengan dunia kebatikan. Menulis novel tentang detektif, maka bacalah buku-buku yang berkaitan dengan kriminalitas dan intelijen. Bacaan yang berkaitan erat dengan keperluan yang tengah dijalani, akan memberikan wawasan dan inspirasi demi terciptanya ide-ide kreatif.

Rasanya menyenangkan membincangkan tentang creative writing. Secara rutin dan sederhana, kita akan membincangnya di sini dan seperti ini. Sampai jumpa di note selanjutnya. Doakan saya gantheng selalu.
Kreatif berarti membiasakan diri melakukan hal-hal keren. Makanya, kreatifitas selalu datang dari kebiasaan, bukan faktor genetis. Pertanyaanya kemudian, mengapa kreatifitas diperlukan? Tanpa kreatifitas, kita takkan mempunyai nilai tambah yang membuat kita lebih maju. Tak hanya itu, kreatifitas akan membuat kita merasa lebih puas pada diri sendiri, sehingga kita menjadi termotivasi untuk berbuat lebih baik.

Kreatif berarti mempertajam added value. Oleh itulah, sebuah kreatifitas tidak harus bersifat penemuan pertama. Bisa juga, kreatifitas adalah mengubah sesuatu yang ada menjadi bernilai tambah. Dalam karya, sebagus apapun kreatifitas dalam membuatnya, terasa percuma kalau tidak tersebarkan. Atau, dalam versi lebih tinggi, ia dapat terjual. Mengapa kreatifitas harus menjual? Kalau karya kita bisa dijual, berarti orang lain menghargai karya kita sebagai hasil sebuah kreatifitas. Tetapi, menjual kreatifitas tidak melulu harus berupa uang. Sebuah kreatifitas disebut menjual apabila kreatifitas mendapatkan apresiasi. Misalnya, sudah susah-susah bikin cerpen, akan tetapi hanya dipendam di buku catatan saja, dan tidak mau mempublikasikanya di blog, ataupun tidak dikopi di catatan facebook, maka itu percuma saja. Rasanya pasti berbeda saat kita mempublikasikannya. Apresiasi akan semakin mempertajam kemampuan. Sebegitu pula dengan kritik ataupun saran.

Menjadi kreatif, berarti memulai sedini mungkin untuk membiasakan diri kreatif. Sebagai orang kreatif, kita harus berbeda dengan orang lain. Tetapi, perbedaan tersebut harus disertai alasan yang tepat. Jangan hanya berbeda. Tapi berbedalah dengan alasan tertentu. Outsider di tempat mapan yang kondisinya seperti robot ataupun cracker di zona nyaman, adalah contoh berbeda dengan alasan. Kapankah upaya-upaya kebiasaan kreatif itu akan menjadi kebiasaan? Menurut beberapa penelitian, kebiasaan kita bisa berubah untuk permanen kalau kita melkaukannya selama satu bulan. Walau ada juga yang perlu lebih dari satu bulan, namun kebanyakan orang bisa mengubah kebiasaannya setelah berubah selama satu bulan terus-menerus. Bagaimana dengan rutinitas, apakah ia menghambat kreatifitas? Tidak juga. Cara paling kreatif untuk membuat rutinitas menjadi lebih kreatif adalah dengan mengubah cara menjalankan rutinitas tersebut. Sehingga, kita terbiasa untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa. Otak dan tubuh yang dijejali dengan hal-hal yang rutin setiap hari tidak akan bisa berkembang. Tetapi, saat otak dan tubuh dimasuki hal-hal baru yang memerlukan daya imajinasi dan kreatifitas, maka saraf otak akan terasah dengan optimal dan tubuh akan bereflek cepat. Merasa belum terbiasa kreatif? Mulailah dengan hal-hal kecil yang rutin. Melakukan sesuatu yang keliru asal tidak merugikan orang lain layak dicoba. Dalam menulis, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas, seperti: melihat katalog buku, mengambil ide tema dari buku luar negeri, dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dan banyak cara lainnya. Dalam menulis kreatif, bacalah buku yang sesuai dengan kebutuhan saat itu. Misalnya, akan menggarap novel tentang kisah hidup seorang pembatik, maka bacalah buku-buku yang berkaitan erat dengan dunia kebatikan. Menulis novel tentang detektif, maka bacalah buku-buku yang berkaitan dengan kriminalitas dan intelijen. Bacaan yang berkaitan erat dengan keperluan yang tengah dijalani, akan memberikan wawasan dan inspirasi demi terciptanya ide-ide kreatif.

Rasanya menyenangkan membincangkan tentang creative writing. Secara rutin dan sederhana, kita akan membincangnya di sini dan seperti ini. Sampai jumpa di note selanjutnya. Doakan saya gantheng selalu.

Kematian Hati (KH Rahmat Abdullah)

Wednesday, April 20, 2011 0 Comments


by Ahmad Lamuna on Wednesday, April 20, 2011 at 10:08am

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.



Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.



Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.



As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka," ucapnya lirih.



Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.



Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah dan hati nurani tak ada lagi.



Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?



Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka memperkosa.



Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia." Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"



Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah disana?



Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.



Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."



Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.



Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.



Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.



Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"

Tuesday, April 19, 2011

Catatan Aisya [19] : Idealitas itu Motivasi

Tuesday, April 19, 2011 0 Comments

Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok! Sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa diubah. Begitu juga denganku, aku tidak akan suka jika masa laluku yang dinilai dan diungkit-ungkit. Sebab harapanku terbentang mulai hari ini hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik!


~Give me some sunshine.. Give me some rain.. Give me another chance.. I wanna grow up once again!!!~

Saya menulis status di atas bukan tanpa alasan. Saya awali dengan pertanyaan, "Merasa kesal nggak sih kalau masa lalu yang sudah kita kubur dalam-dalam tiba-tiba diungkit-ungkit lagi? Malah dibeberkan ke banyak orang?" Hmm, jujur kalau saya akan merasa sedikit kesal sih. Tapi perlu diingat, jangan sampai kesalnya kebablasan dan malah jadi ngamuk-ngamuk dan melakukan tindakan anarkhis. Hehe... Kayak apa aja! Kesal sih boleh, tapi cobalah untuk bersabar dan mengambil sisi positif dari diungkitnya kembali masa lalu itu.

Ada nasihat dari Ustadz Rahmat Abdullah yang sangat bagus yakni :
- Dua hal yang harus selalu kita ingat adalah kebaikan orang lain terhadap kita dan keburukan kita terhadap orang lain.
- Dua hal yang tidak perlu kita ingat adalah kebaikan kita terhadap orang lain dan keburukan orang lain terhadap kita.

Jadi, kalau keburukan kita diungkit-ungkit orang lain jadikan saja sebagai sarana pemacu kita untuk memperbanyak istighfar dan memperbaiki diri. Teruslah berbuat baik bagi orang lain dan tidak perlulah kita mengungkit-ungkit kebaikan kita tersebut.

Masih dari status di atas, "Sebab harapanku terbentang mulai hari ini hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik".
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik saya menjadikan sepuluh profil pribadi muslim di bawah ini sebagai motivasi. Memang sih, kesepuluh kriteria ini jika terintegrasi secara utuh akan mencetak pribadi muslim yang ideal. Mungkinkah kondisi ideal terwujud? Tak mudah memang, tapi tak ada salahnya untuk diwujudkan. Bahkan kondisi ideal ini bisa kita jadikan motivasi. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menginternalisasikan sepuluh kriteria di bawah ini dan tentunya jika Allah berkehendak. Kesepuluh kriteria muslim ideal yang digambarkan secara rinci dalam beberapa blog inspiratif yang saya baca
, antara lain:

1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

* Tidak mengkafirkan seorang muslim;
* Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;
* Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka;
* Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;
* Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;
* Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;
* Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma’ dan Sifat dan mengikuti madzhab salaf;
* Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’;
* Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya;
* Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha;
* Memprediksikan datangnya kematian kapan saja;
* Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam;
* Berusaha meraih rasa manisnya iman;
* Berusaha meraih rasa manisnya ibadah;
* Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;
* Merasakan adanya istighfar para malaikat dan do’a mereka.

2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

* Khusyu’ dalam shalat;
* Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;
* Bersedekah;
* Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;
* Menjaga organ tubuh (dari dosa);
* Haji jika mampu;
* Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;
* Sekali Khatam Al Qur’an setiap dua bulan;
* Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;
* Banyak berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;
* Banyak bertaubat;
* Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;
* Memerintahkan yang Ma’ruf;
* Mencegah yang Munkar;
* Ziarah kubur untuk mengambil ‘Ibrah;
* Merutinkan shalat sunnah Rawatib;
* Senantiasa bertafakkur;
* Beri’tikaf satu malam pada setiap bulannya;

3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Tidak ‘inad (membangkang);
* Tidak banyak mengobrol;
* Sedikit bercanda;
* Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;
* Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);
* Tidak hasad;
* Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;
* Menjalin hubungan baik dengan tetangga;
* Tawadhu’ tanpa merendahkan diri;
* Berani;
* Halus;
* Menjenguk orang sakit;
* Komitmen dengan adab meminta idzin;
* Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik;
* Merendahkan suara;
* Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);
* Komitmen dengan adab mendengar;
* Komitmen dengan adab berbicara;
* Memuliakan tamu;
* Mengumbar senyum di depan orang lain;
* Menjawab salam

4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.
Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

* Membersihkan peralatan makan dan minum;
* Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami;
* Mengatur waktu-waktu makan;
* Mampu menyediakan makanan;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang berlemak;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam;
* Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula;
* Selektif dalam memilih produk makanan

2) Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

* Tidur 6 – 8 jam dan bangun sebelum fajar;
* Berlatih 10 – 15 menit setiap hari;
* Berjalan 2 – 3 jam setiap pekan;
* Mengobati diri sendiri;
* Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk

5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Hafal juz 28 dan 29 dengan baik;
* Membaca tafsir Al Qur’an juz 28 dan 29;
* Mengaitkan antara Al Qur’an dengan realita;
* Mengahafalkan seluruh hadits dari Arba’in An Nawaiah;
* Menghafal 50 Riyadhush-Shalihin;
* Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya;
* Mengenal sirah 20 syuhada dari kalangan sahabat ;
* Mengetahui hukum Zakat;
* Mengetahui fiqih Haji;
* Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya;
* Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam;
* Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional;
* Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin;
* Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin;
* Mengetahui arus pemikiran Islam kontemporer;
* Menghadiri orientasi dan seminar-seminar kita;
* Mengetahui dan mengulas tiga risalah ;
* Mengetahui dan mengulas risalah Aqaid;
* Memahami amal jama’I dan taat;
* Membantah suara-suara miring yang dilontarkan kepada kita;
* Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israil:
* Mengetahui informasi baru dari problematika kontemporer;
* Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca;
* Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan kita;
* Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah

6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Memerangi dorongan-dorongan nafsu;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah;
* Selalu menyertakan niat jihad;
* Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik;
* Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan;
* Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami;
* Sabar atas bencana;
* Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya;
* Menerima dan memikul beban-beban da’wah.

7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;
* Memelihara janji umum dan khusus;
* Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Shalat sebagai penata waktunya;
* Teratur di dalam rumah dan kerjanya;
* Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;
* Disiplin dalam bekerja;
* Memberitahukan gurunya problematika yang muncul

9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Bekerja dan berpenghasilan;
* Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;
* Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;
* Berusaha memiliki spesialisasi;
* Ekonomis dalam nafkah ;
* Mengutamakan produk umat Islam;
* Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;
* Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai

10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:1) Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;

* Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);
* Membantu istrinya;
* Melaksanakan hak-ahak anak;
* Memberi hadiah kepada tetangga;
* Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;
* Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;
* Mendekati orang lain;
* Mendorong orang lain berbuat baik;
* Membantu yang membutuhkan;
* Membantu yang kesulitan;
* Membantu yang terkena musibah;
* Menolong yang terzhalimi;
* Berusaha memenuhi hajat orang lain
* Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;
* Memberi makan orang lain;
* Mendo’akan yang bersin.

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.


Jakarta, 190411_16:23
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com

Celoteh Aksara [19]: “SPEKTRUM WARNA CINTA KITA” [Final Lomba Nasyid & FLP Pelangi #14]

Tuesday, April 19, 2011 0 Comments


Ahad, 17 April 2011
Demi Tuhan yang menggenggam jiwaku yang rapuh ini…
Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu, Ya Rabb!
Kembali bersama pagi kulalui hari
Hadapi hitam-putih hidup ini…

Mengenang Sebuah Jejak yang Pernah Terpetakan dalam Hidup
Alhamdulillah, ahad full semangat! Setelah merampungkan semua aktivitas pagi, Nung segera bersiap untuk melakukan reportase kegiatan JN UKMI UNS yang menggandeng FLP UNS. Yupz, bersama salah seorang adik kost, Mira, kita melangkahkan kaki dengan penuh ceria diselingi obrolan renyah serta canda tawa. Menuju aula Fakultas Hukum UNS. Tadi Nung juga dapat SMS dari Bunda Eny. Wow, salah satu bunda-Nya FLP Pelangi ini semangatnya luar biasa! Salut deh sama Bunda. Beliau dah sampai duluan di aula FH.

Sampai lokasi, kita registrasi ulang kemudian masuk ruangan. Ketika di ruangan ini Nungma pun jadi teringat dengan agenda PELAT PULPEN hari ke-2. So sweet moment lah! Paling tak terlupakan waktu dapat doorprize Al Qur’an Al Waqi’ah yang dwi bahasa. Serasa mengingatkanku, bahwasanya ketika menulis Al Qur’an adalah salah satu sumber ide kita yang takkan pernah habis, yang tak kan luntur tergerus zaman, yang diksinya sungguh tak akan ada bandingannya dengan ilmu sastra tertinggi negara manapun. Ya, dapat doorprize sebuah “benda” yang sungguh dahsyat dan mencerahkan!

Ohya, salah seorang finalis lomba nasyid itu namanya Irwanto. Sosok ‘adik temon’-nya SUPERTWIN di kampus. Benar-benar dah kayak saudara. Dia adalah mahasiswa berprestasi FSSR 2011. Kita pun pernah mengukir prestasi bersama saat di kampus dulu. Sampai akhirnya bisa mejeng di koran. Hah, unforgetable lah…Sukses ya, Ir!

Final Lomba Nasyid Kota Solo
Sambil menunggu acara dimulai, ke-12 finalis bergilir check sound alias latihan. Sempat juga panitia memutarkan YouTube-nya Kang Maher Zain. Terpaksa deh ikutan umak-amik. Coz tembang-tembangnya bikin merinding euy. Hehe. Apalagi yang Insya Allah. Hiks, sayangnya nanti pas Kang Maher konser di Indonesia kemungkinan Nung gak bisa datang. Mampir Solo, Kang! (hadeh, ngopo to iki?).

Acara grand final lomba nasyid se-Solo ini mengangkat tema: “GET THE STARS TALENT OF MUSLIM YOUTH”. Nanti juga akan ada agenda talkshow dengan Ust. Fadlan Al-Ikhwani. Dipandu oleh MC yang kocak dari MH FM acara pagi itupun dimulai. Diawali dengan aksi mereka bernasyid ria kemudian pembacaan ayat suci Al Qur’an, sambutan oleh ketua JN UKMI UNS. Selanjutnya, kita menyaksikan penampilan ke-12 finalis secara grup. Ada Sucipto-Widayat-Koko-Ihsan; Jaka-Irwanto-Thitha-Rudi; Greget-Iksan-Iqbal-Fuad. Keren-keren lah! Jadi inget jaman SMA dan jaman kuliah dulu. Kangen main teater dan nasyidan bareng STREAM (Seni dan Teater Akhwat MIPA). Reunian yukz!

Setelah aksi para finalis part one usai nanti masih ada aksi part two, finalis tampil berduet. Nah, penampilan kedua inilah yang nantinya akan dinilai oleh dewan juri. Ohya, sempat menangkap sosok yang sudah tidak asing lagi. Salah seorang sesepuh FLP, Mas Ranu Muda. Hehe. Agenda selanjutnya, talkshow “FIND YOUR POTENCY” bareng Ust. Fadlan. E, ternyata Mas Ranu yang jadi moderatornya. Xixixi. Menangkap sosok Mas Aris El Durra juga. Menangkap sosok yang aneh pula, seorang pria yang sejak awal masuk ruangan tadi Nung juga dah merasakan banyak keanehan dari beliau. Sosok berkaos kuning, bawa sarung (*akhirnya dipake jadi ikat kepala), pake sepatu putih, dan tas -yang lebih layak dipake anak SD- warnanya pink. Tu orang sempat motret-motret pake kamera yang tadinya dipegang Mas Ranu dan Mas Aris. Gek Mas Ranu pas dah duduk di depan juga berlagak narsis gitu pas difoto tu orang. Hadeh…hihi. Orang berkaos kuning itu memang aneh bukan buatan. Sampai akhirnya, Nung dan mbak-mbak yang duduk di samping Nung menyimpulkan ni orang agak gak waras mungkin. Dengan kata lain, pasiennya Mas Aris El Durra. Haha. Nung aja sempat ngira tu orang diajak Mas Aris ke acara ini untuk memaksimalkan potensinya. Hahaha. Lha mosok, doi ikutan nyanyi juga: “Ketika malam datang menjelang, kulihat si Alif kecil yang malang…”. Suaranya ok juga kok! Trus pas dia duduk di sebelah kiri, sempat Nung dengar waktu ada yang tanya kenapa dia datang kesini? Dia njawab dengan sangat polosnya tentu saja dengan gayanya yang super aneh. “Menghadiri undangan”, begitu jawabnya. Gubrak!

Yasudah, nih Nungma tuliskan hasil reportase dari apa yang Ust. Fadlan sampaikan…

STRATEGI MELESATKAN POTENSI DIRI
Setiap dari kita pasti memiliki potensi, meskipun berbeda-beda. Potensi diri merupakan kemampuan diri, kelebihan, daya, pengaruh, dll. Nah, ini ada beberapa cara untuk melesatkan potensi diri:
1. Taklukkan tantangan
2. Maksimalkan kegagalan
3. Berani berhasil
4. Miliki impian
• Selama yang kita torehkan sebuah kebaikan, sebuah kebenaran, Insya Allah akan ada balasan luar biasa dari Allah SWT.
5. Tuliskan idemu!
6. Bicaralah!
7. Nekad kuliah
8. Menikah
• WeOWe…WOW! ^^

Dalam kesempatan emas itu pun, gak Nung lewatkan begitu aja. Angkat tangan dan jadi salah satu penanya. Hm, buat rekan-rekanku yang masih bingung ketika ada pertanyaan: “APA SIH POTENSIMU?”. Mungkin jawaban di bawah ini bisa membantu:
1. Tuliskan impian-impianmu
2. Lakukan analisis SWOT (Strenght-Weakness-Opportunity-Threath)
3. Berani mencoba! Karena potensi diri bisa kita ketahui setelah kita melakukan.

Mas Ranu memandu acara dengan cukup seru. Hm, tapi ada moment yang bikin Nungma pengin nimpuk beliau. Haha. Kan Nung ngomongnya gak pake mic, tapi “langsung” gitu. Suara alamiah. Gek beliau kie malah nanya: “Dah biasa demo ya, Mbak?”. Hadeh…Gubrak tenan!

Setelah acara talkshow usai…(Alhamdulillah, dapat doorprize buku! Hihi, nambah koleksi dah). Lanjut ada hiburan dari salah seoarng juri, Mas Alief. Dengan tembangnya yang sangat menyentuh, “JATUH CINTA”. (“Jatuh cinta aku padamu…Saat hati terbalut iman. Jatuh cinta aku padamu, hadirkan kedamaian”). Truz ada penampilan spektakuler dari seorang gadis kecil tunanetra yang bernama Dik Rahma. Dia duet bareng Mas Alief membawakan lagu “BERSIMPUH”. Bikin trenyuh banget! Ada penampilan dari Akh. Bagus Haryo-Al Banna juga.

Orang “aneh” tadi pun kadang masih berulah. Ada seorang panitia ikhwan yang mencoba ‘mengawal’ beliau. Kalau-kalau bikin huru-hara. SMSan pun berlangsung seru dengan Mas Ranu, Mas Aris, dan Wien. Olok-olokan. Hihi. Medungdung tenan ogh.

Selanjutnya kita saksikan penampilan para finalis secara duet. Seru euy…jadi ikutan bernasyid ria. Mbak Thicko SMS, dia juga sedang menyaksikan aksi Sule, Fadli, Shoutul Harokah, Izzatul Islam, dll di Senayan. Ah, jadi inget pas liat konser mereka dulu. Mantebz dah!

Setelah selesai dan sambil menunggu penilaian akhir dari dewan juri, kita menyaksikan penampilan seru dari grup nasyid CS dari Semarang. Mas Alief juga nyanyi “Mahar untukmu”. Hihi, Nung diosoni Mas Ranu, tjah! Awas yo, Mas! Tunggu pembalasanku!!!

Akhirnya, selesai sudah acaranya setelah diumumkan yang berhak menjadi 4 pemenang terpilih yang nantinya bakal dapat kesempatan rekaman dan bikin album. Selamat buat Widayat, Jaka, Ihsan, dan Rudi. Semoga semakin terasah potensi dan talentanya. Barakallahu…

Melepas Rindu Bersama Pelangiku
Pulang jalan bareng Mira. Kemudian Nung berangkat sendiri ke SMP Muhammadiyah 7. Sampai lokasi, ternyata masih sepi banget. Padahal dan jam 13.06! yadah, Nung ambil wudhu dulu. Selesai wudhu, e…Ayu’ datang. Nung sholat Dhuhur dulu. Selesai sholat, sudah terjadi keributan di luar. Satu persatu anggota Pelangi bermunculan. Berhubung Ruang Multimedia –markas yang biasa kita pakai- gak bisa digunakan, jadinya kita nyasar di ruang kelas 8C. Sambil menunggu yang lain, main basket dulu ah! Sama Ayu’, Mas Tyo, Mas Dwi, Kang Sofa. Gayeng tenan ogh. Tapi tak ada satu bola pun yang berhasil aku ‘shoot’ n njebolke jaring! Hadeh, skill perbasketanku mengalami penurunan drastis semenjak kuliah dan semenjak Chen Fong mengundurkan diri sebagai pelatihku. Dah jarang latihan sih! Mehehehe…

Mbak Eka dan Mbak Nury juga dah datang. Mbak Santi menyusul kemudian. Beberapa saat kemudian, kepala suku berkoar-koar agar kita segera masuk kelas. Hadeh…tu pethunya jadi bernostalgila pas masa-masa dia dulu jadi seonggok guru. Hihi…aku duduk sebangku sama Ayu’. Depanku mbak Santi. Samping kananku Mbak Nury dan Mbak Eka. Samping kirinya Ayu’ ada Mas Dwi, dan Mas Tyo mojok kiri depan. Biar lebih dekat nyawang sephianya. Hahaha…ekspresi aneh-aneh yang tergambar di wajah anak-anak Pelangi siang itu. Jadi ngrasa langsung akselerasi. Dari TK Pelangi gak terasa sekarang dah SMP Pelangi. Dah gedhe ya??? Hahaha…

Materi hari ini tentang BOOK REVIEW, bisa dilihat di notenya Mas Dwi. Cekidot!

Cekgan Sofa (Haiyyah, nek cekgu kan bu guru, nek pak guru opo yo? Cekgan aja ya…^^). Kita disuruh nulis materinya, didikte gitu. Byuhbyuh…jan bali jaman-jaman SMP mbiyen. Suasana kelas riuh banget lah, padahal cuma segelintir orang. Ngekek ae. Simulasi njaplak. Haha. Tyuz sambil nyatet, aku dan Ayu’ juga sempat FB-an (bener-bener model murid gaul jaman sekarang. Hihi). Baca statusku yang dikomen Diah Cmut. B-U BU, D-I DI, BUDI! Hahaha…

Marahi ngikik. ‘n pada akhirnya ada isi jeruk yang melayang nimpuk kepalaku. Cekgan gak sopan igh. Tak laporin KOMNASHAM lho! Penganiayaan terhadap murid. Ngikik lagi waktu dapat SMS dari no.yang kukasih nama SPIRIT di HPku. Coz tu nomer sering ngasih kata-kata motivasi gitu. Bunyinya gini:
“Ada pesen sms dari mas aris el durra buat FLP Pelangi. Suruh jagain Fachmy Casofa. Obatnya hampir habis. Pirang-pirang dino ra turu kae…” ttd admin. Medungdung banget-lah… (ojo-ojo Kang Sofa kie kabur dari pengawasan para perawat RSJD. Lha wong sing nitip we salah seorang perawat yang bertugas di sana. Buat anak-anak Pelangi, WASPADALAH!). Krikkrikkrik…

Mbak Amrih dan Bunda Fu’ah juga datang ‘n sempat nyasar sampai di lantai 2 depan Ruang Multimedia. Hihi. Maaf HUMAS lupa je ngasih tahu kalau tempatnya pindah. Setelah materi usai, kita rapat kepengurusan Pelangi. Pelaporan masing-masing divisi. Pending sholat Ashar dulu. Pasca sholat, lanjut rapat EMBUN. Tapi, jam 15.45 Nung izin karena ada agenda penting yang lain. Terima kasih ya Yu’, kamu tercatat sebagai salah seorang yang berjasa di hari yang luar biasa dan bersejarah dalam hidupku. Hihi…kapan-kapan tak traktir kwaci deh!

Cerita yang lengkap bisa dibaca di notenya Ayu’…Cekiprotz!

***

“Setiap orang harus memiliki cita-cita besar, mimpi yang tinggi dan harapan yang ideal. Namun, dalam menghadapi realitas keseharian, berpikir dan bertindaklah secara sederhana. Gak sah neko-neko. Karena kebahagiaan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Energi kasih sayang harus terus dinyalakan, agar visi untuk mengetuk pintu syurga dapat diupayakan. Wa man yattaqillaha yaj’allahu makhraja…”
[Status Nungma pagi ini_19 April 2011: satu dari sekian deretan hari yang sangat bersejarah dalam hidup…19, dan AKU CINTA!]

Sampai jumpa dua pekan lagi, Pelangiku…
Aku pasti sangat merindukan SPEKTRUM WARNA CINTA KITA!

[Keisya Avicenna, hari ke-19 di bulan April. Catatan ini pasti akan kurindukan suatu saat nanti. Saat-saat kebersamaan bersama keluargaku yang luar biasa di Kota Solo. Terima kasih buat semua yang telah berkenan mengukir namaku dalam hatinya, mengizinkan ragaku bertandang dalam hidupnya. Terima kasih, Pelangiku!]

Celoteh Aksara [17]: “HARI SABTU, ‘HARI KHUSUS’-ku!”

Tuesday, April 19, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Sunday, April 17, 2011 at 7:33am



Sabtu, 16 April 2011



Menyapa Pagi di Bumi Cinta Wonogiri

Dalam pagi-Mu yang luar biasa…

Menikmati pesona pagi dengan pemandangan yang mengagumkan. Awan berarak cerah, tampak goresan pelangi di langit sebelah barat. Subhanallah, tak cukup satu jam aku mengaguminya.



Mengawali hari. Hm, salah satu aktivitas yang Nung lakukan adalah riyadhoh pagi bareng Babe. Jam 05.30 kita mulai jalan-jalan keliling “komplek”. Asyiknya bisa menyapa para tetangga, melihat aktivitas beberapa orang dari mereka. Melihat adik-adik kecil yang tengah asyik bermain sepeda. Ada juga yang sedang belajar naik sepeda roda empat. Lucu sekali. Biasanya moment jalan-jalan pagi seperti ini juga jadi ajang sharing seorang putri kepada ayahnya. Hehe… ya, bercerita tentang banyak hal.



Mampir di rumah Mbokdhe Warni. Penjual bakmi pecel dan gethuk yang sangat enak dan cukup terkenal di daerah Nungma. Mantebz dah! Sesampai di rumah, segera bergabung dengan Ibuk dan menyiapkan segala keperluan untuk hari ini. Beres-beres rumah juga. Rencananya jam 07.30 Nung balik ke Solo. Ya, agenda siang nanti ada pertemuan dengan adik-adik FLP UNS. Babe pun sibuk dengan aktivitas rutin setiap pagi. Sibuk dengan ternak-ternaknya yang semakin banyak saja. Sedangkan Ibuk juga bersiap karena agenda pagi ini beliau ada rapat pengurus terbatas di Koperasi Sari Asih PT Air Mancur Wonogiri. Selalu salut dengan semangatnya Babe dan Ibuk. Senantiasa totalitas dalam melakukan segala hal dan dalam beramanah! Mas Dhody pun dah sibuk di kamar depan. Dengan sorot lampu meja, dia sibuk ngutak-atik benda-benda elektronik yang ada kaitannya dengan HP. Kakakku yang satu ini memang lagi melebarkan sayap bisnis counter HP-nya. Kiosnya terletak di sebelah timur Pasar Pokoh. Sosok yang teramat sayang dengan adik kembarnya. Meski terkadang keusilannya kumat juga. Hehehe…Ah, KYDEN. Istana Lima Cinta-ku!

***

Bersama Laskar Kang Nass (FLP UNS)

Sampai di Solo, tempat pertama kali yang kudatangi adalah Warnet Salwa dekat kost. Ada email yang harus segera Nung kirim. Sekitar jam 10 Mbak Santi datang ke kost, njemput, then kita berangkat bareng ke bawah Jembatan Jurug. Lebih tepatnya di Taman Pujangga Ronggowarsito, tempat favoritnya Trio Permen Sunduk. Sampai lokasi, menemukan Wien, Wildan, dan adik-adik FLP UNS yang sudah asyik melingkar-ria di DPR (Di bawah Pohon Rindang). Nung dan Mbak Santi pun segera bergabung dengan mereka. Senangnya bertemu orang-orang baru dan pastinya akan banyak ilmu yang bisa Nung dapatkan di sini. Semoga…



Mbak Santi dan Nungma pun didaulat bercerita tentang kepenulisan, perlombaan menulis, pengalaman-pengalaman, motivasi, tentang keluarga FLP Pelangi, dll. Hehe. Jadi bintang tamu dadakan nih! FLP UNS yang menamakan diri mereka “LASKAR KANG NASS” ini memang sungguh luar biasa. UNS, ah…selalu mengingatkan Nung dengan ‘kawah candradimuka’ selama 3,6 tahun! Berjuang di kampus itu dengan segala pernak-pernik yang ada. Tapi benar-benar merasakan “KAMPUS adalah MEDAN LUAR BIASAKU dalam BERPROSES!!!”. Dan ketika hari menjelang siang itu aku merasakan saat-saat bernostalgia dengan kampusku…



Kang Nass datang jam 11.00. Selanjutnya, giliran beliau yang berbagi. Lagi-lagi banyak dapat pemantik semangat dari beliau. Bagi Kang Nass, ketika menulis itu diniatkan sebagai ibadah berarti sama halnya dengan sholat, puasa, dll. So, menulis itu kewajiban! Jadi, jika kita meninggalkan kewajiban kita itu, kita akan merasa berdosa. Salah satu kelemahan ketika melakoni aktivitas menulis adalah keinginan pertama untuk segera sempurna. Akhirnya hanya sibuk berkutat di “satu paragraph” saja. Tidak selesai-selesai. Tidak segera tuntas. Maka, jangan pernah pedulikan penilaian kita pada diri kita, pada tulisan kita. Mulailah dari menulis apapun. Dan biarkan semua berjalan sebagai sebuah “proses untuk menjadi tulisan yang bagus”. Ahay…sipp dah!



E, ada sosok yang thingak-thinguk di atas. Ternyata Mas Tyo. Akhirnya, doi juga bergabung dengan kita-kita. SMS Kang Sofa kok gak dibales-bales. Pas ditelp Mas Tyo, ternyata dia benar-benar belum konek. Sajakmen lagi tangi turu. Hadeh…begitulah akibat karena ditinggal Cut Mala. Hahaha. Hm, pembahasan sekaligus pembantaian karya adik-adik di Laskar Kang Nass pun berlangsung sangat seru. Senangnya bisa ikutan belajar!



Mak nyuzz-nya Empek-Empek Ny. KAMTO

Sekitar jam 12an, Nungma, Mbak Santi, dan Mas Tyo pamit duluan. Mas Tyo balik ke kantornya. Nungma dan Mbak Santi mau makan siang bareng. Sebelumnya mampir mushola Jurug dulu. Setelah itu, kita berdua meluncur ke Jln. Yosodipuro. Makan siang “Empek-Empek Ny. Kamto”. Pesan yang kapal selam. Cihuy. Mantabz dah. Terima kasih ya Mbak Santi atas traktirannya. Kapan-kapan kalau diajak lagi, gak nolak kok! Karena posisi kita menghadap jalan raya, Nung bisa lihat Mas El pas lewat dengan Vega Birunya. Hihi. Ternyata Pak Sekjend juga baru mo berangkat. Setelah selesai makan siang dan puas ngobrolnya -Mbak Santi cerita pengalaman backpackerannya ke Pulau Dewata-, Mbak Santi nganterin aku sampai ke PGSD. Sekali lagi makasih ya, Mbak!



Rapat Pengurus FLP Solo Raya

Yupz, agenda selanjutnya Rapat Pengurus FLP Solo Raya. Di mushola PGSD itu dah ada Mbak Asri, Mbak Tetra, Sotya, Bening, Kang Sofa dengan tampang ngeneznya, dan Mas Ranu Muda dengan kaos TAUBATAN NASUHA. Hihihi…pakdhe! Gek Mas Aris El Durra ternyata izin telat. Hadeh…Mbak Yatik juga menyusul kemudian. Rapat pun berlangsung seru! Pembahasan tentang kehadiran Mas Seno Gumira, persiapan OUTBOND PENA tanggal 22 Mei, kegiatan dari Divisi Produksi Karya yang dipaparkan Kang Sofa, dll. Banyak kejadian lucu juga yang terekam. Saat Mas Ranu bilang (setelah dapat undangan pernikahannya Mbak Ramah). “Nek nikah kie rasah ngomong-ngomong (ujug-ujug ngasih undangan gitu), lha nek bengok-bengok kie jenenge kernet”. Gubrak! Tyuz adegan mainan kesepuluh jari tangan dengan Mas El. Jian tenan…medungdung…^^v.



Pokokmen, Nung belajar banyak banget hari ini. Jam 15.10 rapat diakhiri. Nung juga harus segera kabur. Menuju lokasi selanjutnya yang memakan waktu hampir 1 jam. Tapi Alhamdulillah, bisa sampai lokasi tepat waktu. Agenda dahsyat akhir pekan! Cihuy…



Hari Sabtu, “Hari Khusus-ku!

Sangat tidak menyesal ketika Nungma dulu menandatangani kontrak kesanggupan mengajar di GO hanya hari Senin-Jumat. Dan hari Sabtu tidak! Ya, Nungma dah bertekad hari Sabtu menjadi hari khusus untuk “mengembangkan diri”, hari khusus untuk “berproses lebih”, hari khusus untuk “charger ruhiyah tiap pekan”, hari khusus untuk “mengenal lebih jauh siapa aku”, hari khusus “menulis”, hari khusus untuk “belajar lebih banyak”, dll. Ya, Sabtu adalah “hari khusus”. Dan hari Ahad adalah hari khusus pula untuk Pelangiku…^^v.



***

Selanjutnya, masih ada yang tetap rahasia dalam mengarungi hari-hariku yang sudah menjadi scenario-Nya…



[Keisya Avicenna, 17 April 2011. 01:00 – 01:52 WIB. Ketika aku sudah “terjaga” dari lelapku. Kriyap-kriyip euy…^^v]

Celoteh Aksara [18]: "COBA KITA BERTANYA PADA RUMPUT YANG BERGOYANG..."

Tuesday, April 19, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Monday, April 18, 2011 at 2:40pm
Lirik terakhir dr sebuah tembang penyanyi favoritnya Ibuk,Ebiet G.Ade, td pagi terdengar begitu apik dan membekas di telingaku. Lagu yg dinyanyikan oleh seniman jalanan sesaat membuyarkan lamunanku. Bnyak sekali hal-hal ajaib yg mewarnai hari2ku akhir2 ini. Begitu bnyk kejutan2. Dan aku sangat menikmatinya. Layaknya seorang "aktris kehidupan" yg berusaha totalitas melakoni perannya dlm skenario yg sudah Dia tuliskan.

Biarkan semua berjalan atas kehendak-Nya...

[Keisya Avicenna, menikmati mutiara2 hari yg begitu berharga, tak ternilai...]

Celoteh Aksara [16]: "BIARLAH AIR MATA INI JATUH SESUKANYA"

Tuesday, April 19, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Saturday, April 16, 2011 at 9:48am

Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa dan bahagia. Setiap tetes airmata yang tertumpah di hari ini akan menjadi saksi atas jalinan PERSAHABATAN yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.



Tak ada kata yang pantas terucap sahabat…hanya derai bening yang selalu bertaburan, mengucap selamat jalan, silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, ditempat yang baru, yang akan menjadi jarak pertemuan kita.



Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas perpisahan raga. Namun percayalah sahabat…hati kita akan selalu terikat. Jalinan PERSAHABATANnya akan semakin erat, semakin jauh ragamu melangkah, semakin hatimu mendekat.



Tidak usah terlalu bersedih, sahabat… berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana yang baru, bukan disini lagi, tapi disana. Di suatu tempat yang kan menjadi medan juang mu dalam mewujudkan impian di masa depan.



Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita, cinta, dan cerita diantara kita. Karena kita tak harus disini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki.



Perkuat langkahmu sahabat….yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus diraih. Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria, hari esok adalah bahagia. Yakinlah sahabat, cinta dan cita kita selalu bersatu. Kita akan bersatu selamanya, dalam cahaya persahabatan ini.



Sahabat….. segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan, yakinlah disana ada sukses. Di sana ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta…



Sahabat….. biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, karena airmata tak berarti sedih, airmata tak berarti duka, airmata juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan…..Karena dia memang hadir untuk ini, menjadi saksi INDAHNYA PERSAHABATAN KITA!!!



[Keisya Avicenna, April hari ke-16. masih tentang yang 'pertama'. berat, tapi harus IKHLAS! huahua...T_T]



Sahabat…..selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan, dalam senyum yang lebih indah….menyongsong masa depan yang cerah!!!

Monday, April 18, 2011

Catatan Aisya [18] : Menikah Tanpa Pacaran? Why Not?!

Monday, April 18, 2011 1 Comments

Tanggal 18 April 2011? Hari ini, kan? Apa istimewanya hari ini? Semoga kita bisa menemukan keistimewaannya, bahkan kalau perlu sudah membuat rencana luar biasa untuk membuat hari ini istimewa. Saya pun menulis catatan Aisya edisi ke-18 ini karena ada sesuatu yang sangat istimewa. Sebenarnya bukan tertuju pada saya. Tapi pada dua orang yang istimewa bagi saya. Dua orang yang memang baru saya kenal, tapi kebersamaan dengan mereka membuat saya mengenal mereka lebih dari hitungan waktu yang terhitung sejak awal perkenalan kami. Halah! Hemmm, tulisan ini bahkan sudah saya rencanakan jauh-jauh hari. Benar-benar mengistimewakan tanggal 18 April!

Mari kita mulai. Sebut saja lakon dalam kisah ini bernama Uni dan Akang. Sengaja di awal tulisan ini saya menyamarkan nama keduanya. Saya harap pembaca tidak tergesa melihat gambar yang saya pajang di akhir tulisan ini. Gambar tersebut memang buru-buru saya scan tadi pagi sebelum berangkat ke kantor. Langsung dari buku yang bulan lalu saya baca. Buku itulah yang menjadi referensi utama saya dalam catatan kali ini. Sejak menamatkan buku itu, tergerak pulalah keinginan saya untuk menulis ulang kisahnya pada hari ini, 18 April. Simak ya kisahnya.

Ketika usia Uni memasuki angka 25, masalah pernikahan menjadi topik paling seru yang diangkat orang tuanya. Peringkatnya paling tinggi katanya! Nah, saat usianya mendekati angka 30, topik tersebut semakin melejit ratingnya. Luar biasa! Orang tua Uni seakan tak bosan membicarakannya.

“Kamu mikir umur tidak? Teman-teman sekolahmu dulu sudah pada menikah semua? Sudah pada punya anak!”

Ah, banyak pertanyaan lain dilontarkan pada Uni yang pada intinya berisi tuntutan keras agar Uni segera menikah. Namun, entah mengapa Uni masih saja merasa gamang untuk memenuhi harapan orang tua. Uni tetap menikmati aktivitasnya dalam kesendirian yang mungkin bagi wanita lain cukup menggerahkan.

Di mata Uni, pernikahan merupakan gerbang menuju berbagai persoalan hidup yang lebih rumit dan komplit, bukan sebuah jalan pintas untuk lepas dari status lajang, bukan pula pelarian untuk bebas dari tuntutan orang tua.

Meskipun begitu, Uni juga membenarkan bahwa menghadapi sepuluh persoalan berdua dengan pasangan terasa lebih ringan daripada menghadapi satu persoalan sendirian. Di sini Uni percaya bahwa ikatan pernikahan memiliki kekuatan luar biasa untuk melewati setiap persoalan hidup. Itu pun jika bisa sabar dan ikhlas menjalaninya


“Bu, saya ingin memenuhi keinginan Ibu”. Itulah kalimat yang Uni ucapkan dengan sangat perlahan di hadapan Ibunya saat itu.

“Saya sudah menjatuhkan pilihan, Bu. Insya Allah sekarang saya yakin untuk melangkah!”. Begitu Uni menutup penuturannya saat itu. Yakin, memang hanya itulah yang Uni butuhkan untuk melangkah, terlebih untuk urusan sepenting ini.

Ya, pada akhirnya Allah mempertemukan Uni dengan seseorang yang membuatnya yakin untuk melangkah. Pertemuan yang tak direncanakan itu terjadi September 2003, di acara rutin FLP DKI Jakarta. Pertemuan kedua terjadi di bukan Oktober pada acara yang sama. Namun, sejauh itu mereka sama sekali tidak pernah ngobrol apa-apa. Bertegur sapa pun nyaris hanya sekedar basa-basi singkat. Maklum, Uni sepertinya orang top di FLP DKI Jakarta, jadi agak jaim sedikit sama anak baru. Hehe.. Akang memang anggota baru di FLP DKI Jakarta saat itu.

Pertemuan ketiga saat Temu Sastra Jakarta di TIM. Namun, tetap saja Uni dan Akang tidak berinteraksi banyak. Bahkan saat itu belum ada tanda-tanda bahwa mereka berjodoh. Pertemuan keempat terjadi Januari 2004, saat mereka dan teman-teman FLP DKI Jakarta menjadi instruktur penulisan cerpen di Galeri Cipta TIM. Hari itu Akang mendapat musibah. Tasnya hilang di masjid TIM, lengkap dengan segala isinya, termasuk HP, kunci motor, dsb. Duh, kasihannya...

Bukannya tidak solider, tapi hobi bercandanya sering kambuh. Uni pun nyeletuk, “Tas, dompet, atau HP yang hilang bisa dibeli lagi, tapi kalau Uni yang hilang? Mau dicari ke mana lagi?”

Deg! Ternyata omongan Uni yang bermaksud menghibur itu berdampak lain. Akang melongo abiz, padahal yang lain malah tertawa menanggapi gurauan Uni. Nah, pesan Uni.. buat teman-teman, hati-hati kalau bercanda, bisa-bisa ada yang naksir eh tersinggung maksudnya! Pertemuan selanjutnya tetap biasa saja. Nah, lantas kapan dong mereka membicarakan pernikahan? Beginilah Uni membeberkan rahasianya.

Mereka sempat conference dan chatting bareng dengan anak-anak FLP DKI Jakarta. Nah, di dunia cyber inilah baru muncul keberanian Akang untuk bicara serius. Itu pun setelah dimediatori oleh seorang teman.

“Apa syarat yang harus saya penuhi untuk melamar?” Begitu kira-kira Akang bertanya.
“BT,” jawab Uni singkat.
“Apa itu BT?”
“Berani dan Tulus. Berani meminta saya kepada ibu dan tulus menerima saya apa adanya.”

Wow! Pesan Uni yang kedua buat teman-teman yang masih lajang, jangan kebanyakan mikir dan menduga-duga. Lebih baik langsung tanya, biar kalau ditolak cepat ketahuannya. Hehehe...

Mengapa Uni bisa begitu yakin? Dalam hal ini Uni berani mengatakan bahwa itulah rahasia Allah, sebuah teka-teki yang kadang sulit menemukan jawabannya. Melihat misteriusnya masalah jodoh, Uni juga membenarkan orang-orang yang mengatakan bahwa jodoh tak perlu dicari-cari. Jika sudah tiba waktunya, ia akan datang sendiri. Karena banyak juga bukti gagalnya seseorang menemukan jodoh, padahal ia sudah berusaha kian kemari dengan berbagai cara dan usaha.

Nah, kembali pada pertanyaan tadi. Sebenarnya ketika Akang menyatakan niatnya pada Uni untuk melamar, Uni sama sekali tidak merasa bahwa Akang adalah orang asing. Uni malah seperti sudah lama mengenal Akang meskipun mereka baru bertemu dan jarang berkomunikasi.

Uni memang sempat berpikir, mungkin inilah yang disebut jodoh. Ketika segala kekurangan dan perbedaan terasa wajar adanya, ketika sisi-sisi kehidupan yang satu menjadi pengisi dan pelengkap bagi yang lain, dan ketika hal-hal terburuk –yang telah, sedang dan akan terjadi sekalipun- bisa menjadi sarana untuk lebih mendewasakan diri. Intinya adalah keikhlasan dalam menjalani apa yang sudah digariskan-Nya. Karena itu pula yang membuat kita ikhlas menerima pasangan kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Akhirnya pada tanggal 8 Februari 2004, Akang datang melamar Uni. Pertemuan dua keluarga yang berjalan lancar dan akrab. Pada pertemuan tersebut langsung ditentukan kapan akad nikah akan dilaksanakan. Menurut ajaran Islam, jarak antara lamaran dan nikah kan tidak terlalu lama karena khawatir akan menimbulkan fitnah. Maka disepakatilah akad nikah akan dilaksanakan setelah pemilu pertama di bulan April. Pada awalnya keluarga sudah setuju kalau acaranya hanya akad nikah saja, tanpa pesta. Akan tetapi, ternyata ibu Uni diam-diam menyimpan keinginan untuk membuat pesta di kampung. Uni pun akhirnya setuju meski dengan berat hati ketika akhirnya pesta itu dirayakan di Jakarta pada tanggal 18 April 2004. Kerabat dan kenalan yang tinggal di Jabodetabek saja yang hadir. Sementara teman-teman mereka yang jumlahnya begitu banyak malah sama sekali tidak hadir? Mengapa? Karena tidak diundang ternyata! Hehehe...

Kenapa tidak diundang? Berikut rahasianya...

Sebenarnya diam-diam Uni punya rencana lain, yakni pesta yang khas dengan dunia penulis. Akan tetapi, rencana untuk membuat pesta kejutan itu malah berantakan di tengah jalan karena kabar tentang penikahan Uni terlanjur bocor duluan. Teman-teman yang sudah tahu tentang pernikahan itu langsung heboh. Sangat bisa dimaklumi jika kemudian berbagai pertanyaan menghinggapi benak mereka. Semangat Uni pun surut drastis untuk menggelar pesta kejutan buat teman-teman.

Alhasil, Uni dan Akang hanya membuat pengumuman resmi di acara rutin FLP DKI Jakarta beberapa hari setelah menikah. Seperti yang sudah diperkirakan, mereka jelas terkejut dan nyaris tak percaya. Ekspresi mereka pun bermacam-macam. Ada yang marah, ngamuk, terkejut, kecewa, gembira, dsb. Maklum, di FLP DKI Jakarta memang belum ada yang tahu soal itu kecuali dua orang teman yang memang sengaja diundang pada hari “H” untuk dijadikan saksi, sekaligus pelampiasan amukan teman-teman. Hehehe...

Sebenarnya Uni pernah memposting sebuah puisi dalam milis FLP DKI Jakarta yangberjudul Upacara Khidmat. Namun, teman-teman mungkin tidak menduga jika puisi itu bukan sembarang puisi, melainkan sebuah isyarat terselubung yang tak terbaca oleh mereka.

Menuju Upacara Khidmat


Tak ada barisan para punggawa
Tak ada arak-arakan kereta kencana
Tak ada janur dan panji berjela-jela
Tak ada tabuhan genderang atau tiupan terompet yang menggema
Tak ada lenggokan gemulai dan senandung merdu para penari dan penyanyi wanita
Sungguh tak ada!
Karena ini adalah upacara khidmat yang digelar oleh kalangan istana, khusus untuk dua mempelai yang akan mewarisi Kerajaan Kesejatian
Jadi..
Jangan berharap bisa melihat deretan tamu yang datang menjura
Jangan berharap melihat hidangan mewah yang melimaph ruah
Jangan berharap!
Karena yang akan kau temukan hanyalah taburan bunga shion di skeliling halaman istana, yang disemaikan oleh tangan-tangan pada dayang yang penuh zikir.
Hanya itu!

***

Hmm, mungkin kisah di atas akan membuka kembali ruang kenangan bagi teman-teman FLP DKI Jakarta. Masa lalu yang indah, berkesan, dan penuh makna khususnya bagi pihak-pihak yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Kisah di atas saya dapatkan dari buku “How to Get Married : Sebuah Panduan Meraih Jodoh Tanpa Pacaran” (DAR!Mizan, 2005) yang ditulis beberapa penulis ternama seperti : Yus R. Ismail, Afifah Afra, Robi’ah Al-Adawiyah, Dadan Ramadhan, M.Fauzil Adhim, Tasaro, Salman Iskandar, O. Solihin, Iwan Januar, Teguh Iman Prasetyo, Aswi, dan tentunya Novia Syahidah.



Hmm… kepada Kang Arul dan Uni Via... Barakallah...Semoga senantiasa menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah sampai akhir nanti. Bahagia dunia akhirat lah.. Maaf ya, kisahnya saya tulis ulang. Semoga berkenan. Salah sendiri kisahnya bagus! Hehe.. Semoga kisah di atas menjadi pembelajaran berharga buat kami semua, khususnya bagi diri ini yang juga memiliki keinginan besar untuk menikah tanpa pacaran...


Buat Uni Via dan Kang ARul, makasih ya saya sudah dipertemukan dengan ONGOL-ONGOL!!!! ^^v


Jakarta, 18 April 2011

Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com

Catatan Aisya [17] : LURUH

Monday, April 18, 2011 0 Comments

Kepada siapa lagi hamba meminta jika bukan pada-Mu. Sang Penguasa segala makhluk, Sang Pemiilik semesta. Sang Penguasa diri hamba yang lemah ini. Allah, terlalu jarang hamba mensyukuri nikmat-Mu yang tiap saat tak pernah berhenti mengaliri kehidupan. Allah, baru hamba sadari indahnya nikmat sehat itu ketika sakit menghampiri. Baru hamba sadari betapa berartinya nikmat sempat itu ketika sempit datang. Betapa nikmatnya kekuatan itu ketika rasa lemah tiba menyapa. Allah, dengan tetesan air mata, doa hamba senantiasa terpanjat pada-Mu. Janganlah Engkau hadirkan kesadaran dalam jiwa hamba tentang berartinya nikmat hidup setelah ajal menjemput.

Hamba sadar, hamba lebih banyak kufur atas segala karunia yang telah Engkau karuniakan kepada hamba. Karunia usia yang tiap saat hamba lalui tanpa memberi banyak makna. Nikmat jasad yang tiap saat hamba gunakan dalam dosa. Nikmat harta yang tak pernah hamba syukuri dengan manisnya sedekah. Nikmat kekuatan yang hamba sia-siakan. Ya Allah, kepada siapa lagi hamba harus memanjatkan pinta jika bukan pada-Mu. Hamba sadar, hanya Engkau-lah yang mampu mengabulkan doa hamba.

Ya Allah, sesungguhnya hamba meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan hamba memohon kekuasaan-Mu untuk mengatasi persoalan hamba dengan kemahakuasaan-Mu. Hamba memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan hamba tiada berdaya. Engkau mengetahui, sedangkan hamba tidak mengetahui dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib.

Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa apa yang telah hamba rencanakan ini lebih baik dalam agama hamba, dan akibatnya terhadap diri hamba, maka dekatkanlah ia untuk hamba, mudahkanlah jalannya, kemudian berikanlah berkah. Akan tetapi, apabila Engkau mengetahui bahwa apa yang hamba rencanakan ini lebih berbahaya bagi hamba dalamm agama, kehidupan, dan akibatnya kepada diri hamba, maka jauhkan persoalan tersebut dan jauhkan hamba daripadanya. Takdirkan kebaikan untukk hamba di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah keridhoan-Mu kepada hamba.

Ya Allah, Engkau Maha Pengasih. Hamba hanyalah hamba-Mu yang lemah, maka adakah sikap yang lebih indah kecuali dengan menyerahkan semua urusan hamba kepada-Mu. Ya, semuanya. Termasuk perjalanan cinta hamba. Selain pada-Mu, izinkan hamba tak berlebih dalam mencintai. Ya Allah, berikan cahaya pada jiwa hamba sehingga hamba bisa mencintai sesuatu hanya karena-Mu dan ketika hamba harus membenci sesuatu, itupun juga karena-Mu.

Ya Allah, hamba berharap dalam penantian ini Engkau pelihara hamba untuk senantiasa mengidamkan hadirnya cinta sejati. Cinta yang tak perlu hamba tunggu, tapi cinta yang tumbuh bersama doa hamba di malam yang teduh. Cinta yang tak tersentuh oleh tangan dunia yang palsu. Cinta yang selalu hadirkan petunjuk yang datang dari para malaikat. Cinta yang tak akan pernah lekang oleh zaman yang kan terus melaju. Cinta yang tak pernah habis oleh waktu.



Kontemplasi sepertiga malam

Redzone, 18042011_04:35
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com