Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, December 17, 2013

Seri Baiti Jannati 1 : Catatan Cinta Ibunda

Tuesday, December 17, 2013

Endorsment

Rasa gelisah waktu menunggu jodoh. Rasa mual waktu hamil muda. Rasa sakit waktu melahirkan. Rasa letih waktu mengasuh. Rasa sedih waktu berdoa di sepertiga malam... Semuanya terobati ketika anak-anak menjadi penyejuk mata ibunda. Selamat membaca buku "Cahaya Cinta Ibunda" yang menjadi buku pertama dari seri Baiti Jannati. Alhamdulillah, bagus sekali...
[Teh Ninih Gymnastiar, penulis buku best seller 'Menata Spiritual Muslimah']

Wednesday, December 11, 2013

11-12-13, 14:15

Wednesday, December 11, 2013
Waktu terus berjalan.. tak ada yang bisa menahan...
bilangan usia makin bertambah.. seiring pula membuncah amanah..
biduk rumah tangga yang tengah kita bina.. semoga semakin samara dalam ridhaNya..
terus semangat mewujudkan mimpi bersama...
saling menopang dalam suka dan duka...

Dinda semakin mencintai kanda karenaNya...



#SMS ROMANTIS
(11-12-13, jam 14:15)

Tuesday, December 03, 2013

Blogger Nusantara 2013 : Jejak Istimewa di Jogja

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments



Jum’at, 29 November 2013

Bismillah, sebelum mulai sharing apa yang kami (emak-emak IIDN Semarang) dapatkan saat mengikuti ajang keren kopdar Blogger Nusantara (BN) 2013, izinkan saya bernostalgia sebentar.

Waktu itu (pembukaan yang super klise), tanggal dan jamnya lupa, ada woro-woro dari Mak Rahmi Aziza (kalau nggak salah ye) tentang pendaftaran BN 2013. Komentar di bawahnya pun mengular, salah satunya dari Mak Uniek yang ternyata sudah berhasil mendaftar dan beberapa emak yang lain. Sebelum memutuskan untuk join, saya buka dulu aja web-nya. Ber-Ooo-ria saat tahu kalau kopdar ini berlangsung tahunan dan udah ada sejak 2011. Baca dulu semua ketentuannya dan segala pernak-perniknya. Langsung ambil buku harian, nyatet tanggal pelaksanaan BN 2013. Huaaa, mupeng ikut but kudu izin dulu sama suami. Kan ridho Allah ada pada ridho suami *teteup!

Beberapa hari berlalu, sebenarnya dah ngantongin izin dari suami tapi padatnya jadwal hari-hari saya (ngek!) membuat faktor lupa turut menggerogoti semangat saya untuk segera mendaftar. Alhasil, saat lihat di grup IIDN sempat kebakaran semangat juga. Beberapa nama sudah tercantum di list peserta. Segera saja saya mendaftar dan keesokan harinya nama saya muncul di daftar peserta nomor 700-an. Alhamdulillah.

Selanjutnya, sempat bingung masalah transportasi jelang hari-H karena rencana awal saya ingin berangkat bareng suami ke Jogja hari Sabtu pagi tapi ternyata Sabtu pagi suami mendadak ada acara. So, saya harus berangkat Jum’at siang atau sore entah itu naik bis atau travel. Lagi-lagi merasakan kesyukuran yang luar biasa setelah gabung di IIDN Semarang. Dari mbak Taro saya bisa dapat info untuk berangkat bareng rombongan Semarang menggunakan mobil sewaan. Asyiiik…

Terus, ada apa dengan hari Jum’at?
Setelah packing dirasa beres, sekitar jam 16.00 WIB saya berangkat naik angkot oranye ke pom bensin Sukun, samping Pizza Hut Banyumanik. Nunggu sebentar karena rombongan Mbak Taro masih dalam perjalanan. Sekitar jam 16:45, mereka datang. Naik ke mobil dan bismillahi majreha wa mursaha. Jogjaaa… I’m comiiing! Hm, coba ada Mak Uniek dan Mbak Inung di mobil itu, pasti langsung pada konser :
“Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu.
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahaja.
Penuh selaksa makna…”
[Jogjakarta, KLA Project]

Hihi. Di mobil ada pak sopir, Mbak Taro, Mbak Esti, Mbak Hani, dan Mbak Ninik. Selanjutnya, mobil bergerak ke Ungaran menjemput Mak Dedew dan Nailah. Di mobil ngemil pisang tanduk (rebus) bawaannya Mbak Esti. Nyummy euy!

Walah, sempat bingung juga pas nyari posisi rumah mertuanya Mak Dedew, akhirnya merapat dulu di kiri jalan sebelum pertigaan Luwes dan menunggu Mak Dedew datang. Cieee, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga diantar Pak Bagus.

Nungma pindah ke belakang, empet-empetan sama Mbak Taro n Mbak Esti. Mbak Taro sempat nunjukin aksi Mak Uniek yang dah narsis berfoto ria di ajang konser KLA Project (fb). Hadeuuuh, nggak ada yang bisa ngalahin deh kenarsisan emak enerjik yang satu ini.

Dari dalam mobil yang terus membekicot (eh!) karena terjebak dalam arus kemacetan. Tapi sedikit terobati karena ada lukisan senja di ufuk barat sana. Mbak Taro sempat foto-foto kayaknya.

Adegan selanjutnya, mobil masih melaju, para penumpangnya ada yang masih asyik bercerita, ada yang sibuk ngremusin camilan yang dibawa, ada juga yang sudah terlelap bersama mimpi-mimpi indahnya.

Singkat cerita, rombongan sampai di eduhostel. Disambut panitia kemudian registrasi ulang, ngecek no. kamar, dapat co-card, dan dikasih daftar siapa LO-nya. Oh ya, kemarin saya sempat panik saat nama saya nggak ada di list peserta yang dapat kamar di eduhostel. Tapi Alhamdulillah,Syifa berbaik hati memberikan jatah kamarnya. Dan malam itu, gantian Mbak Ninik yang ternyata juga nggak ada namanya di list peserta. Tapi, masalah kamar bisa teratasi n Mbak Ninik nggak jadi sekasur berdua sama Mbak Taro. Hihi.

Dapat kamar no. 112, baru ada satu orang namanya Iyan dari Blora. Masih SMA kelas 3. Wah, kasurnya dah ngawe-awe ngajakin klipuk nih. Saat disms Mbak Taro buat jalan-jalan n cari makan malam, daku menolaknya dengan alasan sudah ngantuk. Haha. It’s time for molor. Untuk ukuran acara yang gretongan, eduhostel sudah masuk kategori super nyaman untuk sleeping beauty. Saatnya rehat n siap mengikuti acara-acara keren esok hari.

Sabtu, 1 Desember 2013
Terbangun dan menyadari kalau penghuni kamar semakin banyak. Ada Sashimi (bukan nama sebenarnya) dari Purwokerto, Ayu dari Kupang yang lagi kuliah di Malang, Mega dari Indramayu, Ajeng dan Ruyati yang juga dari Indramayu. Ajeng cerita kalau besok Minggu tampil nari topeng. Wow, pantes tasnya segedhe gambreng coz bawa perkap nari.

Sholat Subuh lanjut bersiap. Setelah beres, nangkring di lantai 5. Foto-foto euy! Turun ke lantai satu, jalan-jalan sama beberapa temen.

Jam 06.30 it’s time for breakfast! Naik lagi ke lantai 5. Asyik oey! Menunya ‘yellow rice’, bisa sambil nyruput tah anget. Usai sarapan, kenarsisan pun berlanjut. Foto-foto lagiii. Kali ini bareng emak-emak IIDN n blogger yang lain.

Siap-siap check out dan sekitar jam 08:45 semua peserta di Eduhostel bergerak menuju Ngabean. Oh ya, tadi sempat ketemu Mas Cowie (teman dari Klaten) yang juga ikut kopdaran. Sempat juga foto-foto bareng genknya Mbak Mira Sahid, sapa lagi kalau bukan KEB (Kumpulan Emak Blogger) yang kehebohannya cetar menggelegar Jogjakarta. Cipika-cipiki sama semuanya termasuk Mak Uniek yang baru aja datang tanpa Mbak Inung karena dia ketinggalan travel. Menggalau mesti! Sabar ya, Mbak! Yang penting udah nonton konser KLA… J

Dari Ngabean, peserta diangkut pake mikrolet. Meski Nungma nggak dapat tempat duduk n harus bergelantungan tapi tetap bisa tersenyum manis coz suasana di mikrolet cukup heboh penuh haha hihi. Menuju Joglo Abang karena acara pembukaan batal dilaksanakan di Pagelaran Keraton. Perjalanan yang seru!

Sesampai di Joglo Abang… huaaa, kayak ada hajatan besar aja nih! Njawani banget suasananya n setting tempatnya. Lanjut registrasi ulang, dapat logistik, dan penyerahan buku yang mau disumbangkan. Cari tempat duduk yang strategis barengan sama Syifa dan Mbak Esti. Celingak-celinguk ternyata emak-emak IIDN yang lain sudah duduk dengan manis dan elegan di deretan kursi sebelah kanan. Nung milih yang sejajar sama pandangan aja, biar nggak tengeng. Hihi.

Ngemil dulu karena diem-diem udah laper lagi. Nunggu lumayan lama biar peserta terkondisikan terlebih dulu. Daripada nglangut, ikutan deh event lucu dan kreatif dari BlogDetik #Cari2BloggerDetik

Sekitar jam 10an acara BN 2013 dibuka oleh MC yang membakar semangat. Diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, bikin merinding euy! Karena yang nyanyi peserta dari Sumatera sampai Papua (ada gak, ya?) dalam satu atap.

Selanjutnya, sambutan-sambutan. Pertama, dari Mas Gandhi [@denkenthir] selaku ketua panitia. Beliau ‘curhat’ dengan pelaksanaan BN 2013 yang batal diselenggarakan di Pagelaran Keraton. Hihi. Stay cool aja, Mas! Kita akan berusaha untuk terus “MAKSIMAL” karena pasti akan ada segudang hikmah atas setiap peristiwa yang kita alami *jiahsokbijak. Salut juga dengan para blogger yang turu membantu mempersiapkan tempat acara seperti nata kursi, bersih-bersih joglo, dll.

Sambutan kedua dari Mas Anjar (@anjarisme) selaku SC. Beliau menyampaikan BN 2013 bertujuan mengembaikan ruh kekeluargaan dan persahabatan para blogger. Sipp! Semoga tujuannya tercapai.
@anjarisme nge-twit : 1300-an peserta Kopdar @BlogNusantara #BN2013 di #Jogja di @jogloabang Istimewa! Salut dg semangat peserta dan kerja cerdas OCBN.

Selanjutnya, akan ada seminar-seminar dari para pakar. Mas Anjar yang didaulat menjadi moderator mengumumkan @idblognetwork dan @SpeedyInstan akan bagi-bagi hadiah masing-masing 250.000 untuk peserta yang ikut live twitter selama acara berlangsung dengan hastag #BN2013 dan #espincoid. Syaratnya nggak cuma banyak-banyakan ngetwit tapi kicauannya juga harus bermakna. Ikutan, ah!

Ada Pak Yudi yang nyampein Speedy Instan, ada Mbak Rika nyampein tentang idblognetwork, ada Mas Fajar yang nyampein tentang T-Money. Selanjutnya ada penandatanganan kerjasama.

Acara seminar berlanjut, kali ini gantian Mbak Donna (@donnajewels) yang berbagi inspirasi. Setahu Nung beliau pemain harpa. Nung baru tahu kalau bisnis perhiasannya sangat mendunia. Itu karena, dia mengoptimalkan potensinya. Follow her passion gitu hingga sukses seperti sekarang. Salah satu pesan Mbak Donna : “jangan pernah berhenti berkarya dan terus optimalkan blog kita.” Inspirasi istimewa di BN 2013.

Sebelum games ada sambutan dari Ibu Wakil Bupati Sleman dan dilanjutkan peresmian Joglo Abang sebagai Rumah Budaya. Gong…gong…gong! Menggema euy. Ada games heboh yang hadiahnya voucher dari DAGADU, selanjutnya ada penampilan istimewa tarian nusantara. Penampilan perdana tarian penyambutan tamu dari Jawa Tengah, Tari Gambyong. Break. ISHOMA. Di sela ishoma ada penampilan dongeng dari Kak (lupa namanya). Cukup menghibur apalagi “pakdhe” yang jadi tokoh utamanya.

Selanjutnya, seminar lagi dari Mas Eko, pemilik Komunitas Komik Daging Tumbuh. Sosok yang gemar berkarya dan melukis, menuangkan makna lewat gambar. Belajar nge-brand dari beliau, karya anak bangsa yang mendunia. Beliau mendapatkan inspirasi dari keseharian. So, jadi BLOGGER itu kudu PEKA! Inspirasi itu bukan dicari tapi dijemput. Dan optimalisasi indera kita adalah salah satu cara mensyukuri kenikmatan dari-Nya hingga kita mampu melahirkan karya penuh makna dari inspirasi yang ditangkap indera kita. *tsaaah…

And then,ada penampilan Tari Bedana. Hayo, tarian ini berasal dari daerah mana? Yups, betul banget! Lampung! *tanyasendirijawabsendiri. Selanjutnya, ada tarian dari Kalimantan Timur yang menceritakan kisah peperangan para pemuda Suku Dayak.

Eh, Mas Gandhi naik pentas lagi, ngumumin bagi yang mau ikutan Trip Jogja bisa ndaftar ke panitia dan ngumpul jam 17:00, kalau yang nggak mo ikutan bisa menikmati beberapa hiburan di Joglo Abang sampai jam 21:00. IIDN Semarang sebagian besar sepakat ikutan Trip Jogja. Hmm, ketika penunjuk waktu sudah sampai di pukul 17:00 bahkan terus melaju sampai Maghrib, kok transportasinya belum nongol juga. Di sela masa penantian itulah, IIDN Semarang malah asyik narsis bersama. Ayangnya Mak Wuri pasti mbatin sambil ngelus dada… *sabaryaayang!

Singkat cerita, kami akhirnya nongkrong di angkringan sama emak-emak KEB. Sholat Maghrib, jajan cilok/bakso, dan dapat makan malam. Batal deh malming sambil Trip Jogja. But, tetep stay cool. Malam itu di Joglo Abang ada penampilan Tari Jathilan (di lapangan), Hadroh, dan Kethoprak. Tapi, Nungma dkk IIDN Semarang tidak bisa menikmati semuanya karena sekitar jam 21:30 WIB kami diangkut pake mikrolet lagi menuju homestay di Desa Wisata Tembi. Benar-benar ter… *adadeh! J

Alhamdulillah,sekitar jam 22:30 sampailah kami di Tembi. Nungma, Mak Uniek, Mak Wuri, Mbak Taro, Mbak Inung, Mbak Ninik, dan Mbak Hani dapat homestay 12, Mak Dew pisah di homestay 10. Setelah bersih-bersih diri, ah… it’s time for sleeping! (untung nggak masuk dalam nama yang di-blacklist bobo’ di homestay 12 alias kudu angkat koper pindah homestay). Hihi.

Ahad, 1 Desember 2013
Di sosmed ramai pemberitaan kampanye memeringati Hari Aids Sedunia diikuti kampanye penolakan Pekan Kondom Nasional. Hadeuuuh… Indonesia… Indonesia!

Yang jelas, di homestay 12 Nungma yang bangun paling gasik. Wkwkwk. Tengok kanan-kiri, masih pada angler dengan mimpi masing-masing. Mandi, sholat Subuh, tilawah, lanjut twitteran. Hihi. Satu per satu, emak-emak itu pada bangun dan antri mandi. Ibu pemilik homestay juga menyiapkan teh hangat manis sebagai teman nyemil, edisi menu pembuka sebelum sarapan utama. Sempat keluar homestay sebentar untuk menemui Mak Ida Nur Laila, penulis buku-buku parenting, anggota KEB, dan istri Ustadz Cahyadi Takariawan (penulis buku best seller “Di Jalan Dakwah Aku Menikah, Seri Keakhwatan, Wonderful Family, dll.”)

Ceile, emak-emak IIDN Semarang geulis-geulis pisan euy! Setelah sibuk bersalep-salepan ria sambil cekikikan nggak jelas… hmm, it’s time for narsong!Jeprat-jepret dimulai di homestay, lanjut di spanduk Blogger Nusantara, jalan-jalan deket sawah, dan pending sarapan dulu. Menu kali ini ada pecel, rempeyek kacang, dan tahu goreng. Mantap! Narsong tetap dilanjutkan, Nungma sempat berpisah dengan rombongan IIDN Semarang karena harus balik ke homestay. Ngambil buku titipan Mak Ida yang harus Nungma serahin ke makmin KEB. Selanjutnya, malah asyik jalan-jalan dan foto-foto sama Syifa plus Mas @anjarisme.

Pas mau lihat pertandingan sepak bola tuna netra, ketemu lagi dengan rombongan emak-emak IIDN Semarang, ngasih tahu kalau mau ngabur duluan. Lha, Nungma nggak mau ditinggal lah. Ikuuut… Setelah ngasih buku ke Mak Indah Juli, buruan Nungma kabur lagi ke homestay. Packing-packing, pamitan dengan pemilik homestay, dan tak lupa narsis bersama. Sepanjang jalan menuju mobil sewaan, kami menyapa para blogger di jalan, “Pulang dulu yaaa…!” dengan pasang tampang dan senyuman dimanis-manisin. Hihi.

Yups, saatnya trip Jogjaaa…
(Banyak kejadian keren, pisah dengan Mak Dedew dan Nailah di depan Taman Pintar, foto ‘pencekikan’ Mak Uniek di depan BI, foto-foto aneh di depan kantor pos, pose berspanduk di jalan menuju Malioboro, beli gantungan kunci+hiasan kayu, jajan jadah bakar, endingnya muter-muter dan shoopingdi Mirota Batik lanjut makan siang di sana juga. Dan twitteran tetap berlangsung saat perjalanan pulang ke Semarang menggunakan Daytrans. Hahahihi. Pengalaman seru bersama emak-emak IIDN Semarang. I’ll never forget that! Oh yeeeah!)

[Keisya Avicenna, anggota IIDN Semarang terkalem saat #BN2013 ^_^]









[Catatan Pembuka] : CAHAYA CINTA IBUNDA

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments

Baiti Jannati Seri 1

Cahaya Cinta Ibunda
Bunda Darosy Endah

Endorsment


Rasa gelisah waktu menunggu jodoh. Rasa mual waktu hamil muda. Rasa sakit waktu melahirkan. Rasa letih waktu mengasuh. Rasa sedih waktu berdoa di sepertiga malam... Semuanya terobati ketika anak-anak menjadi penyejuk mata ibunda. Selamat membaca buku "Cahaya Cinta Ibunda" yang menjadi buku pertama dari seri Baiti Jannati. Alhamdulillah, bagus sekali...
[Teh Ninih Gymnastiar, penulis buku best seller 'Menata Spiritual Muslimah']

Banyak perempuan yang disebut dengan panggilan Bunda saat ini, dan kerap menjadi berita politik di televisi. Namun Bunda yang satu ini sungguh berbeda dari yang lainnya, dan memang luar biasa. Di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, beliau juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, dan bahkan terlibat aktif dalam berbagai aktivitas sosial dan dakwah.
Beliau bukan penulis buku, oleh karena itu beliau tidak sedang menuliskan sejumlah teori. Buku ini bertutur dari dalam hati, mengajak kita semua melakukan kontemplasi. Sebuah rangkaian perjalanan hidup yang sangat pantas diteladani, oleh siapapun yang memiliki sifat peduli. Sejak proses belajar di kampus, proses pernikahan, berkeluarga dan mencetak generasi unggul yang sudah disaksikan hasilnya oleh masyarakat Indonesia. Empat bersaudara, dua lelaki dua wanita, anak-anak tercinta yang menjadi investasi surga bagi orang tua.
Bunda Darosy Endah Hyoscyamina, adalah salah satu Bunda yang menginspirasi dunia dengan karya nyata. Buku ini membuka mata kita tentang keikhlasan, ketekunan, kesabaran, semangat juang, dan keteladanan yang langka. Di zaman dimana kita saksikan sedemikian banyak perilaku hura-hura dan jauh menyimpang dari tuntunan agama, Bunda bersama keluarga mengajak kita kembali kepada nilai-nilai yang akan membawa ke surga.
Saya bersyukur dan berbahagia menyambut hadirnya buku ini. Insyaallah akan menjadi awal yang baik bagi penyadaran semangat membentuk karakter bangsa Indonesia, agar menjadi bangsa yang bertaqwa menuju peradaban mulia. Semua dimulai dari kekokohan keluarga, seperti keluarganya Bunda.
[Cahyadi Takariyawan, Penulis Buku 'Di Jalan Dakwah Aku Menikah' dan 'Wonderful Family']

Temukan kekalahan dalam setiap kemenangan, agar kita selalu bisa rendah hati dan temukan kemenangan dalam setiap kekalahan, agar kita tetap bisa berharap. Sesungguhnya jiwa yang kuat adalah jiwa yang mampu berharap dan selalu memiliki alasan untuk berharap. Selamat berjuang, Bunda !!!
[Dyah Rachmawati, Pendakwah, Istri H. Zuber Safawi S.Ag. —Anggota DPR RI—]

Cinta telah memberi kita banyak kisah-kisah inspiratif yang tidak usang ditelan jaman. Buku yang sedang Anda baca ini, adalah salah satunya. Kisah tentang sosok seorang figur perempuan muslimah yang tidak pernah berhenti berkarya untuk keluarga dan bangsanya. Karena cinta kepada Allah dia berkarya. Semoga menjadi inspirasi bagi siapapun yang  inginmeninggalkan sejarah emas dalam meniti dan menata kehidupannya.
[Dra. Wirianingsih, M.Si. Ibu dengan 10 anak penghafal Al Qur’an (10 Bersaudara Bintang Al Qur’an), Ketua Umum ASA (Aliansi Selamatkan Anak) Indonesia, Presidium BMOWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia)]

Menjadi ibunda adalah kehormatan, serta karir terbaik dan paling mulia bagi wanita, dan lewat aliran kata penuh makna ini Bunda Endah membimbing kita bahwa menjadi ibunda itu berarti usaha menaati Allah dari lahir sampai hari terakhir.
[Felix Siauw, Penulis Buku 'Udah Putusin Aja']

Sebuah buku yang spesial. Ini hasil pergulatan hidup –pemikiran, keyakinan dan pengalaman– dari seorang wanita yang begitu menghayati perannya sebagai seorang ibu. Bacaan yang sangat menginspirasi bagi siapapun orang tua yang mencita-citakan anaknya menjadi generasi Rabbi radhiyah.
[DR. H. Fuad Nashori, Psi. Pakar Psikologi Islam, Pendiri Asosiasi Psikologi Islam —Himpsi—]


Kata Pengantar Penerbit

            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa berada dalam keridhaan dan cinta-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah Saw., keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqamah menjalankan sunnah-sunnahnya.
           Dari Abu Hurairah berkata seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw., dia berkata, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak mendapat kebaikanku?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Bapakmu.”
            Ibu adalah sosok wanita yang istimewa. Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Islam sangat memuliakan sosok seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang anak dilahirkan lewat seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang janin tumbuh dan berkembang dalam rahim mulia seorang ibu. Atas izin Allah SWT, seorang bayi mendapatkan asupan makanan yang tak ada duanya dari ASI seorang ibu. Subhanallah, sungguh luar biasa seorang ibu!
          Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa bagi kedua orang tuanya. Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga sepenuh cinta. Kehadirannya di dunia memberikan nilai dan arti yang luar biasa. Lebih-lebih apabila ia menjadi anak yang shalih dan shalihah, sehat jasmani dan rohani, cerdas dan mau berbakti kepada kedua orang tuanya.
Tidak mudah memang memiliki anak yang demikian membahagiakan dan membanggakan, menjadi tumpuan harapan. Untuk menciptakannya, membutuhkan perjuangan, kegigihan, dan kesabaran. Tentu juga dibutuhkan keluasan wawasan dan pengetahuan serta aneka pengalaman.
Di tengah arus globalisasi seperti sekarang ini, peran ibu sangat signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam menciptakan harmonisasi keluarga serta lingkungan yang kondusif. Selain itu, seorang ibu juga dituntut untuk kreatif dalam mengarahkan potensi anak demi mendukung perwujudan cita-citanya.
            Oleh karena itu, semoga dengan diterbitkannya buku “Cahaya Cinta Ibunda” ini akan menjadi sarana untuk membantu para orang tua khususnya seorang ibu dalam mendidik buah hatinya menjadi Generasi Rabbani yang luar biasa. Generasi yang menjadikan Allah SWT sebagai tujuan, Muhammad sebagai teladan, Al-Qur'an sebagai pedoman, jihad sebagai jalan kehidupan, dan syahid sebagai cita-cita dambaan. Dalam buku ini memaparkan kisah perjalanan seorang Bunda Darosy sebelum ia menjadi ibu hingga akhirnya bisa 'mencetak' Ilham Bersaudara, empat anak 'ajaib' yang sukses menjadi da'i di usia belia. Apa rahasianya? Simak ya…
            Selamat menyelami aneka kisah yang Insya Allah sarat akan makna dalam buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

 DNA Creative House
Insya Allah, launching 22 Desember 2013
Pre-Order mulai tanggal 8 Desember 2013
Update terus infonya!
@keisyaavicenna
@aisyaavicenna
@baitijannati
FB : Norma Keisya Avicenna
Fanpage : Cahaya Cinta Ibunda
HP/WA : 085647122033


[Re-Post] BERMULA DARI KELUARGA (Ida Nur Laila)

Tuesday, December 03, 2013 0 Comments
Monday, October 14, 2013

BERMULA DARI KELUARGA

Anak hanyalah titipan dari Tuhan. Suatu saat Dia akan mengambil titipanNya dan juga meminta pertanggungjawaban atas titipan itu. Apa saja yang telah kita lakukan untuk merawat titipanNya? Apakah kita telah membuka peluang berkembangnya potensi anak, atau justru ada orang tua yang menutup banyak pintu kreativitas sang anak?
Kesadaran tanggung jawab inilah yang acapkali membuatku meneteskan air mata di malam-malam doa sujudku. Setengah lusin amanah Tuhan untukku, adakah aku telah memberikan yang terbaik untuk mereka ?
Sejak sebelum si nomer satu lahir 21 tahun yang lalu, aku telah tamat membaca buku tentang mendidik anak. Namun pada kenyataannya, aku harus terus belajar menjadi ibu. Belajar sepanjang hidupku. Saat hamil anak pertama, sangat kuperhatikan masalah kesehatanku, lahir maupun batin. Apalagi saat itu aku masih mengerjakan skripsi. Hyperemesis membuat berat badanku turun drastis dalam trimester pertama. Turun 6 kilo! Namun dengan ketelatenan suamiku dan tekat kuat kami untuk menjaga amanah kandungan itu, kami berhasil melewati masa-masa berat itu dan berat badanku naik lagi hingga bertambah 9 kg. Apalagi sejak kutemukan soulmate-ku, susu lactamil. Kuingat betul saat itu berhadiah gelas cantik, yang kukumpulkan hingga mencapai dua lusin. Gelas itu sangat berarti bagi kami yang mengawali rumah tangga dari titik nol.
Setelah kelahiran yang pertama, kami belajar menjadi orang tua. Belajar merawat bayi sementara jauh dari orang tua tempat bertanya. Alhamdulillah semua dimudahkan. Si kecil tumbuh menjadi bayi sehat dengan ASI eksklusif. Berat badannya bertambah dengan membanggakan dan kemampuannya berkembang melebihi pada umumnya bayi seusianya.
Hingga datang masa ujian bagi kami. Aku hamil anak kedua saat si nomer satu baru berusia 8 bulan. Walau ada sedikit kecemasan, namun sebagai rejeki dari Tuhan, kami menerimanya dengan suka cita. Sekarang bertambahlah kami belajar menjadi ibu dan mempersiapkan sang kakak untuk turut menyongsong kelahiran adiknya. Bidan mengijinkan aku untuk tetap menyusui dengan konsekuensi aku harus menggenjot makan dalam jumlah yang berlipat. Kemudahan mengiringi keadaan sulit, aku tidak mengalami mual dan muntah seperti saat kehamilan pertama. Aku terus menyusui sambil mengajari bayiku untuk mulai mengenal susu formula.

Peristiwa lucu terjadi karena bayiku menolak susu formula. Ia justru menyukai lactamil coklat yang terus menjadi menuku saat hamil dan menyusui. Aku berkonsultasi pada bidan dan diajari untuk mencampurkan sedikit demi sedikit susu bayi pada susu lactamil hingga akhirnya setelah beberapa bulan, anakku betul-betul bisa minum susu formula, sekalipun tetap dengan gelas hadiah lactamil.
Begitulah kami belajar punya dua anak. Melipat gandakan cinta, bukan membagi cinta. Hingga anak pertama tetap mendapat 100% cinta dan perhatian 100%. Lalu anak kedua juga tetap mendapat cinta 100% dan perhatian 100%. Bagaimana caranya ? Tentu kerjasama dengan suami sangat penting. Suamiku juga turun tangan untuk mengasuh dan mengurus anak pertama saat aku masih sangat dibutuhkan oleh adik. Kadang diajaknya sulung kami pergi ke stasiun, sekedar naik turun gerbong, sudah sangat menyenangkan. Pernah pula diajak naik kereta api ke Solo. Atau naik bus kota sekedar berputar-putar di Jogja. Kebun binatang juga menjadi tempat favorit kami untuk mengasah kecerdasan dan pengetahuan anak-anak kami.
Memiliki anak banyak membutuhkan trik tersendiri untuk mengajari mereka mandiri, peduli, dan bermanfaat. Mandiri adalah mendidik kesadaran dan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Peduli adalah untuk menjadikan mereka memiliki empati dan bisa bekerjasama. Bermanfaat adalah hal terbaik yang semestinya ingin dicapai untuk menjadi rahmatan lil alamin. Memiliki banyak saudara adalah wahana menarik untuk mengaplikasikan tiga nilai tersebut. Saat mereka mandiri, mereka siap menjadi pemimpin atas diri sendiri. Saat mereka peduli dan bermanfaat maka mereka siap untuk memimpin dan dipimpin oleh orang lain serta mengembangkan sikap kerjasama.
Waktu terus berlalu, kami belajar menjadi orang tua yang memiliki tiga, empat, lima hingga enam anak. Membersamai mereka menempuh pendidikan prasekolah dan jenjang-jenjang seterusnya. Untuk anak pertama, kami membuat merintis TKIT bersama beberapa teman. Murid awalnya hanya 7 anak dengan membawa bangku sendiri, membawa mainan, dan alat peraga sendiri. Orang tua bergiliran untuk menyediakan snack dan makan siang yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Setelah 18 tahun, kini sekolah itu telah berkembang menjadi 4 TKIT di 4 lokasi dan 2 SDIT. Alhamdulillah.
Anak-anak kami bersekolah di tempat pendidikan yang kami gagas bersama teman-teman untuk menyempurnakan pengembangan intelektualitas, karakter, kepemimpinan,   dan memiliki landasan agama yang kokoh. Sekolah ini kita gagas untuk memperhatikan juga aspek pembiasaan pola hidup sehat termasuk dalam hal asupan nutrisi. Anak-anak mendapat camilan dan makan siang sehat dari sekolah. Kantin sekolah hanya menyediakan makanan yang halal dan sehat. Anak-anak tidak diijinkan berinteraksi membeli sembarang jajanan di luar sekolah. Orang tua juga didorong untuk membekali anak dengan bekal sekolah yang sehat ketimbang membekali uang jajan.
Ternyata kami harus terus belajar, terutama saat membersamai anak menjadi ABG. Terasa betul jatuh bangun sebagai orang tua, saat anak mulai memasuki usia remaja. ‘Dunia moderen tanpa batas’ sekarang ini telah menjadi tantangan berat bagi orang tua. Era teknologi informasi ini jika tidak betul-betul diregulasi bisa menjadi sampah yang meracuni kepolosan anak-anak. Nutrisi informasi yang sehat menjadi perhatian penting selain nutrisi makanan dan nutrisi keteladan karakter. Tugas berat mendidik anak agar mereka menjadi pemimpin atas diri mereka termasuk dalam memilih nutrisi informasi agar tidak menjadi korban penjajahan informasi sampah.
Saya memilih menambah profesi menjadi marketing berbagai buku ensiklopedi untuk bisa menfasililitasi anak-anak guna mendapatkan buku berkualitas namun dapat kami jangkau. Saat jendela buku dibuka, maka kita tutup jendela televisi. Diet televisi menjadi pilihan untuk asupan informasi yang lebih edukatif dan sehat. Anak-anak dilibatkan untuk membuat aturan main saat televisi harus hadir di rumah kami.
Saat internet mulai masuk ke ruang-ruang pribadi, tak dapat dipungkiri sebagai orang tua kami harus terus mengikuti. Kami belajar dan belajar lagi agar tetap bisa memahami dan mengontrol dunia jelajah anak-anak kami. Sungguh berbeda dunia masa kecil tempat kami tumbuh dan dunia anak-anak sekarang ini. Namun tetap ada kata kunci, yaitu kedekatan dan keteladandari orang tua untuk tetap meraih jiwa anak-anak agar selalu dalam rengkuhan.

Berusaha menjadi sahabat bagi anak dengan membuka ruang dialog terus menerus agar tak ada jarak psikologis yang membatasi, sekalipun ada anak kami yang harus menempuh kuliah nun jauh di Bandung. ‘Dialog bantal’ adalah istilah kami untuk mengobrol dengan anak sebelum mengantarkan mereka tidur. Berbaring bersebelahan dalam satu bantal dan membincangkan berbagai kejadian yang dilalui hari itu. Topik-topik hangat seperti korupsi dan berbagai bahasan yang aktual, juga menjadi bahan diskusi untuk membentuk landasan moral. Meja makan adalah ladang diskusi yang selalu hangat. Makan bersama adalah sarana membangun kedekatan dan komunikasi yang efektif. Sekalian mengajari mereka terbiasa dengan menu sehat olahan orang tuanya atau masakan mereka sendiri.
Keteladananadalah kunci utama. Bagaimanapun anak belajar dari lingkungan, terutama orang tuanya. Mereka melihat kesungguhan orang tua dalam beribadah, bersikap kepada anak, bergaul dengan tetangga, dan memiliki kepedulian pada urusan masyarakat. Anak-anak akan lebih mudah untuk menurut pada saat menyaksikan bahwa tak ada jarak antara nasehat dengan apa yang dilakukan orang tua. Satu kata dan perbuatan.
Senyatanya anak-anaklah yang telah menjaga kami untuk konsisten dalam ibadah, akhlaq pergaulan, dan amal kebaikan lain. Kesadaran bahwa apa yang terlintas dalam fikiran, hati, apa yang kita ucapkan, dan yang kita lakukan tak hanya berefek pada diri kita sendiri, tapi juga akan berakibat pada anak-anak, selalu membuat kami berhati-hati. Terkadang justru dari anak-anak kami belajar menyempurnakan kebaikan. Setiap prestasi dan sikap kritis-bijak-polosnya mereka terus menjadi pengingat. Jika ada onak duri ujian dengan berbagai tingkah mereka, itulah yang mematangkan kepribadian dan ketrampilan kami sebagai orang tua dan menjadi momen pembelajaran bagi anak.  Begitulah prinsip untuk menjadi orang tua yang belajar.
Kini anak kami menempati jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Enam anak yang dititipkan Tuhan kepada kami, memiliki warna dan karakter unik masing-masing. Hingga kini kami terus belajar bersama mereka, merajut hari demi hari, mengarungi kehidupan, dan menyiapkan pemimpin masa depan menuju kesempurnaan kebahagiaan dunia akhirat.
Kebaikan masyarakat dan bangsa bermula dari kebaikan keluarga. Para pemimpin yang baik terlahir dari keluarga yang baik, dan orang tua adalah bagian dari pemeran utama.

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Blog "Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil", yang diadakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa