Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label inspirasi. Show all posts
Showing posts with label inspirasi. Show all posts

Thursday, July 14, 2011

MENANGIS ITU BUKAN LAKI-LAKI

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Monday, July 11, 2011 at 7:45pm

Kadang, ada kalanya seorang anak mendambakan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya secara berlebih. Ini wajar! Tatkala sang anak mulai beranjak dewasa, ia berusaha mati-matian untuk menjadikan dirinya sebagai kebanggaan orang tua. Alasannya hanya satu, untuk membalas jasa bagi kebaikan orang tua. Walaupun balas jasa sang anak itu satu berbanding tak terhingga dengan semua kebaikan yang telah diberikan dan segala bentuk pengorbanan orang tua.



Diri ini benar-benar merasakan perih, sakit, luka yang begitu dahsyat ketika harus ‘dipukul’ dengan beningnya air mata orang tua yang mengalir, seiring permohonan maaf kepada anaknya. Bukan anak yang mohon maaf kepada orang tuanya!



Bermula dari keinginan untuk membahagiakan mereka dengan mencoba mencari skeolah lanjutan yang tepat. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, kakak perempuanku harus mendaftar sebagai dosen di UNDIP. Tentu saja biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Konsentrasi orang tuapun terpecah, bahkan aku merasa mereka lebih sibuk mengurusi pendaftaran kakak perempuanku itu sehingga sedikit meninggalkan kepentinganku untuk mencari sekolah lanjutan.



Terbersit rasa kesal karena perguruan tinggi yang diharapkan seakan mustahil untuk diraih sedangkan diri ini sudah gagal PMDK. Rasa iri kepada sang kakak pun semakin memuncak. Semakin menjadi bahkan begitu hebat! Terakhir aku mencoba bicara dengan orang tua bahwa aku ingin sekolah di STT TELKOM, tapi lagi-lagi gagal karena biaya per semester 4 juta lebih. Aku tambah kacau, aku tidak ingin kejadian ini sama dan berulang seperti tahun-tahun lalu, di mana aku selalu gagal mendapatkan sekolah yang aku inginkan.



Marah, iri, kesal yang membabi buta, aku lampiaskan begitu saja kepada Ibu. Umpatan demi umpatan keluar dari ‘mulut jahanam’ ini. Hati kotor ini berbisik, “aku di -nomor dua-kan”. Di tambah lagi, Bapak sering menonjolkan prestasi kakak perempuanku. Kakak yang dulu sekolah di SMA Al Azhar daripada aku yang hanya sekolah di desa, yang mungkin tidak ada apa-apanya dengan sekolah kakakku itu. Hati ini tambah miris!



Ketika kakak perempuanku itu pulang ke rumah, tak sepatah kata pun terucap untuk menyambut, tak ada sekilas wajah terlihat untuk menatap, yang ada hanya pikiran bahwa diri ini adalah pecundang yang selalu gagal…



Ibu -yang selalu mencoba meneduhkan si anak durhaka ini- malah kembali dijadikan bulan-bulanan mulut hina ini. Begitu berhari-hari. Malah sempat terbersit, “Lebih baik aku menjadi berandalan, membuat orang tua malu! Jika mereka tidak mau aku menjadi anak kebanggaan mereka!”. Ibu tetap sabar. Hati anaknya yang terbakar emosi ini masih juga belum mengerti linangan air mata ibunya dalam hati.



Di sekolah, saat teman-teman yang lain sibuk mengurus PMDK, aku hanya duduk menatap karena cita-citaku untuk ikut PMDK sudah kandas. Sementara teman-temanku enak, mereka berpeluang bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa harus ikut tes saringan masuk. Sedangkan aku? Aku mungkin harus berjuang mati-matia untuk ikut tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), yang tentu saja aku ragu. Aku ini kan orang bodoh? Lalu kenapa aku dilahirkan? Setiap orang bilang bahwa aku beda sama kakak, benar! Aku beda, aku lebih bodoh, aku lebih jahat, aku lebih keras kepala, egois! Aku mulai menebar benci pada semua orang. Prinsipku saat itu, kalau aku benci pada semua orang, maka aku laki-laki sejati!!! Lebih baik aku suka daripada orang lain suka. Aku sering makan ati…



Waktu itu, sepulang sekolah aku ingin makan siang. Keadaan rumah tidak seperti biasanya, ada rasa jengkel ketika menatap wajah Ibu! Seperti hari-hari sebelumnya, beliau menanyakan keadaan di sekolah, tapi jawaban yang keluar dari mulut ini malah kata-kata yang sinis. Kata-kata yang terlontar adalah kata-kata yang sangat menyakitkan. Sampai puncaknya, Ibu menangis. Ibu menangis di hadapanku, memohon maaf kepadaku. Sedang aku? Aku hanya diam berusaha bertahan dengan pikiran-pikiran iblisku yang mencoba meracuni. Ibu menangis…sekali lagi mohon maaf.



Sembari bercerita bahwa beliau tidak pernah sekalipun membedakan anak-anaknya. Bagi beliau, anak-anaklah kekuatan untuk menjalani hidup. Bapak yang bekerja tiada henti demi siapa? Demi anak-anak…Ibu tidak pernah menganggap aku bodoh!!! Aku pintar…aku adalah kebanggaan beliau. Ibu terus minta maaf, teriring kristal-kristal bening yang terus membuat jejak membasahi kulit pipinya yang mulai keriput termakan usia.



Tiba-tiba piring yang tadi aku pegang, aku letakkan. Aku bersimpuh di kaki Ibu. Aku menangis sejadi-jadinya! Aku tak kuasa memandang air mata Ibu. Aku bersimpuh dan Ibu membelaiku dengan kasih sayangnya, aku hanya bisa berkata,

“Sampun Ibu, sampun…kulo lepat!”1) Hanya itu yang dapat keluar dari mulut neraka ini. Aku mencium tangan Ibu sebisanya. Aku merasakan perjuangannya membesarkanku, kurasakan tangan halus itu yang senantiasa menemani langkahku.



“Aku durhaka sama Ibu…”, kataku sambil terisak.

Tapi apa yang beliau katakan?

“Tidak, kamu tidak salah. Wajar…kamu masih remaja, Ibu bangga sama kamu.”

Aku benar-benar merasa telah menyakiti hati Ibu. Aku sulit melepaskan genggaman tanganku di kaki beliau, sudah banyak kesalahan yang aku perbuat. Aku tidak sadar bahwa selama ini aku hanya bisa merepotkan beliau, mencemooh beliau, memaki, berkata keras…

Aku durhaka…

Aku durhaka…



Ibu, ampuni aku! Jikalau beliau hilang kesabaran, pasti aku sekarang telah menjadi manusia laknat, terkutuk!

Ibu tidak berharap apa-apa dariku. Ibu hanya ingin menyaksikan anak-anaknya berhasil. Itulah yang kuingat, dan sampai sekarang aku masih bisa melihat sosok Ibu yang penuh cinta kasih pada anak-anaknya. Aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Ibu. Sering aku melihat Ibu berdoa panjang seusai sholat malam, tapi aku tak tahu jika dalam doanya…ada namaku!

Ibu…ampuni aku!

Ibu…ampuni anakmu…



(Aku kembali ingat kejadian itu…dan inilah pelebur kerasnya hatiku. Aku tidak malu jika harus menangis karena meratapi kesalahan. Karena selama ini, aku hanya menganggap menangis itu bukan laki-laki!!! Aku menangis karena Ibu…Ibu yang akan selalu aku hormati. Ibu, surga ada di bawah telapak kakimu…)





1) “Sudah Ibu, sudah…saya salah!”



[Keisya Avicenna...belajar memaknai air mata laki-laki]

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #2: “KARENA CINTA KUIKHLASKAN…”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Friday, July 8, 2011 at 10:52am



Demi cinta ku pergi

Tinggalkanmu relakanmu



Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti



Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa pada-Nya



Karena cinta ku ikhlaskan

Segalanya kepada-Nya

Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti

Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya

(Afgan – Dalam Mihrab Cinta)



***

Banyak hikmah yang bisa saya ambil dari karya Kang Abik “Dalam Mihrab Cinta”. Ketika sebuah tulisan divisualisasikan pun tidak mengurangi esensi dari maksud dan tujuan sang penulis ketika menyusun karya tersebut. Satu hikmah yang ingin saya ulas dari film tersebut adalah makna dan hakikat KEIKHLASAN. Ya, ada adegan dimana Silvy (Asmirandah) akan menikah dengan Syamsul Hadi (Dude ^^v). Beberapa hari sebelum hari bahagia itu datang, Allah berkehendak lain. Silvy mengalami kecelakaan. Ia meninggal. Syamsul sangat syok. Ayah Silvy (Izur Muchtar) sempat meminta Syamsul menikahi jasadnya. Oh...T_T. Bagian dimana saya harus berebut tissue dengan Kaizenemon, boneka Doraemon kesayangan saya. Heuheu…



Ketika Syamsul kembali ke rumahnya di Pekalongan dia seperti kehilangan harapan, kerjaannya melamun, dan tidak mau makan. Ada adegan yang sangat berkesan bagi saya, saat Ibunya Syamsul mengatakan: “Sampai kapan kamu mau terus bersedih, ngger…Percuma, BIBIRMU BILANG IKHLAS TAPI HATIMU TIDAK!!!”. Nah, kalimat ini yang paling saya suka (cukup menampar luar-dalam). Tentang sebuah keikhlasan. Mudah diucapkan tapi kadang berat di tindakan. Sesuatu yang sekiranya hendak menjadi milik kita bahkan mungkin kita sudah benar-benar yakin bahwa segala yang kita rencanakan akan sesuai dengan yang kita harapkan. Tapi pada kenyataannya, Allah Swt berkehendak lain. Hm…belajar memaknai kehilangan. Ya, sebaik-baik rencana kita jauh lebih baik rencana Allah Swt untuk kita.



Dan tentang jodoh (seperti yang pernah dituliskan oleh saudari kembar saya), “Memang belum tentu seseorang yang ‘baru akan’ menikah dengan kita, itu benar-benar jodoh yang dipilihkan Allah Swt. Jodoh itu misterius, hadirnya tak terduga. Semua sudah diatur-Nya sedemikian rupa. Tidak akan datang terlambat atau terlampau cepat, jodoh kita akan datang pada saat yang tepat!” Yups, sepakat my supertwin…kalau saya selalu menuliskan kalimat ini di halaman depan catatan harian saya “Allah Swt pasti akan menjawab dengan lebih indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK”. (Ntah itu tentang siapa yang akan menjadi pendamping hidup saya, terealisasinya impian-impian saya, dll…ya, TEPAT dan TERBAIK! Sampai adik-adik di kampus pun hafal dengan kalimat dan dua kata tersebut seolah sudah menjadi ciri khas saya…hehe…)



Sekali lagi, banyak hikmah yang bisa saya ambil setelah dua kali menonton film ini… (yang jelas siap-siap tissue dulu yaa…Nulisnya cuma 15 menit nih. Mau rihlah ‘n refreshing dulu di taman pujangga bersama Ayu’ dan Diah Cmut. Mumpung masih libur 3 hari. Hm, SEMANGAT!!! Hidup Dude!!! Lho? ^^v)



[Keisya Avicenna]

NB: ditulis saat kondisi fisik lagi gak bersahabat (migrain…so, kalau ada yang salah, koreksinya yaw!) Hm, MENULIS itu MENYEMBUHKAN!!! kapan-kapan crita tentang DMC lagi, ah...

Wednesday, July 06, 2011

TIME HEALS EVERY WOUND

Wednesday, July 06, 2011 0 Comments
TIME HEALS EVERY WOUND :
“Karena Aku Sangat Mencintaimu, Ibu…”

Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan…

Bulan Juli 2003, detik ini Keisya kembali mengenangnya…
Tak terasa sudah 8 tahun yang lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otaknya. Saat ini, Keisya seperti memutar kembali ‘sebuah rekaman skenario kehidupan’ yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, Keisya adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik-asyiknya menikmati masa putih abu-abu. Bulan Juli 2003 ia naik kelas 2 SMA. Prestasinya di kelas 1 SMA pun tidak mengecewakan. Peringkat 5 besar masih menghiasi rapornya dan di kelas 1 SMA dia berkesempatan duduk satu bangku dengan saudara kembarnya dan seringkali membuat guru-guru dan teman-temannya keliru karena sulit membedakan. Keisya dan Aisya memang kembar identik.
Masuk hari pertama di tahun ajaran baru kelas 2 SMA. Keisya masuk di kelas 2.2 dan Aisya di kelas 2.3. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Wah, Keisya dah punya adik tingkat nih. Berangkat pagi, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Keisya memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang. Sebelum bel masuk berbunyi, Keisya dan Ifang serta beberapa teman yang lain turun ke lapangan upacara untuk melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para ‘senior’ (kebanyakan dari para pengurus OSIS). Keisya menyaksikan MOS yang tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung, peraturan para ‘senior’ pun masih sama: pertama, senior selalu benar dan kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan yang pertama. Hah, peraturan macam apa ini??? Pada waktu itu, tiba-tiba Keisya mengalami sesuatu hal yang membuat dirinya seolah kembali ke masa MOS-nya satu tahun silam. Keisya seolah-olah ‘di-MOS’ lagi. Setahun lalu, Keisya memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan pada waktu MOS. Waktu itu, sehabis pengecekan barang PR, para senior berteriak-teriak mirip orang kesetanan, seolah mencari-cari kesalahan para junior dan Keisya juga menjadi salah satu ‘korban’ dari ‘keganasan’ para senior.
Pada waktu baris, tiba-tiba Keisya dihampiri oleh salah seorang senior (yang pada akhirnya senior ini dinobatkan sebagai ‘senior tergalak’), Keisya ditanya macam-macam. Keisya menjawab pertanyaannya sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan yang Keisya ketahui. Senior ini sepertinya tidak puas dengan jawaban Keisya. Mungkin jawaban Keisya membuat dia seolah diremehkan atau kurang dihargai jabatannya sebagai seorang senior. Wah, Keisya jadi bulan-bulanan senior nih! Apalagi dia memanggil beberapa senior yang lain. Nyali Keisya pun ciut. Bagaimana tidak, Keisya masih merasa terasing dengan lingkungannya yang baru. Masih butuh adaptasi. Keisya pun jadi bertanya-tanya : “Apa yang salah dengan jawaban tadi??”. Aduh, ni senior bikin gara-gara aja….
Yah, itu peristiwa setahun yang lalu dan saat Keisya melihat MOS adik kelasnya, ia seolah merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya mungkin ini yang disebut trauma! Trauma MOS. Pasca melihat MOS adik kelasnya itu, mendadak kepala Keisya pusing bukan main. Keisya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua yang seharusnya ia nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telinga Keisya berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang ia alami satu tahun silam. Ketika di rumahpun ia mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan. Keisya jadi benar-benar aneh pada waktu itu.
Hari kedua masuk sekolah, Keisya kembali mengalami hal yang sama. Seperti kaset yang memutar kembali semua kejadian itu. Kejadian yang benar-benar menyakitkan dan menyisakan semacam trauma. Pada akhirnya, Keisya ‘ambruk’. Ia mengalami sebuah guncangan psikologis dalam dirinya. Kemudian ia pun dibawa pulang ke rumah. Sore harinya karena kondisi Keisya bukannya semakin membaik tapi justru semakin memburuk, Keisya akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit khusus syaraf di kota Solo. Keisya masih boleh dibawa pulang karena kondisinya bisa dibilang masih cukup stabil dan hanya butuh waktu dan istirahat total untuk menenangkan diri. Tapi selang beberapa hari kemudian, Keisya akhirnya harus ditangani serius oleh para dokter. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otaknya. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa. Terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluarga Keisya. Pada waktu itu, rumah Keisya sebenarnya tengah direnovasi. Tapi, karena Keisya harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan seluruh biaya dialihkan untuk biaya pengobatan Keisya. Ya Rabbi…cobaan ini terlalu berat bagi keluarga Keisya. Biaya rumah sakit, biaya pengobatan, biaya terapi, semuanya tidak murah.
Pada waktu Keisya pertama kali masuk rumah sakit, Ibu-lah sosok yang paling syok dengan peristiwa yang dialami Keisya. Ibu selalu menangis. Tapi Ibu jugalah sosok yang selalu mengajari Keisya makna ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Mas Dhody, kakak sulungnya Keisya menjadi orang yang pertama kali yakin, suatu hari nanti Keisya pasti sembuh. Sembuh total!! Bapak adalah sosok yang selalu memberikan motivasi. Satu hal yang paling Keisya ingat, sehabis terapi Bapak mengelus rambut Keisya dan membisikkan sesuatu ke telinga Keisya : “Bapak ingin melihat kamu sembuh, dik…” . Bapak berkata sambil menahan air matanya. Bisikan itu selalu membuat Keisya menangis dan memiliki semangat luar biasa untuk bisa sembuh. Aisya, saudari kembar Keisya juga menjadi sosok yang selalu berusaha menghadirkan keceriaan dan rasa optimis dalam hari-hari Keisya saat menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.
Masa itu menjadi masa-masa terpuruk dalam kehidupan Keisya. Tapi kehadiran keluarga selalu bisa memberikan motivasi dan harapan baru bagi dirinya untuk selalu sabar dan tegar melalui masa-masa sulit itu. Keisya benar-benar merasakan kasih sayang dan cinta luar biasa dari keluarganya, terutama Ibu. Selama 22 hari, Ibu rela izin dari pekerjaannya di kantor. Selama 22 hari, Ibu rela jatah waktu tidurnya dikurangi. Selama 22 hari, Ibu-lah yang selalu ada di samping Keisya, selama 22 hari Ibu yang selalu memenuhi kebutuhan Keisya ketika dirawat di rumah sakit, selama 22 hari Ibu yang selalu menangis di setiap sholat malamnya, selama 22 hari Ibu-lah yang selalu berusaha membuat Keisya tersenyum. Ibu yang tak pernah lelah membisikkan kata-kata motivasi untuk Keisya, Ibu yang selalu menemani Keisya menikmati udara segar kala pagi dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, menyaksikan hiruk-pikuk jalan utama kota Solo, melihat pembangunan sebuah mall terbesar kota Solo….ya, selama 22 hari Keisya harus menjalani perawatan, terapi, dan pengobatan intens yang ditangani oleh dokter-dokter dan perawat yang ahli. Sampai akhirnya, Keisya sembuh!!!
Bulan Agusus 2003…setiap pekan Keisya harus rutin check up dan membeli obat. Dan inipun membutuhkan biaya yang tidak murah. Pertengahan Agustus 2003 dokter mengizinkan Keisya untuk kembali ke sekolah. Kebahagiaan luar biasa yang Keisya rasakan, bisa bertemu kembali dengan teman-teman, para guru, dan semua hal yang Keisya rindukan di SMA. Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bukan hal yang mudah mengejar ketinggalan pelajaran selama kurang lebih 1,5 bulan. Kemampuan otak Keisya belum maksimal. Akhirnya, Keisya ‘ambruk’ lagi. Dokter yang selama ini menangani Keisya akhirnya membuat keputusan Keisya cuti sekolah dulu selama satu tahun!!! Serasa petir menyambar di siang hari, Keisya benar-benar syok waktu itu. Menangis…ya Keisya menangis sejadi-jadinya. Di hadapan dokter, para perawat, bapak dan ibu. Ia sangat sedih…sedih sekali. Keisya tidak bisa membayangkan harus cuti sekolah selama satu tahun. Benar-benar Keisya merasa saat itu menjadi saat-saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupnya. Tapi sekali lagi, Ibu yang memeluk, ibu yang mencium, ibu yang menguatkan Keisya, Ibu yang menghapus air mata Keisya….Oh, Ibu…semoga Keisya bisa kuat dan tegar karena Allah SWT…”karena Allah SWT pasti punya hikmah dan pelajaran berharga di balik ini semua” dan itu yang selalu engkau ajarkan, Bu…

Al waqtu juz’un minal ilaj : “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan”

Keisya mulai menjalani masa-masa ‘cuti’ nya di rumah, di istana KYDEN, istananya yang baru setengah jadi. Setiap hari, Keisya merasakan kesedihan yang teramat sangat saat menjalani masa-masa awal ‘cuti’ di rumah. Bagaimana tidak sedih, setiap hari ia menyaksikan saudari kembarnya, Aisya, memakai seragam putih abu-abunya dan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Sedangkan ia??? Setiap hari di rumah, sibuk dengan pikirannya : ‘Kapan aku bisa kembali ke sekolah?”. Sampai akhirnya, tanggal 26 Oktober 2003, Bapak dan Ibu mendirikan sebuah warung kecil di depan rumah dan Keisya-lah yang harus mengelolanya. Setidaknya itu bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Keisya. Setiap hari, setelah Keisya benar-benar bisa melakukan aktivitasnya sendiri, bapak dan ibu memulai aktivitasnya kembali seperti biasa, berangkat ke kantor, Mas Dhody bekerja di Solo dan Aisya menikmati masa-masa kelas 2 SMA. Iri, Keisya benar-benar iri sama saudari kembarnya waktu itu. Tapi rasa itu berangsur hilang karena Keisya mulai sibuk juga dengan aktivitasnya sehari-hari. Setiap hari ia menunggu warung kecilnya sambil membaca, menulis buku harian, membuat puisi, membuat es lilin aneka rasa, dan mendengarkan musik. Ia ditemani oleh tetangganya, salah seorang ‘murid’ Bapak di panti. Ya, orang yang sudah Keisya anggap sebagai kakak ini menderita gangguan pada pendengaran dan cara dia berbicara. Tapi, ia juga menjadi sosok motivator dalam hidup Keisya. Pada waktu luang, Keisya mengajari ia membaca, Keisya pun belajar main gitar. Seru…setidaknya Keisya bisa menikmati masa-masa keceriaan dalam hari-harinya. Sesekali ada beberapa sahabat SMA yang main ke rumah dan itu membuat Keisya terhibur dan semakin bahagia.
***
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari dan bulan demi bulan pun berganti…Tak terasa, sebentar lagi sudah memasuki tahun ajaran baru. Insya Allah, Keisya benar-benar sudah sembuh total. Keisya sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 Keisya kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, Keisya sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat tahajud. Benar-benar Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya dan pasca kejadian itu, Keisya semakin yakin dan mantab untuk kembali ke sekolah. Ibu-lah orang yang pertama kali bertanya : “Kenapa menangis, Dik?”. Keisya pernah ragu kala itu, apakah Keisya bisa menyesuaikan diri lagi di sekolah? Apakah mental Keisya siap untuk kembali menjadi murid kelas 2 SMA dan memiliki teman-teman yang dulu menjadi adik kelasnya sedangkan teman yang seangkatannya sekarang sudah menjadi kakak kelasnya? Dan lagi-lagi, Ibu-lah yang memeluk dan menghapus air mata Keisya. Ibu menenangkan dengan kata-kata bijaknya, ibu kembali menguatkan Keisya!!
Akhirnya, Keisya kembali ke sekolah. Respon dan sambutan yang luar biasa Keisya dapatkan dari semua teman-temannya yang sekarang sudah kelas 3 dan adik-adik kelasnya yang sekarang menjadi teman seangkatannya. Keisya pun menunjukkan prestasi gemilang di sekolahnya, selalu masuk peringkat 3 besar dan ini salah satu bukti kalau ia sudah benar-benar sembuh serta menjadi bukti rasa sayang dan cinta Allah SWT untuk dirinya begitu luar biasa!
“Ya Rabbi, Engkau takkan pernah memberikan keputusan-Mu yang nomor dua…keputusan-Mu pastilah selalu nomor satu dan itu pasti yang TERBAIK”. Ya Allah, izinkan Keisya memaknai semua ini. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Keisya pun menjalani hari-harinya di sekolah dengan penuh semangat. Ia seolah merasa ‘terlahir kembali’. Keisya menjadi gadis yang selalu tersenyum ceria, sosok yang selalu bersemangat, tegar, tidak mudah rapuh dan pantang mengeluh. Kalimat “Laa Yukalifullahu Nafsan Illa Wus’aha” senantiasa menjadi motivator terdahsyat dalam kesehariannya.
Tak terasa sudah 8 tahun silam, semua peristiwa itu menjadi sebuah [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan. Ketika mengenang peristiwa itu, mengingatkan Keisya akan perjuangan Ibu, Bapak, Mas Dhody, Aisya, dan semua orang yang telah berpengaruh dan membersamai Keisya pada masa-masa ‘terpuruk’ itu dan salah satu hikmahnya menjadikan Keisya semakin sayang dan cinta dengan keluarganya. Semangat BIRRUL WALIDAIN akan selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya, dalam setiap detak jantungnya. Terutama untukmu, Ibu…
Melukiskan keindahan seorang ibu butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadirannya untuk diri kita. Terkadang kita sadar, banyak hal yang terjadi, banyak khilaf yang telah berlalu, begitu banyak arti, banyak makna dan mengalir begitu saja. Tanpa kita sadar, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kita pun melupakan begitu saja. Sadar ataupun tidak, terkadang yang ada hanya harapan, tuntutan dan bahkan menyalahkan. Nauu`dzubillah…
Just for my mom…
Sebuah rangkaian kalimat sarat makna, menghadirkan berjuta inspirasi, menyuguhkan penggalan pertanyaan yang kita sendirilah yang mampu menjawabnya! ”Mau nggak dapat ‘door prize’ tanpa diundi dan surprise full prestise? Penghargaan besar, peluang yang jarang, investasi hakiki. Segera, rebut dan dapatkan kelas surga sebaik-baiknya! Beramal bakti sepanjang hari kepada kedua orangtua. Raih hidup penuh berkah. Anugerah di atas anugerah. Tak perlu gelisah. Pintu surga itu ada di rumah. Buku yang menggugah jiwa kepahlawanan, menggali energi kesuksesan, menemukan motivasi dan inspirasi dahsyat meraih sukses dan bahagia dunia akhirat. Bukalah pintu tobat kala dosa menggelisahkanmu. Bukalah jendela rahmat untuk mengantar suksesmu. Nikmati belaian ventilasi nan wangi kala berbagai problem menghampiri. Temukan relung-relung kebahagiaan dengan berbakti kepada kedua orangtua, khususnya kepada ibu. Ibu yang sangat berjasa kepadamu. “The Great Power of Mother, inspirasi dahsyat dunia akhirat.” [Solikhin Abu Izzudin]

Allah swt pun telah berfirman dalam ayat-ayat CINTA-Nya…
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu Bapaknya; Ibunya telah mengandung dalam keadaan LEMAH yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah tempat kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu maka Ku-berikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(Q.S. Luqman [31]:14-15).
Betapa dahsyatnya ayat tersebut menjelaskan posisi orang tua. Bahkan, ketika mereka memaksa kita untuk mensekutukan-Nya, meski kita diperintahkan oleh Allah untuk menolaknya, tapi kita tetap harus mempergauli/ memperlakukan mereka dengan baik di dunia. Bahkan, amalan kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang paling utama selain sholat tepat pada waktunya dan Jihad fisabilillah.
Sekarang Keisya masih mendapati Ibu menanti kedatangannya, kepulangannya di rumah. Keisya masih mendapatkan kasih sayang Ibu setiap saat…Untuk itu saudaraku, jika Ibu-mu masih ada, belum terlambat jika mulai saat ini kita mencoba untuk menghargai jerih payahnya..untuk memberikan yang TERBAIK bagi Ibu. Menunjukkan PRESTASI dan KESUKSESAN kita, untuk ditukar dengan senyum BANGGA dan BAHAGIA dari Ibu…! Pun jika beliau sudah kembali ke Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian, tetap jadilah anak yang sholih dan sholihah agar Ibu senantiasa tersenyum bahagia di syurga-Nya.

"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia, sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "
"Titip Ibuku ya Allah"

[Based on true story, by : Keisya Avicenna]

Keisya Avicenna adalah nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai pengajar SD di Ganesha Operation Solo dan penulis freelance. Menguatkan azzamnya untuk menjadi seorang penulis dengan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya angkatan ke-7. Senang membaca, menulis,menggambar, membuat puisi, mengisi training, koleksi buku, berpetualang, melihat bintang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Penulis yang berdomisili di Banaran Rt 02/X Wonoboyo Wonogiri ini bisa dihubungi di keisya_avicenna@yahoo.com, webblog : http://nungma.blogspot.com

Link postingan Ke FB :
http://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=10150095001855660#!/note.php?note_id=10150095001855660¬if_t=like&fbb=r9ce69696&refid=0

KETIKA AKU MERASA FUTUR, SEMANGAT MELEMAH… KISAH INI YANG KEMBALI MELECUTKAN SEMANGATKU!!!
Semoga “senyuman” senantiasa menghias di wajah ini… ^^v. Love u, all…

Thursday, June 30, 2011

[DAYERI GRENDUL_BUKAN DAYERI BIASA]: “NOSTALGI(L)A ROMANTIK”

Thursday, June 30, 2011 0 Comments

by Norma Keisya Avicenna on Thursday, June 30, 2011 at 11:03am
Your changes have been saved.

Der dayeri...

Saat mentari mulai beringsut untuk beredar menjalankan tugasnya hari ini. Ia pun kembali berharap para makhluk hidup yang berdomisili di bumi pada khususnya dan di alam semesta ini pada umumnya tak lupa untuk menghargai kinerjanya dan tentu saja mensyukuri karena masih bisa bertemu pagi.

Dan kisah ini pun bermula…

Hari setelah Ahad, bulan Juni hari ke-27 (setting ‘n latar waktunya ujug-ujug siangan mpe sore aja yua…)

Singkat cerita, ada telp di no.XL gue (hm, ijinkan dalam note ini penulis menggunakan kata ganti orang pertama “gue”. Hehe. Minta izin dulu, yak!). Dengan mata masih kriyap-kriyip (coz pas jadwal bobo siang gue nih!), gue jawab si penelpun gelap itu (karena di HP XL gue yang muncul number duang!). Ealah, ternyata terdengar sayup-sayup suara ponakan gue yang chubby kayak bakpao ituh (Ayu’). Doi mengabarkan kalau Diah Cmut lagi di depan SMP 7 ‘n mau ketemu Mbak Amrih. Gue disuruh mbales SMS-nya si Cmut. Siang ini kita bertiga memang ada rencana buat arisan. Ngik! Ngumpul-ngumpul lah ‘n mau ke rumah kreatipnya Mas Alib Isa ‘n si kartun Nunu. Bergegas cuci muka ‘n cari N5310 gue. Yupz, ada 2 messages. Satunya dari Cmut. Iyaa, honey…”jemput gue yuaaa”. Detik berikutnya gue dah nangkring dengan sukses di MIO itemnya yang dah sembuh dari masuk angin. So, dah gak nge-rudal gitu. Ngeeeeeng…

Sampailah kite berdua di rumah Ayu’. Langsung ke markasnya. Si doi lagi lihat pelem 3 IDIOTS. Hmm… langsung deh kita bertiga pada heboh dengan aktivitas masing-masing. Cemut ‘n Ayu’ pada sibuk baca sambil selonjoran. Gue pinjem si kokomnya Ayu’ buat ngerjain tugas pra diklat. Hihi. Tadi gue bawa tas yang isinya buku KODING Ganesha Operation. Hihihi…milihin materi (yang tadi gue dapet dari internet) yang bisa gue masukin di “Pengembangan Materi”. Sambil ngobrol-ngobrol tentunya. Tapi gak ngegosip lho. Sumpeh deh! Insya Allah, pembahasan kita full manfaat dah… Kedamaian itu sedikit terusik saat sekjend FLP Solo Raya (Mas El) telpun (yang sebenere mau ditelp si Cmut tapi malah dipateni. Wkwkwk). Nanya macem-macem ‘n ada pembahasan sedikit tentang FLP. Haha… Mas, dua pasien rawat jalan elo lagi sama gue nih!!!

Adzan Ashar berkumandang, kita bertiga sholat jama’ah, then bersiap ngabuburit asyik ke STUDIO VECTO VERSUS! Uhuy…Abububu… Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang tapi Alhamdulillah gak pake acara nyasar. Eh, sempet kebablasen dikit lah, tapi yunohu ups, salah…yunomesowellah! Nyampai juga di depan studio yang tutupan. Sekilas tadi gue sempat menangkap sosok Mas Alib sedang di warung. Gue tebak pasti beli teh botol (hah, tamune GR bgt!). Ternyata bener to? Gak pake nunggu lama, Mas Alib datang dengan menjinjing 4 biji teh botol.

Masuk dah kita ke rumah kreatifnya yang bisa dibilang jauh lebih rapi dari kondisi saat kunjungan perdana. Bar dipiketi yo, Mas? Hm, apa yang terjadi berikutnya? Heboh banget dah! Habis ni huruf jikalau harus dituliskan…yang jelas aktivitas kite-kite mulai dari baca komik sampai berinisiatif inventaris buku-buku bakal calon anggota Rumah Baca Pelangi. Teh botol jatah gue pun disruput sama Ayu’…wkwkwk

Saat senja menjelang, gak dinyana-nyana Mr. Remphong datang! Setelah usai membahas hubungan kekerabatan antara SMASH dan SO NICE, akhir-akhir ini tu makhluk demen SMS ke orang-orang yang bunyinya: “Rajin shalat. Sayang mama. Pengertian sama akuh.” Hah, dung-dung stadium lanjut usia dah… Alhasil, kedatangan satu makhluk ini semakin membuat suasana semakin “uwuh”. Tercetus pula nama “trio legging”. Hah, paraaaaaaaaaah!!! Mas Alib dan Nunu pun tenggelam dalam dunianya masing-masing tapi masih dalam dunia yang sama bukan “lain dunia” atau “dunia lain”. Hiiiiiyy…

Adzan Maghrib pun berkumandang, Alhamdulillah…saatnya buka puasa (gue ‘ngembat’ satu aqua gelas di studio.hihi). Saatnya berpisah…

Ending: Ayu’ tersesat gara-gara Kang Sofa; gue makan tim-tam saat mbonceng Cemut ‘n kita berdua hampir nyasar ; )

********

Hari setelah Senin, Juni hari ke-28

Hari ini keren banget deh buat gue. Dari pagi uthuk-uthuk gue dah menyibukkan diri di atas meja lipat (bukan gue dudukin, tapi dipake buat nulis. Yaiyalah…). Meja lipat dengan cover Naruto dah penuh dengan piranti buat nulis ‘n beberapa lembar kertas. Doralepito juga dah nyala. Gue letakin di deket meja. Yupz, target hari ini finishing tugas pra diklat! Huaah, buanyak banget dan harus gue tulis ala konvensional. Alias pake jari-jemari. Dua materi bisa selesai dalam waktu kurang lebih satu jam. Ada 10 materi lagi yang harus gue selesein hari ini. Akhirnya gue bikin coret-coretan di kertas. Time scheduling:

07.00 – 08.00: Materi 4-5

08.00 – 09.00: Materi 6-7

09.00 – 09.30: Pending rehat dan sholat

09.30 – 10.30: Materi 8-9

10.30 – 11. 30: Materi 10-11

11.30 – 12.00: Rehat makan siang dan sholat

12.00 – 13.00: Materi 12-13

13.00 – 13.30: Checking akhir semua tugas!

Huaah, Alhamdulillah dengan time scheduling seperti ituh gue bisa lebih semangat dan DISIPLIN untuk FOKUS nylesein. Akhirnya, selesai juga deh tu tugas yang banyaknye segambreng…lega bukan buatan! Sesuai rencana, ba’da Ashar gue ngumpulin tu tugas ke kantor Ganesha Operation. Eh, malah ketemu sahabat SMA yang dulu sempat di GO Tangerang ‘n sekarang lagi ngurus mutasi mau pindah ke GO Solo Raya.

***

Sore ini gue gak jadi ngendon di rumah Ayu’ karena tu anak mendadak dangdut eh mendadak meriang belerang ops meriang belina gituh. Padahal rencana gue, ntar biz Maghrib mau minta doi buat nemenin gue njagong ke Graha Sabha Buana. Ada dua rekan pengajar GO yang walimatul urs malam ini (kakak beradik, jadi dibarengke…*hm, dapat inspirasi). Yaaah, ponakaaaan… kalo gak sama elu, Tante Cenung njagong sama siapaaah? Kan Om Cenung masih “disamarkan”. Ngik!

Singkat cerita, gue akhirnya ditemenin adik kost yang paling seneng diajak ke walimahan. Alhamdulillah, deh… bener-bener banyak inspirasi malam inih…^^v (nyengirandmesammesempluzbanyakdoa).

Hari ini gue tutup dengan menuliskan puisi “KUTEMUKAN TULUS” (yang tadi senja sempet gue upload di note pesbuk), gue salin di buku harian gue… Hari yang bikin gue banyak tersenyum. Terima kasih, buat semua tokoh yang dah berperan!

********

Hari setelah Selasa, Juni hari ke-29

Gue mereka-reka rencana hari ini. Mulai sibuk nata buku, ‘n kembali dirapiin berdasarkan kategori. Ada 4 kardus yang sudah ada labelnya di bagian tutupe. Sengaja koleksi buku itu gue taruh di kardus, buat jaga-jaga kalo harus pindahan dalam waktu yang gak gue duga. “MOTIVASI dan INSPIRASI”; “NIKAH dan PARENTING”; “DAKWAH/ ISLAMI”; “NOVEL/ BUKU FIKSI”. Masih ada satu kardus lagi dink buat naruh majalah-majalah ‘n bacaan yang tidak masuk dalam 4 kategori itu. Hm, di rak kayu gue taruh buku-buku yang harus dibaca dalam waktu dekat ‘n sebaris buku catatan harian gue sejak SMA. Sapa yang mau nambah koleksi buku gue??? Dengan senang hati pasti gue terima ‘n gue doain moga kelak masuk surga. Aamiin…

Setelah kelar ngerjain kerjaan rumah tangga kayak nyapu, nyuci, sakwadyabalane, gue pun meluncur ke warnet terdekat. Ngenet paketan dua jam! Sempet dapat SMS dari sahabat gue yang menanyakan agenda reuni SMA ntar sore. Sipp, ba’da Dhuhur gue agendakan buat mudik. Ntar sore ngumpul-ngumpul BAJAJ COMMUNITY! Lucu ya, nama julukan kelas gue. Secaraaa, icon kelas gue namanya Ali Badjuri. What??? Yupz, tu orang mirip banget dengan pemeran utama sinetron Bajaj Badjuri. Ckikik…

Tepat pukul 13.00, dengan tas hitam backpacker yang selalu nemenin gue mbolang akhirnya gue siap juga buat mudik. Berbekal Doralepito, 2 buku bacaan (salah satunya “Diary Dodol ABG Ngocol”-nya Fahdin Ardhain milik Ayu’), mushaf tercinta gue, camilan, dompet, buku catatan harian, buku “Creative Writhink”, dll). Dah mirip kayak kura-kura ninja deh…pating mbendayut. Hihi. Naik angkun 03 (angkot kuning no.03 yang biasa lewat belakang UNS), turun di Timlo Solo, langsung dapat bis Aneka Jaya. Mantabz dah… Gue celingukan cari tempat duduk yang kosong. Lumayan padat penumpang sich. Pyuuh…dapat juga. Bangku no.3 dari belakang, sebelah gue dah ada mbak-mbak yang lagi asyik nelpun. Setelah pewe, gue keluarin buku DDABGN. Mulai menikmati lembar demi lembar, melahap tiap aksara yang membuat gue sesekali harus ngikik (ketawanya miniii banget). Asli, ketawa gue ngirit. Nih buku bikin senewen, ngefek bikin gue senyam-senyum sendiri saat mbaca. Hihi…

Sedikit terusik dengan penumpang yang naik-turun, pluz kondektur yang nagih uang transport (ini mah bukan nagih, dah jadi kewajiban doi lah!). Tapi satu peristiwa paling dodol pas gue asyik baca tu buku, tiba-tiba “mak nyuk”. Kepala gue ditangkap sebuah tangan. Gue ndongak 45 derajat. Ada mbokdhe-mbokdhe yang berhasil mendaratkan tangannya ke kepala gue. Detik berikutnya, tu mbokdhe nyengir sambil bilang: “Nyuwun ngapunten, nggih Bu…” Hah, mbokdheeeeeeeeee…gue belom jadi emak-emak yuaaa!!! “Tak kiro kursi…”, kata-kata lanjutan yang sempet nyasar di telinga gue. Hah, apaaah?

Kembali cuek dengan kondisi sekitar, ngikik lagi deh… Sesekali sempat juga merekam beberapa peristiwa yang terjadi di dalam bus itu. Sekarang gue mau cerita tentang pengamen yua. Pasca gue duduk, ada dua pengamen yang masuk dengan kostum item-item ‘n terkesan bulux-lah. Lagunya pun tak bisa gue mengerti. Hihi… ada kejadian di mana penumpang di kursi sebelah kanan gue menjatuhkan beberapa receh dan dia gak mau ngambil receh yang berjatuhan itu. Akhirnya, tu bapak nyuruh pengamen itu “menjumputinya” sendiri. Ah, tragis!

Pengamen berikutnya, sosok pemuda berkaos ungu. Cukup rapi dan suaranya bagus, nyanyi lagu nostalgia (“Sepanjang kita masih terus bersama…”). Setiap kali dikasih recehan sama para penumpang, kata “terima kasih” selalu meluncur dari bibirnya. Pengamen ketiga, seorang bocah kecil yang dulu gue pertama kali liat si doi masih ingusan. Dan biasane doi ngamen bareng “keluarganya” (ada ibuknya, kakak-kakaknya, ‘n adik bayinya). Tapi gue lihat siang ini, si doi dah beranjak ABG. Ada ekor kecil di rambutnya. Tapi gak mirip Dhaca Suli. Gaul gitu loh! Tu bocah bagiin amplop yang sudah ditulisi. Kelar mbagiin, doi nyanyi. Dulu suara yang gue denger masih khas anak-anak, sekarang dah lebih meremaja. Nge-bass gituh! Duh, bener-bener miris hati gue. Apa dia gak sekolah yha? Dari kecil mpe ABG jadi pengamen terus???

Gak terasa, sampai deh di Agraria Wonogiri. DDABGN-nya gue masukin tas. Menikmati senandung yang dibawakan sekelompok pengamen yang biasa mangkal di Agraria. Pas gue ngasih recehan, tu pengamen bilang: “Makasih, mbak cantik. Semoga sukses!” (Aamiiin. Hah, dodol banget dah! Pengin nimpuk!!!). Banyak pedagang asongan yang hilir mudik, ada yang menjajakan koran, bakpia 2000-an, buah strawberry, minuman dingin, dll. Gue sempat disapa sama mas-mas yang jualan strawberry. Kok gue bisa kenal? Yaiyalah, dulu tu mas-mas sempet berprofesi jadi loper koran langganan gue. Ngik!

Sampai di “Mawar”, Babe dah nongkrong di atas Vega Merah-nya Mas Dhody Dodoy Cobain, menyambut gue dengan senyuman khasnya. Tengkyu, Be! Ba’da Ashar siap-siap reunian 3 IPA 4 sore ini. Dijemput temen sebangku gue dulu, Nova. Pas sampai di deket lapangan basket SMA, kok belum pada ngumpul yua? Yadah, gue nostagila dulu sama Nova. Mengenang romansa putih abu-abu! Akhirnya, 8 orang yang ngumpul. Dita “Putri Duta Wisata Wonogiri 2010” yang sekarang masih nglanjutin S2 di UNDIP; Vian (ketua rombongan makan gratis sore ini. Ni orang yang bakal nraktir kita-kita, merayakan lulusannya dari IPB); Ali Badjuri (kok elo kurusan sih, bro?); Sinta dan Wawan (bukan Sinta dan Jojo. Hehe. Pasangan “inbreeding” kelas kita); ada bu bidan Fitri; Nova (bu guru Matematika yang dulu selalu panas dingin pas pelajaran Matematika. Hehe); ‘n Nungma duonk! ^^v

Makan-makan di warung bakso Pak Manto deket Lapangan Pringgodani. Seru banget deh!!! Crita banyak hal, termasuk siapa aja temen-temen sekelas yang dah pada nikah. Ngabsen satu persatu. Denik, Siti, Puji, Pipit, Lilis, dan Ima. Siapakah urutan ke-7??? Wallahu’alam… Ngumpul-ngumpul gini jadi bikin gue inget hal-hal seru pas SMA. Gue dulu dapat amanah jadi bendahara kelas. Gue yang biasanya terkenal kalem dan ramah (hahaha), mendadak berubah “sangar dan bengis” saat nagih uang iuran kelas ‘n bayaran buku atau LKS. Tuntutan peran, guys! Wkwkwk.

Ada cerita seru lagi antara gue, Nova, Sinta dan Fitri. Kita berempat kan bangkune depan-belakang. Waktu pelajaran Matematika dengan guru yang cukup terkenal “killer” (tapi gak juga kok!), gue selalu nebak siapa di antara kita ber-4 yang nanti bakal dapat “spidol ajaib” buat maju ngerjain soal di depan kelas. Hahaha, dan ntah dapat pangsit eh wangsit dari mana, tebakan gue selalu bener. Kalau gue nebak yang bakal maju Nova, tu anak langsung panas-dingin. Gembrobyoz! Hihihi. Bikin ngikikgulingguling, dah! Nova ma Dita seolah berkebalikan dengan fakta sekarang. Nova yang demen banget Bahasa Inggris dan Biologi dan selalu gembrobyoz saat pelajaran Matematika malah ketrima kuliah di jurusan Pendidikan Matematika. Sedangkan sahabat gue, Dita yang getol banget sama angka-angka sampai muka imutnya dah kayak rumus Phytagoras malah ketrima di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang otomatis ada beberapa mata kuliah yang ada hubungane sama Biologi, padahal ni anak agak ilfil sama Biologi. Sampai-sampai pas awal semester dulu Dita sempat pingsan di kampus gara-gara syok ‘n melabeli fakultasnya dengan sebutan “Fakultas Kehilangan Mathematic” (FKM). Aya-aya’ wae!

Ada satu moment lagi yang gak bakal gue lupain sepanjang hayat masih di kandung badan. Waktu itu pengumuman kelulusan, semua anak 3 IPA 4 dah duduk manis di kelas. Ibu Wali Kelas gue cantik banget. Beliau demen banget bilang “apa itu” pas lagi ngajar. Dan kita-kita iseng gitu ngetung. ‘n kadang dicocokin berapa jumlahnya pas jam pelajarannya dah usai. Hahaha. Konyol banget dah! Ibu Wali Kelas gue itu pun mulai mengalirkan kalimat-kalimat motivasinya dan kegembiraan yang meluap-luap karena angkatan ini lulus 100%. Pluz dapat bonus juga, dari semua kelas 3 ada 4 siswa yang mendapatkan nilai sempurna alias 10 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dan salah satunya adalah siswa kelas 3 IPA 4. Hm, siapakah? Aku langsung bilang ke Nova, “Pasti elu, Nov! Elu kan jago Inggris ‘n demen cicitcuit pake bahasa bule ituh”. Si doi cuma nyengir ‘n sempet nyangkal karna ngrasa dulu jawabane ada yang salah. Sampai akhirnya, Ibu Wali Kelas bilang, “Selamat ya, Norma. Nilai Bahasa Inggrismu dapat 10!”. Diiringi tepukan riuh temen-temen satu kelas. Huaaaaaaaaaa…gue gak mimpi kan??? Plaaak! Gubraaakz… (nyengir deh…Alhamdulillah!). Dan masih banyak lagi romansa putih abu-abu yang lain…^^v

Ending [NO]stalgia [R]o[MA]ntic sore ini adalah foto-foto bertema: “PENINGKATAN” di depan lapangan Pringgodani. Banyak anak-anak dan para orang tua di wilayah itu. Kita ber-8 cuek-cuek ajah poto-poto. Seru banget dech!!!

“Pertemuan kita kali ini...bukan sekadar kawan lama tak jumpa. Tapi kita bertemu ada satu makna…kita punya satu perjuangan…”

Miz u all… Sampai ketemu lagi di reunian selanjutnya semoga lebih banyak yang bisa ikut, dah bawa suami/istri dan anak masing-masing. Aamiin…

Sahabat adalah bagai teman berlekat satu sisi, menemani mimpi saat bulan tersenyum meraih paruh burung pungguk, merindukan kesepian lari dari bayangan malam…

Sobatku, aku slalu ingin melihat kalian tersenyum…

Janganlah air mata membasuh keindahan yang telah terlukis di layar jiwa

Marilah melangkah untuk harapan sahabat kita yang lain,

Berada untuk menemani saat kerapuhannya.

Dekatkanlah hatimu dalam kegundahan sobat-sobat kita

Hapuskanlah segala kehitaman

Tiupkanlah lirih kata-kata tersirat penghibur luka

Bantulah ia berharap sebagai akhir dari ucapmu…

[Keisya Avicenna, kubiarkan aksara ini mengabadikan kisah terbaik dalam perjalanan hidupku…kisah seru tiga hari 27-29 Juni 2011]

NB:

  • DAYERI GRENDUL tuh masih satu marga sama DIARY DODOL. Sama-sama satu marga per-jenang-an. Ocre??? (meksodikit). Bikin GeeeRrrr mpe kepala guNDUL. ^^v
  • Suer, jenang grendul tu spesies jenang yang paling gue suka!!!

(jujur, capek pek bahasa gue-elo. yadah, gue-elo-END!!!)

Wednesday, June 29, 2011

KUTEMUKAN TULUS...

Wednesday, June 29, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, June 28, 2011 at 5:29pm

"Sebab keyakinan pada-Nya menumbuhkan rasa cinta dan kesetiaan..."

Kembali ku merajut impian
Mereka-reka dengan sesuatu yg sempurna
Aku tahu, kau hampir menemukan kebahagiaan itu
Meski akhirnya aku pun tahu, kau menelan kesedihan hatimu dalam-dalam...
Karna kadang kala kebahagiaan tak berumur panjang.

Saat bola merah raksasa itu sudah condong
Bumi pun mulai temaram
Ada semburat merah membekas di langit barat
Serasa ingin menghidupkan kenangan manis yg dulu pernah singgah
Walaupun akhirnya aku pun tahu kau harus terjebak dalam pusaran kesedihan
Dan (mungkin) juga kau pun tahu, aku tersenyum tapi hatiku menangis...

Sungguh, doa itu didengar Tuhan...
Tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk
Bisa dalam bentuk yg kita minta
Bisa ditunda...
Atau diganti yg lebih tepat dan terbaik buat kita

Kembali kutemukan tulus dalam tatapan matamu...
Bersamaan dengan getar hatiku yang meneriakkan kerinduan

Setulus jiwaku masih setia mengurai makna
Pada pijakan bait-bait cinta menuju pangkuan ridho-Nya!

Tetaplah tersenyum...

Thursday, June 23, 2011

FILOGENIK: ANTARA AKU, SM*SH, dan SOSIS SO NICE ^^v

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
Rabu, 22 Juni 2011
Pagi yang lebih istimewa karena cuaca tidak sedingin biasanya. Kemarin-kemarin bener-bener mati-matian menjaga mata agar tetep melek pasca Subuh. Pyuuuh… Biasanya aku langsung nyalaian doralepito atau ngambil salah satu koleksi buku di rak. Yang penting beraktivitas biar otak penuh oksigen jadinya gak ngantuk lagi. Hehe. Pagi ini aku menuntaskan 2 buku yang kemarin sempat beli di Bazar Gramedia sama Ayu’-ponakanku tercinta-. Aku merampungkan membaca “Catatan Pernikahan”-nya Mbak Helvy Tiana Rosa disambung dengan buku pengalaman “24 jam Sebelum Menikah” yang ditulis oleh para penulis seperti Kang Taufan E. Prast (ketua FLP Jakarta sekarang. Hehe…); Alm. Mbak Nurul F.Huda, Mas Koko Nata (FLP Depok), dll. Whatz? Hihi…dua buku tentang pengalaman pernikahan semua. Gakpapa ,belajar dari pengalaman orang lain semoga semakin menguatkan azzam dan memperkaya diri. Karena menikah itu tidak sekadar ingin, ya to? Eitz, sudah ah kok jadi mbahas itu? (mendadak merah padam eh merah marun…eh merah bata…eh merah merona maksudnya) ^^v

Sesuai kesepakatan kemarin, pagi ini jam 9 Diah Cmut akan menjemputku dan kita akan mbolang bersama. Pas dia datang, kita rapat dulu, mbahas jalur yang harus kita lalui untuk sampai di studio Vecto Versus-nya Mas Alib Isa. Nggelar peta Solo di jok motor. Asli, Nung jadi inget waktu mbolang Semarang-Demak bareng Sulis. Nggelar peta sampai 3x di pinggir jalan raya sampai diliatin orang-orang. Huaaa, jadi kangen mbolang nih! Kangen mbolang di Jakarta juga, saat berbekal peta Jakarta dan peta jalur busway. Ckikik. Jangan ditanya berapa kali nyasar dah…Tapi itulah serunya!

Aha, akhirnya ketemu juga jalurnya dan kita berdua pun berangkat. Di tengah-tengah perjalanan mulai terdengar suara-suara aneh, kata Diah Cmut MIO itemnya itu dah ngluarin suara aneh ‘n sayup-sayup terdengar sejak keberangkatannya tadi. Wah, mungkin dia lagi masuk angin, jadi perutnya kembung ‘n sering buang angin. Merudal gitu istilah kedokterannya. Hihi. Pas di depan Muwardi malah bikin pengendara motor di belakang kita hebring sendiri yang mengira kalau ban sepeda motornya “mbledhug”. (-mesem-)

Ohya, sempat kita menangkap kardus bawaan orang yang ada tulisannya “SM*SH”. Ah, kita jadi tertular virus remphongnya ketua Pelangi nih. Akhir-akhir ini doi semakin sibuk aja ngurus kekerabatan antara SM*SH dan SO NICE. Seperti SMS-nya pagi ini (hm, lihat juga status-statusnya yang menunjukkan ketidakwarasannya): “Setengah tahun sudah pelangi berada. Saatnya karya mulai menunjukkan warnanya. Mari merefleksikannya dengan semakin mempertajam sosis so nice.eh.nganu. maksudnya semangat untuk terus berkarya!”. Gila kan? (gak sah dijawab, tak perlu bertanya lagi kepada rumput yang bergoyang karena tu rumput sudah doi makan. Itu dah cukup jadi bukti…)

Setelah melalui perjalanan yang cukup berliku, mendaki gunung-melewati lembah sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman berpetualang….kok malah ber-Hatori-ria? Akhirnya dari arah Slamet Riyadhi, melewati Jalan Bhayangkara, dan sampailah di Jalan Veteran. Kita sempat tanya tukang becak. Dari beliau kita dapat info dimana posisi Toko Buku Arofah. Cmut pun mengabari Mas Alib untuk memperjelas jalan ke lokasi, kalau gak ntar malah kesasar. Hihi. Setelah belok kanan-kiri-kanan-kiri. Alhamdulillah, akhirnya bangunan toko itu kelihatan. Markir motor dulu dan akhirnya ketemu juga dengan Mas Alib Isa. Kita disuruh masuk ke studionya. Hm, unik deh, nyempil diantara bangunan toko buku Arofah. ALIB DESIGN. Ngik! Mana tulisan VECTO VERSUS-nya? Kita berdua pun masuk istana kreatif mereka, tempat yang kadang jadi markas orang-orang remphong meronda (baca: Mas Tyo, Kang Sofa, Mas Aslam mungkin?hehe). Langsung deh, mengamati keadaan ruangan. Ada bungkus permen berserakan (haha), ada meja baru warna “kuning”, paling asyik waktu liat deretan beberapa buku yang dipajang. ‘n liat beberapa hasil kreativitas Mas Alib. Bagus banget! Nung dulu sempat memimpikan menjadi seorang design grafis yang canggih gitu. Tapi sampai sekarang karena mungkin gak fokus, bisa Corel cuma setengah-setengah, bisa Photoshop juga setengah-setengah, bisa Flash juga cuma seperempat. Hihihi, apalagi sekarang temen-temen mereka semakin menjamur saja.

Tujuan kita sih ngambil formulir NIBIRU yang dibikin Mas Tyo. Rencana Nung sih juga pengin ngambil PIN. Tapi ternyata pinnya dibawa Mas Tyo. Huaaa….dasar!!! hm, asyik…dapat teh botol gratis. Seger euy! Eh, ada si kartun “Nunu”. Hihi. Ooo…orangnya itu tho? Setelah sekian hari berinteraksi di dunia maya, akhirnya ketemu juga di dunia nyata. Bener-bener kayak kartun!!! Oops, alamaaak… keceplosan…^^

Adegan selanjutnya, kita diselundupkan Mas Alib ke Toko Buku Arofah. Bagaimana ceritanya? Kita masuk melalui sebuah pintu yang menjadi pembatas sekaligus penghubung antara ruangan di toko buku dengan ruang kerjanya Mas Alib. Hihi. Pas mau masuk lewat pintu itu Nung jadi berimajinasi sedang make “pintu kemana sajanya” Kaizenemon. Kalau punya Doraemon kan warnanya pink, kalau punya Kaizenemon lebih unik donk. Ada tulisan “TARIK” dan “DORONG” nya. Masuk deh aku sambil ngikik karena imajinasi itu. Dan sampailah kita pada dimensi penuh buku. Ah, jadi mbayangke kalau kelak punya rumah sendiri dan penuh dengan buku. Uhuyy…betapa seru dan bahagianya…^^v. mulai lagi deh!

Sekitar setengah jam, aku dan Cmut muter-muter di situ. Nyomot buku, dibaca bagian cover belakangnya, tyuz dibalikin lagi ke tempat semula. Ada buku yang sebenarnya bikin aku jatuh cinta. Tapi berhubung gak bawa duit jadi ngilernya ditahan dulu eh kepenginnya ditunda dulu. Ntar pas pameran (Muslim Fair) moga-moga tu buku ada ‘n dijual dengan harga yang lebih murah. Aamiin. Jam 11 an, kita keluar lagi melewati “pintu ajaib” itu dan mendapati dua onggok eh dua butir ups salah lagi, dua orang makhluk ajaib itu tengah asyik di depan computer.

Singkat cerita, sudah ada sebuah komik 1001 malam yang bikin Nung ngakak guling-guling sampai nangis-nangis. Hihi. Asli, lucu banget!!! Akhirnya, Nung merelakan ketawanya bersambung biar tu buku dibawa mbolang ke Bandung dulu sama Diah Cmut. Hm, aku gak nanggung lho, Mut kalau kamu nanti ketawa-tawa di kereta sampai berglundung-glundung ria dari satu gerbong ke gerbong yang lain. Setelah dipuas-puasin di studio itu, kita pun berpamitan (kok gak dibawain oleh-oleh sih? Buat temen pulang. ^^). Ni tamune malah ugal-ugalan. Yadah Mas Alib, ‘n si kartun Nunu kapan-kapan tak oleh-olehi permen cecak berikut cecaknya yea. Kan lucu tuh… daripada nyasar, kita pun dikawal Mas Isa sampai daerah tanggul. Terima kasih ya, Mas! Adegan selanjutnya ponakanku tercinta telpun. Huaaa…dia mewek karena aku lupa ngajak dia ke studionya Mas Alib. Sorrydorrymorrystrobery, ya ponakan! Kapan-kapan kita ngrampok bersama lagi deh…Cup cup cup, Ajinomoto! ^^

Dan MIO hitam Diah Cmut masih mengeluarkan rudal-rudal ringannya…endingnya, sampai kost ada brownies kukus Amanda dah nangkring di depan kamarku. Wow, surprise!!! Hm, tu browniez dari seorang sahabat MITI-M (anak Surabaya) yang dulu pernah nginep di kost ‘n hari ini kebetulan ada keperluan dengan birokrasi UNS pluz menyempatkan mampir. Huaaa…tapi gak bisa ketemu aku! Jazakumullahu khairan katsiran ya ukh…tahu aja kalau Nung demen banget ma kue brownies. Adegan selanjutnya disensor saja ya, gak tega liat kalian pada “ngecez”. Sumpah, brownies-nya enak banget! Hihihi…

***
Siang ini Nung kembali mengajar di Ganesha Operation, tepatnya di GO Mawar yang sebelumya diagendakan di unit baru di GO Bhayangkara. Pindah tempat, tapi gakpapa malah lebih dekat… Uhuyy, ngajar kelas 4 SD yang baru aja naik ke kelas 5. Ada 6 siswa kala itu. Sip, benar-benar menikmati “Pekan Liburan Cerdas” di GO. Materi hari ini Matematika dan IPS. Gak butuh waktu lama untuk Nung mengenal mereka, hafal namanya, mencoba mengawasi tingkah lakunya, dan mengetahui sejauh mana kemampuan mereka menguasai mapel yang diajarkan. Setengah jam pertama mengerjakan, setengah jam selanjutnya kita koreksi dan bahas bersama kemudian pending istirahat selama 15’. Suasana kelas belum terlalu cair, maklum baru tahap awal.

Sesi kedua saat pelajaran IPS dan mereka telah menyelesaikan pengerjaan soalnya, sebelum masuk pembahasan aku kasih “BREAK” dulu. Mulai dari tebak-tebakan garing kayak: “Truk apa yang bisa terbang?” (hayo, jawabannya apa coba?); permainan andalanku yang bikin aku dapat julukan “Bu Tung Srung” sama anak-anak 6 SDR1 dulu (yupz, permainan jari untuk mengasah konsentrasi “Tung-Tung Srung”), “sambung kata”, sampai akhirnya “tebak gaya” (berhubung masih pengenalan break, biasanya salah satu murid bergaya dan gurunya ngasih “clue” teman-teman yang lain menebak tapi berhubung baru awalan akhirnya aku deh yang bergaya.ckikikik…”kue srabi”, “batik Solo”, “belanja di SGM”, “kantong ajaib Doraemon”, “Harry Potter”, “wayang”, haha…ngikikgulingguling deh…). Setelah cukup fresh ‘n puas mainnya, kita kembali fokus di materi. Kelas rame lagi saat aku ngasih “THE KING” yang lucu-lucu bagi mereka. Benar-benar kelas yang hidup! Dan semoga mereka bisa mencerna materi hari ini dengan baik.

Lucu lagi saat ada yang manggil aku “Bu Norman”, ah seperti mengulang lagi kenangan masa lalu. Hihi, aduh dik…gak pake N yha! Ntar malah joget India “chaiyya chaiyya” bisa berabe ntar…(ketawaaa maning!). Hm, kok belum bel tanda usai ya? Padahal jam di kelas dah menunjukkan kelas harus diakhiri. Yadah, sebelum pulang akhirnya aku kasih tebakan biar mereka mikir. Hihi…tebakan yang bikin remphong semua…

NM: “Tahu iklannya SM*SH yang sosis so nice kan?”
(semua menjawab serempak: “Tahuuu…”

NM: “Nah, menurut kalian SM*SH itu beneran suka sosis so nice gak sih? Ayo, satu per satu njawab ‘n ngasih alasannya!” (sumpah, aku pengin ngikikglundungglundung. Siapa lagi yang patut disalahkan kalau bukan si sosis!!!)

Kamila, Agi, Laura, dan Ajeng kompak dengan jawaban dan alasan yang hampir sama: “Gak suka, Bu. Karena itu cuma akting dan iklan, jadi pura-pura aja. Kan makannya juga cuma ujungnya doang. Sapa tahu abiz itu muntah-muntah atau gak diabizin” (jawaban dari mereka yang bisa aku simpulkan. Bagus-bagus…cerdas!hihi)

Kalau jawab Dyva lebih keren lagi: “SM*SH suka so nice, bu! Alasannya: kan mereka juga suka nyanyi sosis…wowowo..sosis…” (ngik! Itu kan lagunya Sule…hadeuh…)

Kalau jawabannya Yuda: “Suka, Bu! Kan elo-gue-end!!!” (sambil niru gaya Sule). Hadeuh…lucu-lucu banget deh! Yah, kesimpulannya antara SM*SH, SOSIS SO NICE , bahkan SULE mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Menurut ilmu Biologi yang pernah Nung pelajari genotip dan lingkungan bisa mempengaruhi fenotip…(lho? Maksudnya? Pokonya gitu deh, kalau gak percaya berarti elo-gue-END!) : )

Dan kelas pun berakhir. Keluar GO mereka masih senyam-senyum sendiri, menyapa Nung dengan panggilan yang benar, say “good bye”, tersenyum, dan semoga apa yang terjadi di kelas tadi punya tempat tersendiri di hati-hati mereka. Heuheuheu…senja yang sangat indah!

Seiring ingatanku melayang pada tulisan Mbak Helvy Tiana Rosa dalam bukunya di bagian “CINTA SEJATI ITU, ANAKKU”:
“Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat paling nyaman di hatimu, hingga setiap kali menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar di sana. Kau tak akan pernah lelah belajar mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak abai sekejap pun atas keberadaannya. Maka sampailah kau pada keputusan itu: kau akan setia pada tiap nafas, getar, gerak saat bersamanya hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau mendambakan hari di mana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara di taman surga-Nya…Itulah CINTA SEJATI, anakku…”

Dan perjalanan pulang senja ini aku kembali memaknai rangkaian aksara itu. Ya Rabb…terima kasih untuk hari ini…hari di mana aku belajar kembali mengurai makna sebuah cinta sejati…(dengan berbagai versi).

[Keisya Avicenna, 23 Juni 2011. Aksara-aksara ini belajar mendokumentasikan hidupku dan belajar mengambil hikmah dalam hari-hariku. Teruslah BERMETAMORFOSA, aksaraku!]

Prolog: mengintip pesan Allah

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
by Niko Amroe on Sunday, May 15, 2011 at 6:25pm

Perjalanan yg tak bisa kulupakan dalam episode hidup kali ini. Betapa tidak, semua berjalan tanpa bisa terfikir logika dan perhitungan matematis. Ya itulah namanya takdir. Ditengah riuknya ibukota yang padat akan manusia dan kendaraan, kucoba mencicil satu per satu untaian narasi yang coba kubuat dan ternyata telah ada yang membuatnya. Terkesan lucu, tapi tidak pantas kumenyebutnya lucu, bagaimana tidak? Lauhul mahfuz tlah mendokumentasikannya,sebuah narasi makhluk Allah dari episode demi episode. Namun, ada beberapa lembar yang bisa menjadi catatan khusus dari Sang Khalik. Catatan itu berjudul, takdir sughro. Ada peluang-peluang yg diberikan Allah dalam bentuk ihtiar,doa dan tawakal. Bagaimana Allah menilai perilaku hambaNya dalam menghadapi ujian demi ujian. Kaidahnya adalah "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun".

Sejauh mana sang hamba ini bisa memaknai tidak hanya dalam kajian aksara, namun terbukti dalam aksi nyata dari jejak demi jejak kisah hidup yang dialaminya. Perjalanan demi perjalanan, memiliki benang merah yang sarat akan 'nilai Illahiyah'. "Dan nikmat Tuhan manakah yg kamu dustakan?" Begitu Allah berfirman yg tlah mengisyaratkan sebuah pesan kepada hambaNya. Namun, sekali lagi memang makhluk yg bernama manusia ini tak seperti malaikat. Ia diberi nafsu, yg karnanya pula manusia bisa keluar dari koridor janjinya kepada Allah saat di 'langit'. Nafsu ini bisa membelenggu&menutup sang komandan bernama 'hati' untuk menerima nilai Illahiyah dalam hidupnya. Benang merah itu terdapat pada hikmah dari setiap jejak langkah. Karna tapak tilas ini menjadi rumus&pedoman bagi jejak langkah berikutnya. Sekali lagi, konsep ini hanya bisa dihayati jikalau anda bisa memahami makna "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun",yg singkatnya berarti manusia harus senantiasa melibatkan Allah dalam setiap urusannya,karna sesungguhnya semua milik Allah dan kembali lagi kpd Allah. Setiap peran yang dimainkan saat ini, sesungguhnya sarat akan petunjuk bagi peran-peran kita di medan laga berikutnya."Allah tidak akan membebani hambaNya diuar kemampuannya", demikian Allah berpesan kembali kepada manusia. Jangan patah arang,hai kawan yg mengalami ujian hidup berat. Yuk qt berhusnuzon bahwa, kita dianggap kuat sama Allah. Sebuah prestasi kan?Apa hubunganya dengan peran dalm panggung kehidupan? Setiap peran yang dimainkan, akan mendapat ujian dari Allah, kuat atau tidak? Masih beriman atau tidak? Putus asa atau tidak?Dalam setiap kelokannya, sarat akan hikmah,hikmah itu menjadi kunci bagi peran-peran kita selanjutnya. Coba renungkan kawan? Benar kan? Pada akhir prolog ini, terkhusus bagi aktivis,khusus lagi ADK,khusus lagi ABG(aktivis baru ghiroh)...jangan patah arang dengan ujian-ujian yang menghadang. Hadapi dengan kesabaran, dan libatkan Allah dalam setiap urusan. Masih yakin dengan Firman "Intanshurullaha wa yanshuruh" kan? Allah punya cara sendiri dalam mencintai hambaNya. Dan Allah punya banyak rahasia di balik ujian-ujian hidup ini. Salam dahsyat!...Karna kita adalah makhluk dahsyat#Niko Amroe, dalam preview "Sketsa untuk Para Pembela"

Monday, June 20, 2011

KYDEN, ISTANA 5 CINTA

Monday, June 20, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Friday, June 10, 2011 at 12:28pm

Di naungan sebuah atap yang tak harus selalu megah dan mewah, tak akan ada kehangatan bila selimut cinta kasih tak terpatri indah menyelimuti para jiwa sang penghuni. Dari saling menghormati dan menghargai antara para penghuni, akan muncul sebuah keharmonisan yang berbuah kehangatan. Ya…tak akan ada perdebatan yang tiada arti, yang hanya akan menghilangkan keelokkan dari keharmonisan sebuah keluarga. Dengan saling mengingatkan dengan penuh kasih sayang, untuk selalu ada pada keridhoan Allah Swt. Hidup di keluarga dengan sebuah jiwa yang tentram dan damai dengan berpegangan pada tiang agama yang kuat. Goncangan apapun tak akan meruntuhkanya, karena kekuatan cinta kasih keluarga telah bersatu...menguatkan satu dengan yang lain...mengokohkan satu dengan yang lain...



KYDEN, ISTANA 5 CINTA!!!



Ya Rabb, jagalah keharmonisan penuh cinta di keluarga kami hingga kelak kami pun berkumpul di jannah-Mu...Amin

Monday, May 30, 2011

ROMANTISME SENJA

Monday, May 30, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, May 26, 2011 at 5:26pm
Kembali aku dpertemukan dengan paduan warna nan rupawan.
Dominan jingga kemerahan tersapu langit yg membiru.
Sungguh menawan...
Kala lingkaran keemasan itu hendak kembali ke peraduan.
Ia masih sisakan semburat sinaran yg sarat makna cinta dlm kehidupan.
Karna itulah aku mengaguminya!

Meski hanya sekilas, namun sangat membekas.
Meski hadirmu sekejap, tapi buncahkan rindu yg tak mudah menguap.

Di batas senja, di penghujung cakrawala.
Masih ada isyarat yg tak terbaca...
Dari keheningan yg bercengkerama.
Masih ada rahasia yg tak terpecahkan...
Dari sejuta hampa yg dihamparkan!
Sendu...dan syahdu.

~saat menanti adzan menggema,agungkan asma-Nya!~

"Selamat berbuka puasa!", kata senja kepadaku sambil melambaikan tangannya. Tersenyum...

[Keisya Avicenna, dlm detik2 terbaik!]

Thursday, May 26, 2011

Kini, Tak Ada yang Sama!

Thursday, May 26, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Wednesday, May 25, 2011 at 6:25pm
Saat malam kembali menggelar jubah kelamnya.
Khusyuk ia tertunduk panjatkan doa...
Berteman hening, hadirkan sunyi yg sempurna.
Sepi sendiri mengeja hikmah, setiap hri b'ganti.

Jika hatimu b'tanya, Dia yg sudah sediakan jawabnya!
Jika hatimu meragu, Dia lbh tahu yg TERBAIK bagimu!
Jika hatimu tak kuasa menolak, mungkin itu pilihan yg TEPAT untkmu, kini dan kelak!

Biarkan jiwamu melanglang mencari kunang-kunang.
Yang tlah lama tak qt temukan.
Yang hadirnya slalu qt rindukan.

Kini b'damailah dgn hatimu.
Jiwamu yakinkan nuranimu.
"Semuanya akan baik2 saja", kataku...
Tersenyum dan berbahagialah, akhir kisah ini pasti 'kan indah!

Krn Dia Yang Maha Cinta sedang menyiapkan hadirnya, saat jiwa dan ragamu tlah siap pula...

*untuk sebuah amanah besar dunia dan akhirat!

"Yakin, Allah Swt pasti akan menjawab dgn lebih indah pd saat yg TEPAT dan TERBAIK"

~dedicated 4: seorang sahabat yg dariny ak smkn belajar utk memaknai indahny persahabatan dan manisny ukhuwah~

[Keisya Avicenna, dlm perjalanan Solo-Wonogiri]

Celoteh Aksara [44]: “Pelangi Mengeja Ayat-ayat Semesta_Tour d’PACITAN”

Thursday, May 26, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, May 23, 2011 at 4:56pm



[BACA SEMUANYA dan KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA! Komen terbaik dapat hadiah: Kaset rekaman… ;p]



Sabtu, 21 Mei 2011

Hari ini terasa berbeda, itu yang kurasakan! Yup, sudah ada agenda besar yang tertulis di catatan harian. Rihlah FLP Pelangi. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga…tapi, fisik ini agak kurang fit. Ya, sejak semalam mendadak radang tenggorokan, gejala flu, ‘n badan agak panas. Hadeuh… Buat ngomong aja agak susah. Allahumma ‘afinifii badanii.



Sekitar jam 04.00 Mas Dwi SMS, nyemangati anak-anak Pelangi buat segera bangun ‘n persiapan piknik. Selang beberapa saat kemudian muncul nama Casofa Fachmy di inboxku: “Guys, sori ea cah agus belum bisa ikut. Kata pak dokter akuh belum boleh. Masih butuh istirahat n mimik obat. Jagain alib ea. Walaupun ia agak ugal-ugalan. Tapi dia memang sangat sosis dan rudal.” Hadeuh kosakata remphong lagi nih. Gimana sih ni kepala suku, doi yang paling antusias n ambisius mpe dibela-belain diare buat ngadain piknik pas hari-H malah KO. Ckikikik…nyesel lu bro! Ops, tapi moga lekas sembuh dah…tak critani gayenge ae yho!



Akhirnya, dengan sedikit maksain diri (jujur, pengin rasanya hari itu izin gak jadi ikut karena kepalaku benar-benar pusing dan badan panas) akhirnya aku bersiap. Ternyata semalem tuh Mas Dwi, Ayu’, ‘n Diah Cmut juga merasakan hal yang hampir sama. Bismillah, Ya Rabb…berikanlah hamba kekuatan. Semoga pertemuan hari ini menjadi PERTEMUAN YANG MENYEMBUHKAN!!! Amin. SEMANGAT SEHAT, Nung!



Dengan dianter adik kost, kita sarapan bubur ayam dulu di dekat gerbang Hukum UNS. Selesai sarapan, sekitar jam 06.30, meluncur ke Depo Pertamina Ngemplak. Huaaaaaa….kok masih sepi? Katanya kumpul jam 06.00??? Remphong deh bhoook! Hm, menangkap sosok seorang muslimah yang nangkring di atas sepeda motor. Weladalah, Mbak Umi Kultum! Hihi. kebetulan Mbak Umi mang gak bisa ikutan, karena ada “tugas lain”. Rencananya beliau hanya pengin melepas kepergian kita. Lha kok dia yang nyampe duluan. Hihi. Nung akhirnya ikutan nangkring di dekat motor beliau.



Syok, benar-benar syok, ketika membaca beberapa sms yang masuk hampir bersamaan yang mengabarkan kalau Ustadzah Yoyoh Yusroh meninggal dunia karena kecelakaan. Di FB pun hampir semua status isinya berita duka terkait beliau. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aku pun merasakan langit semesta hari ini terlihat mendung, tidak secerah biasanya. Selamat jalan, bunda! Nung menjadi salah satu saksi, Bunda adalah orang yang baik, sangat baik. Insya Allah, khusnul khotimah (dapat kabar kalau jenazah beliau tersenyum. Subhanallah…). Mengingatkan kita untuk senantiasa DZIKRUL MAUT!



***

Anggota TK Pelangi yang datang berikutnya Mas Aris El Durra. Hihi. padahal tu orang kemarin dah ijin telat ke aku karena Sabtu ada piket di rumah sakit. Selanjutnya, Mas Alib Isa datang bawa satu kardus air minum pluz bagi-bagi pin Pelangi. Bagus banget, Mas! Selanjutnya, Ayu’ n Diah Cmut datang. Tapi kok Ayu’ yang di depan yha, pake MIO-nya Cemut? Lucu banget euy….hehe… gek kostume pake kaos ijo. Haha. Gakpapa…cuma mitos kan Yu’! Selanjutnya, si gondrong Wildan. Ayu’ n Cemut kemudian bagi-bagi permen sunduk. Alhasil, setiap anak TK Pelangi yang datang langsung bergaya ngemut permen kaki itu. Kecuali Nungma tentunya. Haha. Nung lebih milih Antangin-mu, Yu’! ckikikik… Selanjutnya, Mas Dwi datang boncengan bareng Mas Sururi. Ni orang pake tas gunung GD banget, ternyata bawa tikar. Hihi. koyo meh perang ae, Mas!



Ayu’ ngobrol sama Mbak Umi, Nung ngobrol sama Mas Alib ‘n sesekali nimbrung sama Ayu’, Mas Aris sibuk ngobrol sama Diah Cmut, Mas Ruri, Wildan, ‘n Mas Dwi. Semua punya dunia sendiri-sendiri dalam fase penantian itu. Erny datang bersamaan dengan yang kita nanti-nanti. Bis pariwisata “Putri Biru” yang akan membawa kita rihlah ke Pacitan hari ini akhirnya masuk ke dalam Depo Pertamina. Mas Tyo juga ada. Tinggal nunggu Mbak Nury dan Mbak Amrih deh. Gak perlu nunggu terlalu lama, akhirnya dua mbak itu datang juga. Pamitan sama Mbak Umi, boking tempat duduk di bis, checking akhir semua bawaan, dan setelah pembukaan pluz doa bersama yang dipimpin Mas Tyo, Sang “Putri Biru” pun bergerak perlahan namun pasti meninggalkan Kota Solo. Bismillah…



Sepanjang Perjalanan…

Nung mau crita posisi tempat duduk nih. Pada awalnya, dari depan teteup pak sopir dan seorang kondektur. Pluz sang asisten, Mas Tyo. Haha. Kemudian Mas Dwi, belakange ada Mas Ruri. Sampinge Mas Ruri ada Wildan. Belakang Wildan ada Mbak Amrih. Sampinge Mbak Amrih ada Erny, Belakang Erny ada Nungma. Sampingnya Nungma ada Ayu’. Belakang Nungma ada Diah Cmut, sampinge Cmut ada Mbak Nury, belakange Mbak Nury ada Mas Aris, deret belakang ada Mas Alib, mojok. Hihi…intinya satu orang berhak menguasai dua kursi. Uhuyyy… berhubung banyak yang gak bisa anteng, akhire pindah-pindah tempat duduk. Sampai daerah Kajen, Wonogiri, penumpang kita tambah satu orang, Mbak Eka. Sip, dan perjalanan pun dilanjutkan. Banyak makanan euy.



Hm, mau baca buku Ranah 3 Warna tapi gak jadi. Ntar aja deh…lebih baik menikmati perjalanan sambil bersenandung ria. (duet sama Ayu’. hihi…”Desir pasir di padang tandus, segersang pemikiran hati…”). Gek tembang Ayat-Ayat Cinta ini yang paling sering diputer. Hadeuh^^v. padahal dari nasyid yang diputer-puter itu, Nung paling seneng tembang “Surga Hati”-nya Ungu. Serunya sepanjang perjalanan: ngemil, cerita, foto-foto, bagi yang “SLEEPINGHOLIC” pasti kena jepret! Haha. Alhamdulillah, Nung dah lebih mendingan dari kondisi tadi pagi.



Memasuki kota Wonogiri, selanjutnya Ngadirojo, Baturetno…dan sampailah di gapura “Selamat Datang di Kota 1001 Goa”. Pacitan, we are comiiiiiiiiiiiiiiing!!! Akhirnya, sampai juga di Pacitan. Perjalanan ternyata masih cukup panjang. Berhentilah si “Putri Biru” di sebuah pom bensin daerah Punung. Pada ngabur ke toilet. Nung, Mbak Amrih, n Ayu’ mampir ke warung depan pom bensin buat beli teh anget ‘n gorengan. Kata ibu pemilik warung kalau mau ke Pantai Klayar kira-kira masih setengan jam-an lagi. Beliau juga berpesan supaya berhati-hati. Karena sudah ada 4 korban yang tertelan ombak. Hm…bismillah, Allah Swt adalah sebaik-baik pelindung!



Setelah rehat sejenaknya usai, kita pun putar balik ke arah yang ada tulisannya “GOA GONG”. Setelah melewati jalan yang berliku, berkelok-kelok, masuk-keluar hutan (halah), akhirnya sampai juga di kawasan parkir Goa Gong. Pak kondektur ‘n Mas Tyo turun dari bis. Ternyata si “Putri Biru” nggak bisa kalau harus dipaksa sampai ke Klayar. Karena jalannya “medeni”. Kita harus naik mobil pick-up untuk sampai lokasi. Alhasil, harus “nyarter”. Wah, ongkos maning duong. Gek per-gundul dikenai biaya 10.000. Sebenarnya seru sih, ntar kan bisa bergaya “chaiya-chaiya” pas naik pick up. Hihi. tapi akhirnya kita menerapkan pengamalan Pancasila sila ke-4, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan/perwakilan”. Akhirnya, kita rembugan dulu di bis, dan akhirnya tercapailah kata mufakat. Lokasi piknik pindah ke Pantai Teleng Ria. Selanjutnya, si “Putri Biru” putar haluan dan Mbak Eka sebagai pemandu pindah duduk di belakang sopir. Hihi…dan Nung akhirnya juga pindah tempat duduk di samping Ayu’. Mendadak kepala Nung pusiiing bangeet! Ayu’ yang baik hati, tidak sombong, suka menabung tapi banyak ngemil akhirnya menawarkan diri untuk merawat Nung. Hihi. enak euy…dipijeti! Sampai pules. Teriring tembang “Ayat-Ayat Cinta” yang masih mendayu-dayu. Nung terbangun saat proses pembagian snack. Hihi…Ah, ternyata belum sampai Teleng juga yha?



Selang beberapa saat, terciumlah aroma pantai. Uhuy…sontak anak-anak TK Pelangi langsung hebring sendiri. Wah, Subhanallah, melihat deburan ombak dari atas. Keren euy! Si “Putri Biru” sempat putar balik karena ngrasa kebablasen, e…tapi ternyata malah harus lurus dikit baru kemudian belok kanan. Sempat terjadi “ketegangan kecil”, tapi it’s OK! Huaaaaaaaaaaaaa…akhirnya kita sampai di Pantai Teleng Ria sodara-sodaraaaaaa…!

Sesi selanjutnya makan siang bersama di bawah rerimbun pepohonan. So romantic moment! Merasakan desau angin yang meniupkan kedamaian. Seger banget dah! Sayang ya, Pelangi gak lengkap. Kang Sofa sakit, Mbak Santi ada acara keluarga, Mbak Fitri juga, Mbak Fu’ah menjaga calon dedek bayi, Kang Nass juga gak jadi ikut, Mbak Anik gak dapat izin, Bunda Eny juga gak bisa, Mbak Umi ada tugas negara. Hm, kapan-kapan kalau ada piknik lagi semoga kita lengkap yha! Dah bawa keluarga masing-masing. Hihi…Amin. (Lho?)



Menu siang ini ayam bakar, nasi putih, sambel ‘n lalapan. Bagi yang merasa kurang kenyang, boleh nambah lagi kok! Sesi selanjutnya, kita sholat berjamaah di masjid dekat pasar. So romantic deh! Saatnya Pelangi mengeja ayat-ayat cinta-Mu yang terlukis menawan, pancarkan pesona semesta karya cipta-Mu yang Maha Agung.



Usai sholat, dan semuanya beres, Nung, Ayu’, Diah Cmut bersiap melancarkan aksi. Mas Aris ‘n mas Dwi juga. Pantaiiiiiiiiiiiiiii……(koyo wis pirang-pirang taun gak ketemu pantai). Nung pasang MP3 yang muter “QS. Ar Rahman”. Sambil muroja’ah…”Dan nikmat Tuhan-mu yang manakah yang akan kau dustakan?”



Kita foto-foto dulu. ‘n akhirnya semuanya lepas kendali. Terutama Mas Aris ‘n Mas Dwi. Pada nyebur air ‘n teriak-teriak gak jelas. Lari-lari ke sana kemari. Hihi. sebenarnya Nung gak niat basah-basahan, berhubung lagi flu juga. Tapi kayaknya seru… akhirnya bareng Erny, Mbak Nury, ‘n Mbak Amrih kita main air deh. Ayu’ n Cemut juga sudah lepas kendali. Moment paling konyol ya pas main lempar-lemparan pasir ‘n ciprat-cipratan air sama Mas Aris. Uber-uberan ra cetho. Tu orang melancarkan serangan kepada Cemut, Nung, ‘n Ayu. Wildan ‘n Mas Tyo juga nyebur. Mas Ruri hanya di tepi. Mas Alib juga cuma liat dari jauh ‘n sesekali jadi juru foto.



Unforgetable moment deh! Seru-seruan di pantai…Mas Tyo yang bikin lubang ***, Mbak Nury cs yang bikin *** raksasa buat Kang Fahmy, Mas Dwi yang bikin istana pasir buat oleh-oleh Mbak Anik, Nung yang berfoto dengan pose ‘penantian’ (haha, asli marai ngikikgulingguling. Mbak Nury juga ikutan berpose), Wildan yang berenang gaya kecebong, Mas Aris yang “ndekem” kemudian tidur telentang di pinggir pantai, Ayu’ n Diah Cmut yang dah kayak anak kecil oyak-oyakan, Erny, Mbak Amrih, n Mbak Eka yang sibuk cari gaya buat foto-foto. Mas Ruri yang berdiri termenung di pinggir pantai. Sedangkan Mas Alib, mungkin ketawa-ketiwi ngliat tingkah polah kita yang dah kayak kutu loncat. Hihi. Tanpa Kang Sofa, Mas Alib mungkin berasa sayur tanpa garam. Haha. Iyo to, Mas? Kurang asin? Krik krik krik…(air pantainya kan asin, Mas?) ^^v



Sambil bermain-main dengan deburan ombak, akhirnya Trio Permen Sunduk (Nung, Ayu’, Diah Cmut) pun gak mau kalah dengan Trio Kwek-Kwek. Kita konser di pinggir pantai, dan ini salah satu tembang yang kita nyanyikan berulang-ulang…(berharap ada produser rekaman yang lewat :P)



Pantai Maha Karya

Album : K'SEH

Munsyid : Shaff-Fix



Luasnya hamparan samudera biru tak berujung

Membuat rasa kagum dalam hati sanubari

Berarak awan putih

dibatas cakrawala

Pendarkan cahaya mentari

Camar yang beterbangan, ditemani sang angin

Meniupkan kesejukan

di sela pepohonan



Suara ombak laut yang memecah di pantai

Berdebur gemuruh menyanyikan lagu damai



Melambai nyiur hijau di sepanjang tepian

Menjadi saksi setia

Keagungan Ilahi kebesaran tercipta

Dijaga disyukuri selama-lamanya





Di pantai

terasa damai, bebas, lepas, tak terbatas

Memandang mahakarya, yang tak akan ternilai harganya

Terbetik di jiwa, Allah yang mencipta segalanya

Sangat luar biasa

Puji syukur pada-Nya



Tyuz...

“Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang…”

“Birunya langit…oh, putihnya awan…menjadikanku tertegun tertawan…”

“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu…”



Hahaha…pokokmen racetho kabeh deh. Luapan hati betapa bersyukurnya kita hari ini, banyak cinta terbalut dalam indahnya ukhuwah. Meski latar belakang warna kita berbeda tapi ketika kita disatukan terbentuklah spektrum cinta yang sangat indah, PELANGI!



Uhuy…tak terasa sudah jam 14.30. Saatnya kembali ke daratan. Nung, Ayu’, Cemut, Mas Tyo, ‘n Mas Aris jalan berlima buat nyari tempat bersih-bersih. Semua tempat padet, banyak antrian. Mpe kita harus jalan kayak bocah ilang. dan akhirnya, kita gabung bareng Mbak Eka ‘n Mbak Amrih. Antri juga di situ. Yadah, ndegan dulu deh! Nung sambil berusaha ngidupin hape yang tadi sempat kemasukan air. Huaaa…gak bisa nyala dengan sukses. Keypad error! Kamera yang dipinjam Wildan juga. Mati gak hidup-hidup. Semoga mati suri deh Wild! ^^v. Sambil nunggu antrian, kita arisan deh…



Setelah semua rapi ‘n dah wangi, kita pun bersiap pulang kembali. Nung ‘n Ayu’ tadi sempat beli pop mie buat menghangatkan badan. Karena kelamaan ngantri kita gak sempat beli oleh-oleh deh. Hehe. Sebelum naik ke bis, kita pun foto-foto dulu. Wah, seru banget hari ini!!!



***

Bismillah, saatnya menikmati perjalanan pulang. Sambil menikmati popmie… Roman-roman lelah terpancar dari setiap wajah tapi yang terpenting hati-hati kita dipenuhi dengan bunga-bunga yang merekah indah. Bahagia yang takkan mampu terlukiskan lewat kata-kata dan bahasa sastra tertinggi negara manapun. Haha… Never forget deh!!!



Selesai makan, sambil menikmati rona jingga sang bagas yang perlahan menuju peraduannya, Nung mencoba untuk tidur. Melirik Ayu’ yang duduk di samping Nung juga sudah sibuk berkonser tunggal dengan mp3-nya dan dia pun mulai kriyap-kriyip. Erny dah sukses mendoyongkan tubuhnya, Mbak Amrih sudah menutup wajahnya dengan jaket, Mbak Eka duduk di depan, Mas Aris sibuk ngemil, Mas Dwi ‘n Mas Ruri gak tahu lagi ngapain, Wildan sibuk ngutak-atik kameranya. Mas Alib malah dah ngimpi dengan sukses. Mas Tyo kemudian pindah ke belakang, duduk di samping Mas Alib ‘n Cemut. Mas Aris juga ke belakang. Baru mau merem, terdengar suara-suara sumbang dari belakang…hadeuh, pengin rasanya nglempar sandal! Haha. Ternyata Mas Tyo ‘n Mas Aris konser! Remphong deh bhoook… berhubung mereka semakin menggila, apalagi Mas Tyo pake nari-nari full ekspresi segala, akhirnya Nung putuskan untuk gak jadi tidur. Tapi menikmati pertunjukan. Pada akhirnya, Nung pindah duduk di tempat duduke Mas Aris ‘n Mas Aris pindah dekete Mas Tyo. Haha. Dan kegilaan yang semakin gila pun dimulai…

Konser!!!



For The Rest of My Life-nya Maher Zain, Damba Cinta-Mu, Nantikanku Di Batas Waktu, Meraih Mimpi, Season in The Sun, Muhasabah Cinta, dll…’n Ayu’ pun akhirnya gabung. Dan konser kembali digelar…soundtrack kartun ‘n film genti. Doraemon, Sailormoon, Wiro Sableng, Si Doel Anak Betawi, Si Unyil, Go Go Power Rangers, dll. Jiaaan…sakit semua!!! (terutama Mas Aris ‘n Mas Tyo. Nek Mas Aris kie kita-kita benar-benar jadi menyangsikan ni orang blas gak cocok jadi perawat RSJD, tapi jauh lebih cocok kalau dia jadi pasiennya! Haha. Nek Mas Tyo mah udah dari dulu jadi pasiene Mas Aris. Hihihi). Pokokmen seru bangeeeeeeeeeet!!!



Sampai juga di daerah Ngadirojo, Wonogiri. Kita sholat Maghrib dulu. Sebelum masuk bis lagi, Nung ‘n Ayu asyik lihat bintang. So romantic beud! Langit malam ini cerah, bertabur bintang. Yaaach, sebentar lagi Nung dah harus turun dari bis. Kebersamaan hari ini takkan pernah Nung lupakan dech… Sampai jumpa di episode yang lebih REMPHONG lagi ya bhook…^^v. Akhirnya, Nung turun di pom bensin Pertamina mawar. Babe dah setia nunggu di pinggir jalan. CU next, Pelangiku. Kapan-kapan mampir Istana KYDEN yha…’n tunggu undangan dari Nungma. Insya Allah, segera, dalam masa yang TEPAT dan TERBAIK tentunya! Haha…jadi inget, doa Mas Aries Adenata waktu Nung ajak piknik beberapa waktu lalu, beliau malah ngedoain gini: “Berez. Tak sangoni dongo. Moga-moga bar muleh piknik enek sing nikah!”. Hehe, ternyata kita pun dapat kabar baik tadi. Insya Allah, Mbak Ivon mau nikah di Bengkulu. Yes, PELANGI mantu. Kita tunggu kejutan selanjutnya. Siapa yha yang mau nyusul Mbak Ivon???



Hari ini indah, sangat indah…



Terima kasih Ya Rabb!



[Keisya Avicenna, sangat bersyukur menjadi bagian dari kalian. Ijinkan aku untuk selalu menjadi “HIJAU” di spektrum cinta kita, PELANGI!]

Wednesday, May 11, 2011

Celoteh Aksara [39]: "SEJENAK RENUNGI SEBUAH JALINAN"

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments



by Norma Keisya Avicenna on Wednesday, May 11, 2011 at 8:32am

Persahabatan adalah suatu rasa…

Aku rasa kamu dan kamu rasa aku…

Seorang sahabat kan kucurkan butiran air yg menjelma menjadi hujan menyiramkan kasih sayang dalam jalinan insan pengikutnya.

Bak gerimis yg ditumpahkan setetes demi setetes dari langit pada bumi yg telah lama mendambakannya

Kering…telah terkikis… sedikit demi sedikit…



Kuucap syukur & terima kasih wahai Sahabat…

Berkat kamu aku jadi tahu makna kehidupan ini

Kau beri ku kepercayaan dan kau hargai aku!

Kau warnai dengan cat keindahan…

walau kadang suatu noda tercipta pada kertas putih lambang PERSAHABATAN kita



Persahabatan tak kan kering oleh sengatan Sang Raja Siang…

Persahabatan adalah rona indah pelangi

sesaat setelah hujan dengan variasi warna & dipuja oleh jiwa yg dapat mengetahui maknanya.

Ketulusan seorang SAHABAT takkan terusik bayu yg menerbangkan payung pelindung diri…

Persahabatan penuh sejuta rasa pada sekian banyak kondisi

Persahabatan akan selalu penuh warna berbeda, bukan hampa tak berasa, tapi kelabu, merah, biru, kuning, & hijaunya kan mengiringi perjalanan waktu persahabatan itu…



Insannya kan dekap & peluk ruh insan lain

Ia akan membelai & menjabat hati serta tangan saat sahabatnya menderu, menangis oleh badai prahara

Hilangkan haru biru dukanya dengan tutur manis hingga ia dapat merasakan senyum tulus penyegar hati yg menghiasi bibirmu, hingga ia dapat tetap percaya & merasakan bahwa kita tetap membawa selimut persahabatan yg menghangatkan

Mencoba sunggingkan kembali senyum hatinya…



Sahabat takkan rela bila sahabatnya terhujam belati atau malah mungkin sahabatnya sendiri yg menancapkan belati itu…sehingga ia merelakannya

TERLUKA…itu pasti !Dan mengerang adalah wajar!

Tapi bila itu sampai terjadi, maka satu yg hanya mungkin kita lakukan

tetap mencintainya walau ia tak lagi ada di samping kita





SAHABAT, ku kan kucurkan keringat yg selalu tulus

Menyiramkan pada kuncup hingga berbunga kasih sayang

karena pengorbanan dalam jalinan ini adalah sesuatu yg membahagiakan bila tanpa dikotori harapan mendapat imbalan



Insan-insan persahabatan takkan terkoyak oleh JARAK pemisah dua jiwa

selama mereka tetap mengibarkan panji persahabatan sejati



SAHABAT…marahilah & tegurlah aku jikalau menurutmu salah, jangan sungkan ataupun ragu karena ku ingin

Allah SWT meridhoi kita semua

Ikatan yg tentunya semoga kan tetap terjaga sampai akhirnya nanti,

kita kembali dipertemukan di masa yg lebih kekal



Wallahu a’lam bishowab…



[Serakan Inspirasi Keisya Avicenna, file yang tersimpan lama sejak kelas 3 SMA. Ntah ini hasil tulisan siapa…(setelah sempat Nung edit)]

Celoteh Aksara [37]: “Surat Untuk Istriku: Sirami Bunga Kita Dengan Cinta” [Mas Bayu Gawtama]

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, May 9, 2011 at 12:12pm

“Surat Untuk Istriku: Sirami Bunga Kita Dengan Cinta”



Awal bulan depan, genap satu tahun pernikahan kita. Sementara bunga kecil di perutmu sudah mulai mendesak-desak ingin keluar, hmm, tak terasa sebentar lagi bunga itu akan keluar dan menghiasi harum rumah kecil ini. Dik, sungguh aku sudah tidak sabar untuk menciuminya sepuasku hingga tak satupun orang lain kuberikan kesempatan mencium dan memeluknya sebelum aku, ayahnya, bosan menciumnya.



Satu tahun empat bulan yang lalu, aku masih ingat saat datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu. Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa kedatanganku yang ditemani beberapa sahabat untuk berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang aku sendiri tidak siap melakukannya, yah, aku melamarmu dik.



Padahal, baru satu minggu sebelum itulah kita berkenalan di rumah salah seorang sahabatmu. Waktu itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku dan segera menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung besar bertengger tepat di atas kepalaku dan membuatku terus tertunduk.



Dik, aku juga masih ingat dua hari setelah pernikahan kita, kamu masih tidak mau membuka jilbab didepanku meski aku sudah sah sebagai suamimu. Tidurpun, kita masih berpisah, kamu diatas kasur empuk yang aku belikan beberapa hari sebelum pernikahan, sementara aku harus kedinginan tidur dilantai beralaskan selimut.



Hmm, aku masih sering tersenyum sendirian kala mengingat kata-kataku untuk merayumu agar mau membuka jilbab. "Abang cuma ingin tahu, istri abang nih ada telinganya nggak sih". Kata-kata lembutku pada malam ketiga itu langsung disambar dengan pelototan mata indahmu. "Teruslah dik, mata melotot adik takkan pernah membuat abang takut atau menyerah, malaaah, adik makin terlihat cantik, makin jelas indahnya mata adik".



Setelah kata-kata itu meluncur dari mulut jahilku, bertubi-tubi pukulan sayang mendarat di tubuh dan kepalaku karena adik menganggap aku meledekmu. Tapi waktu itu, aku justru merasakan kehangatan pada setiap sentuhan tanganmu yang mengalir bak air di pegunungan. Karena aku yakin, dibalik pukulan-pukulan kecil itu, deras kurasakan cintamu seiring hujan yang turun sejak selepas maghrib.



Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa mengungkapkan eloknya cinta kita, cinta yang didasari atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa dan ragamu begitu rupa sehingga aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan mewangi selamanya.



Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan sekedar untaian kata-kata indah, dan kerinduan yang terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas pemanis bibir, tambah sang bijak.



Langit akan selamanya cerah, bila kita suburkan cinta ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih antara kita tetap terpatri dan rembulan pun tetap tersenyum, selama kita isi hari-hari dengan segala keceriaan yang jujur.



Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja kudengar dentang jam berbunyi duabelas kali. Sementara tangan ini masih asik dengan pena dan secarik kertas putih. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini, semua keindahan, kehangatan, dan hidup dibawah naungan cinta bersamamu karena Allah. Tapi, maafkan aku dik, karena aku juga akan mengkhabarimu hal yang tidak pernah kuceritakan kepadamu sebelumnya.



Kau sandarkan kepalamu di dadaku, lelap sudah malam menghantarmu tidur. Tapi, ah, bunga kecil kita ternyata belum tidur dik, sesekali kurasakan sentuhan kakinya dari dalam perutmu. Rupanya bunga kecil itu sudah mengenaliku sebagai ayahnya, kurasakan berkali-kali diberbagai kesempatan berdampingan denganmu, tangan-tangan kecilnya berupaya menggapai dan menyentuhku seakan memintaku untuk segera menggendongnya.



Malam ini, ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup sering menahan tangismu agar tidak terlihat olehku. Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku ini.



Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan, tidak pernah cukup bahkan untuk dua minggu pun. Sehingga untuk keperluan dua minggu berikutnya, aku harus meminjamnya dari teman-temanku tanpa sepengetahuanmu dan aku hanya membisikimu, "rizqumminallaah".



Setahun kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu pergi, adik harus bingung mencari-cari sandal yang layak dipakai. Tak pernah aku mengajakmu untuk berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan segala urusanku, tak peduli hari libur. Aku selalu berharap adik tampil cantik dan segar sepanjang hari, tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan. Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik, meski berat kita harus melalui saat-saat kita makan dengan makanan seadanya, bahkan tidak jarang kita berpuasa. Waktu itu adik bilang, "Biarlah bang, adik lebih rela makan sedikit dan seadanya daripada kita harus berhutang, karena hidup tidak akan tenteram dan selalu merasa dikejar-kejar".



Sebentar lagi, bunga kecil itu akan hadir dik. Akankah aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah ia karena mempunyai ibu yang sholehah dan selalu menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai tauladannya dan mengajarkan Al Qur'an sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu membedakan mana hak dan mana bathil,



Dik, jika ia lahir nanti, sirami hatinya dengan dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan mengajarkannya bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya, ajarkan juga ia berbuat baik kepada orangtua dan orang lain, bimbinglah ia dengan ilmu yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu ia tidak menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik, lembut dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula benih-benih cinta di dadanya agar ia mampu mengukir cinta dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, dan yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap hari.



Jika demikian, insya Allah harapan dan do'a kita untuk tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah kita gapai. Aku berharap, engkau membaca surat yang kuselipkan di bawah bantalmu malam ini. Dan jika kau telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan begitu, aku tahu kau telah membacanya.

(Bayu Gawtama, 22 November 2001)

***

Hidup pada dasarnya seperti menata perjalanan

Selangkah demi selangkah

Merangkak…berjalan…kemudian berlari…

Tak jarang suatu saat harus dihadapkan pada rasa lelah…letih…

Harus dihadapkan dengan keras dan beratnya jalan yang dilalui



Hidup adalah sebuah perjalanan

Yang akan terus mengembara tanpa henti

Pengembaraan untuk selalu mencari kemenangan

Pengembaraan untuk selalu menjadi pemenang!!!

Pengembaraan itu akan terus berlanjut…



Sampai Sang Penguasa waktu memutuskan untuk menghentikan langkah demi langkah kehidupan



Maka…bagi siapa yang tiada sanggup…

Untuk mengawali lalu mengakhiri perjalanan ini

Mereka akan hancur lenyap

Bagai besi rapuh karena tetesan air…

Seperti kayu yang menjadi abu karena bara…



(by: ASKA, a long time ago…)



***

[Keisya Avicenna, Renungan 6 Mei 2011. Dua pekan lalu aku berhasil merampungkan membaca buku beliau yang “11 AMANAH LELAKI”. Kereeen dah…Dan ba’da Maghrib tadi dengan latar air mata langit yang makin menderas di luar sana, saat membaca tulisan ini pun membuat gerimis di hatiku juga semakin menderas. Hikshikshiks…Terima kasih, Mas Bayu Gawtama. Tulisan-tulisan Mas sarat dengan makna kehidupan…^^v. Benar-benar belajar bersungguh-sungguh dan bersungguh-sungguh belajar dari tulisan ini. Semangat merangkai karya dan membangun istana harapan dalam untaian kisah penuh makna, ya Nung…*TEPAT dan TERBAIK!]