Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, January 24, 2011

Ekspedisi Aisya : Sabar dan Keberuntungan

Monday, January 24, 2011 0 Comments

Ahad, 23 Januari 2011 kembali Aisya melakukan ‘single adventure’. Hmm, memang sih.. Aisya tuh hobby berpetualang alias jalan-jalan, tapi bukan sekedar jalan-jalan lho!
Setelah urusan rumah tangga selesai (halah..^^), pukul 09.30 Aisya berangkat menuju Masjid Al-Ihsaniyah, Kampung Melayu untuk mengikuti kuliah dhuha. Kuliah ini memang rutin diadakan dua pekan sekali. Sebuah majelis ilmu yang pesertanya khusus muslimah yang tinggal di kawasan Jakarta Timur. Kebanyakan sih ibu-ibu juga, sehingga banyak dari mereka yang juga turut serta membawa sang buah hati. Tak ayal jika banyak balita yang sliweran di dalam masjid, suara tangis dan gelak tawa anak-anak, sampai ada muslimah kecil yang mendekati Aisya dan ‘merebut’ snacknya waktu Aisya tengah asyik mencatat. Lucu juga sih... suasana jadi lebih ‘hidup’.
Kali ini pemateri adalah seorang ustadz yang subhanallah... gaya bicara ustadz tersebut sangat mirip dengan seorang ustadz yang kerap mengisi Kajian Sabtu Pagi di Masjid Nurul Huda UNS (mantan kampus Aisya), Ustadz Abdul Hakim. Suara dan cara penyampaian beliau yang humoris, sangat mirip! Wah, jadi terkenang dengan masa-masa di kampus nih! Materi kuliah dhuha ini akan Aisya tulis dalam note terpisah.
Pukul 11.00, kuliah dhuha selesai. Aisya melanjutkan ekspedisinya. Tujuan selanjutnya adalah toko buku muslim “Al-I’thishom” yang terletak di kawasan kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Untuk pertama kalinya Aisya pergi ke sana sendirian. Ah, apa salahnya dicoba! Semoga tidak tersesat. Aisya ke sana dengan niatan membeli kado walimah untuk sahabatnya yang hari ini melangsungkan ‘hari jadinya’. Sayang, Aisya tidak bisa menghadirinya sehingga ia bertekad menebus ketidakhadirannya dengan sebuah kado spesial.
Aisya menuju shelter busway Kampung Melayu, kemudian naik busway jurusan Matraman. Transit di shelter Matraman I kemudian naik busway jurusan Pulo Gadung, turun di shelter UNJ dan akhirnya sampai juga di toko buku Al-I’thisom. Segera searching buku yang mau dijadikan kado dan alhamdulillah menemukannya. Selain buku buat kado itu, Aisya juga membeli dua buah buku (60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw, Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah serta majalah Tarbawi edisi terbaru). Awalnya Aisya juga sempat mau membeli “Agar Telapak Kakimu Menginjak Surga” (buku muslimah untuk ibu rumah tangga gitu deh, tapi nggak jadi karena ‘melebihi budget’). Saat sudah sampai di meja kasir dan dihitung jumlahnya, Aisya mencari uang di dalam tasnya. Seingatnya ada di kantong kecil dalam tasnya. Memang sengaja tidak dimasukkan ke dompet karena dipisah. Nihil. Uang beberapa ratus ribu itu tak ada di tempat yang diekspektasikan Aisya. Ia geledah tasnya. Masya Allah, kemungkinan besar uang yang sejatinya memang diperuntukkan untuk membeli buku itu sepertinya ketinggalan di tas yang satunya. Sebelum berangkat tadi, Aisya memang sempat berganti tas dan sepertinya uang itu ketinggalan di dalamnya.
Aisya langsung bertanya kepada sang ummahat (baca : ibu) penjaga toko, di mana ATM terdekat. Sang ibu menjawab bahwa ada ATM di dalam kampus UNJ yang berarti Aisya harus berjalan cukup jauh dan menyeberang jalan. Tak apalah, Aisya kembali teringat pada azzamnya, apapun yang terjadi hari ini harus membeli kado untuk sahabatnya. Adzan berkumandang, kebetulan hari itu Aisya berhalangan dan kondisi inilah yang menyebabkan fisik Aisya sedang tidak stabil hari itu. Aisya berjalan kaki menuju ATM, sempat kaget juga karena gerbang masuk ke kampus digembok. Alhamdulillah, ada celah yang terbuka dan bisa dimasuki tubuh mungil Aisya (^^). Setelah mengambil uang, Aisya kembali ke toko buku dan langsung membayarnya. Tak lupa Aisya meminta maaf pada ibu penjaga toko yang sangat ramah itu. Cukup berat juga ‘belanjaan’ Aisya siang itu. Dua dari empat buku yang dibelinya tadi memang cukup tebal. Saat sudah berjalan puluhan meter, Aisya bermaksud membaca struk pembeliannya untuk melihat buku-buku yang dibelinya tadi dapat diskon berapa persen. Akan tetapi, terkejutlah ia karena ada satu buku yang tidak dibelinya tapi ada di dalam kantong plastik. Wah, sudah berjalan cukup jauh! Meski dengan kondisi fisik yang payah (benar-benar lemas), Aisya kembali ke toko buku dan mengembalikan buku yang bukan menjadi haknya itu. Alhamdulillah, Allah berkenan memberi petunjuk kalau ada ‘buku asing’ yang tidak sengaja masuk ke dalam kantong plastiknya saat Aisya masih berada di sekitar lokasi toko. Coba kalau Aisya tahunya saat sudah sampai di kost, bakal butuh waktu dan tenaga lagi untuk mengembalikannya.
Pukul 13.00 Aisya sampai di kosnya. Ia segera makan siang dan beristirahat sejenak. Pukul 13.30, ia melanjutkan ekspedisinya. Sebelum ke Gramedia Matraman, Aisya berniat memfotocopy buku sahabatnya yang hari ini mau dikembalikan. Alhamdulillah, ada fotocopy-an yang buka. Tumben fotocopy-an itu buka di hari Ahad. Aisya merasa beruntung! Akhirnya Aisya ‘menitahkan’ penjaga fotocopy untuk mengcopy beberapa halaman yang Aisya tandai. Waktu terus berjalan, sudah jam 14.00 padahal launching novel “Ranah 3 Warna” akan dimulai pukul 14.30. Mas penjaga fotocopy ternyata kurang cekatan dalam menjalankan tugasnya. Sabar, sabar, sabar... Shabrun Jamil... Aisya mengafirmasi dirinya! Akhirnya, pukul 14.20, selesai juga! Alhamdulillah...
Aisya segera naik angkot 18 menuju terminal Kampung Melayu, dilanjutkan naik Kopaja 502 menuju Gramedia Matraman. Aisya sempat membaca di dalam Kopaja 502. Kali ini dia membaca tentang hewan-hewan istimewa dalam sejarah Nabi dan Rasul. Akhir-akhir ini Aisya memang tengah suka membaca buku-buku sejarah. Pukul 14.30 lebih Aisya sampai di toko buku terbesar di Asia Tenggara itu. Aisya merasa beruntung karena tempat tinggalnya di Jakarta ini sangat dekat dengan tempat-tempat favoritnya, termasuk toko buku!
Beranda depan Gramedia Matraman kok ramai gitu ya? Ada musik yang menghentak, mungkin ada pementasan band gitu, pikir Aisya. Saat melongok-longok di kerumunan, eh.. ternyata ada banner “Ranah 3 Warna”. Wah, berarti lokasi launchingnya di beranda ini. Tumben! Aisya segera menuju meja yang menjual novel itu. Aisya membeli dua, yang satu buat kado milad saudari kembarnya (Keisya). Langsung Aisya buka dan mulai membaca, karena acara ternyata belum dimulai... Wah, Aisya tidak mendapat tempat duduk karena pengunjung yang datang sudah banyak. Kursi ditata melingkar dan tidak dibuat berjajar seperti saat launching buku pada umumnya. Jadi ada sisa ruang kosong di depan panggung. Kondisi Aisya masih lemas, tapi sengaja dikuat-kuatkan! Aisya membaca novel barunya sambil berdiri diiringi lagu “The Winner”-nya band Platinoem yang ternyata dalam video klipnya ada penulis novel “Negeri 5 Menara” ini. Lagunya sangat bersemangat dan inspiratif. Sampai akhirnya Uda Ahmad Fuadi (sang penulis) menerobos kerumunan, melewati tempat Aisya berdiri dan acara pun dimulai.
Acara diawali dengan doa yang dibawakan oleh sahabat Uda Fuadi (Aisya lupa namanya, yang jelas beliau adalah “Atang” Shahibul Menara dalam “Negeri 5 Menara”). Doa yang cukup menggetarkan hati. Selanjutnya sambutan oleh Direktur Gramedia. Subhanallah, kesempatan langka nih bisa bertatap muka dengan sang direktur. Beliau menyampaikan apresiasi atas terbitnya novel kedua dari trilogi “Negeri 5 Menara” ini. Beliau juga bertutur bahwa penjualan novel “Negeri 5 Menara” adalah penjualan yang sangat bombastis dalam 37 tahun terakhir ini. Alhamdulillah, sudah sembilan kali cetak ulang dengan oplah di atas 155.000 eksemplar dalam satu tahun. Sungguh pencapaian yang luar biasa!
Seminggu yang lalu bertemu Uda Fuadi dalam acara Studium General FLP Jakarta angkatan 15, kali ini bertemu beliau lagi dalam kondisi yang jauh lebih luar biasa. Salut! Beliau adalah kakak tingkat Aisya di FLP Jakarta. Aisya angkatan 14, sedangkan beliau angkatan 13. Beliau memang salah satu penulis favorit Aisya!.
Akhirnya Uda Fuadi tampil di panggung. Melihat ada ruang kosong di depannya dan banyak yang berdiri, Uda Fuadi meminta kami yang berdiri untuk memanfaatkan ruang kosong itu. Alhamdulillah, awalnya Aisya duduk di baris kedua, tapi kembali keberuntungan berpihak padanya, ada seorang penonton yang tiba-tiba berdiri dan pergi. Akhirnya Aisya bisa duduk di depan, jadi lebih dekat dengan Uda Fuadi. Dengan bantuan HP-nya Aisya merekam semua yang disampaikan Uda Fuadi. Di sela pemaparannya, beliau juga menampilkan video-video yang sangat inspiratif tentang “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 Warna”.
Pada kesempatan kali ini Uda Fuadi bertutur bahwa “Novel ini hanyalah alat”. Tujuan beliau menuliskan ini adalah untuk berbagi. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat dan setiap manusia mempunyai cara tersendiri untuk menjadi bermanfaat. MENULIS, itulah pilihan Uda Fuadi untuk menyebarkan manfaat. Setiap kita bisa menjadi bermanfaat, dengan cara kita masing-masing. Uda Fuadi juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para pembaca. "Tulisan sebagus apapun, jika tidak ada yang membacanya, maka tulisan tersebut tidak akan ada artinya," begitu kata Uda Fuadi.
Kata Uda Fuadi, Negeri 5 Menara akan dibuat film dan insya Allah akan ditayangkan di akhir 2011, pertengahan tahun akan ada casting. Beliau juga mengulas tentang konsep "Man Jadda Wajada". Lebihkan usaha dari orang lain. Saat orang lain belajar satu jam, maka tambahkan setengah jam! Kebaikan yang dilebihkan. Usaha yang lebih maka hasilnya juga lebih. Pelari terhebat dunia, berhasil lari 100 meter dalam waktu 9,8 detik. Juara 100 meter putra Jawa Timur 11 detik. Selisih juara dunia dan juara lokal hanya 2 detik! So, lebihkan usaha dari orang lain. Ranah 3 Warna berkisah tentang kelanjutan kisah Alif setelah lulus dari Pondok Madani. Konsep Ranah 3 Warna menceritakan tentang hikayat impian kita yang harus dibela habis-habisan. ALL OUT! Salah satu modalnya adalah SABAR sehingga pada buku kedua ini "mantra"nya "MAN SHABARA ZHAFIRA", siapa yang bersabar akan beruntung.. Salah satu yang istimewa dari novel ini adalah mengambil konsep 3 setting tempat dan menggunakan beberapa bahasa (Minang, Inggris, Arab,dan Perancis).
Alif berusaha habis-habisan. Ternyata “Man Jadda Wajada” tidak cukup untuk mewujudkan impian Alif. Di saat hampir menyerah, Alif teringat mantra “Man Shabara Zhafira”. Di antara kerja keras dan doa tidak selalu langsung mendapatkannya. Ada jaraknya. Dan untuk menempuh jarak itu dibutuhkan kesabaran. Orang yang sabar biasanya dikasih hadiah oleh Allah. Tapi sabarnya adalah sabar yang aktif!
Sebelum sesi tanya jawab ada kejutan dari seorang pembaca. Bapak Luki namanya, beliau adalah salah seorang teman seangkatan Uda Fuadi. Beliau memberikan foto Uda Fuadi waktu di Bandung tahun 1992. Beliau menjadi penerima tanda tangan yang pertama. Jauh-jauh dari Indramayu, akhirnya menjadi penerima tanda tangan pertama. Sabar dan beruntung! “Syukron, akhi” begitu kata Uda Fuadi saat berpisah dengan Pak Mahfud.
Memasuki sesi tanya jawab. Sayang sekali, meski sudah duduk di depan dan mengacungkan tangan, tapi Aisya tak mendapat kesempatan untuk bertanya.
1. Pertanyaan pertama dari pembaca berbaju biru : Mengapa ada angka 5, 3, dan 1?
Uda Fuadi menjawab filosofi dari trilogi tersebut.
- Negeri 5 Menara : sekolah SLTA di pesantren. Angka 5 cocok dengan 5 menara impian Shahibul Menara
- Ranah 3 Warna : Masa waktu mahasiswa, ada aat UTS, UAS, fotocopy catatan, dll. Alif berjuang mati-matian untuk mewujudkan impiannya ke luar negeri. Perantau yang susah payah, sepatu jarang diganti.
- Dan yang terakhir, ada angka 1 : tentang masa bekerja dan tentang apa sih tujuan hidup. Kita punya 1 misi dalam hidup : mengabdi! Kita sering sibuk dengan indahnya dunia. Padahal semuanya hanya satu. Yang terakhir ini belum ada judulnya.
2. Pertanyaan kedua dari mbak-mbak berbaju merah : Apakah kisah dalam Negeri 5 Menara benar-benar kisah nyata? Apakah tokoh Togar dalam Ranah 2 Warna benar-benar ada?
Uda Fuadi menjawab bahwa "terinspirasi" itu tidak semuanya dari kisah nyata. Ibarat rumah, kisah nyata itu sebagai pondasi utamanya, sedangkan jendela pintu dll sebagai kisah pelengkap, ada yang ditambahi dan dikurangi. Dalam Ranah 3 Warna, ada tokoh Togar sebagai tokoh yang sangat menginspirasi Alif untuk menulis. Ternyata tokoh itu memang benar-benar ada
3. Pertanyaan ketiga tentang konsep belajar sabar dan ikhlas.
Kata Uda Fuadi, belajar ikhlas didapat beliau saat nyantri di Gontor. Semua guru di sana tidak digaji. Mereka totalitas mengajar, ikhlas berbagi ilmu, gaji dari Tuhan saja. Para guru itu mengajar habis-habisan. Ikhlas itu artinya bersih, tidak peduli dengan yang lain. Bagaimana bisa ikhlas? Tanyakan pada diri sendiri : "What is the meaning of your life?" Ketika ketemu misinya, tahu konsep hidup, maka kita akan bisa menemukan ikhlas itu. Sabar itu setelah usaha, bukan sebelum usaha. Ikhlas, punya impian dan cita-cita, man jadda wajada. Tawakal itu adalah sabar yang aktif!
4. Pertanyaan keempat : Bagaimana cara menumbuhkan semangat belajar yang terus-menerus, seperti Alif dan bagaimana cara memahamkan orang tua tentang impian kita yang kadang bertentangan dengan kemauan orang tua?
Menurut Uda Fuadi, Alif itu tidak rajin. Tapi ia tekun dan selalu berusaha. Alif sama dengan manusia pada umumnya, ada kalanya ia mempunyai rasa malas. Bahkan di buku kedua ini banyak menuturkan tentang jatuh bangun Alif dalam menggapai impiannya. Yang tidak wajar, kita malas tapi tidak mau mengakui. Kata Reynald Kasali, kalau kita lagi ‘down’ jadilah seperti bola tenis. Saat jatuh, ia memantul. Saat jatuhnya keras, maka mantulnya juga akan lebih tinggi. Tidak seperti donat. Yang jatuh, malah lembek dan menempel lantai. Saat Alif sedang down, ia mengingat masa lalunya yang penuh keceriaan, mengingat teman-temannya yang penuh semangat. Maka, carilah teman-teman yang semangat.
Tentang komunikasi dengan orang tua, memang apa yang baik menurut orang tua memang belum tentu baik menurut kita. Sampaikan dengan baik, atau bisa juga dengan menyampaikannya lewat orang terdekat kita bisa paman, kakek, dll. Doa ibu itu luar biasa. Kalau ibu saya tidak mendoakan saya habis-habisan, mungkin saya juga tidak akan seperti sekarang.
Sampailah di penghujung acara. Acara ditutup dengan sosialisasi “Komunitas Menara” oleh Uda Fuadi. Komunitas Menara yang mengusung slogan “Mari Ikhlas Berbagi” saat ini sudah berhasil mendirikan PAUD di Padang, dan sedang bersiap mendirikan PAUD di Bintaro. Pembelian buku ini dijadikan donasi juga, jadinya tidak hanya sekedar membaca novel tapi juga berinvestasi akhirat.
Acara dilanjutkan dengan penandatangan buku (Signing Book) dan foto bareng Uda Fuadi. Semua pembaca yang akan meminta tanda tangan berjajar dan dijaga oleh para security. Aisya berada di deret kedua. Kembali ia beruntung (Ah, memang benar.. “Man Shabara Zhafira”..) tiba-tiba ia terdorong ke depan dan akhirnya berada di baris pertama dan menjadi penonton kelima yang mendapat tanda tangan dan foto bersama Uda Fuadi. Saat berada di samping Uda Fuadi, Aisya sempat berujar kalau sempat bertemu dengan beliau seminggu yang lalu. Malah jadi ngobrol nih! Sebelum berpisah, Uda Fuadi sempat menitipkan salam untuk Keisya, saudari kembar Aisya.
Turun dari panggung, Aisya menunggui rekan-rekan FLP Jakarta yang masih antri (Ada Kang Arya, Mbak Ria, Mbak Nisa, dan Mbak Eka). Mereka heran juga karena Aisya hari ini memakai kostum coklat, tidak merah seperti biasanya. Hehe... Saat sedang asyik menunggu, tiba-tiba Aisya dikejutkan dengan kehadiran Mbak Suri. “Wah, cari-cari yang berkostum merah kok nggak ada ya.. feeling aja tadi jalan ke sini. Eh, ketemu juga. Tumben pakai baju coklat!” Iya ya.. memang Aisya identik dengan warna MERAH! Akhirnya Aisya bertransaksi buku dengan Mbak Suri, saling mengembalikan buku yang dipinjam. Mbak Ria cs akhirnya selesai juga dan bergabung dengan kami. Heboh jadinya! Langsung foto bareng. Seru!
Setelah puas bertegur sapa, Mbak Ria cs ke mushola, Kang Arya pulang. Aisya dan Mbak Suri ke lantai 2 untuk mencari novel “Rindu Purnama”. Alhamdulillah, baru beberapa langkah menjejakkan kaki di lantai 2, Aisya menemukan novel itu. Beruntung! Novel inspiratif ini ditulis oleh dua penulis favorit Aisya yang kebetulan seminggu yang lalu Aisya bertemu mereka, Tasaro Gk dan Ahmad Fuadi.
Sampai di beranda depan, antrian pembaca yang berniat minta tanda tangan sudah mulai berkurang. Aisya punya ide untuk mengantri lagi dan minta tanda tangan di novel “Rindu Purnama”-nya. Sekaligus minta kata motivasi di novelnya karena tadi lupa meminta. Mbak Suri juga memintakan kata motivasi di novel “Ranah 3 Warna”-nya Keisya. Sampai di atas panggung, Uda Fuadi mengenali Aisya. Aisya sempat ngobrol lagi dan meminta maaf juga karena minta tanda tangan dua kali. Tapi, Uda Fuadi tetap asyik diajak ngobrol. “Dream, Fight Ikhlas” itulah tiga kata super yang dituliskan beliau. “Saling mendoakan, ya!” kalimat yang beliau sampaikan sebelum kami berpisah.
Menjelang Maghrib, Aisya dan Mbak Suri menuju mushola. Saat sedang menunggu Mbak Suri sholat Maghrib, Aisya membaca novel “Ranah 3 Warna”. Tiba-tiba ia teringat, tadi pagi Kang Taufan E. Prast dan beberapa rekan FLP Jakarta menitipkan salam untuk Uda Fuadi. Astaghfirullah, Aisya lupa menyampaikannya. Dalam ‘kegelisahannya’, Aisya berdoa dalam hati “Ya Allah, jika Engkau berkenan.. berikan hamba kesempatan untuk bertemu kembali dengan Uda Fuadi di tempat ini untuk menyampaikan amanah yang tadi lupa hamba sampaikan.”
Setelah sholat, Aisya dan Mbak Suri menunggu Mbak Ria , Mbak Nisa, dan Mbak Eka yang baru mau sholat. Saat sedang bertukar pikiran dengan Mbak Suri, tiba-tiba ada batita yang menarik tangan Aisya. Aisya geli juga karena cowok kecil plus keren itu tiba-tiba menarik tangan Aisya, seperti mengajak Aisya mengikutinya. Mama si kecil juga tertawa geli. Sampai di pintu luar, batita imut itu melepaskan pegangan tangannya. Aisya jongkok dan memegang gemas si kecil. Lucu banget! Namanya Gani.. Pengin diculik saja, hehe...
Aisya kembali mendekati Mbak Suri. Mereka duduk di dekat panggung yang sudah dibereskan. Bersabar menanti Mbak Ria cs yang masih sholat. Eh, ternyata masih ada Uni Yayi (istri Uda Fuadi) di situ. Aisya kembali melantunkan doanya agar ia bisa bertemu kembali dengan Uda Fuadi. Allahu Akbar... Alhamdulillah, selang berapa alam, keluarlah Uda Fuadi dari dalam Gramedia. Allah mengabulkan doa Aisya! Sabar memang dekat dengan keberuntungan! Akhirnya, Aisya kembali bercakap-cakap dengan Uda Fuadi dan menyampaikan amanah dari Kang Tef. Malahan Aisya berkesempatan foto bersama Uni Yayi dan Uda Fuadi. What a wonderfull day!
Setelah itu kami kembali ke dekat pintu masuk Gramedia Matramana. Menunggu Mbak Ria yang tak kunjung tiba. Eh, Uda Fuadi dan rombongan lewat di depan kami. Beliau menyapa, “Kok belum pada pulang?” Kami pun menjawab serempak, “Sedang menunggu Uni Ria Padusi Manih!”. Uda Fuadi tersenyum dan berpamitan serta berulang kali mengucapkan terima kasih. Eh, sampai-sampai beliau sempat kebablasan jalannya dan ketinggalan rombongan! Hehe...
Akhirnya, Mbak Ria datang juga. Sayang banget dia nggak sempat ikutan foto bareng dengan Uda Fuadi dan Uni Yayi. Kami langsung keluar Gramed untuk makan malam. Awalnya Mbak Nisa mau ikut juga, tapi karena Mbak Eka memutuskan untuk langsung pulang, Mbak Nisa akhirnya ikut pulang karena rumah mereka memang searah. Akhirnya hanya tinggal Aisya, Mbak Suri, dan Mbak Ria. Tercetuslah “Dara 3 Warna”! Hehe, kebetulan kostum yang kami kenakan juga berbeda warnanya. Kami memutuskan makan di Es Teler 77 yang ada di lantai dasar Gramedia Matraman. Mbak Suri memesan bakso, Mbak Ria memesan mie ayam, sedangkan Aisya memesan nasi goreng Mungil (porsi anak). Ealah, lha kok piring dan gelas buat Aisya juga dari plastik. Buat anak-anak sih! Hehe, konyol! Tapi alhamdulillah, porsinya pas dengan porsi Aisya... ^^v
Setelah makan, kami menyeberang jalan . Sampai di seberang, kami berpisah. Kebetulan rumah Mbak Suri tidak jauh dari Gramedia. Aisya naik angkot 01 bareng Mbak Ria karena searah.
Alhamdulillah, hari ini sangat indah... terima kasih Ya Allah, atas banyak nikmat yang Engkau berikan hari ini...
Semangat 2011 : MEMBANGUN KISAH PENUH MAKNA!!!
Jakarta, 24 Januari 2011_05:51
Aisya Avicenna

Saturday, January 22, 2011

~LIFE WITH A GREAT MISSION : LILLAH,BILLAH,ILALLAH (Ada Cerita di ‘Bhepomany’)~

Saturday, January 22, 2011 0 Comments




Sabtu pagi yang penuh semangat tertanggal 15 Januari 2011, Dhaca Suli, Muwu Thedmamu, Sothap Bhepami, dan Nyithal Sadeth berjalan beriringan menuju Aula Bhepomany untuk mengikuti kajian dari seorang “nyubthar” favorit mereka, yang sudah sangat kondang di Nyathemaythibh. Sambil berjalan keempat murid Bhepomany berjalan penuh semangat untuk mengasah “pughaba” pluz mereka. Biar ruhiyahnya semakin OK gitu…

Dhaca Suli bersenandung : “Jagalah hati, jangan kau kotori…jagalah hati , lentera hidup ini…. Haiyyah...tidak kalah suaraku dengan nyubthar kan?”, tanya Dhaca mencari persetujuan ketiga temannya.

“Kupikir dengan serius”, Muwu menggosokkan kedua telapak tangannya, “ka…ka…kau diam saja itu ja…ja…jauh lebih bagus Dhaca.” Muwu melihat Dhaca sambil terkekeh.

“Aku sepakat dengan Muwu. Kau cerdas sekali, kawan. Kali ini aku sepakat denganmu. Daripada bersenandung, aku lebih suka bermain-main dengan otot-ototku. Menjadi seorang bhaythedhi yang kuat fisiknya,” sahut Nyithal sambil memamerkan otot bisepnya. Dhaca hanya melengos sambil terus bergumam melanjutkan lantunan tembang yang mengiringi derap langkah kakinya.

Sothap mengelus kepala pelontosnya kemudian ikut angkat bicara,”Ah sudahlah, kawan. Tak usah berdebat. Nasyid itu bagian dari seni berdakwah dalam Islam. Ayo bergegas ke aula. Keburu acaranya dimulai…”

Akhirnya keempat murid Bhepomany, Sothap si badan sekebal baja dengan pughaba pesam-nya, Nyithal yang bertenaga raksasa dengan pughaba sutha-nya, Dhaca yang bisa menundukkan angin dengan pughaba nyamal-nya, dan Muwu yang menguasai air dengan pughaba nyamal-nya sekaligus pandai menghilang dengan pughaba nyinaw-nya, itu melanjutkan perjalanan mereka menuju Aula Bhepomany dengan penuh semangat. Dhaca jadi ingat pesan nenek tua yang telah membersamainya sejak kecil, Bhupa Supu : “Carilah ilmu yang bertebaran di muka bumi, Dhaca…”

***
Dan bertempat di ruangan yang sama seorang gadis berbaju mirip “kupu-kupu”, sudah asyik dengan buku catatan dan penanya. Siap mendokumentasikan acara di Aula Bhepomany siang itu…. (dan inilah hasil reportase Sira…^^v)

AWALI TAHUN BARU DENGAN LANGKAH PASTI MENUJU PERBAIKAN UMAT
Nyubthar : Ust. Abdullah Gymnastiar (Aa’Gym)

JIka kita yakin pada Allah SWT, kita tidak akan takut menghadapi dunia ini. Memiliki pribadi yang mantab, tidak gentar menghadapi hidup ini. Inilah “kekayaan” yang letaknya di jiwa.

Nyubhtar Aa’Gym menceritakan kisah Pak Atok yang lumpuh, yang sering datang ke pesantren menemui Aa’. Meski beliau lumpuh, beliau sangat bersemangat mencari ilmu agama, karena baginya ilmu agama adalah pupuk iman. Pak Atok yakin, meski memiliki keterbatasan dalam segi fisik Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Termasuk ketika beliau ingin sekali memiliki anak agar kelak ada yang mendoakannya…(otomatis Pak Atok harus menikah dan punya istri dulu kan?), Pak Atok benar-benar yakin : “Kan ada Allah SWT!!!”. Meski pendidikan rendah, kaki lumpuh, tapi iman teguh!!! Alhamdulillah, akhirnya Pak Atok menikah dan sekarang malah sudah dikaruniai 2 orang anak. Allahu Akbar!!! Pak Atok bisa menjadi cerminan bagi kita, beliau salah satu sosok yang benar-benar “PUNYA ALLAH!!!”

Nah, melihat kondisi sekarang…kenapa “orang yang keren-keren” itu banyak yang stress?? Jawabnya, karena mereka sibuk membangun TOPENG daripada membangun ISI. Mereka hanya “ingin kelihatan”, sehingga cenderung munafik dalam hidup. Orang yang tidak pernah bahagia adalah orang yang tidak tegar dalam hidupnya. Oleh karena itu, yang perlu dibangun adalah : ISI (KEKUATAN IMAN).

Kunci agar akhlaq bagus, sabar, tangguh, fight menghadapi hidup ini adalah “Laillahaillallah….”. yup, ketauhidan!!! Tidak akan berharap dan tidak akan takut pada manusia. Ketika semua datang dari Allah SWT…ketika semua karena Allah SWT…ketika semua hanya untuk Allah SWT…tiada pencipta selain Allah SWT.

Kita pun bisa belajar dari ilmu tukang parkir. Sedikit gak minder, diambil gak sakit hati, dan gak sombong ketika banyak mobil. Karena apa yang kita miliki sekarang hanyalah “TITIPAN”. Belajar dari kisah si nyamuk dan cecak. Cecak gak demo sama Allah SWT karena dia harus ditakdirkan makanannya nyamuk yang bisa terbang sedangkan dia hanya bisa merayap. Cecak ikhlas menjalani semua takdirnya, toh dia masih bisa hidup meski makanannya sehari-hari bisa terbang. Karena Allah SWT tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Semua sudah diatur dengan sangat baik dan sempurna. Enak hati ini, ketika melihat makhluk hidup di sekitar kita dan kemudian kita ingat siapa yang telah menciptakannya. Hati ini akan menjadi tenang….

Demikian halnya dengan “JODOH”. Percaya deh, jodoh kita mah gak akan pernah ketuker kok. Banyak “rahasia Allah” dalam hidup ini. eSOPe-nya sudah diatur oleh Allah SWT dengan sangat baik. Tinggal yakin aja, kalau belum saat ini…Allah SWT pasti akan menjawab dengan lebih indah di saat yang TEPAT dan TERBAIK deh….Iya to??? ^^v. Karena hidup kita ada yang punya. Siapa? Allah SWT, tentu saja…(Sira manggut-manggut dengan mantabz pas bagian nulis ini…^^)

Begitu juga dengan “REZEKI”. Ada orang yang sibuk dengan membanting tulang demi mencari sesuap nasi. Ini rugi, sudah tulang yang dibanting hanya sesuap yang dicari. Imam Ali pernah mengatakan , barang siapa yang memang kesibukannya hanya untuk mencari isi perut, maaf derajatnya tidak jauh beda dengan apa yang keluar dari perut.

Kalau hanya mencari makan apa bedanya dengan kambing? Kalau hanya sekedar mencari uang, garong juga mencari uang. Maka kita harus tahu bahwa kita tidak disuruh mencari uang. Tetapi kita disuruh untuk menjemput rezeki karena setiap makhluk sudah disiapkan rezekinya masing – masing.

Ada perbedaan mendasar antara “mencari” dan “menjemput”. Kalau “mencari itu ada kemungkinan tidak mendapatkan apa yang dicari. Tapi kalau “menjemput”,pasti ada.

Kenapa? Karena setiap orang sudah ada rezekinya. Contoh lain, mencari istri itu belum tentu dia punya istri. tetapi menjemput istri pasti sudah punya istri kecuali mancari yang lain. Ini penting. “Waman yatawakkal ‘ala Allah fahuwa hasbuh,” Q.S. At Thalaq (65) : 3, artinya “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya.”

Rezeki
Dalam QS. Hud : 6 yang artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata (Lawh Mahfuz).”
Rezeki itu……….
1. Penguat tubuh
2. Digantungkan (sudah ada jalannya), dibimbing Allah SWT dengan ikhtiar yang benar.
3. Gak usah pengen seperti orang lain, pengin berkah aja. Lebih enak jadi orang “PAS-PASAN”…Pas perlu, pas ada!!!

Pada kesempatan itu Nyubthar juga menyampaikan “5 US”. Apa itu 5 US?
1. Hati Tulus
• Belajar seperti matahari : “hanya memberi, tak harap kembali”
• Senantiasa melakukan yang terbaik
• Tidak ada hitung-hitungan dalam perbuatan
• Jangan pengin dipuji, jangan pengin dihargai
• Perlukah kita dianggap oleh orang lain sebagai orang baik? TIDAK PERLU!!! Jadi, yang perlu : JADI ORANG BAIK!!!
• Bahayanya dipuji : kita sibuk bertopeng!!!
• Lebih bahaya dipuji daripada dicaci. Tips dari Aa’Gym supaya kuat menghadapi omongan orang lain : dengan tegas katakan : “CUKUP BAGIKU ALLAH SWT!!!”. Yang perlu : “Allah ridho”. Insya Allah, kita akan IKHLAS.

2. Ibadah Bagus
• Amal yang utama : sholat tepat waktu.
• Waktunya bagus, kualitasnya juga harus bagus.

3. Hidup Lurus

• Kadang ketika kita jujur, kita malah dicaci. Tapi inilah seninya hidup
• Ketika kita jujur, insya Allah hati kita akan tenang (sakinah).
• Intinya, yang Allah suka, lakukanlah!! Allah gak suka, tinggalkan!!

4. Ikhtiar Serius
• Orang yang tawakal paling fight dalam hidupnya.
• Ketika Perang Uhud, Rasulullah memakai 2 lapis baju perang padahal Rasulullah yakin Allah SWT pasti melindungi. Begitu juga kisah Siti Hajar, ketika harus berlari dari Sofa-Marwah untuk menemukan air zam-zam.
• Sempurnakan Ikhtiar!!! Tidak mengenal kata menyerah dan putus asa. Rahmat Allah SWT itu sangat luas…dan pencari rahmat itu gak pernah putus asa.
• Ikhtiar bagi kita adalah ibadah, hasil akhirnya Allah yang lebih menentukan, karena Allah punya segalanya

5. Taubat Terus-Menerus
• Ketika kita bertaubat dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberikan kita ketenangan hati.
• Takutlah ketika kita tidak bisa melihat apa yang Allah berikan karena terhalang dosa.
• Menolong orang itu sedekah, seperti halnya air. Karena air itu “memadamkan” api…

Hm…demikian reportase dari Siraradhi Luminya*).
*)Murid tingkat Peramu di Bhepomany, putri salah satu anggota Dewan Bintang, Thalkay Luminya dan sosok mulia bernama Lemathi Luminya.

SEMOGA BERMANFAAT!!!

[Keisya Avicenna dan NIBIRU…: “thedhubhmany sedhbheladath semacad ngi nyuyikhedhbhithabh penyingukhay” {teruslah bersemangat belajar di universitas kehidupan!!!}]

ITU YANG KUHARAP ADA PADAKU....

Saturday, January 22, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, January 20, 2011 at 1:00pm

NORMA adalah aturan, tatanan, pranata, atau kaidah yang mesti diterapkan, yang mengatur manusia agar lebih manusiawi, yang mengatur manusia agar punya harga diri, agar manusia punya nilai di mata manusia lainnya dan di mata Sang Pencipta…



NORMA adalah sesuatu yang berharga…



Dan semoga seseorang yang bernama NORMA ini benar-benar berharga di mata MANUSIA dan SANG PENCIPTA!!!Amiiiiiiiin……………

(Catatan seorang SAHABAT zaman Putih Abu-Abu…)

Thursday, January 20, 2011

Saat Statusku : T_T

Thursday, January 20, 2011 2 Comments

Ada rasa letih yang teramat sangat
Rasa lelah yang berat
Merasuki jiwa yang penat
Dalam gejolak hidup yang pekat
Purnama menghias malam
Ku coba mengurai penat
Di hadapan Sang Penguasa alam
Ku memohon dengan sangat
Butiran air berjatuhan tak terkira
Tenggelam dalam alunan rasa
Berharap ampunan menyapa
Menghapus dosa yang menganga
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu";
Maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami
Hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan...
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat.
"Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS.Ali-Imran (3): 193-194)
Akupun terdiam dalam sepi
Sesepi malam yang sunyi
Dengan butiran deras air mata
Membasahi jiwa yang nestapa

Saat statusku : T_T, Jakarta 19 Januari 2011

Saat kezaliman merajalela & mata keadilan telah buta, satu-satunya kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang lemah dan terzalimi adalah do'a. Di tangan mereka, do'a lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari pasukan bersenjata..

Tuesday, January 18, 2011

Mawar-Mawar Padang Pasir

Tuesday, January 18, 2011 0 Comments

Judul Asli : Masyahir an-Nisa’ al-Muslimat
Penyusun : Ali bin Nayif Asy-Syuhud
Penerbit naskah berbahasa Arab : www.Saaid.Net disetujui oleh Wizarah al-I’lam (Departemen Penerangan)
Penerjemah : Irwan Raihan
Judul Terjemahan : Kisah Shahabiyah; Mawar-Mawar Padang Pasir
Penerbit : Afra Publishing
Terbit : April 2009
Tebal : 280 halaman
Harga : Rp 55.000,-
***
Buku ini menceritakan kisah muslimah terkemuka sepanjang sejarah Islam. Di dalamnya terkandung kisah menakjubkan dari kehidupan mereka yang patut dijadikan teladan oleh setiap wanita beriman. Buku ini mengurai 62 kisah shahabiyah yang luar biasa, di antaranya:
1.Sang Ibunda (Hawa’)
2.Ibu Ananda yang Hendak Disembelih (Hajar)
3.Wanita yang Berhijrah (Sarah)
4.Perempuan yang Bertawakal (Ibu Musa as.)
5.Istri yang Ahli Firasat dan Pemalu (Istri Musa as.)
6.Permaisuri yang Beriman (Asiyah binti Muzahim)
7.Masyithah
8.Istri yang Memiliki Komitmen (Istri Ayyub as.)
9.Sang Ratu (bilqis)
10.Ibu yang Masih Gadis (Maryam)
11.Penghulu Wanita Qquraisy (Khadijah binti Khuwailid)
12.Wanita yang Behijrah, Janda dari Pria yang Berhijrah (Saudah binti Zam’ah)
13.Ummul Mukminin yang Tercinta (Aisyah binti Abu Bakar)
14.Pemegang Rahasia Rasulullah saw. (Hafshah binti Umar)
15.Ibunda Orang Miskin (Zainab binti Khuzaimah)
16.Teman yang Cerdas dan Konsultan Handal (Ummu Salamah)
17.Wanita Mulia (Zainab binti Jahsy)
18.Sang Pembebas Seratus Budak (Juwairiyah binti Harits)
19.Cucu Para Nabi (Shafiyyah binti Huyayy)
20.Ummul Mukminin yang Bertakwa (Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan)
21.Wanita yang Bercita-Cita (Maimunah binti Harits)
22.Ummu Ibrahim dari Mesir (Mariyah Al-Qibthiyyah)
23.Sang Pemilik Kalung (Zainab binti Rasulullah saw.)
24.Wanita yang Berhijrah Dua Kali (Ruqayyah binti Rasulullah saw.)
25.Yang Kedua dari Dua Cahaya (Ummu Kultsum binti Rasulullah saw.)
26.Bunga yang Harum (Fathimah az-Zahra’ binti Rasulullah saw.)
27.Ibu Susuan (Halimah as-Sa’diyyah)
28.Bibi Rasulullah (Shafiyyah binti Abdul Muththalib)
29.Sang Penolong (Arwa binti Abdul Muththalib)
30.Sang Pelindung (Ummu Hani’)
31.Ibunda Keimanan (Fathimah binti Asad)
32.Ibunda al-Habib saw. (Ummu Aiman)
33.Syahidah Pertama dalam Islam (Sumayyah binti Khayyath)
34.Wanita dari Kalangan Bidadari Bermata Jelita (Ummu Ruman, Istri Abu Bakar)
35.Sang Pemilik Dua Sabuk (Asma’ binti Abu Bakar)
36.Adinda Al-Faruq (Fathimah binti Khathab)
37.Tentara Wanita, Ibunda Seluruh Tentara Islam (Nusaibah binti Ka’ab)
38.Wanita yang Sabar, Maharnya adalah Islam (Ummu Sulaim binti Milhan)
39.Penjelajah Samudera (Ummu Haram binti Milhan)
40.Orator Wanita (Asma’ binti Yazid)
41.Sang Pemilik Kemah (Ummu Ma’bad)
42.Wanita yang Benar dan Dibenarkan (Ummu Dzarr)
43.Gadis yang Berhijrah (Ummu Kultsum binti Uqbah)
44.Pemilik Warisan (Ummu Kujjah)
45.Wanita yang Berkurban (Laila binti Abu Hatsmah)
46.Syahidah yang Masih Hidup (Ummu Waraqah)
47.Sang Pemilik Kebun (Atikah binti Zaid)
48.Wanita Dermawan Putri Sang Dermawan (Safanah binti Hatim Ath-Tha’i)
49.Wanita Penyair Ibunda Syuhada (Al-Khansa’)
50.Perempuan di Bawah Naungan (Hindun binti Utbah)
51.Sang Pembunuh Tujuh Orang (Ummu Hakim)
52.Perempuan Penghuni Surga (Ummu Zufar)
53.Saudara Perempuan Nabi saw. (Syaima’)
54.Wanita yang Menjaga Kehormatan Dirinya (Musaikah at-Taibah)
55.Dokter dan Terapis Wanita (asy-Syifa’ binti Abdullah)
56.Pemberi Nasihat (Hujaimah binti Huyyay, Ummu Darda’)
57.Wanita yang Teguh Hati (Nailah binti Farafishah)
58.Pemilik kafan (Hafshah binti Sirin)
59.Wanita yang Baik (Ummu Amarah binti Sufyan)
60.Wanita Ahli Ibadah (Rabi’ah al-Adawiyyah)
61.Nafisah si Pemilik Ilmu (Nafisah binti Hasan)
62.Ahli Al-Quran (Zubaidah, Istri ar-Rasyid)
Penjabaran kisah dalam buku ini sangat runtut meski ada beberapa kata yang kurang bisa dipahami, karena memang buku ini adalah buku terjemahan. Terlepas dari kekurangannya tersebut, buku ini layak untuk dibaca para muslimah pada khususnya sehingga bisa menjadi inspirasi dalam kehidupannya mengingat pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak dari kaum muslimah yang cenderung memfigurkan tokoh-tokoh yang malah jauh dari nilai Islam. Sehingga sangat disayangkan jika para muslimah malah melupakan sejarah dan kurang meneladani wanita-wanita luar biasa (baca : shahabiyah) yang beberapa kisahnya terangkum dalam buku ini.


Selamat membaca!
REDZone, 18 Januari 2011_04:26
Aisya Avicenna

Engkau Penulis yang Mana?

Tuesday, January 18, 2011 0 Comments
by Bambang Trim on Saturday, January 15, 2011 at 6:22am



Ada penulis pena terlena
: setiap saat asyik berkarya
Selalu lupa pada pembaca
Merasa karya enak dibaca

Ada penulis pena perdana
: suatu saat menghasilkan karya
Setelah itu tak terdengar nama
Karya pertama dan satu-satunya

Ada penulis pena terpana
: setiap saat asyik bertanya
Mengumpulkan karya sejumlah penulis ternama
Tapi hanya terbuai angan belaka

Ada penulis pena merana
: setiap saat mengeluh menderita
Beridealisme tanpa rencana
Menulis tak dihargai semestinya

Ada penulis pena durjana
: setiap saat mencari celah
Plagiat karya berpuluh jumlah
Naskah orang dibubuhi namanya

Ada penulis pena berdana
: takdir kadang tertolak naskahnya
Terpikat penerbitan swakelola
Menerbitkan sendiri siapa sangka

Ada penulis pena kelana
: setiap saat entah pergi kemana
Backpacker sebutan mengena
Menulis di mana saja dan apa saja

Ada penulis pena bahana
: setiap saat menajamkan karya
Tidak berkompromi dengan kualitas rendah
Menulis naskah mengejutkan dunia

Ada penulis pena bermakna
: setiap saat merenungi cinta
Mengikat makna amat sempurna
Karyanya mulia bertenaga

Engkau penulis yang mana?
Aku penulis pena bukan apa-apa, Na.


untuk para "pendekar penulis" dan Na
:: Bambang Trim

Colomadu, 16 Januari 2011

Monday, January 17, 2011

Serunya NIBIRU READERS SOLO feat Pak BAMBANG TRIM ^^v

Monday, January 17, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, January 17, 2011 at 7:55am
Your note has been created.

"Nibiru Readers membentuk komunitas kota tersendiri dan salah satunya yang sudah dideklarasikan adalah Nibiru Readers Solo. Seperti tidak mau kalah dengan Nasional Demokrat, kita pun akan melebarkan sayap Nasional Nibiru, eh salah Nibiru Readers di kota-kota mana pun di Indonesia, bahkan dunia ... :) Selamat berkiprah Nibiru Readers Solo!"

[Bambang Trim, a week ago... on NIBIRU READERS]



"Kurang dari satu bulan, NIBIRU sudah menembus angka penjualan lebih dari 1.100 eksemplar hanya untuk Pulau Jawa di beberapa toko buku. Data Sumatra dan Indonesia Timur belum masuk. Alhamdulillah terima kasih atas dukungan pembaca semua, terutama first reader. Kami sedang mempersiapkan kejutan-kejutan 2011 sambil menantikan petualangan Dhaca Suli selanjutnya...."

[Bambang Trim, a week ago... on NIBIRU READERS]



Kabayan membuat kesal Nyi Iteung. Di bale-bale kerjanya seharian membaca Nibiru. "Cing atuh Kang Kabayan, ulah maca wae eta kitab! Teu aya pagawean deui, apa?"

"Eleuh-eleuh, Iteung ieu teh pagawean superpenting. Maca Nibiru supados Akang terang ka nu pugabha."

"Naon pugabha teh, Akang?"

"Matakna maca Nibiru ieu, tiasa maca teu?"

"Eleuh-eleuh si Akang, karek ge tamat Kejar Paket A tos somse!"

"Pugabha teh kumaha carana Akang bisa menaklukkan si Abah!"

Nyi Iteung hanya tersenyum kecut. Dalam hati ia berujar: "Dasar borokokok!"

[Bambang Trim, a week ago... on NIBIRU READERS]



Pujangga NIBIRU:

"wahai Kedhalu,

pada tiga tingkatan rindu

pada delapan pugabha warisan tetua

pada dua cinta wanita perkasa

pada satu tujuan mulia

daku NIBIRU dan semua cita yang memburu

tertinggal jejak bukan semu

nyata bersama semangat baru."

[Bambang Trim, a week ago... on NIBIRU READERS]



"Leyjosa sedhthanyay bhepunyath nyathi,manapha padhad nad nginyelkhabh bhad nyolsab..

Camayi nyingukh ngeday kheyuny bheladath!

Padhey bhelunya pibhany khabthi nyanga nyapidh had nyadhubh ngimamunyi,thakhi nyapidh pibhany nyiyi napiypu nyiyngany..

THEKHATH ngay THEDHSANYIP!!!"

[MIMPIKU UNTUK NIBIRU_Keisya Avicenna]



"Jangan pikirkan aku!" Sira berteriak lagi. Genggaman tanganny pd ujung sabuk bulan mulai melonggar.sengaja dia lakukan. "Kau pasti akn menemukan aku!" Sira menatap Dhaca dng cara yg blm pernah dia lakukan sblmny. Dia tersenyum! Senyum pertama yg pernah dy berikan kpd Dhaca..

~paling suka moment ini..Sosok Sira yg slalu membuat kejutan..'sebentar namun membekas'.wkwk~

[Keisya Avicenna_yang paling ngefans sosok SIraradhi Luminya...masih menunggu jemputan...xixixi]



Siraradhi luminya datang di saat yg tepat..^^v.wah,serunya..menikmati dunia aksi fantasi..(latar: saat Puya merampas pedhib Dhaca..n piala Bhepomany dr Madhi. Puya tersnyum sangat licik.tp snyum itu sgera beku tatkala sesosok perempuan muda muncul dhadapanny..hehe.plg suka adegan ini..)

[Keisya Avicenna]



"keponakanku yang baca nibiru, lucu banget. tiap ke sekolahnya, temen2nya sudah pada ngantri untuk diceritain kisah si Dhaca. gitu terus setiap hari. gak nyadar dia, kalo yang dia baca nibiru-ku. heuheuheu."

"tokoh favorit saya adalah Bhupa Supu, karena selain suka buku, beliau koleksi bukunya bejibun."

"Mungkin aku.... Bukan pugabha... yang pandai merangkai kata.... (Base Jam: Bukan Pugabha)"

[Fachmy Casofa_pethunya yang sangat unyu]





"Lunez Muya Saclbhajthajadhax

andai aku tau artinya. . ?? sapa yg udh memecahkan. . ."



"Sedang merancang agenda2 penting utk NIBIRU reader's se-Indonesia

Tunggu aksi NRS. . . dan siapkan Pughabamu utk menghadapi tantangan dari kami. . .

Ciiaaaaaattt. . . ."

[Aprisa Ayu Primasari_PJ acara yang juga sangat unyu]



"semoga mimpi ketemu Thalkay Luminya..amin.."

"dan tak lupa nibiru tetap kubawa ke merapi.

semoga tmn2 relawan dan anak2 merapi teracuni virus kedhalu yg kubawa.hehehe

bheladath!"

[Diah Cmut, the queen of unyu]



"kalau sira ada didunia nyata dia akan kirim massage ke wall ku apa ya..wkwkkwk..."

[Aris El Durra, tidak mau kalah juga ke-unyu-annya, nyulabh yang unyu...]



***

Sabtu, 15 Januari 2011

Rapat seru di cafe EDANE (hehehe...) @SGM bersama pak Bambang Trim sungguh suatu moment yang teramat istimewa. meski NRS tetap saja dengan keunyuan masing-masing.hehe. terima kasih banyak ya Pak atas apresiasi dan inspirasinya yang luar biasa.semoga apa yang sudah kita rencanakan bisa terrealisasikan dengan baik.



NRS : siapkan segala sesuatunya dengan maksimal dan totalitas..MENUJU 3 APRIL 2011!!!

***



Agenda penting NIBIRU:

> Februari 2011: peluncuran website NIBIRU dan e-book Kamus Bahasa Khedalu.

> Maret 2011: Nibiru dalam Islamic Book Fair.

> April 2011: Festival "Seberapa Nibiru-kah Kamu?" bersama Nibiru Readers Solo

Don't miss it!

MEMBANGUN RUANG PRIVAT SAAT MENULIS (FLP Pelangi Solo Raya_4)

Monday, January 17, 2011 0 Comments






Bismillahirrahmanirrahim…

Ba’da Subuh yang sangat dingin (bagi saya)…ingin rasanya kembali membenamkan diri di bawah selimut, meletakkan kepala yang terasa begitu berat karena dari kemarin pagi gejala flu melanda…terpaksa tadi malam harus ngedrug. Mencoba bertahan untuk tidak tidur lagi dengan menyalakan doralepito, kemudian menulis catatan ini. Menulis itu menyehatkan, konon hasil penelitian menyebutkan demikian. Dan saya pun telah membuktikan saat mengikuti suatu lomba menulis satu tahun silam. Yupz, menulis itu “menyembuhkan”!!! dan besar harapan saya, flu yang sekarang bersarang di tubuh saya segera pergi karena pekan ini banyak sekali tugas yang harus diselesaikan dan itu butuh fisik yang benar-benar fit. Allahumma ‘afinifii badanii…

Teriring nasyid-nasyid yang penuh semangat, izinkan saya menuliskan reportase pertemuan ke-4 keluarga FLP PELANGI SOLO RAYA hari Ahad kemarin (tadi malam gak sempat nulis, tepar euy…)

Ahad, 16 Januari 2011 @SMP Muhammadiyah 7 jam 13.00-17.30 WIB
Siang ini ada goresan cat hitam yang sedikit memberi warna gelap pada lukisan langit. Mendung belum berarti hujan..^^. Nungma dah siap berangkat sebelum jam 13.00, tinggal menunggu Erny datang. Tapi sampai jam 13.30 tu anak belum muncul juga, n HP nya gak bisa dihubungi. Yadah, akhirnya minta tolong adik kost buat nganter. Biasanya Nung pekewuh banget kalau harus minta bantuan orang lain. Selagi Nung bisa lakukan sendiri, pasti akan Nung lakukan!!! Tapi untuk kali ini, dengan sangat terpaksa (meski Nung sebenarnya bisa naik angkot buat ke lokasi), akhirnya Nung dianter Dik Denis yang kebetulan baru pulang beli makan, rasanya badan Nung remuk redam…jiaah..lemes banget rasanya. Gembrebeg, gak nggenah..sempet tidur waktu bersandar di tembok. Kepala rasanya berat banget..hehe…tapi mencoba menyemangati diri sendiri. Sakit itu bukan untuk dikeluhkan, tapi dikalahkan!!! Dalam hati berkata : “Berangkatlah, baik dalam keadaan ringan ataupun berat….!!!”. yadah, bismillah…semoga siang sampai sore nanti menjadi “pertemuan yang menyembuhkan”. Amin.

Sampai lokasi, sang kepala suku, Kang Sofa, baru ngasih pembukaan. Sip, belum terlalu telat kalau gitu. Ambil posisi tempat duduk terdepan (dah kebiasaan duduk di depan sih. Karena posisi menentukan prestasi. Hehe). Langsung mengeluarkan buku “PUGHABA”-ku yang bersampul DORAEMON dan pena kesayanganku. “Qayyidul ‘ilma bil kitabaah”(Ikatlah ilmu dengan menuliskannya!!!”

Pada kesempatan siang itu, bertempat di Ruang Multimedia SMP 7 Muhammadiyah, Kang Sofa (Pethunya NRS yang ‘unyu’) menyampaikan tentang “MEMBANGUN RUANG PRIVAT SAAT MENULIS”. Presentasi diawali dengan munculnya 2 lingkaran berwarna oranye dan hijau. Sebut saja zona oranye dan zona hijau. Zona oranye itu adalah zona “menulis untuk diri sendiri”. Contohnya saat menulis buku diary. (Haiiyyaah, Nung ditodong pertanyaan dari pethunya. Klo Nung mah, nulis diary ‘flow’ aja. Coz saat menulis diary Nung ibaratkan sedangkan mendokumentasikan hidup. Mencoba mengambil hikmah dalam setiap aktivitas yang terjadi setiap harinya…). Pada zona oranye ini kita akan membangun ruang privat saat menulis, tempat yang disana hanya ada diri sendiri dan tak ada yang lain, sehingga kita memiliki kebebasan mutlak saat menulis (merasakan manfaatnya secara langsung)

Zona kedua, zona hijau yang artinya : “menulis untuk orang lain”. Contohnya apa yang sedang kita ikhtiarkan sekarang : MENULIS BUKU!!!. Yang Nung tangkep, ketika kita ingin serius menekuni Zona Hijau, khatamkan dulu proses di Zona Oranye. Dengan kata lain, proses awal menulis buku : menulislah untuk diri sendiri dulu (ibaratkan buku itu untuk diri kamu sendiri, muatan-muatan pikiran yang berloncatan di otak dikeluarkan dulu).

Saudara kembar menulis bernama membaca. Kalau kata kang Sofa mah mereka berdua dah ditakdirkan berjodoh. wkwkwk…ketika proses membaca dan menulis kita lakukan, irisannya akan menghasilkan suatu manfaat untuk diri kita sendiri (ada gambar diagram Venn nya).

Ada beberapa cara membangun ruang privat saat menulis :
1. Menulis adalah keterampilan. Untuk menguasainya perlu berproses menulis atau membiasakan diri menulis dalam rentang waktu yang panjang.
2. Menulis boleh apa saja dan untuk siapa saja. Tetapi, menulislah untuk mendapatkan manfaat langsung dan konkret bagi diri sendiri terlebih dahulu.
3. Tidak usah terlalu memikirkan masalah tata bahasa, ejaan, ataupun struktur kalimat ketika menulis di ruang privat. Berusahalah untuk dapat membebaskan diri. Terserah mau menulis apa, yang penting saat menulis merasa nyaman dan tanpa tekanan.
4. Tentukan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku) saat membaca dan menulis bagi diri sendiri.
5. Selalulah “MENGIKAT MAKNA” dari setiap buku.

Nah, sekarang apa manfaat membangun ruang privat saat menulis :
1. Menulis dengan ringan dan senang
2. Menulis dengan perasaan lebih puas (selalu dengan antusiasme)
3. Membaca yang menghasilkan (selalu mengikat makna dengan menuliskannya).


Yups, materi yang luar biasa dari kepala suku. Selanjutnya kita berkelompok lagi untuk mentoring langsung dengan beliau. Melaporkan penugasan pekan lalu, yaitu resensi 3 buku yang nanti bakalan jadi sumber utama buku yang akan kita tulis dan outline sementara. Sippp….

Setelah Nung dan Erni selesai dimentoring, kita berdua ‘colut’ sebentar. Jeng-jeng ke pasar Ledoksari buat hunting snack. Coz logika tanpa logistic serasa sayur tanpa garam. Hambar….hehe. gerimis euy…tapi Nung suka. Palagi pas di lampu merah ada atraksi topeng monyet (Erny seneng banget. Ckikikik…). Ohya, Nung jadi lupa kalau tadi siang sempat KO..^^v. Jadi merasa sangat sehat…

Ba’da sholat Ashar mentoring dilanjutkan lagi ke kelompok yang lain. Nung memanfaatkan waktu luang yang ada buat ‘research’ dengan salah seorang narasumber yang masuk dalam daftar list orang yang bakal Nung wawancara karena beliau bisa jadi salah seorang sumber inspirasi sekaligus informasi dalam naskah buku yang mau Nung tulis. Xixixi..menginterograsi Mas Aris El Durra. Beliau seorang PNS sekaligus PNS pluz!!! (Pengusaha Nan Sukses. Amin). Serunya…coz temen2 yang lain juga pada ikutan nimbrung. Unyu…unyu… (terima kasih banyak ya Mas El..)

Sebelum pertemuan ke-4 kali ini diakhiri kita ‘meeting’ sejenak, terkait iuran, konsumsi, dll…dan akhirnya jam 17.30 pertemuan kita akhiri…sampai jumpa pekan depan. Jangan lupa PR dari kepala suku ya…
1. Outline final (diprint)
2. Ikhtisar 3 referensi utama (diprint)
3. Planing list awal naskah (diketik lagi n diprint)
4. Bagi yang outline nya sudah selesai, pilih salah satu sub bab dan tuliskanlah materinya….

Yups, sampai jumpa di pertemuan pekan depan….
Semoga Allah SWT mempertemukan kita dalam kondisi yang lebih baik…Amin.

Bahagianya berkumpul bersama keluarga Pelangi….

Ending : Nung n Erny ditraktir bakso mbak Fu’ah di BAKSO SONY. Mantapz dah…Alhamdulillah…hehehe…

[Keisya Avicenna, 17 Januari 2011…selesai menulis pukul 05:55 WIB @Zona NOstalgia RoMAntic-ku…]