Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, April 27, 2011

Celoteh Aksara [22]: “MENJEMPUT TAKDIR-NYA [TEPAT dan TERBAIK]"

Wednesday, April 27, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Friday, April 22, 2011 at 10:29am



“Hidup bukanlah bagaimana menunggu hujan dan badai berlalu, tetapi bagaimana kita belajar menari dalam irama hujan”– Vivian Green



Membaca ‘quotes’ di atas membuat saya menelusuri kembali ruang dan waktu perjalanan hidup saya yang telah berlalu. Sejenak saya teringat nasihat Mas Bayu Gawtama dalam buku yang baru saja saya rampungkan, “11 AMANAH LELAKI: Menjemput Keping Hikmah”. Beliau berpesan: “Hidup adalah perjalanan panjang. Buatlah beberapa terminal untuk berhenti sejenak dan berkaca pada masa lalu. Agar tak ada yang perlu disesali karena kesalahan yang terjadi berulang kali.”



Dan detik ini saya ingin menciptakan “terminal” dalam diri saya, ‘pemberhentian sejenak’: untuk sejenak merenung, memahami, dan belajar memaknai lebih dalam. Menengok masa lalu…



***

“Keindahan hidup itu bukanlah berasal dari keberhasilan kita melintasi padang rumput yang indah, melainkan ketika kita berhasil melewati terpaan hujan dan badai”.



Episode terindah dalam hidup adalah ketika kita mampu berdiri di saat berdiri itu adalah sesuatu hal yang amat sulit untuk dilakukan. Keindahan itu baru akan terasa ketika kesulitan itu telah berhasil kita lewati dengan baik. Hidup memang bagaikan musim, namun demikian musim kehidupan tentunya tak seperti musim yang terjadi pada setiap belahan bumi yang hampir pasti dapat diprediksi jenis dan kapan terjadinya. Musim-musim yang kita alami di dalam kehidupan sulit sekali untuk kita prediksi. Kita berharap akan terangnya matahari dalam kehidupan, namun Allah berikan hujan dan badai. Ada rahasia terbaik rupanya yang akan diberikan oleh Allah kepada kita, dengan hujan dan badai Dia akan memberikan kita pelangi yang indah.



Musim kehidupan itu berjalan sesuai dengan sunatullah dan sama sekali tidak dapat diprediksi, selalu berupaya bersyukur atas setiap musim yang kita alami dalam kehidupan akan membuat kehidupan kita menjadi lebih bermakna. Apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, entah itu baik atau buruk tetap saja akan kita jalani sesuai dengan pilihan kita masing-masing. Namun demikian jika kita tidak mengerti mengapa itu harus terjadi, yang dapat kita lakukan hanya menjalankannya dengan penuh kesyukuran dan prasangka yang baik. Kebaikan dan keburukan yang kita alami itu adalah sebuah persepsi yang ada dalam pemikiran kita dan sesungguhnya bukan merupakan suatu realitas fisik. Allah yang lebih mengetahui sesuatu itu baik atau buruk. Dengan demikian manusia sama sekali tidak bisa melakukan pembenaran apakah kejadian yang dialaminya itu kebaikan atau keburukan. Bukankah kita masih ingat dengan firman Allah, bisa jadi apa-apa yang kamu anggap baik, belum tentu itu baik disisi Allah dan apa-apa yang kamu anggap tidak baik, justru itulah yang terbaik bagi Allah. Jika demikian yang terjadi, yakinlah bahwa pada suatu saat nanti titik-titik kebaikan ataupun keburukan itu akan menjadi suatu rangkaian yang indah yang sesungguhnya membawa hikmah yang baik bagi kehidupan kita di masa datang.



Adakalanya manusia mengalami suatu kegagalan. Kegagalan itu sengaja Allah hadirkan bagi kita, walau mungkin segenap persiapan sudah kita rancang sebelumnya. Karena Allah ingin memberi kabar kepada manusia, Bahwa terwujud dan terjadinya harapan manusia itu, bukanlah andil dari manusia semata, melainkan ada wewenang Allah disana.



Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” lalu jadilah ia. (QS. 2:117).



Oleh karena itu, sebagai insan ciptaan Tuhan kita harus tetap menatap harapan terbaik di depan kita. Hidup ini hanya terdiri dari tiga bagian: masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu adalah pelajaran terbaik, masa kini adalah prestasi terbaik dan masa depan adalah cita-cita terbaik. Jika kita selalu mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri. Tetaplah bersyukur dan bersyukur, walau mungkin kita melihat sebongkah cahaya kecil diatas bukit kegelapan. Sesungguhnya Allah mengabulkan doa-doa dalam prasangka hamba-Nya. Kata-kata syukur selalu didahului oleh sabar. Sabar itu lebih mudah dilakukan. Banyak orang yang berhasil sabar dalam kedukaan, namun amat sulit untuk menemukan orang yang mampu mensyukuri nikmat Allah dalam kesempitan yang ia alami.



“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. 2 : 186)



Ada setiap waktu untuk setiap tujuan yang telah Allah tetapkan bagi makhluk-Nya. Masing-masing ‘musim’ yang diberikan-Nya kepada makhluk-Nya memiliki keberkahan tersendiri. Mereka akan tetap datang kepada kita tanpa peduli apakah kita menginginkan musim itu atau tidak. Setiap musim selalu Allah ciptakan pada waktu yang tepat. Dan Allah akan membuat segala sesuatunya indah TEPAT pada waktu dan kondisi TERBAIK yang telah ditentukan-Nya. Yang patut kita lakukan hanyalah bersyukur dalam segala kelapangan dan kesempitan.



***

Dan teruntuk jiwaku yang sedang bertumbuh:

“Nungma, yakinlah bahwa Allah SWT selalu tersenyum dengan cara-Nya kepadamu. Mempersiapkan segala yang kamu butuhkan dengan misterius, menurut jalan-Nya. Jadi sekali-sekali wahai hati berhentilah bertanya, terimalah dengan

lapang dada. Bersiaplah untuk rencana baru yang dipersiapkan oleh-Nya.

Yakinlah, bahwa Dia tidak akan mempersiapkan hal yang buruk untuk
makhluk-Nya, semuanya pasti ‘kan indah pada akhirnya. TEPAT dan TERBAIK!!!”



***

[Keisya Avicenna, catatan tertanggal 22 April 2011. *)Selamat menikmati hari-harimu yang ajaib, Nungma! ^^v]



TAKDIR

Opick feat. Melly Goeslow



Dihempas gelombang dilemparkan angin

Terkisah bersedih bahagia

Di indah dunia yang berakhir sunyi

Langkah kaki di dalam rencanaNya



Semua berjalan dalam kehendakNya

Nafas hidup cinta dan segalaNya



Dan tertakdir menjalani segala kehendakMu ya robbi

Ku berserah ku berpasrah hanya padaMu ya robbi

Dan tertakdir menjalani segala kehendakMu ya robbi

Ku berserah ku berpasrah hanya padaMu ya robbi



Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah

Bila mungkin tawa coba bersabarlah

Karena air mata tak abadi

Akan hilang dan berganti (hilang kan berganti)



Bila mungkin hidup hampa dirasa

Mungkinkan hati merindukan Dia

karena hanya denganNya hati tenang

Damai jiwa dan raga



Dan tertakdir menjalani segala kehendakMu ya robbi

Ku berserah ku berpasrah hanya padaMu ya robbi

Dan tertakdir menjalani segala kehendakMu ya robbi

Ku berserah ku berpasrah hanya padaMu ya robbi

Hanya padaMu ya robbi



*

Open Your Eyes



By: Maher Zain

Look around yourselves

Can’t you see this wonder

Spreaded infront of you

The clouds floating by

The skies are clear and blue

Planets in the orbits

The moon and the sun

Such perfect harmony



Let’s start question in ourselves

Isn’t this proof enough for us

Or are we so blind

To push it all aside..

No..



We just have to

Open our eyes, our hearts, and minds

If we just look bright to see the signs

We can’t keep hiding from the truth

Let it take us by surprise

Take us in the best way

(Allah..)

Guide us every single day..

(Allah..)

Keep us close to You

Until the end of time..



Look inside yourselves

Such a perfect order

Hiding in yourselves

Running in your veins

What about anger love and pain

And all the things you’re feeling

Can you touch them with your hand?

So are they really there?



Lets start question in ourselves

Isn’t this proof enough for us?

Or are we so blind

To push it all aside..?

No..



We just have to

Open our eyes, our hearts, and minds

If we just look bright to see the signs

We can’t keep hiding from the truth

Let it take us by surprise

Take us in the best way

(Allah..)

Guide us every single day..

(Allah..)

Keep us close to You

Until the end of time..



When a baby’s born

So helpless and weak

And you’re watching him growing..

So why deny

Whats in front of your eyes

The biggest miracle of life..



We just have to

Open our eyes, our hearts, and minds

If we just look quiet we’ll see the signs

We can’t keep hiding from the truth

Let it take us by surprise

Take us in the best way

(Allah..)

Guide us every single day..

(Allah..)

Keep us close to You

Until the end of time..



Open your eyes and hearts and minds

If you just look bright to see the signs

We can’t keep hiding from the truth

Let it take us by surprise

Take us in the best way

(Allah..)

Guide us every single day..

(Allah..)

Keep us close to You

Until the end of time..



Allah..

You created everything

We belong to You

Ya Robb we raise our hands

Forever we thank You..

Alhamdulillah..

Tuesday, April 26, 2011

Catatan Aisya [25] : Lolos Tahap Pertama

Tuesday, April 26, 2011 0 Comments

Alhamdulillah, hari ini dapat pengumuman tahap I beasiswa S2 dari kantor.
Insya Allah tes selanjutnya tanggal 13-14 Mei 2011.
Mohon doanya kawan-kawan!
Semangat!!!

Gitu aja deh catatannya coz speechless banget karena pagi tadi aku sempat merasa sedih karena "kehilangan" sesuatu, tapi Allah ternyata menggantinya dengan begitu cepat. Sebuah kejutan saat aku membuka email dan membaca pengumuman itu.

Ya Allah, hamba yakin masih banyak kejutan luar biasa yang Engkau rahasiakan... Dengan begitu membuatku belajar untuk terus berjuang, bersyukur, dan bersabar dalam menemukan rahasia-rahasia itu!

~Terima kasih atas kejutan sekaligus kesempatan yang Engkau beri hari ni, Ya Rahman.. Aku luruh dalam mahabbah pada-MU...~

250411
Aisya Avicenna

Catatan Aisya [24] : Luruskan Niat Sebelum, Saat , dan Setelah Menikah

Tuesday, April 26, 2011 0 Comments

Niat memang memiliki posisi sangat istimewa dalam ajaran Islam. Kali ini, kita membicarakan niat terkait dengan salah satu tahapan kehidupan yang selalu menyenangkan untuk dilewati oleh setiap orang, yaitu pernikahan. Apa yang ditulis di bawah ini cukup menjadi afirmasi positif sebagai upaya untuk meluruskan niat kita baik sebelum, saat, maupun setelah menikah.
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah dan mencari ridho-Nya.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
3. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
4. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat Islam.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Allah dengan berusaha mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
6. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan, "Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat."
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan suami dan memenuhi kebutuhannya, serta berniat untuk mampu mengelola nafkah dan mengurus anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya, agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung jawab sebagai seorang istri, berusaha memenuhi kebutuhan suami, sabar dalam menjalani kehidupan rumah tangga, berusaha memperbaiki akhlaq anak-anak, membimbing anak-anak kepada kebaikan dan menjadikan mereka generasi Qur'ani.
12. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari do'a yang dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak, sekaligus berharap pertolongan dan syafa'at dari anak-anak tersebut jika mereka meninggal ketika masih kecil.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para hamba Allah yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
14. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam urusan pernikahan ini, karena Allah.

Silakan ditambahkan sendiri ya!! ^^v

Yaa Allah, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong mereka.
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua..Amiin..

Khususnya bagi yang berniat untuk menikah, saran saya : SEGERA PRINT TULISAN INI, TEMPEL DI DINDING KAMAR! UCAPKANLAH BERKALI-KALI DAN TERUS AZZAMKAN DALAM HATI! Semoga bisa membantu untuk menjaga kelurusan niat tersebut.


Jakarta, 240411
Aisya Avicenna

Saturday, April 23, 2011

Catatan Aisya [23] : Membudayakan Taubat (Reportase)

Saturday, April 23, 2011 0 Comments

Hari, Tanggal : Sabtu, 23 April 2011
Pukul : 08.00-12.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir, LC

***
Materi dari ustadz baru dimulai pukul 09.00. Surprise juga saat sebelum materi, ada kesempatan untuk belajar tahsin dulu. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dalam halaqoh-halaqoh. Subhanallah, aku masuk dalam kelompok yang sebagian besar ibu-ibu. Ada yang nenek-nenek juga. Kami belajar bersama seorang ustadz. Ibu-ibu begitu bersemangat, meskipun berulang kali sering salah dalam membaca. Ustadznya juga sangat sabar. Keren deh!

Moderator mengawali acara dengan berbagi kisah tentang seorang laki-laki dari Bani Israil yang membunuh 99 orang dan ingin bertaubat. Akhirnya ia mendatangi seorang rahib dan bertanya apakah taubatnya bisa diterima. Sang rahib berujar bahwa taubatnya tidak akan diterima. Akhirnya laki-laki itu membunuh sang rahib. Seratus nyawa akhirnya melayang atas perbuatannya. Ia benar-benar ingin bertauubat. Akhirnya ia bertanya apakah ada orang alim yang bisa ia tanyai. Akhirnya, bertemulah ia dengan seorang alim/ahli hikmah. Ia pun bertanya apakah taubatnya bisa diterima. Sang ahli hikmah menjawab, “Mengapa tidak? Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pergilah ke kota itu, di sana orang mentauhidkan Allah. Tinggalkan kampungmu yang penuh maksiat!”

Laki-laki pembunuh itu menuruti kata sangg ahli hikmah. Demi mewujudkan keinginan besarnya untuk bertaubat, laki-laki pembunuh itu bergegas hijrah ke kota yang dimaksud sang ahli hikmah. Ternyata ia meninggal dalam perjalanan. Malaikat pencatat amal kebaikan dan malaikat pencatat amal keburukan ‘berselisih’ apakah laki-laki pembunuh itu masuk surga ataukah neraka. Akhirnya diukurlah langkahnya dan ternyata langkah kaki laki-laki pembunuh itu lebih dekat menuju kota tempat tujuannya bertaubat. Akhirnya ia masuk surga.

Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada orang yang suka bermaksiat.
Sebuah kisah tentang Abu Nawas yang menurut temannya, Abu Nawas pernah bercerita bahwa ia bermimpi duduk di taman surga. Setelah di tanya, mengapa Abu Nawas bisa berada di surga, Abu Nawas menjawab bahwa ia masuk surga karena membuat syair tentang taubat yang ia simpan di bawah kasurnya. Syair itu berbunyi demikian.

Ilaahi Lastu Lil Firdausi Ahlaa
Walaa Aqwaa `Alan Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii
Fainnaka Ghoofirudz Dzambil `Adzhiimi
Dzunuubii Mitslu A`daadir Rimaali
Fahabli Taubatay Yaadzal Jalaali
Wa `Umrii Naaqishun Fii Kulli Yaumi
Wa Dzambii Zaidun Kaifak Timaali
Ilaahii `Abdukal `Aashii Ataaka
Muqirrom Bidz Dzunuubi Waqod Da`aaka
Wain Taghfir Fa-Anta Lidzaaka Ahlun
Fain Tathrud Faman Arju Siwaaka


Ya Tuhanku, aku tak layak menjadi ahli syurga-Mu
Namun, aku tidak mampu menahan panasnya siksa api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku seperti jumlah debu pasir dipantai
Maka terimalah taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan sisa umurku berkurang setiap hari
Dan dosa-dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-Mu

Acara selanjutnya adalah materi dari Ustadz Bachtiar Nasir.
Beberapa point yang sempat saya catat dari apa yang beliau sampaikan:
1.Bertaubat tidak cukup dengan meninggalkan yang dilarang tapi juga melaksanakan perintah. Kekeliruan saat ini, bertaubat hanya dipahami dengan meninggalkan maksiat saja.
2.Taubat ada dua, yakni taubat yang wajib (taubat dengan meninggalkan yang dilarang tapi juga melaksanakan perintah) dan taubat yang sunnah ( Taubat dengan menjalankan sunnah Rasul dan menjauhkan diri dari yang dimakruhkan Rasulullah Saw.)
3.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Adam as
Hikmah kisahnya:
a.Akibat dari dosa yang dilakukan Adam, maka Allah menyingkapkan keburukannya (Q.S. Thaha : 21)
b.Adam dan Hawa terusir dari surga (Q.S. 7 : 24)
c.Allah Swt mencela mereka (Q.S. 7 : 22)
4.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Nuh as
a.Nuh adalah bapak manusia setelah Adam dan kemudian disusul Ibrahim.
b.Pada masa Nuh, ada 5 orang shalih yang sangat dermawan kemudian didewakan secara berlebih-lebihan oleh umat Nuh dengan dibuatnya patung mereka saat mereka telah wafat. Inilah yang menjadi contoh syirik pertama kali di muka bumi.
c.Nuh merupakan hamba Allah yang banyak bersyukur dalam keadaan apapun. So, kunci hidup berbahagia dalam beragama adalah berdzikir dan bersykur (Q.S. 2 : 152). Bukan dzikir di lisan saja, tapi juga di dalam qalbu. Merasakan dan menyaksikan keagungan-Nya di alam raya. Orang yang sering berdzikir, akan mampu banyak bersyukur.
d.Dzikir kalbu :
-Mampu merasakan keagungan nama dan sifat-Nya
-Mampu merasakan kebesaran Allah di jagad raya
e.Wujud syukur :
-Lisan
-Memberi mahabah (daya cinta) dan inabah (efek dari mahabah) pada Allah
-Perbuatan, kuncinya : taat
f.MAHABAH
-Cinta yang tidak berbalas ridho dari Allah bisa disebabkan karena cintanya tidak dibarengi dengan ketaatan kepada Allah. Itulah cinta yang sia-sia.
-Ikhlaskan memurnikan ibadah karena Allah semata
g.INABAH
-Ketika kita merasa lebih pintar dari orang lain, itu sombong namanya.
-Hidup ini di antara 2 misteri, yakni ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Orang yang cerdas dalam menjalankan hidup adalah orang yang mampu menjalani hidup di antara ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Taufiq adalah pertemuan antara kehendak Allah dan manusia.
h.Tidak harus menunggu berdosa baru bertaubat. Nabi Nuh as selalu menjadikan taubat sebagai gaya hidupnya
i.Alam bawah sadar manusia senang dengan pengulangan.
j.Formula dahsyat sebelum tidur :
-Memaafkan orang lain
-Bertaubat
-Berdzikir
-Mendengarkan murottal sebagai pengantar dan teman tidur
k.Doa Nabi Nuh (Q.S 11 : 45)
l.Nuh berhasil membentengi diri sendiri, tapi tidak berhasil membentengi anaknya (Q. S. Al-A’raf : 59)
5.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Yunus as
Q.S. 21 : 87
Ia taubat di dalam perut ikan
6.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Ayub as
Ayub adalah hamba paling sabar. Ia tidak minta sembuh pada Allah. Ia selalu yakin bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah, pasti baik untuknya.

Jakarta, 230411
Aisya Avicenna

Friday, April 22, 2011

Catatan Aisya [22] : Launching Buku Keempatku

Friday, April 22, 2011 0 Comments

Pukul 03.00, aku terbangun. Lagi-lagi tanpa alarm. Alhamdulillah. Setelah sholat malam, aku sempat murojaah 3 hadist yang harus aku setorkan pagi ini. Pukul 03.30 aku buka kulkas, ambil telur dan beberapa cabai, terus menuju lantai 1. Saatnya memasak!!! Beberapa waktu kemudian, akhirnya jadi juga masakan lezat ala chef Aisya Avicenna. Sempat dikreasi saat menghidangkan. Halah! "Nasi Goreng Chicken Stick” itu akhirnya aku lahap bersama seorang sahabat. Selesai sarapan, aku bersiap-siap hendak “kuliah pagi".

Sekitar pukul 05.30, aku sudah berdiri di Jalan Otista Raya untuk menunggu mikrolet 53 yang hendak aku tumpangi. Sambil menunggu, aku manfaatkan untuk muroja’ah hafalan hadistku. Hari ini ada 3 hadist lagi yang harus disetorkan. Tiba-tiba ada sepeda motor berhenti di depanku. Kaget! Rasa kaget itu sirna sudah tatkala tahu siapa pengendaranya. Beliau adalah salaha satu mahasiswi LBQ Al-Utsmani juga, tapi levelnya di atasku. Dia mengajakku naik motornya. Uhuy! Alhamdulillah... Sepanjang perjalanan, aku masih sibuk dengan hafalanku.

Sampai di kampus, ternyata aku tetap menjadi mahasiswi yang datang paling awal di kelasku. Hehe... Pukul 06.15 kelas dimulai dan alhamdulillahh hari ini berhasil setor hafalan 3 hadist. Pukul 08.00 kelas berakhir. Sebelum pulang, aku sempatkan ke kantor LBQ Al-Utsmani dulu untuk membayar SPP. Setelah itu melanjutkan agenda berikutnya yakni “imunisasi pekanan”. Hmm, ada yang special hari ini. Semangat! Setelah “imunisasi pekanan” aku “diculik” salah satu saudariku untuk mengantarkannya ke toko “RAIHAN” di dekat UNJ.

Pukul 13.30 aku tiba di kost untuk makan siang. Setelah itu, aku menuju stasiun Tebet untuk naik kereta ke Depok. Saat di kereta aku sempat cemas karena tidak begitu tahu jalurnya dan belum begitu familier dengan stasiun Lenteng Agung, tempat aku turun. Di dalam kereta ekonomi AC itu, aku berdiri. Tiba-tiba aku melihat toko buku Leksika dari jendela. Wah, sepertinya terlewat nih stasiunnya. Akhirnya aku turun di stasiun berikutnya. Saat hendak keluar, aku tanya ke bapak penjaga tiket apakah stasiun Lenteng Agung sudah terlewat. Ternyata oh ternyata, tempatku berpijak saat itu adalah stasiun Lenteng Agung. Hehe... Subhanallah, walhamdulillah!

Setelah keluar dari stasiun, aku berganti angkot kecil warna biru jurusan Pasa Minggu dan akhirnya sampai juga di toko buku Leksika. Berhubung masih pukul 14.35, aku pun melihat-lihat buku dulu. Sempat menamatkan sebuah buku di sana yang berjudul “Shalat Istikharah”. Menjelang Asar, aku ke mushola. Aku sholat Asar berjamaah dengan seorang laki-laki yang logatnya Jawa banget!

Setelah sholat, aku ke lantai 4 yang menjadi tempat acara launching buku “PARA GURU KEHIDUPAN”. Saat mengisi absensi, aku bertanya pada panitianya siapa sih penanggung jawab proyek ini. “Mas Epri Tsaqib. Itu Mbak, orangnya ada di depan,” kata seorang muslimah berjilbab lebar yang mengaku sebagai asisten Mas Epri (yang ternyata adalah istrinya! Baru tahu di akhir acara! ^^v). Selain itu, baru aku ketahui bahwa laki-laki yang tadi menjadi imam sholat Asar itu bernama Muhammad Trimanto, ketua FLP Depok yang juga salah satu penulis dalam buku antologi “PARA GURU KEHIDUPAN”. Sebelum acara dimulai, kami sempat kenalan, tukar tanda tangan dan kartu nama serta bercakap-cakap dengan beberapa penulis yang juga urun karya di antologi tersebut.

Acara dimulai dengan pembukaan dan doa bersama yang dipimpin oleh Mas Epri tsaqib. Selanjutnya pada sesi ice breaking, tampillah Mas Niko cs yang menyanyikan lagu tentang bumi karena bertepatan hari itu adalah hari Bumi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan naskah oleh Mbak Achi TM yang bercerita tentang pengalaman pribadinya bersama ayahanda tercinta sebelum beliau wafat. Impian Mbak Achi melalui dorongan semangat dan ketegasan sang Ayah membuatnya kini semakin percaya diri menapaki setiap langkahnya di dunia kepenulisan.

Selanjutnya ada penampilan Teater Pusat Bumi yang dibawakan Nadia Sarah Adzani bersama 2 orang rekannya. Nadia juga salah satu penulis dalam buku tersebut. Kemudian, pembacaan naskah oleh Mbak Lya Herlianti. Ia tak kuasa membendung air matanya saat membacakan naskahnya yang berjudul "Sang Pembuka Hati." Ia bercerita mengenai pengalaman pribadinya dengan Jossete, sahabatnya di Belanda yang menyadarkannya akan cinta yang telah lama hilang.

Demikian juga dengan Mbak Wiwiek ketika membacakan kisahnya tentang Ibu yang selalu menjadi peneduh ketika masalah demi masalah datang menghampiri, audiens pun ikut merasakan betapa damainya memiliki seorang ibu yang begitu mencintai putrinya.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyerahan buku “PARA GURU KEHIDUPAN” secara simbolis lanjut foto bersama. Seru! Apalagi waktu Mas Epri Tsaqib foto bersama istrinya. Kedua naskah mereka tergabung juga dalam buku ini. Wah, so inspiring! Suami istri yang kompak. Hmm, jadi teringat salah satu impianku adalah menulis bersama suamiku kelak. Hehe.. semoga terwujud. Aamiin...

Berikutnya adalah pembacaan naskah oleh Wahyu Widianingrum yang membuat hadirin tergelak dan senyum-senyum saat mendengar kisah yang dituturkannya. Pada penghujung acara, Mbak Achi TM tampil kembali bersama Mas Niko dan Niki dari Rumah Pena dengan membacakan puisi karya Mas Epri Tsaqib.

Acara launching diakhiri dengan Book Signing para penulisnya.
Dengan lahirnya buku ini semoga dapat mendatangkan manfaat yang besar bagi kita semua dan menjadi ladang amal kebaikan khususnya bagi para penulisnya. Aamiin...

Jakarta, 220411
Aisya Avicenna

Thursday, April 21, 2011

Catatan Aisya [21] : Kartini Pengingat Mati

Thursday, April 21, 2011 0 Comments

Mengapa saya menggunakan kata “Kartini” pada judul catatan ini? Alasan pertama karena Kartini itu wanita luar biasa dan kali ini saya akan menceritakan seorang wanita luar biasa yang cukup berpengaruh bagi saya. Alasan kedua karena catatan ini merupakan Catatan Aisya edisi ke-21 yang saya tulis tanggal 21 April 2011 bertepatan dengan peringatan hari Kartini. Hmm… ya begitulah!
***

Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Seluruh badan kan kedinginan


Lagu itu lagi! Ya, setiap kali si ibu itu beraksi, lagu tersebut yang dinyanyikan. Hanya bermodal suara, tanpa alat musik yang melatarinya, ibu itu membawakan setiap lagu yang dinyanyikannya. Lagu di ataslah yang sering dinyanyikan sebelum lagu lainnya. Ibu berjilbab yang berprofesi sebagai pengamen itu sudah puluhan kali “manggung” di Kopaja 502 yang aku tumpangi. Hampir setiap “pentas”, beliau membawakan lagu itu. Benar-benar mengingatkan diri ini, harapannya pesan yang tersurat dan tersirat dalam lagu yang ia bawakan juga sampai ke penumpang yang lain. Kadang merinding juga saat ibu itu menyanyikannya.

Sayang, pagi tadi saya hanya melihat ibu itu di pinggir jalan. Awalnya si ibu akan naik Kopaja 502 yang saya tumpangi. Tapi, jarak beliau dan berhentinya Kopaja terlalu jauh dan lagi penumpangnya juga membludak. Akhirnya beliau tidak jadi naik Kopaja 502 tersebut. Ada rasa kecewa juga, karena pagi ini saya tidak mendengarkan lagu pengingat mati itu.

Ibu itu biasa beraksi di sepanjang jalan dari kawasan Kampung Melayu sampai Matraman. Ah, saya bertekad suatu saat ingin menemui ibu itu. Saya penasaran dengan latar belakang kehidupannya. Mungkin saya pun akan bertanya mengapa lagu pengingat mati itu yang terus ia nyanyikan. Semoga ada kesempatan.

Berbicara tentang kematian, banyak sarana yang bisa mengingatkan kita pada kematian. Coba tanyakan pada diri kita, seberapa banyak kita mengingat mati dalam hidup kita. Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Jika kenyataannya kita masih sangat sedikit dalam mengingat mati di tengah kesibukan dan semua urusan duniawi kita, maka segeralah ubah hal tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan kematian mendatangi kita. Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem untuk menghindari perbuatan dosa. Mengingat mati juga merupakan satu cara yang sangat efektif untuk mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Ya Allah yang Maha Menghidupkan dan yang Maha Mematikan, wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keadaan suul khatimah.

Semoga Allah Swt menutup akhir hayat kita dengan husnul khatimah dan menerima semua amal shalih kita. Aamiin Yaa Rabb…

"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati..."(QS.Ali Imran:185).
Jakarta, 210411_13:06
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com

Wednesday, April 20, 2011

Buku Terbaru Saya : PARA GURU KEHIDUPAN

Wednesday, April 20, 2011 1 Comments

Para Guru Kehidupan senantiasa ada dan hadir di sekitar kita. Mungkin ia adalah sosok yang sederhana, mungkin ia adalah sesuatu yang tidak pernah kita duga
hadir dan melintas begitu saja dalam kehidupan kita atau mungkin juga ia adalah sebuah momen yang tak terlupakan dalam kehidupan kita yang sangat singkat ini

Dari mereka kita senantiasa bisa belajar dan mengambil manfaat yang akan sangat berguna untuk bekal kita mengarungi episode perjalanan hidup ini selanjutnya.

Insya Allah ada tulisan saya dalam buku antologi ini. Siapakah Guru Kehidupan saya? Penasaran??? Insya Allah buku ini akan dilaunching pada hari Jumat, 22 April 2011. Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku inspiratif ini bisa menghubungi saya.. Cukup dengan harga Rp 40.000,-... Jangan lewatkan kesempatan ini ya!

Catatan Aisya [20] : Kematian Hati (KH. Rahmat Abdullah)

Wednesday, April 20, 2011 0 Comments

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka," ucapnya lirih.



Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah dan hati nurani tak ada lagi.

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP ; SMU 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka memperkosa.

Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia." Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"


Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.

Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.


Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"

*Dicopas dari notenya Kang Ahmad Lamuna

Jakarta 20 April 2011
Saat hati hampir "pingsan",

Aisya Avicenna

Celoteh Aksara [20]: "SENANDUNG CINTA SEDERHANA

Wednesday, April 20, 2011 0 Comments

“Senandung Cinta Sederhana “

Percikan rinduku menerpa hati yang merayu
Menggoda angan yang mencumbu syahdu
Akulah pemilik rasa itu!
Rasa yang mampu menyeret kesadaranku
Menelusup ruang dan waktu

Inilah yang kusebut cinta sederhana,
*dari seorang yang sederhana!
Sampai akhirnya nanti aku kan berkata
“Duhai hatiku, lihatlah…
Musim semi telah tiba
Bunga-bunga cinta bermekaran. tersenyum, menyapa hati yang kasmaran.”

“Wahai hatiku, dengarkanlah…
bisik rerumputan di pelataran
Mendendangkan senandung cinta tentang kita!
Dalam kasih sayang tak berkesudahan…”

Saat kidung penantian belum usai berlagu
Biarkanlah…
Biarkanlah sang waktu yang menghentikan
Atas kehendak-Nya
Atas kuasa-Nya…

Bersama sebaris doa…
agar kau dan aku menjadi kita
Lalu bersama, memadu jalinan sebagai wujud persembahan cinta
Cinta suci tak bernoda!

Kini…
Masih kurenda hari bersama rindu
Menunggumu di batas waktu
Seiring jemariku yang tak kan pernah lelah
Merangkai untaian kasih untukmu
Penaku tak kan pernah kering menuliskan syair cinta
Hingga lahirlah bait-bait kerinduan
untukmu, dalam sebentuk cinta
yang akan selalu ku jaga…
Hingga akhir masa.
Merengkuh ridho-Nya, sampai ke jannah-Nya
Amin Ya Rabb…

“Rahasia itu hanya Kau yang tahu…”

[Keisya Avicenna_19 April 2011. Saat aksaraku bertutur dalam ikhtiar dan doa tentang ketulusan sebuah cinta yang sederhana!]