Jejak Karya

Jejak Karya

Sunday, January 27, 2013

Aksara Kembara [3]: “Hujan dan Makna Sebuah Ketegaran”

Sunday, January 27, 2013 0 Comments
Aku dan berjuta juta manusia lainnya terlahir untuk mencintai hujan. Entah kenapa aku selalu sepakat bahwa kehadiran hujan membawa damai tersendiri di sudut hati. Hadirnya bagaikan mengantarkan tapak-tapak rindu untuk mendekat dan mencumbu di selaksa relung hati yang kering.Setiap tetesnya adalah anugerah, setiap tetesnya adalah berkah. Melati di taman merekah karnanya, padi di sawah menghijau karna curahnya. Setiap tetesnya adalah tasbih, maka seluruh alam memujanya. Hujan dan aku cinta!
***
Aku duduk di sini, awalnya sendiri. Namun lantas sekerumunan kenangan menyeruak memaksa masuk ke dalam otak, dan mendorong paksa airmata keluar Meski airmata bertahan sekuat tenaga agar tidak terjun bebas, tapi ia kalah. Kenangan itu terlalu kuat dan tak kuasa dilawannya. Airmata pun luruh seketika. Sementara kerumunan kenangan itu asyik berpesta pora, di dalam sana.

Di sana, Tuan, kita duduk bersama. Memesan minum bersoda dan sekantung kentang goreng asin. Aku asyik memandang layar laptop yang berkedip-kedip mengajakku bermain di ruang penuh kata-kata. Sementara dirimu, sesekali memijati bahuku yang letih, mengelus perut buncitku yang di dalamnya terbaring nyaman bayi kita. Sesekali pula, aku mengangkat kepala dan menoleh kepadamu, yang sigap memberikan senyum termanismu, sore itu. Senja jatuh, dalam diam di matamu yang teduh.
*mengenang almarhum, di suatu sudut Mcd Simpang Dago*

Deg! Gerimis hati ini bersamaan dengan embun di sudut mata saat aku terpaku membaca status sosok salah satu penulis favoritku. Sosok yang sangat inspiratif dan akupun menatap langit memanjatkan do’a. “Ya Rabb, suatu hari nanti izinkan aku bertemu dan belajar banyak dari beliau. Kabulkanlah pintaku…”

Hingga pagi itu, tergerak jemari ini menarikan tuts-tuts di Doralepito, mencoba menyapa di wall Fb-nya. Ajakan untuk bertemu dan Alhamdulillah, aku mendapatkan sambutan yang sangat antusias dan luar biasa. Bandung, sungguh aku sangat mencintaimu! Dan Engkau Ya Rabb… Engkaulah tempat bermuara segala pinta dan takkan lama lagi salah satu impianku Engkau izinkan menjejak nyata.

Bandung, 8 Januari 2013
Hari ke-4 aku di kota Bandung. Baru pertama kali ditinggal Mas Sis mudik, sungguh membuat fisikku menjadi lemah. Aku memutuskan selama seminggu beliau di Semarang aku nggak ingin berlama-lama di Bogor. Justru akan semakin menyiksaku dengan sebuah kata: rindu. Akhirnya, meski raga sedikit payah, aku bulatkan tekad untuk ke Bandung setelah setengah hari aku mengikuti diklat pengajar GO (tanggal 5 Januari itu). Aku terpaksa izin tidak bisa full karena fisikku yang gak bersahabat. Dan akhirnya aku larikan raga dan jiwaku ke kota Bandung. Hehe. Ah, Bandung dan aku ingin memperkaya jiwaku!

Hingga akhirnya terjadilah pertemuan istimewa di McD Simpang Dago. Pertemuan istimewa dengan sosok istimewa. Beliau adalah Bunda Lygia Pecanduhujan. Sosok yang tak asing di komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Sosok penulis dengan karya-karya yang sangat mencerahkan dan sudah sangat banyak bertebaran di jagad perbukuan Indonesia. Bunda Lygia membawa Ipank, putra ketiganya yang baru berumur 7 bulan. Nggemesin banget deh…

Pertemuan pertama begitu menggoda, selanjutnya sungguh terasa semakin istimewa dan bertabur cinta. SUPERTWIN begitu terpesona dengan sosok bunda inspiratif satu ini. Bunda Lygia yang begitu ramah, supel, murah senyum, humoris, pokoknya enak banget deh orangnya (hihi, renyah kayak kentang goreng ^_^). Sosok bunda yang sabar, tegar, dan top abiz dah…

Langsung deh keesokan harinya aku update status:
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Simpang Dago pun menjadi saksi pertemuan istimewa kita yang bertabur cinta. Tanpa terasa 3 jam kita bersama, saling bertukar cerita dan saya begitu banyak mengambil pelajaran atas apa yang engkau sampaikan, bunda...
"Allah memberikan ujian dalam hidup kita, lengkap dengan kunci jawabannya. Hanya saja kita perlu lebih jeli mencari dimana letaknya." KEEP WRITING!

Begitulah kalimat yang tersusun dari aksara-aksara penuh daya yang Bunda Lygia Pecanduhujangoreskan di catatan harian saya usai perjumpaan kita . Terima kasih, Bunda!

***
Engkau yang malam ini bersedih, dengarkanlah ini…
Ketahuilah bahwa setiap tetes dari matamu yang jujur itu bernilai satu telaga kebaikan jika engkau tetap memelihara keikhlasanmu, bahwa keburukan yang terjadi kepadamu –walau pedih dan pilu– adalah sesungguhnya kebaikan.
Bagaimana mungkin Tuhan yang sangat mencintaimu akan membiarkanmu terlukai –jika bukan karena niatNya untuk memuliakanmu?
Sesungguhnya, bagi jiwa yang ikhlas – keburukan adalah kebaikan yang belum sampai pengertiannya.Bersabarlah, sampai datang waktu di mana engkau mengerti, bahwa ini semua adalah untuk kebaikanmu. Seperti semua keburukan yang telah kau lalui sebelumnya yang ternyata menyampaikanmu kepada keadaan yang lebih baik.
Damaikanlah hatimu, serahkanlah semuanya kepada Tuhanmu, dan penuhilah hak tubuh dan jiwamu untuk beristirahat dengan baik.
Semoga engkau dibangunkan esok pagi sebagai jiwa damai yang dicintai dengan tulus dan yang baik rezekinya.Aamiin. [Mario Teguh]

***
“Cinta selalu menitipkan rindu pada hujan. Sebentuk keindahan yang mencintai kebaikan. Dan aku sangat mencintai hujan dengan segala tetes ketegaran jua ketenangan. Hujan, basahi jiwaku hingga seluruh. Aku bersyukur telah mengenalmu sebagai warna momentum yang berbeda. Namun dalam hidupku, kau sungguh indah terasa…”
[Catatan DNA Keisya Avicenna, 3 April 2012]

Inilah aksara kembaraku mencoba mendokumentasikan sepenggal kisahku bersama sosok yang kaya akan rasa sabar dan bergelimang rasa syukur. Dialah Bunda Lygia Pecanduhujan. Tak akan pernah habis tintaku untuk menceritakannya hingga aku sendiri yang akan kehabisan kata-kata untuk menceritakan segala rasa yang terendap dalam jiwa.

Terima kasih, Bunda Lygia… Semoga Allah senantiasa menitipkan bahagia untukmu dan seluruh keluarga tercinta. Aamiin…

[Keisya Avicenna, 27 Januari 2013 @Istana KYDFENS Wonogiri]


Wednesday, January 23, 2013

Aksara Kembara [1]: “HIDUP ADALAH SEBUAH PERJALANAN PANJANG MENDEWASAKAN SUDUT PANDANG.”

Wednesday, January 23, 2013 0 Comments




Alhamdulillah, akhirnya jejak kelanaku sampai juga di sebuah kota yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Yups, SEMARANG! Mungkin impian-impianku di masa lalu, sekarang mampu ‘menyeretku’ hingga sampai di kota yang sejak kelas 5 SD dulu telah aku beri julukan “KOTA INSPIRASI”.

Ya, saat kelas 5 SD aku pernah mengukir jejak prestasi di kota ini. Kala itu, aku menjadi juara 1 lomba sinopsis untuk buku fiksi dan nonfiksi di tingkat kabupaten. Dan bersyukurnya, aku menjadi delegasi dari Kabupaten Wonogiri untuk mengikuti Lomba Sinopsis dan Menceritakan Kembali Buku Fiksi dan NonFiksi. Jadi di tingkat provinsi, pasa peserta harus menceritakan apa yang telah dituliskan.

Aku masih ingat sekali, untuk buku nonfiksi aku menulis sinopsis dan menceritakan tentang budidaya udang windu sedangkan untuk buku fiksi, judulnya Janjiku Untuk Negeriku (JUNI). Ah, sebuah pengalaman berharga bagi seorang bocah kelas 5 SD, meskipun tidak juara (pesertanya aja banyak yang sudah kelas 6), aku tetap bahagia. Bahkan pasca lomba itu, aku jadi punya banyak sahabat pena. Kita saling berkirim surat dan serunya persahabatan kita masih terjaga dan bertahan sampai sekarang.

Sejak saat itulah Semarang menjadi “KOTA INSPIRASIKU”. Pun ketika aku sudah menjadi mahasiswa, kalau akhir pekan ada waktu luang pasti aku sempatkan untuk mbolang ke Semarang. Kebetulan, banyak sahabat SMA yang kuliah di Semarang. Jadi sekarang, pasca kepindahanku dari kota hujan aku langsung ‘nyaman’ dan ‘kerasan’ aja tinggal di kota ini. Ya, perjuangan di kota baru akan aku mulai, bersamamu…

Yups, seperti judul yang aku tulis di atas…“Hidup adalah sebuah perjalanan panjang mendewasakan sudut pandang.” Kalau dalam menulis cerita fiksi, kita mengenal ada sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Nah, kalau aku analogikan dalam kehidupan, ada dua hal yang mesti kita resapi baik dalam bertutur kata, dalam tingkah laku keseharian, dan menyikapi berbagai hal karena kita hidup sebagai makhluk sosial.

1.     AKU sebagai AKU.
Ya, setiap kita pasti istimewa. Dalam tubuh kita ada rantai double helix yang bernama DNA. DNA yang menjadi ciri khas setiap orang. Bahkan yang kembar identik saja pasti juga punya banyak perbedaan. Apalagi dengan orang lain yang bukan saudara dan tidak lahir sekandung. Jadi, bersyukurlah untuk terus menjadi “aku” dan bukan “kau”.

Allah telah menciptakan kita dalam sebaik-baik penciptaan. Bukankah itu sudah cukup untuk kita syukuri dan renungkan? Syukuri, dengan cara mengoptimalkan segenap hadiah dan anugerah yang telah Allah berikan dalam hidup kita. Panca indera yang sehat dan lengkap ini titipan, sudahkah kita optimalkan? Organ dalam yang dibungkus daging dan kulit ini juga titipan, sudahkan benar-benar kita jaga kesahatannya? Oleh karena itu, renungkanlah! Betapa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kitanya saja yang kadang terlena dan tanpa sadar membuatnya jadi sia-sia. Maka, mulai detik ini bersyukurlah jadi ‘AKU’ dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

2.     AKU sebagai KAU.
Ini akan memunculkan rasa empati kepada sesama. Saat saudara kita sedih kita turut merasakan dukanya, kita bantu menghapus linangan air mata yang menciptakan jejak di kulit pipinya. Saat ia bahagia, kita turut merasakan suka dan belajar untuk bersama melukis tawa pada roman muka. Jadi, pandai-pandailah membawa diri. Betapa Rasulullah telah begitu banyak memberikan pelajaran lewat kisah beliau bersama para sahabat.
Ah, betapa indahnya hidup ini jika kita junjung tinggi rasa toleransi dan empati. Inilah saat sudut pandang ‘aku’ menjadi ‘kau’. Aku belajar merasakan apa yang kau rasakan…

Hm, inilah pelajaran di hari ke-6 saat aku mulai menuliskan catatan hidupku di kota Semarang. Apalagi yang membuatku tidak bersyukur, jika di kota ini aku telah Allah pertemukan dengan saudara/i baru yang begitu baik, rekan-rekan kerja yang tak kalah baik, keluarga yang istimewa, tempat kerja yang nyaman, rumah tinggal yang meski sederhana namun sarat akan cinta, suami yang penuh kasih sayang dan selalu membuatku bahagia.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Dan akupun sangat menikmati ‘profesi’ dan segudang ‘amanah’ku saat ini. Karena di mata Allah, seseorang tidak dinilai dari apa jenis pekerjaannya. Namun dari bagaimana dia melakukan pekerjaannya itu. Di mata Allah, seseorang juga tidak dinilai dari berapa hasil yang didapat dari pekerjaannya, namun dari seberapa besar dia mencintai pekerjaannya. Karena dengan CINTA-lah seseorang akan mampu bekerja keras. Karena dengan CINTA-lah seseorang akan merasa ikhlas dan bersyukur atas pekerjaannya. Karena itu rekan hebatku, apa pun pekerjaan kita, sekeras apapun kita harus melaluinya, mari kita belajar untuk mencintainya…

Dan inilah aku, yang belajar untuk tidak galau saat ada yang bertanya “Sudah isi belum?”. Hehe, bagiku ini pertanyaan wajar dari orang-orang sekitar untuk para pasangan yang baru saja menikah. Dan bagiku lagi, pertanyaan ini adalah bagian dari DO’A. Karena aku masih setia berpegang teguh pada prinsipku, “Allah Swt pasti akan menjawab dengan sangat indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak, saat Kun Fayakuun-Nya bekerja sepenuh energi CINTA!”
Ya inilah aku…

Dalam kasus ini, akupun belajar jadi ‘kau’. ‘kau’ yang telah bertahun-tahun membina hidup berumah tangga namun belum juga diberikan amanah oleh Allah berupa momongan. Ada kerja keras di sana, ada kesabaran mahahebat disana, ada peluh usaha dan tangis penuh do’a juga disana. Jadi, inilah bagian dari sebentuk ujian. Dan tugas manusia hanyalah berdo’a  serta berusaha disertai tawakkal. Hasil akhir itu wilayah kerja Allah…

***
Hmm, pertemuanku denganmu hingga hati dan jiwa kita bersatu pun itu atas “Kun Fayakuun-Nya”. Karena waktu itu aku hanya berbekal modal “YAKIN, YAKIN, YAKIN, YAKIN, YAKIN, YAKIN, dan YAKIN” hingga Dia memberikan kado terindah dan buah termanis dari semua ketegaran dan kesabaranku, yaitu kamu sang pangeran kunci syurgaku… ^_^

Karena “Hidup adalah sebuah perjalanan panjang mendewasakan sudut pandang.”

[Keisya Avicenna, 23 Januari 2013 @Istana IPK Semarang]

Rinai hujan di kota Bogor, dan kini Semarang akan menjadi kota yang penuh rinai inspirasi…




Saturday, January 12, 2013

BOGOROMANTIC [6]: “Behind every successful man is a woman”

Saturday, January 12, 2013 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Saturday, December 22, 2012 at 5:26am ·


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



Inilah film ketiga yang kami tonton semenjak kami membuka lembaran kehidupan baru di kota Bogor. Film yang paling menguras air mata, film yang paling membekas, dan film yang paling memperkaya jiwa : Habibie & Ainun.



20122012, penayangan perdana film ini dan langsung disambut dengan antusias oleh para penikmat film di Indonesia. Termasuk saya, yang mendapatkan surprise dari seseorang. Padahal rencana awal saya yang gantian nraktir nonton, eh kalah start! Beliau malah langsung beliin tiket dan ngajakin nonton malam harinya.



20122012, ada kisah tentang sepasang kekasih halal yang harus rela menerjang hujan untuk menjadi saksi sebuah visualisasi tentang perjalanan cinta sejati sepasang tokoh yang luar biasa dan sungguh menyentuh hati.



20122012, ada kisah tentang air mata yang perlahan namun menderas menciptakan jejak di kulit pipi…



20122012, ada kisah paling haru saat melihat adegan Habibie pulang dengan kaki yang lecet, karena harus pulang jalan kaki saat hujan salju (sepatunya bolong) dan Ainun yang tengah hamil tua membasuh kakinya dengan iair serta mengatakan kalau ingin pulang ke Indonesia. Habibie lalu berkata (kurang lebih begini cuplikannya, redaksionalnya agak lupa): "...Kita ini ibarat gerbong kereta yang memasuki terowongan yang panjang, gelap...tapi pasti ada ujungnya dan di sana akan kita temukan cahaya. Saya janji, akan membawamu ke cahaya itu..."



20122012, inilah masa yang sangat istimewa… saat sang kala bertutur tentang cinta, kerinduan, kasih sayang, saling mengisi juga berbagi.



20122012, “You are me, I am you…”



***

Habibie & Ainun adalah gambaran otentik mengenai wujud do’a setiap pasangan -yang diikat dalam ikatan suci pernikahan- untuk hadirnya keluarga harmonis yang dibalut kesetiaan. Habib Ali Almuhdar, guru mengaji Keluarga Besar Habibie, berkata, “Keluarga Habibie adalah keluarga sakinah mawaddah warohmah.” Artinya, keluarga itu senantiasa diliputi kasih sayang dan menjalankan perintah Allah sehingga selalu dilimpahi rahmat-Nya.



Habibie & Ainun, serta keluarga-keluarga lain seperti mereka, merekatkan ikatan keluarga di atas pondasi saling menyadari dan mengakui perbedaan masing-masing. Mereka bersatu menjadi dua belahan jiwa yang bersenyawa dalam satu tubuh di mana sang perempuan menutup ketidaksempurnaan emosi pria, sebaliknya kesenjangan nalar pada perempuan ditutup sang pria. Jika keadaan itu membawa keutuhan kepada keduanya, maka kebersamaan mereka adalah perkawinan sejati antardua sejiwa-sehati.



***

“Behind every successful man is a woman”

Pepatah inilah yang paling cocok untuk menggambarkan intisari pesan yang ingin disampaikan dalam film Habibie & Ainun.



Selain bercerita mengenai cinta mereka, film ini juga diwarnai dengan tiga hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dua pribadi yang telah manunggal dalam jiwa, roh, batin dan nurani sepanjang masa, sampai akhirat, yaitu: iptek, nasionalisme, dan kehidupan agamis.



Ainun, sebagai tokoh sentral sepanjang hidupnya telah sukses menjadi istri dan ibu yang baik. Tidak hanya itu, dukungan dan cintanya kepada Habibie diwujudkan dalam bentuk mendukung visi dan passion yang dimiliki suaminya untuk ikut aktif membangun negeri. Tanpa mengeluh dan protes, dirinya selalu sabar di dalam menemani dan mendukung suaminya kemanapun suaminya pergi. Dirinya adalah sosok yang rendah hati, selalu tersenyum, mandiri, penuh kasih sayang dan juga peduli. Tidak heran apabila dirinya merupakan inspirasi dan semangat yang tidak pernah padam bagi Habibie, bahkan ketika dirinya sudah tidak bersamanya lagi secara fisik di dunia.



Pasangan Habibie & Ainun disebut-sebut sebagai Romeo & Juliet masa kini. Saling setia hingga maut memisahkan–yang menjadi pesan utama kisah Romeo & Juliet–telah diintepretasikan oleh pasangan ini sebagai sikap saling mencintai, menyayangi, mendukung, memahami, memiliki dan kemanunggalan yang tidak pernah terhenti oleh batas ruang dan waktu. Sungguh merupakan bentuk nyata cinta yang mendatangkan inspirasi dan layak menjadi panutan semua orang.



“…Namun ketika itu, saya tidak mampu lagi menahan emosi dan kesedihan saya, karena bingung. Saya bingung karena janji yang saya pernah berikan kepada Ainun untuk selalu mendampinginya di manapun ia berada. Bagaimana kriteria berada “di bawah satu atap” dapat saya penuhi? Saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memohon petunjukNya. Apakah saya segera ikut saja ke liang kubur? Bagaimana caranya? Dalam keadaan ketidakpastian, kebingungan dan sedih saya menangis….”



“Ainun, jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang masa.”



Manunggal, pada akhirnya itulah kata yang tepat untuk menggambarkan secara utuh kehidupan bersama mereka selama 48 tahun 10 bulan, dan juga kebersamaan mereka kini hingga seterusnya meski sudah tidak satu alam dan dimensi.



***

Bismillah…

Inilah aku dan cita-cita keluarga kecilku:



“Merenda SAKINAH, MAWADDAH, WAROHMAH, dengan visi DAKWAH, membangun keluarga A.M.A.N.A.H di IPK (Istana Penuh Kebahagiaan)”

[TEPAT dan TERBAIK: 10-11-12]



HABIBIE & AINUN: Pelajaran berharga tentang persenyawaan spiritual

antara dua belahan jiwa…



Hm, [bercermin]

“Aku yang managerial dan engkau yang sungguh strategic!” [NS]



“Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiiddini wal akhirah…”

(Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yang TERBAIK dari sisi-Mu, pasangan yang juga menjadi sahabat kami dalam urusan agama, dunia, dan akhirat…)

Aamiin Ya Rabb



[Keisya Avicenna, 22-12-12: Selamat Hari Ibu…]

BOGOROMANTIC [5]: “Antara 5cm. dan 5m."

Saturday, January 12, 2013 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, December 20, 2012 at 1:25pm ·


20 Juli 2010 silam Nung menyelesaikan sebuah novel yang luar biasa, 5 cm. Dan tanggal 17 Desember kemarin, kekasih halalku mengajak ke XXI Botani Square untuk nonton filmnya. Lihat visualisasi dari sebuah karya sastra yang luar biasa! Hehe. Asli, kereeen banget!



***

Sebuah kisah…[tapi ini bukan kisah saya lho…’ini hanya cerita fiksi. Apabila kemudian ada kesamaan nama, tokoh, peristiwa, dan lain sebagainya…hohoho… itu di luar tanggung jawab penulis. Hehe. Karena sekali lagi ‘ini hanya sebuah cerita’ adopsi dari ‘Sang Pemimpi’]



“Ini seperti ketika ayahnya Ikal mengambil rapot anaknya yang prestasinya turun jauh dari semester sebelumnya. Bedanya, ayahku tidak pergi ke fakultas naik sepeda berbaju safari terbaiknya yang disetrika dengan air rendaman daun pandan. Namun, rasanya sepertinya sama. Aku telah mendudukkan ayahku di kursi dengan nomor besar untuk pertama kalinya semenjak semester pertamaku di kampus.”



“Ayahku bahkan belum tahu nilaiku semester ini berapa? Biarlah nanti waktu yang akan memberitahunya. Hanya hikmah yang ingin kugali dari kejatuhan ini. Ini bukan tentang gengsi untuk dapat IP bagus atau seolah hidupku hanya untuk mengejar IP. Tapi mengingat semua jerih payah orang tua, semua pengorbanan, semua lelah yang tak pernah tampak atau terucap, rasanya tidak pantas memberikan hasil belajar yang seadanya pada mereka. Mengingat setiap jamku, setiap SKSku, setiap halaman buku dalam kuliahku, dibangun oleh tetes keringat dan harap mereka.”



Hm…buat adik-adikku ‘yang masih kuliah dan berlabel mahasiswa’ kondisi seperti ini seringkali kalian alami. Jangan putus asa, jangan terus menerus menyalahkan keadaan. Cobalah sejenak merenung, bermuhasabah, refleksi diri…mungkin selama ini ikhtiar dan doa kalian kurang maksimal, kalian masih suka menunda-nunda penyelesaian tugas, manajemen waktu kacau, tidak menghargai waktu, malas belajar, enggan bertanya kepada teman atau dosen jika ada materi kuliah yang belum paham, dan masih banyak lagi.



Adik-adikku dan sahabatku, tetaplah optimis! Tetap semangat! Tetap optimis wujudkan impian-impian kalian semua! Jangan tanya salah siapa. Tapi tanyalah apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya. Ok? Sepakat? Harus sepakat! Hehe… (akhir-akhir ini banyak mendapati mahasiswa/i galau je…)



Eits, daripada galau, sebentar lagi DNA akan meluncurkan sebuah program yang fokus pada ranah entrepreneurship dan para mahasiswa/i lah yang akan jadi target sasarannya. Apa itu DNA? Penasaran? Simpan dulu rasa penasarannya. Kata kuncinya: “ONE DAY QUANTUM CASHFLOW”. Kita akan diajak belajar tentang bisnis dan langsung take action! Penasaran? Tunggu tanggal launchingnya… ^_^



***

Rekan-rekan hebat Nung yang telah menyempatkan diri membaca rerentet aksara ini.

Yuks, mari bersama renungkan kalimat-kalimat di bawah ini!



“Kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin…”

“Hari ini aku telah menuai benih yang dulu kutanam asal-asalan. Tanaman hasil perawatan minimal dan malas-malasan telah menampakkan wujudnya sekarang. Benar rupanya, seseorang tidak akan menuai apa-apa yang tidak ditanamnya. Kutanam keburukan, maka itulah yang kudapat. Namun biarlah kulihat pelangi di balik mendung ini, Allah SWT telah memberikan pelajaran sekali lagi. Tidak ada kesuksesan yang bisa diraih tanpa kerja keras dan tawakal padaNya.”



Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari…



“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)



***




“Kalo kita yakin sama sesuatu, kita harus percaya, terus berusaha bangkit dari kegagalan, jangan pernah menyerah dan taruh keyakinan itu di sini…” (Zafran meletakkan telunjuk di depan keningnya).


Taruh mimpi itu di sini.

Juga keinginan dan cita-cita kamu…

Semua keyakinan, keinginan dan harapan kamu…

Taruh di sini!

Begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu kejar taruh di sini…

Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening.

Biarkan…

dia…

menggantung…

mengambang…

5 centimeter…

di depan kening kamu…



Jadi dia nggak pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang aja sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri…


Biarkan keyakinan kamu, 5 centimenter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu… cuma…



Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan berkerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo’a…




Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, megikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun… Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.



Percaya pada… 5 centimeter di depan kening kamu.”

(5cm. Donny Dhirgantoro)



***

Dan saat menonton 5cm dengan jarak kurang lebih 5 meter (haha. Antara 5cm. dan 5m. nih!), kita berdua duduk paling depan, pojok kiri. Hadeuh… Botani Square penuuuh banget. Tapi gemuruh di dada jauh terasa lebih dahsyat, seolah mimpi-mimpi yang udah kita tuliskan perlahan namun pasti akan segera menjejak nyata atas izin-Nya (Nung dan Mas Sis nulis 7 impian terbesar masing-masing tahun 2013 di kertas dan ditempel di dinding). Apalagi setelah film usai, tanpa dikomando semua yang ada di studio 3 langsung tepuk tangan penuh semangat. Allahu akbar! 5cm. adalah film tentang sebuah perjuangan atas impian, perjalanan hati yang merubah hidup para tokohnya untuk selamanya… ya, perjalanan hati...



“Aku, Norma Ambarwati… aku cintaaaaa banget sama Indonesia! WHATEVER HAPPEN TO YOU NOW, JUST KEEP THE SPIRIT AND CATCH YOUR DREAMS!!!”



[Keisya Avicenna, 20122012]

BOGOROMANTIC [3]: CENUNG, BABE, dan SIOMAY = RINDU

Saturday, January 12, 2013 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Friday, December 7, 2012 at 2:54pm ·


Siang tadi Babe tiba-tiba SMS: “Tiap kali siomay itu lewat, Babe langsung ingat Cenung!”

Huaaa, langsung deh: tisuuu mana tisuuu. Kangeeen Babe banget nih!

Nung langung inget tiap sore sebelum ngajar di ISTANA BELAJAR SUPER tiap kali siomay itu lewat Cenung pasti beli, kadang Babe juga mau dibeliin. Terus kita makan bersama sambil sesekali diselingi canda tawa. Asyik dan seru!



“ Babeeeee, Cenung kangen… ”



Senantiasa Cenung titipkan Babe pada Allah yang pasti akan selalu menjaga Babe dengan sebaik-baik penjagaan. Sehat selalu ya Be… Insya Allah, atas izin-Nya kita pasti akan berjumpa saling melepas rindu suatu saat nanti dalam kondisi yang lebih baik, lebih istimewa, lebih banyak cinta.

Ada tulisan menarik ntah siapa yang nulis, Cenung temukan di folder lama Doralepito… *bahan renungan!

***

Hati Seorang Ayah



Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.



Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : “Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam: “Aku tidak mengerti.” Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa

penasaran.



Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.” Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : “Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?”



Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban sang Ibu. Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ? Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.





“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman,

teduh dan terlindungi.”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”



“Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya.”

“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya.”



“Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya.”

“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”



“Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia.”



Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri kamar Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya. “Aku mendengar dan merasakan

bebanmu, Ayah.”

***

Babe, Cenung kangen...
[Keisya Avicenna, lembar ke-7 bulan 12]

"Saat beliau mengantarku ke stasiun saat aku mau mbolang ke Bandung... (mbecak bareng Babe) dan kini aku memiliki seseorang yang banyak kemiripan dengan Babe... terima kasih, Be engkau restui putrimu ini untuk menghabiskan sisa hidup bersamanya..."

BOGOROMANTIC [4]: PERSAHABATAN SEMANIS LOLIPOP

Saturday, January 12, 2013 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, December 11, 2012 at 9:49am ·


Siapa yang masih suka ngemut Lolipop atau bahasa kerennya Permen Sunduk?

Kamu suka?

Kalau kamu tanya aku, pasti dengan senyuman termanis langsung aku jawab: "Cenung suka!"

(aih, dah gedhe juga masih suka ngemutin lolilop. eh, biarin! sirik tanda tak mampu...wkwkwk *gakmaukalah. yang penting tetep rajin checkup ke dokter gigi)

Lha wong, kalau pas di kasir seusai belanja, sosok istimewa itu selalu tanya: "Adik gak mau ini?" (sambil nunjuk persun then ngambilin...hihi *yajelasnggaknolak ^_^)



Lalu, apa definisi lolipop? Dalam bahasa Biologi chapter morfologi, lolipop atau permen sunduk berarti permen yang bertangkai. aih, ava-avaan inih? yo po piye lah, daripada berbatang nanti pasti bercabang bisa jadi berdaun, berbuah dan berbunga trus maeme piye jal? hihi. ribet banget mesti.

Nah, ujungnya tuh bisa dalam bentuk kepingan bunder, atau buletan-buletan n sekarang jauh lebih variatif, dengan berbagai gaya (?) dan beraneka rasa serta rupa. ada yang direbonding, ada yang diblow, ada yang model jambul khatulistiwa (eh...eh...ini kan model rambut). yawis, pokokmen ngunu kui lah.



Trus apa hubungan antara Lolipop dan Diah Cmut?

Ya jelas ada, secara First NOvel yang diterbitin Tiga Serangkai, novel anak pertama dia terinspirasi dari kegemarannya ngemutin permen sunduk. Jadilah, novel anak yang berjudul "PERMEN-PERMEN KASTIL LOLLI". Mantaaap lah pokoknya. "Jadi, ide bikin tulisan tuh bisa didapatkan dari kebiasaan atau kegemaran kita lhoh!" begitu mungkin kata cucuku yang gemar nyemut ituh



Trus kalau sama Aprisa Ayu?

Ya jelas tetep ada, kalau pas lagi ngumpul Pelangi, Ayu' tuh paling demen bawain kita-kita permen bertangkai itu. Hm, hasil ngrampok warungnya enyak ya pon? hadeuuuh... besok-besok lebih dibanyakin yeee? lho?



Nah, persahabatan itu manis. Semanis lolipop... (positive thinking aja semuanya terasa manis, meski lolipop pun terkadang ada yang rasanya asem. manis asam asin kan rame banget rasanya tuh kayak pasar malem... aih, ni mah iklan nano-nano bukan lolipop). yadah gitu aja sekilat jedeeer cetar membahana tentang lolipop. dan aku masih punya satu. asyiiik...



Puisi LOLIPOP

Kini, ketika KENANGAN itu kembali terbuka kita akan TERSENYUM

Dan berharap dapat terulang

Warna-warna yang mungkin awalnya terasasuram

Menjadi warna-warna LOLIPOP PELANGI yang begitu indah…

Tak perlu bersedih, karna sebagaimana KEBAHAGIAAN,

KESEDIHAN pun tak akan kekal

Inilah bagian dari sebuah KISAH KLASIK UNTUK MASA DEPAN

Jreeeng... (mas duta konser)



[Keisya Avicenna, nulis iseng aja @Istana Kreatif Bogor. sebelum fokus nulis yang 'serius'. hehe. hm, kangen Trio PerSun]

BOGOROMANTIC [2]: "MELACAK JEJAK SURGA" [Persembahan Cinta untuk Mbak Win]

Saturday, January 12, 2013 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, November 27, 2012 at 10:11pm ·


Di suatu senja dengan temaram cahaya

Saat simfoni cinta bersenandung mewah di lubuk jiwa

Berpendar mesra seiring derap sang kala

Rerentet aksara pun terlahir dari jemari yang menari

Berbaris dalam laju keheningan menjelma setangkai puisi

Puisi yang menenangkan jua melipur hati



Saat malam menghamparkan selendang hitam

Masih kau pasrahkan lelahmu dalam khusyuknya sajadah malam

Semesta pun setia bersenandung tentang harapan

Harapan dalam sebaik-baik penghambaan

Karna kau pun percaya, sang waktu pasti menggoreskan takdir…

Takdir cinta nan istimewa untuk dirimu jua sosok ‘tepat dan terbaik’ itu



Kau pun luruh dan hanyut dalam samudera rindu

Saat ekspedisi mimpi membawa imajinasimu berkelana

Meneguhkan ketegaran yang tak pernah menguap oleh sang waktu

Sampailah tapak jejakmu pada sebuah tempat yang asing

Kau pun mulai menyusuri taman melati yang memutih dan kian mewangi

Inilah saat istimewa di mana hatimu merindu hakikat pemaknaan diri

“Awal perjalanan melacak jejak surga…”



Sampai nanti, saat hujan mengering…

Tepat di ujung pelangi, kau ‘kan kembali menguatkan rasa percaya…

Saat sang pekerja bahagia mengembangkan senyuman

Meluruhkan sepi yang menggelayuti jiwa

Lisanmu pun basah mengeja pinta

Karena jika masa penuh cahaya itu tlah tiba

Impian cintamu ‘kan menjejak nyata

Atas izin-Nya…

Atas kehendak-Nya…



“…Saudariku, kaulah mutiara terindah dunia. Bunga melati terharum sepanjang masa. Ada kilau cahaya berpendar indah di matamu. Sebagai tanda eloknya pesona akhlaqmu. Bidadari bermata jeli pun terbakar api cemburu kepadamu. Kelak, jika tlah tiba masanya, kau ‘kan dapat hadiah tahta teristimewa dari-Nya, terindah dari segala yang ada…”



[Inilah SEDERHANANYA KATA yang terangkum dalam SELAKSA CINTA yang kami persembahkan untuk kakak terkasih: Juariah Windarsih… Klaten, 18 November 2012]



*Sebuah puisi yang kami bacakan saat episode "DOWNLOAD MANTU" SIS-NUNG di Klaten ^_^

Monday, November 26, 2012

BOGOROMANTIC [1]: “Jejak Cinta di Andalusia”

Monday, November 26, 2012 0 Comments


Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah Swt Sang Penggenggam Kehidupan juga Kematian. Tak ada kisah terindah yang terhampar di muka bumi ini kecuali Allah hadirkan hikmah.

Atas izin-Nya dan diri ini selalu merasa “saat Kun Fayakuun-Nya bekerja sepenuh energi cinta”.

10-11-12: tanggal impian, tanggal impian pernikahan yang pernah aku tuliskan di catatan dream book Doraemon-ku. Dan Allah Swt izinkan aku menikah dengan seseorang yang sungguh: ia adalah mimpi-mimpi dan do’a-do’aku selama ini. Banyak sahabat yang kemudian bilang, “Ini buah yang sangat manis dari kesabaran dan perjuanganmu selama ini, Mbak Nung!” Subhanallah… Allah begitu baik, teramat sangat baik, sungguh Maha Kasih jua Maha Sayang. Terima kasih Ya Rabb… dan AMANAH menjadi seorang istri bukanlah amanah yang main-main. Maka nasihat untuk diriku: “Berjuanglah Nung! Berjuanglah untuk menjadi seorang ISTRI yang SHALIHAH!”

***
Kemarin adalah lembar ke-5 jejak kelanaku di kota Bogor… (Ahad, 25 November 2012)

Bogor, sebuah kota impian yang dulu benar-benar aku impikan (selain kota Bandung) untuk mengukir jejak cinta bersama sang kekasih tercinta di kota ini. Lagi-lagi Allah izinkan impian itu menjejak nyata. Allah Swt memilihkan BOGOR sebagai kota cintaku.


Hm, ada kisah menarik yang ingin aku ceritakan. Kemarin sore, pasca silaturahim ke rumah sahabat dan ngumpul bareng rekan kerja kekasih hatiku, kita berdua singgah di Masjid Andalusia, kompleks kampus STEI TAZKIA karena adzan Ashar sudah berkumandang. Kereeen euy masjidnya. Ada sosok keren di balik kampus ini. Siapa lagi kalau bukan Syafii Antonio dan kekasih hatiku pun punya impian ingin melanjutkan studi S2 di kampus ini. Semoga Allah memudahkan, ya cinta… (Aamiin Yaa Rabb)

Sambil nunggu sang kekasih hati sholat, aku bawa hatiku pada sebuah dimensi perenungan. Duduk sendiri di salah satu anak tangga di lantai dua. Saat itu suasana teramat sangat syahdu…(jemariku pun mulai menari di Nokia-ku, mencoba merekam semuanya lewat aksara)

“Kembali aku temukan ke-Maha Besar-an Mu, Ya Rabb. Betapa aku khusyuk tertunduk saat menikmati lukisan nan memesona yang tertangkap oleh retina. Lihatlah Nung di hadapanmu itu! Gumpalan awan hitam yang semakin lama semakin berat menahan beban. Dan selang beberapa saat kemudian, air mata langit pun tumpah tak terbendung, menjelma batang-batang air yang jatuh menghujam bumi…

Arahkan pandangan matamu bergeser ke sebelah kiri, Nung! Kau kan dimanjakan dengan hamparan permadani hijau lewat bukit-bukit yang membentang. Rapi. Sungguh rapi! Dan nikmatilah tempat berpijakmu saat ini! Kau tengah berada pada lingkungan sebuah gedung nan indah, megah, dan mewah. Dan lihatlah benda kubus hitam yang kini terguyur hujan itu Nung! Benda hitam itu adalah miniatur Ka’bah yang berdiri gagah di tengah lapangan gedung perkuliahan STEI Tazkia itu.  Subhanallah, entah dengan aksara yang seperti apa aku melukiskan itu semua. Seketika mataku langsung terpejam, aku visualisasikan semuanya. Aku kepalkan tanganku erat. Lalu aku hadirkan satu per satu wajah orang-orang terkasih. Tergambar jelas pada imajinasiku, kita semua berpakaian serba putih. Pakaian ihram. Kemudian kalimat talbiyah pun membahana, mengagungkan asma-Nya. Kita thawaf 7x dengan hati yang hanyut akan kebesaran-Mu, dengan linangan air mata taubat yang senantiasa mendamba ampunan-Mu… Aku biarkan hening menguasai qalbuku berteman iringan orchestra hujan. Seketika hatiku pun semakin sejuk…syahdu! Aku buka mataku perlahan dan aku bangkit dari tempat dudukku kemudian dari tempatku berdiri aku tatap lekat-lekat kaligrafi besar bertuliskan “ALLAH” yang ada di mihrab masjid Andalusia itu. Lagi-lagi aku merasa sangaaat kecil, teramat kecil dan bukanlah siapa-siapa di hadapan-Mu Ya Rabb…Hatiku pun kembali sejuk dan aku dapati ada butiran kristal bening kerinduan yang perlahan mencipta jejak di kulit pipi… Aku rindu menatap wajah-Mu Ya Rabb, aku rindu perjumpaan istimewa dengan-Mu… Aku rindu…”

*Teruntuk kekasih hatiku terima kasih, karna engkau telah mengajakku singgah di tempat yang sungguh sangat istimewa itu…

[Keisya Avicenna, 26 November 2012 @Istana IPK, Bogor]