Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, September 25, 2014

Merindumu, Nak! (Baby’s Program #1)

Thursday, September 25, 2014 1 Comments

My lovely twins boy

Sabtu, 20 September 2014

Dan cerita cinta itu pun dimulai…
Hari ini menjadi salah satu dari sekian hari paling istimewa dalam hidupku. Sejarah baru akan aku ukir yang semoga kelak menjadi sebuah prasasti cinta, bukti dari sebuah perjuangan untuk melunasi sebuah kerinduan. Kerinduan yang cukup dalam akan hadirnya sosok buah hati, buah cinta dari pertalian hati kami sejak kami resmi menjadi suami-istri 10-11-12, 22 bulan yang lalu.

Setelah hari Senin sebelumnya aku registrasi via telepon ke Rumah Sakit Hermina Pandanaran untuk melakukan konseling dengan salah satu dokter spesialis fertilitas yang cukup terkenal prestasinya, mbak perawat sempat mengatakan untuk jadwal hari Sabtu sudah penuh. Tapi kemudian dia meralat omongannya, masih ada satu tempat kosong karena ada yang cancel. Akhirnya, aku dapat antrian paling akhir, no.22! Wow, mantap! Angka yang sangat fantastis menurutku, angka favoritku karena aku lahir tanggal 2 bulan 2! Serunya lagi proses perjuangan ini kami mulai saat usia pernikahan kami 22 bulan.

Ikhtiar special untuk hasil yang special…

Dokter Syarief
Akhirnya, aku dan Mas Sis memutuskan untuk konseling ke Dr. SYARIEF TAUFIK H . MS. Med, Sp. OG, K.FER, D.MASsetelah proses searching dan mendapat rekomendasi khusus dari orang-orang terdekat kami untuk berikhtiar program hamil. Bismillah… ini bagian dari ikhtiar. Pokoknya selalu Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.

Setelah menyelesaikan tugas sebagai guru ekstrakurikuler jurnalistik di Bina Insani, sekitar jam 09.00 mas Sis menjemputku dan kita motoran ke Hermina. Selama perjalanan, aku terus berdoa untuk menenangkan dan menstabilkan jantung yang super dag-dig-dug...

Sampai di front desk, aku segera mendaftarkan diri. Pelayanan yang sangat memuaskan. Aku isi formulir data diri dan suami plus registrasi ulang. Aku mendapatkan sebuah kartu keanggotan Hermina. Setelah selesai, aku dan Mas Sis sudah menebak, sepanjang koridor di sebelah kiri front desk itu pasti antrian pasiennya dokter Syarief. Hihi. Kita berdua ngikik jahil sambil berpandang-pandangan. Aku disuruh cek tensi dan nimbang berat badan sama seorang perawat cantik yang berjaga di depan pintu masuk ruangan dokter Syarief. Tensi bagus, berat badan 38,2 kg! Hihi. Kurus amat sih gue? Padahal setiap hari makannya dah buanyak. Tapi kenapa yang gembul cuman pipinya doing. Nggak papa yang penting sehat dan bahagia.

Waktu itu jam 09.45. Kita berdua duduk-duduk manis sambil memperhatikan sekeliling. Ada ibu hamil, ada pasangan suami-istri, ada new mom n new dad plus their new baby, dll. Agar tak bosan menunggu karena wkatu itu masih antrian no.15, aku sibuk ngorek-orek buku, Mas Sis sibuk tilawah pake androidku. Terus aku juga sempat SMSan dengan Iis, karena hari itu dia ada jadwal kontrol dirinya pasca persalinan Caesar dan kontrol Dek Hamdan yang unyu bingitz itu. Ternyata Iis juga baru berangkat ke Hermina, kita sempat da-da-da-da saat dia dan suaminya selesai daftar di front desk.

Sekitar jam 10.45, aku dan Mas Sis akhirnya dipanggil dan beneran kita jadi pasien paling bontot. Ketika masuk ruangan dokter Syarief, aku langsung merasa nyaman, saat beliau menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah. Beliau menanyakan apa tujuan kami, tanya usia pernikahan kami, ada keluhan apa saat menstruasi, bagaimana siklus menstruasinya, tanya apakah kita pernah periksa ke tempat lain sebelumnya, selanjutnya beliau juga menerangkan proses terjadinya kehamilan dengan mencoret-coret di sebuah kertas. Asyik banget! And then, aku di USG di ruangan khusus untuk mengetahui kondisi rahim. Mbak perawatnya sangat cekatan. Saat di USG dokter Syarief menunjukkan hasilnya di layar sambil menjelaskan dan mengatakan, “Rahim ibu bagus, sel telurnya juga banyak. Sel telurnya banyak tapi ukurannya belum maksimal. PCO (Polycystic ovary).Tapi, nggak papa! Ini coba lihat, ada yang diameternya kecil, ada juga yang besar. Hal ini bisa terjadi karena hormon yang tidak seimbang, bisa juga karena masalah keputihan.”

Setelah selesai, kami kembali ke meja kerja beliau, Mas Sis bilang tadi hasil USG nya bisa dilihat dari luar juga. Selanjutnya, dokter Syarief menjelaskan sedikit tentang PCO. Beliau akan memberikan vitamin dan obat dan berpesan jika bulan depan aku masih menstruasi, pada saat hari 1/2/3 menstruasi, aku disuruh priksa kembali untuk melakukan progam hamil tahap selanjutnya. Dokter Syarief pun ngasih semangat dan itu benar-benar membuatku merasa puas karena telah memilih beliau. Selain itu, dokter Syarif pun menyarankan untuk lebih rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin E dan rajin berolahraga. Siap, Dok!

Setelah selesai, kami pun berpamitan. Jam 11, dokter Syarief ada jadwal tindakan operasi. Aku dan Mas Sis segera ke lantai dua, nebus obat ke apotik. Antri lagi untuk dapat kuitansi total pembayaran. Setelah namaku dipanggil, aku segera ke kasir. Antri lagi. Hihi. Mas Sis asyik ngobrol dengan Mas Rio, suaminya Iis. Selama menunggu antrian aku searching di google tentang PCO. Dari health.detik.com/read/2012/01/19/105710/1819639/775/pco-bikin-perempuan-sulit-punya-anak
PCO dan PCOS itu sedikit berbeda. Kalau PCOS itu disertai dengan gangguan menstruasi. Seorang wanita normal memiliki hormon estrogen dan progesteron. Selain kedua hormon tersebut, wanita juga memiliki hormon laki-laki yang dikenal sebagai hormon androgen. Jumlah hormon androgen pada wanita berbeda dengan pada pria. Kesemua hormon tersebut akan membantu perkembangan sel telur di dalam indung telur selama fase menstruasi.

Wanita dengan PCO mengalami ketidakseimbangan hormonal, dimana hormon androgen yang dihasilkan terlalu banyak. Sampai saat ini penyebab kondisi tersebut belum dapat diketahui secara pasti.
Di dalam indung telur terdapat kantung folikel, yang mengandung sel telur. Pada siklus menstruasi, indung telur melepaskan 1 sel telur. Proses ini dikenal dengan istilah ovulasi. Pada kasus PCO, sel telur dalam folikel tidak matang sehingga tidak dilepaskan oleh indung telur. Akibat dari kondisi tadi, sel-sel telur yang tidak matang akan membentuk kista yang sangat kecil di dalam indung telur. Perubahan inilah yang menyebabkan gangguan pada kesuburan (infertilitas).

Saya juga sempat search di artikel di portal Ayahbunda tentang terapinya, tapi ini untuk PCOS.
 Terapi Nutrisi Untuk Penderita PCOS Penanganan tepat secara medik ditunjang dengan terapi nutrisi dan di bawah pengawasan ahli nutrisi dapat membantu ibu penderita Polycystic ovary syndrome (PCOS) bisa hamil dan melahirkan. Cobalah panduan nutrisi ini:
 1.      Bijaksana memilih jenis karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi yang  akan diurai menjadi glukosa. Energi yang dihasilkannya digunakan tubuh untuk berbagai proses metabolisma. Bagi wanita dengan PCOS yang kelebihan berat badan, menurut Hillary M. Wright, Med, RD, LDN, pakar gizi penulis buku “The PCOS Diet Plan: A Natural Approach to Health for Women with Polycystic Ovary Syndrome,” pilihlah sumber karbohidrat seperti sayur dan buah-buahan, yang mengandung gula alami dan kadar serat tinggi. Juga  karbohidrat berupa zat pati dalam sayuran, biji-bijian, kacang polong, dan kacang kering yang dimasak. Hindari konsumsi makanan yang hanya mengandung karbohidrat dan gula saja, seperti kerupuk, permen, kentang, pasta, dan camilan manis.
 2.      Pilih yang rendah indeks glikemik. Sebuah riset yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, edisi Juli 2010, menyebutkan  wanita dengan PCOS yang menjaga indeks glikemiknya tetap rendah dengan menjaga pola makan sehat, melaporkansiklus haid mereka menjadi teratur. Artinya, tingkat kesuburan mereka juga meningkat sehingga memiliki peluang untuk hamil. Indeks glikemik adalah  ukuran kecepatan suatu jenis makanan diurai oleh tubuh menjadi gula dan selanjutnya diserap menjadi gula darah. Semakin tinggi indeks glikemik jenis makanan, makin cepat makanan diserap tubuh ke dalam darah, yang meningkatkan kadar gula darah. Gula murni adalah pemilik indeks glikemik paling tinggi,  yaitu, 100. 
Makanan dengan indeks glikemik tinggi antara lain  kerupuk (87±2), keripik jagung (81±6), bubur beras (78±9), kentang rebus (78±4), semangka (76±4), roti gandum (74±2), nasi putih (73±4) 
Makanan dan minuman dengan indeks glikemik sedang antara lain nasi beras merah (68±4), popcorn (65±5), kentang goreng (63±5), madu (61±3), minuman bersoda (59±3),  buah mangga (59±8) 
Makanan dan minuman dengan indeks glikemik rendah antara lain bihun (53±7), jagung manis (52±5), es krim (51±3), jus jeruk (50±2), pisang (43±3), yoghurt (41±2), coklat (40±3), wortel rebus (39±4). 
 3.      Protein penting. Dari hasil riset Dr. Sidika E. Kasim-Karakas , MD., pakar endokrinologi dari UC Davis Medical Center ENS, Sacramento, California, AS, membuktikan bahwa diet dengan menu makanan berprotein tinggi,  dapat membantu mempertahankan kadar hormon,  hingga siklus haid menjadi lebih teratur dan bisa meningkatkan kesuburan. Makanan tinggi protein seperti telur, ikan, daging, tempe, dan tahu biasanya mengandung karbohidrat rendah, yang membuat kadar gula normal dan  menurunkan jumlah  insulin yang dihasilkan pankreas. Kadar insulin yang rendah akan menurunkan kadar hormon androgen yang diproduksi ovarium.  Artinya, sel-sel telur di dalam ovarium  berkesempatan untuk matang, yang memungkinkan terjadinya kehamilan! 
 Menu Makan untuk Si PCOS
Terapi nutrisi bisa membuat wanita dengan Polycytic Ovary Syndrome (PCOS) atau gangguan keseimbangan kadar hormon, memiliki peluang mendapatkan kehamilan. Ini contoh menu terapi nutrisi untuk si PCOS. 
Sarapan sebaiknya terdiri dari jenis  makanan kaya serat serta rendah lemak. Contohnya:
1.       Gandum atau oatmeal, putih telur rebus atau goreng.
2.       Wafel dengan saus apel dan susu skim.
3.       Oatmeal dengan buah dan yoghurt.
4.       Muffin gandum, yoghurt, potongan buah segar.
5.       Roti gandum, telur, dan secangkir teh tanpa gula.
Makan siang sebaiknya terdiri dari jenis makanan rendah karbohidrat, banyak sayuran hijau dan protein. Contohnya :
1.      Sup kacang merah, sandwich dari roti gandum dan potongan buah segar.
2.     Salad sayuran dengan tambahan ayam panggang atau daging,  ikan tuna atau ikan salmon dan jus buah segar tanpa gula.
3.       Burger sayuran dan selada tomat, bawang bombay, mustard dan jus apel.
4.   Ayam panggang, sayuran kukus atau masakan sayuran berkuah ( sayur bayam ).
5.  Sup sayuran seperti wortel, brokoli, yoghurt tanpa tambahan gula, buah - buahan segar seperti stroberi atau jeruk atau apel.
Makan malam sebaiknya terdiri dari jenis makanan dengan kandungan karbohidrat sedang - memiliki indeks glikemik sedang -- , protein, serta lemak. Contohnya :
1.       Potongan daging panggang tanpa lemak nasi beras merah dan cah sayuran (brokoli dan wortel ).
2.   Ayam panggang atau goreng, sayuran berkuah, es krim rendah lemak atau bebas lemak.
3.       Ikan  seperti salmon dan  tuna bakar dengan olesan minyak zaitun, sayuran rebus dan buah segar.
4.   Nasi goreng udang dengan menggunakan beras merah, sayuran tumis atau capcay, yoghurt dan potongan buah segar.
5.       Jagung rebus manis, daging sapi atau ayam, susu tanpa lemak.

 Peluang Hamil Bagi PCOS(artikel ini diambil dari Ayahbunda.co.id)
Polycytic Ovary Syndrome (PCOS) atau sindroma ovarium polisitik adalah gangguan keseimbangan kadar hormon pada wanita usia reproduktif. Penderitanya memiliki kadar hormon pria (testoteron dan androstenedion) lebih tinggi.
PCOS mengakibatkan siklus haid yang tidak teratur, rambut lebat di kaki, tangan, wajah ditumbuhi jerawat, obesitas, kista tumbuh di kedua atau salah satu indung telur, dan gangguan pada produksi insulin.  Semua itu menyebabkan ibu yang menderita PCOS, terganggu kesuburannya. Namun melalui perawatan dan terapi tepat, peluang untuk hamil tetap ada, terutama pada wanita  berusia  di bawah 35 tahun. Di Amerika Serikat, terapi untuk memperbaiki siklus haid adalah dengan  mengonsumsi obat clomiphene citrate (clomid),  yang telah disetujui oleh pihakFood and Drug Administration (FDA). Selain itu, menurut riset yang dilakukan oleh tim dari The Reproductive Medicine Network, harus ditunjang juga dengan program diet  untuk menurunkan berat badan dan  menjaga kadar gula darah. ‘’Penanganan tepat secara medik yang ditunjang dengan terapi nutrisi, di bawah pengawasan ahli nutrisi, terbukti dapat membantu ibu  penderita PCOS bisa hamil dan melahirkan,” kata Angela Grassi, MS, RD, LDN, pakar nutrisi dari “Today’s Dietitian, the Magazine for Nutrition Professionals.”

TEPAT dan TERBAIK
Alhamdulillah,setelah bayar aku kembali ke apotik untuk mengambil obatnya. Setelah dapat obatnya dan dijelaskan oleh apotekernya, akhirnya selesai… Saatnya pulang! Pamitan dulu sama Iis dan suaminya. Ada sebuah kelegaan tersendiri saat keluar dari Rumah Sakit Hermina. Terima kasih, Ya Rabb… Aku percaya, sangat percaya, bahwa Engkau takkan pernah memberikan keputusan-Mu yang nomor dua, keputusan-Mu pastilah yang nomor satu dan itu pasti yang TEPAT dan TERBAIK. Dan yang jelas, kami berdua semakin semangat untuk berjuang mewujudkan impian kami untuk segera menyandang status “AYAH” dan “BUNDA”.

Untuk teman-teman yang sekarang juga sedang menanti hadirnya sang buah hati, sedang menjalani serangkaian program hamil, mari saling menguatkan dan mendoakan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan segala ikhtiar kita Allah SWT catat sebagai amalan ibadah yang berpahala. Aamiiin.
[Keisya Avicenna]

Wednesday, September 24, 2014

Momwriter’s Diary, Extra Ordinary Book for Emak-Emak

Wednesday, September 24, 2014 0 Comments


Foto milik Octaviani
Every Mom Can Be A Writer!Wow! Kalimat super ngawu-awu, kan? (ngawu-awu is the same meaning with ‘amazing’). Xixixi. Hasil nyomot bahasa planet tetangga. Yupz, itupun yang saya rasakan. Kalimat itu menjadi bab terakhir dari buku karya Dian Kristiani (selanjutnya saya panggil Ce’Dian) dengan judul yang penuh ruh karena ‘based on true story’ : “MOMWRITER’S DIARY”. Buku terbitan Bhuana Ilmu Populer ini layak dan kudu bin wajib dimiliki oleh emak-emak yang notabene pengin mendedikasikan dirinya untuk berkecimpung di dunia tulis-menulis, bahasa kerennya dunia literasi. So, tunggu apalagi? Yang udah punya, diaplikasikan tuh isinya. Yang belum punya, silahkan beli ke toko buku terdekat atau bisa pesan langsung ke penulisnya. Siapa tahu bisa dapat diskon spesial. Hihi. Promosi di awal. Oke, lanjut…
Covernya gue banget!
Dari covernya aja udah mampu memberikan visualisasi keremphongan emak-emak masa kini. Ada gambar karikatur Ce’Dian dengan gaya kenes-nya (baca yang teliti ya, kenes, bukan ngenes. Hihi). Ya, Ce’Dian dengan muka baby face-nya, dengan ciri khas kaca matanya, tampak bergaya dengan settingbagian-bagian dari ‘kesemrawutan’ dunia rumah tangga. Kostum Ce’Dian cukup unik, mengenakan celemek, tangan kiri pegang sotil buat masak, tangan kanan sibuk menarikan jari di laptopnya. Wah… wah… apakah saat menulis buku ini gaya nulis Ce’Dian juga gitu, ya? Hihi. Dan itu semua, gue bangeeet! Terkadang, saat setrikaan udah numpuk, saat isi kulkas udah kosong, saat cucian udah segunung, saat itu pula banyak deadline naskah yang harus segera diselesaikan. Tapi… tapi… di halaman-halaman selanjutnya, khususnya di bab “Manajemen Waktu”,saya kembali berikrar untuk diri sendiri. Salah satu kunci sukses seorang penulis adalah disiplin terhadap waktu. 24 jam dalam sehari harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kapan ngurus rumah, kapan harus nulis, kapan manjain diri sendiri, kapan manjain anak mertua, kapan menuntut ilmu, kapan jalan-jalan, hihi… pokoknya sekarang harus lebih disiplin! Titik!

Menulislah, Maka Kau Akan Kaya!
            Kalimat provokatif ini benar-benar saya rasakan dan berusaha untuk terus saya perjuangkan. Bab “Menjadi Penulis Sejahtera” di buku “Momwriter’s Diary” ini menjadi salah satu bab favorit saya. Dalam hal ini Ce’Dian bagi-bagi tips agar karya-karya kita bisa terus diterima, oleh media, penerbit, dan juga pasar. Uhuy, resep yang cespleng banget dah! Setelah membaca buku “Momwriter’s Diary” ini pun sedikit demi sedikit ke-32 tips Ce’Dian itu saya lakukan. Alhamdulillah, saya sudah berhasil menyusun beberapa outline bakal calon buku saya plus lagi asyik nulis naskah buku yang dijadwalkan terbit Desember 2014 nanti. Hatur nuhun, Teteh… *eh, malah ganti Sunda bahasanya. Ce’Dian kan berwajah oriental (xixixi), seharusnya ngomongnya gini, Ganxie nin, yinwei nindezuopin neng rang wo dedao geng duode linggan…Artinya apa hayo??? *nggak perlu buka kamus ‘Bahasa Panda’, terus saja baca tulisan saya ini.
Ya, menulis bisa bikin kita kaya dan sejahtera. Kaya dan sejahtera dari segi materi (jadi pundi-pundi uang maksudnya, yups jadi penulis kudu matre, matre yang positif tentu saja!) juga kaya dan sejahtera dari segi spiritual.
Ce’Dian menyuntikkan semangatnya dengan sebuah kalimat saat temannya bertanya kenapa Ce’Dian bisa produktif sekali dalam menulis. Apa jawaban Ce’Dian? Anda penasaran? Saya juga! *Ups, nggak usah kepo-kepoan segala, karena di buku ini dengan jujur Ce’Dian menjawab pertanyaan itu, “Bayangkan saja uang yang akan kamu terima. Pasti produktif!” Sumpah, dan itu yang sekarang saya lakukan. Bayangkan saja, jika karya kita banyak, semuanya bisa jadi best seller, banyak yang beli, diundang kemana-mana buat ngisi seminar atau bedah buku, whuaaa… bakalan tebel tuh dompet! Eits, tapi tetaplah jadi penulis yang rendah hati, suka menabung, dan ringan tangan dalam membantu sesama. Ada kepuasan batin saat karya kita pun mampu memberikan inspirasi bagi orang lain. Coba bayangin, jika satu kalimat saja bikin orang lain jadi lebih baik, berapa tabungan pahala kita yang bakalan Allah SWT kasih. Bahkan jika kita mampu bersedekah lebih banyak dari hasil penjualan buku kita. Wah, Allah SWT bakal makin sayang sama kita! Akhirnya, nggak pa-pa jadi ‘penulis matre’ asalkan kita niatkan untuk ibadah. *pasang tampang paling alim.

Buku inspiratif yang bikin produktif berkarya. Kamuh kuduh punyah!

Buku super komplit gaya emak-emak
Selanjutnya, bab yang saya suka itu bab agak pungkasan, “Tanya dongg…” Question sama Answer-nya banyak yang bikin ngakak tapi sarat akan ilmu. Saya sukaaa!
Ke-keren-an buku ini selanjutnya adalah pada setiap pergantian bab ada selipan komik satu halaman yang asli bikin ngikik salto-salto. Komik dengan tokoh keluarga Ce’Dian sendiri. Banyak adegan seru, aneh bin ajaib. Hihi. Baca aja sendiri, yaw!
Penampakan komik yang lucu bingiiitz!
Ce’Dian pun menyertakan bonus daftar nama majalah/koran lengkap dengan alamat pengiriman naskah plus jenis naskah yang dibutuhkan. Chipiriliii banget dah!
Hmm, meminjam judul buku Pak Bambang Trim, “Tak Ada Naskah yang Tak Retak”, di buku “Momwriter’s Diary” ini pun pasti mempunyai kekurangan. Satu hal yang cukup membuat saya syok (hihi lebaaay!), di buku ini tidak ada daftar isinya. Saya sadarnya saat mau baca lagi. Jadi, ketika saya ingin membaca ulang, saya harus membuka satu demi satu untuk mencari bab yang saya ingin baca saat itu. Karena terkadang, gaya membaca saya ‘gaya kodok’ yang suka melompat-lompat tergantung kebutuhan. Tapi, nggak pa-pa ding, kan buku ini memang sengaja dibentuk layaknya diary(catatan harian). Saya juga suka menulis catatan harian sejak kuliah dulu bahkan sampai sekarang dan saya nggakpernah ngasih daftar isi di buku catatan harian saya. Hihi *nabok pantat kucing tetangga. Selain itu, ada beberapa tulisan typo:
ü Halaman 29 : baris ke-13 dari atas, boros kata “ilmu” pada kata “ilmunya ilmu” yang seharusnya kata “ilmu” tidak perlu ada.
ü Halaman 64 : penulisan kata “saya” pada baris ke-9 dari atas, seharusnya “aku”. Biar konsisten dengan kalimat sebelumnya yang menggunakan kata “aku”.
Overall, buku “Momwriter’s Diary” ini memberikan warna tersendiri di kancah perbukuan yang dapat dikonsumsi dan dinikmati oleh emak-emak. Bisa melepas beragam penat sekaligus membangkitkan semangat. Ce’Dian menuturkan setiap kisah dan pengalamannya menjadi seorang penulis profesional secara lengkap dengan bahasa yang santai, kriuk-kriuk,komplit dengan beraneka tips dari cara menemukan ide sampai naskah bisa diterbitkan jadi buku serta melakukan promosi biar buku kita makin laku. Wow! Mantap pisan, euy!
Akhirnya, ayo terus menulis, terus mengasah keterampilan agar tulisan kita menjadi lebih berkualitas dan janganlah cepat berpuas diri. Ce’Dian sudah bisa membuktikan bahwa semua orang bisa menjadi penulis profesional, termasuk ibu rumah tangga. Ce’Dian, ibu rumah tangga dengan dua anak keren-keren nan cakep-cakep, Edgard dan Gerald, pasti memiliki keremphongan aktivitas kerumahtanggaan yang bejibun dengan segala tetek bengeknya. Tapi Ce’Dian berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menjadi Ce’Dian yang sekarang, seorang ibu rumah tangga profesional sekaligus penulis profesional, dan pastinya Ce’Dian akan terus berjuang untuk menjadi lebih baik, saya yakini itu. Hmm, Ce’Dian aja bisa berjuang dengan totalitas hingga menjadi penulis profesional! Sudah lebih dari seratus buku anak yang ditulisnya, belum lagi buku remaja, dan karya-karyanya yang lain. Keren bingiiitz, asli bikin ngileeer! Nah, sekarang giliran kamu! Ya, kamuuu! *nunjuk muka sendiri.
Terima kasih, Ce’Dian.
Terima kasih karena karya Cece’ telah menginspirasi saya untuk semakin produktif dalam berkarya…
Peluuuk dan sun sayang… muach-muach-muach…

[Keisya Avicenna]
Twitter : @keisyaavicenna
FB : Norma Keisya Avicenna

Tuesday, August 19, 2014

OYAKO NO HANASHI (Based on True Stories “Mom vs Kids @Japan” by Aan Wulandari)

Tuesday, August 19, 2014 0 Comments

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Setiap dua pekan sekali saya punya kegiatan rutin yakni berkunjung, membaca, sekaligus meminjam buku di perpustakaan daerah (jalan Sriwijaya). Duluuu… waktu saya masih berstatus mahasiswi di UNS dan sering main ke Semarang gegara sahabat-sahabat dekat saya waktu SMA banyak yang diterima di UNDIP, saya juga sering diajak sahabat saya itu wisata baca di perpusda. Kalau udah nongkrong di perpustakaan, kami sangat betah. Nah, pekan kemarin saya ‘menemukan’ harta karun yang tak biasa. Asyik milih dari rak ke rak, akhirnya tangan saya menjatuhkan pilihan pada sebuah buku yang penulisnya sudah saya kenal.

Sebuah buku yang menuturkan kisah yang kadang membuat saya tertawa, merenung, mengambil pelajaran, memetik hikmah, sambil menguatkan sebuah keinginan suatu saat nanti kaki saya akan menciptakan jejak istimewa di sana! Ya, di sebuah negara impian yang menjadi setting beberapa kisah yang terdokumentasi dalam buku itu. Makanya, saya termasuk Doraemonholic dan mupeng sangat sama hal-hal yang berhubungan dengan Jepang! Bisa dibilang saya kolektor Doraemon sejak kuliah. Banyak pernak-pernik Doraemon yang menghiasi kamar saya. Saat wisuda pun, di kala beberapa sahabat menanyakan pengin dikasih bunga apa? Dengan santainya saya jawab, saya tidak suka bunga lebih baik boneka Doraemon. Hihi. Alhasil, saat teman-teman wisudawati seangkatan saya pada pegang bunga, saya yang pegang boneka Doraemon sendiri. Xixixi. Waktu itu, boneka Doraemon kesayangan saya, saya kasih nama KAIZENEMON. Panggilannya Zen. Saya sangat suka dengan salah satu prinsip hidup orang Jepang : KAIZEN. Perbaikan diri secara terus-menerus.

Koleksi Doraemon saya saat di kampus dulu...
Koleksi Doraemon saya saat kuliah dulu...
Nah, seorang sahabat saya, Diah Cmut, pernah mengirimkan sebuah SMS… “Yakin Nung mau nikah? Calon suamimu tahu kan kamu masih terobsesi sama Doraemon, choki-choki, n permen sunduk? Semoga dia tabah menghadapimu.” Hahahaha. SMS tergila yang saya dapatkan saat hari H pernikahan saya. Sebelumnya calon suami saya sempat menanyakan ukuran lingkar jari saya (untuk cincin mas kawin) sekaligus beliau menyampaikan ingin memberikan hadiah saya gelang. Ntah apa yang terlintas dalam pikiran saya, saya balas SMSnya, “Afwan, saya tidak suka pakai gelang. Lebih baik hadiahnya boneka Doraemon yang guede saja!” Hahaha. Selesai prosesi ijab qabul dan walimah sederhana di rumah saya, suami saya beneran ngasih hadiah gelang. Tapi, beliau sukses membuat surprise untuk saya, tatkala kami berdua sampai di kostan kecil kami di Bogor, ada sebuah boneka besar Doraemon yang beliau hadiahkan untuk saya. Aaaah, so sweet! Langsung tak kasih nama SISEMON. Panggilannya SISEM. Wkwkwk. Sampai sekarang pun jangan heran jika rumah kami atau bahkan kamar cinta kami penuh dengan pernak-pernik atau gambar Doraemon.

Ya, itulah! Doraemon dan Jepang, menjadi  bagian yang tak terpisahkan seperti halnya Doraemon yang tergila-gila dengan Michan atau lahapnya dia saat makan kue Dorayaki. Saya cinta Doraemon dan sangat terobsesi pengin mbolang ke Jepang. Semoga Allah SWT perkenankan suatu saat nanti impian ini menjadi kenyataan. Aamiin.

Oyako No Hanasi
Oyako No Hanasi

Kembali ke bahasan awal. Hmm, buku yang ingin saya ceritakan itu berjudul OYAKO NO HANASHI. Sebuah buku catatan keseharian ibu dengan putra-putrinya saat di Jepang. Mbak Aan Wulandari, penulis buku ini, menyampaikan bahwa hidup di negeri orang selalu penuh kenangan. Jujur, beberapa bagian benar-benar membuat saya ngikik guling-guling. Apalagi kejadian awal-awal di Jepang yang lucu, terkadang norak, dan tentu saja sedikit memalukan (Mbak Aan ngakuin sendiri, lho!). Wakakak. Tokoh utama dalam buku ini ada 4, yakni Mama (Mbak Aan), Abah, Syafiq, dan Shofie. Kisah keluarga ini dimulai tatkala Abah (suami Mbak Aan) beasiswa untuk studi S3-nya diterima. Surprise yang sungguh luar biasa! Kejadian konyol sudah dimulai tatkala penerima beasiswa harus mengikuti pelatihan Bahasa Jepang di Bandung. Mama sekeluarga (Shofie belum lahir) nekat berangkat ke Bandung tanpa tahu nanti bisa langsung dapat kontrakan atau nggak. Tapi, Allah SWT memudahkan. Mama sekeluarga berhasil mendapatkan kontrakan yang bagus.

Tiga bulan berlalu, tibalah saatnya Abah meninggalkan Indonesia menuju negeri Doraemon. Mama dan Syafiq mengantar Abah sampai bandara. Beberapa hari setelah moment perpisahan itu…
“Abaaah…!” teriak Syafiq, setiap kali ada pesawat lewat. Pesawat bagaikan Abah bagi Syafiq. Hihi. Lucu nian kau, Nak!

Rencana awal, keluarga penerima beasiswa baru boleh “diboyong” ke Jepang setelah 6 bulan, tapi takdir berkata lain. Baru ditinggal dua minggu, Mama dan Syafiq akhirnya boleh menyusul ke Jepang karena ada istri temannya Abah yang lagi hamil dan ingin bisa melahirkan di Jepang. Karena kalau menunggu anaknya lahir, nanti semakin lama lagi ditambah repot bawa-bawa bayi. Akhirnya, Mama dan Syafiq pun naik burung besi menuju Negeri Sakura. Ups, Mama ngaku kalau itu kali pertama Mama naik pesawat. Hihi. Tentu saja tertulis beberapa kejadian ‘norak’ yang Mama alami (hahaha. Ngikik guling-guling deh gue!)
“Tit… tit… tit!” alarm berbunyi ketika Mama dan Syafiq melewati semacam penjagaan.
“Wuaaa…,” parno Mama kumat lagi. “Jangan-jangan ada yang memasukkan heroin ke dalam tas Mama?”
Tapi, untung kekhawatiran itu terobati. Lalu, apa penyebab bunyi itu? (hihi. Penasaran? Tanya Mama aja, ya!)

Kejadian konyol berikutnya saat awal-awal menjalani kehidupan di Jepang. Prinsip “Max Irits” benar-benar sangat diterapkan. Ada kejadian lucu dengan boncengan sepeda, ada juga tentang ‘koyok ajaib, koyok penambal ban’, itung-itungan ongkos bus dan bersepeda ria, edisi ngirit dengan berburu “sale”, dll. Iyups, kata sahabat saya yang udah pernah numpang hidup di sono, hidup di Jepang tuh kudu super irit.

Episode kedua dari buku ini berkisah tentang celoteh Syafiq. Paling ngakak saat ada percakapan :
“Mama…! Byouin e itte…!” (Mama, pergi ke rumah sakit sana!)
“Hee? Ngapain?”
“Tazkia o umarette…!” (Tazkia dikeluarin!)
Alamaaak! Hamil juga belum, disuruh ke rumah sakit buat mbrojolin bayi.

Ya, Tazkia itu adik bayangan versi Syafiq. Selalu saja Syafiq menghubungkan banyak kejadian dengan Tazkia. Saat mau beli jaket, saat Mama ngasih tahu foto sepupu Syafiq, dan masih banyak lagi. Konyol juga ni bocah!

Setelah dua setengah tahun penantian di Jepang, akhirnya Mama positif hamil. Dan akhirnya, bye-bye Tazkia, Abah sekeluarga memutuskan adik Syafiq ya Shofie namanya, itupun atas usulan Mama. Syafiq pun setuju. Hihi.

Di saat usia kehamilan enam bulan, Mama sekeluarga harus berucap “Sayonara Nihon!” Mama sekeluarga harus kembali ke Indonesia. Selanjutnya, banyak kejadian lucu abis gegara Syafiq mengalami problem bahasa dalam percakapan keseharian. Saya kutipkan kisahnya dan mari ngakak bersama.

Kejadian ini terjadi ketika kami baru dua hari di Indonesia. Syafiq masih malu-malu sama semua orang. Walaupun malu, kalau masalah makanan, dia paling penasaran. Selalu ingin mencoba. (Keturunan dari siapa lagi, kalau bukan dari emaknya!) Seperti kali ini, ada pothil (makanan khas Muntilan) di atas meja.
“Mama, kore tabetai,” katanya.
“Ya. Ambil aja.”
Nggak tanggung-tanggung, bukan sebiji-dua biji dia ambilnya. Tapi segenggam, bo!
Oishii (enak).”
Mama menyengir.
“Nomitai, Ma!” kata Syafiq beberapa saat kemudia. Dia minta minum. Iyalah, makan gorengan keras gitu perlu digelontor air putih.
“Ambil saja. Di belakang sana.”
Tiba-tiba, “Opo to kui ‘tai…tai’ wae, njelehi (apa sih itu, tai… tai saja. Bikin geli)!” adik Mama nyeletuk.
Hah? Mama kaget dan terbelalak. Tapi kemudian ngakak habis.
“Hahaha… Lagian yang didengar yang belakang saja, sih” kata Mama. “Tai itu seperti akhiran, artinya ingin. Tabetai ingin makan. Nomitai, ingin minum.”
“Walah… !” adik Mama ternganga. “Ingin… tai? Hih!”
“Siap-siap saja mendengar tai lagi, karena setiap kali ingin sesuatu, pasti dia nanti bilang tai…,” Mama ngakak lagi.
Njelehiii (menjijikkan),” kata adik Mama.
Nani (apa)?” Syafiq bingung.
“Sini, Mama kasih tahu. Tai… ne, imi wa unchi…!” kata Mama menerangkan arti ‘tai’.
“Hiiihhh!” Syafiq bergidik jijik.

Dan beragam kekonyolan lainnya, termasuk kejadian yang “absurd” (paling lucu saat Syafiq kemah sehari), terus ada kejadian “nyleneh” saat Syafiq belum juga bisa tidur sedangkan Shofi setelah dinina-bobokan pakai nyanyian Mama langsung bisa pules. Waktu itu, Mama meminta bantuan Abah agar memberi “soal pengantar tidur” buat Syafiq. Awal-awal berjalan normal. Lama-lama, mulai kelihatan seperti orang nggak sadar. “20-17 berapa?” kata Abah dengan kalimat nggak jelas, seperti orang mengigau.
“20-17?” Syafiq bertanya menegaskan.
“Betul! Pintar! Terus 5x4 berapa?”
Waduh…
“Abah, bangun!” Mama menyenggol Abah.
“Eh, ya?”
Beberapa menit pun normal kembali. Abah memberi soal, Syafiq menjawab. Dan, tetap nyambung.
Tiba-tiba…
“Berapa besar massa proton?”
Hah?
“Hahaha, Abah ki ra nggenah (Abah nggak benar),” kata Syafiq ngakak.
“Huss, nggak boleh bilang gitu! Nggak sopan!” Mama mendelik, walaupun dalam hati juga ngikik-ngikik. Ups!

Episode ketiga dalam buku ini berkisah tentang Celoteh Shofie. Banyak kejadian seru juga antara Mama dan Shofie. Penasaran? Pinjem aja bukunya! Atau suruh Mama Aan cerita… Hihi. Perut saya sudah sakit akibat banyak kekonyolan dalam buku ini.

Pada akhirnya saya sangat bersyukur, Allah SWT mempertemukan saya dengan Mbak Aan dalam komunitas IIDN Semarang. Pemilik nama lengkap Aan Wulandari Usman ini nama akun facebooknya Aan Diha. Setelah saya todong, akhirnya ngaku kalau Diha itu singkatan nama suaminya, uDI Harmoko. Semoga senantiasa menjadi pasangan yang humoris dan harmonis, plus romantis bersama Syafiq, Shofie, dan adik-adik Syafiq-Shofie selanjutnya… (Hihi. Aamiin…)

[Keisya Avicenna, 19 Agustus 2014]

SEBUAH KOLABORASI dan PERJALANAN HATI untuk MEMUJUDKAN MIMPI

Tuesday, August 19, 2014 0 Comments


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Jum’at, 15 Agustus 2014

Inilah sore yang berbeda dari biasanya. Ada satu undangan yang sayang untuk dilewatkan. Uhuy, HALAL BIHALAL (Halbi) Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Semarang sekaligus kopdaran. Bertempat di Resto Nglaras Rasa Jl. MH Thamrin. Tempat itu cukup bersejarah bagi saya. Pengalaman pertama buka bersama keluarga besar suami di Ramadhan tahun lalu. So romantic moment! Dan saya ingin mengecap kembali romantisme dengan orang-orang tercinta, IIDN Semarang, di tempat ini.

Berangkat dari rumah ba’da Ashar, langsung naik angkot oranye yang lewat samping gang rumah. Turun dekat ADA, langsung naik mikrolet. Menikmati suasana sore kota Semarang. Turun di Tugu Muda, dijemput Mas Sis. Lumayan ngirit coz suami kerja di Jl. Pandanaran. Hihi. Dianterin deh sampai lokasi. Sampailah di Nglaras Rasa. Sudah ada Mak Winda cs., Mak Wuri, Mak Aan Diha cs., Mak Fenty cs., Mak Watik, menyusul Mak Dedew, Mbak Taro, Mak Mirma, Mak Uniek, Mbak Qudsi, Mak Rahmi. Dalam moment istimewa itu Mak Aan nitipin sebuah buku keren untuk Denis. Makasih ya, Mak Aan! Muaaah! Hm, akhirnya memutuskan untuk pesen jus alpukat dan menetapkan pilihan pada soto ajah (sambil lirik isi dompet. Hihi)

Pada edisi special sore itu, digelar konferensi pers jejak prestatif Mak Winda dalam mengikuti lomba Tulis Nusantara 2014 (selengkapnya klik tulisan Mak Dedew :http://www.dewirieka.com/2014/08/sharing-winda-oetomo-penulis-piring.html) dan jejak inspiratif lahirnya komik Max Irits ala Mak Rahmi. Semoga bisa menjadi pelecut untuk terus berkarya dan berprestasi. Tapi sayang seribu sayang, saya tidak bisa mengikuti pertemuan hati yang penuh cinta itu sampai selesai. Karena sudah janji sama suami sebelum Maghrib mampir beli Alquran n beli buku di Toga Mas. Ya sudah, sebelum ngacir kabur, foto-foto dulu sama mbak n mbak kece IIDN Semarang.

Inilah hasilnya…

Halbi IIDN SemarangHalbi IIDN Semarang

*Baru nyadar kalau sehati dominan biru euy!


Sabtu, 16 Agustus 2014

Betapa bersyukurnya seorang perempuan yg berkesempatan menempati ruang hati laki-laki yang serupa itu... Hati yang terus mendekapmu dengan hangat. Hati yang selalu menyimpan setiap irama detak jantungmu. Hati yang selalu ada selaras dengan helaan nafasmu. Hati seorang laki-laki yang selalu menjaga hatimu dan memenuhinya dengan segenap cinta yang dia punya serta doa yang tulus kepada-Nya.
#‎HatikuHatimu 

Pagi yang sangat bersahaja. Pagi ini pun kami mendokumentasikan episode kerja sama buah dari pertalian hati kami dan implementasi sebuah ikrar suci. Dulu sebelum menikah, idelisme saya berkata : “memasak itu bukan hanya tugas seorang istri, tapi aktivitas itu bisa dilakukan bersama-sama”. Maka, terseliplah doa dalam hati saya kala itu, “saya merindukan seorang suami yang bisa masak dan peka dengan urusan dapur (seperti Babe saya)”. Alhamdulillah, Allah kabulkan! Dan pagi itu, Mas Sis asyik motong-motong kangkung (inisiatif sendiri) dan nyiapin bumbunya plus nyiapin bahan telur dadar. Sedangkan saya, ada tugas menyelesaikan rekapan pemesanan buku ODOJ yang harus saya email pagi itu. Setelah selesai, gantian saya yang melanjutkan memasak sampai semuanya siap di atas meja makan, Mas Sis sibuk menyiapkan bahan rapat PROMAS ODOJ yang juga harus diemail ke Mbak Thicko pagi ini. Aktivitas sederhana memang, tapi kita belajar untuk mengerti amanah satu sama lain. Terima kasih, Ya Allah… ^_^
Setelah semuanya siap, jam 06.30 kita berangkat, dengan tujuan mbolang kita hari ini : SOLO. Asyiiik…

Alhamdulillah, bersyukur punya partner mbolang yang seneng kulineran. Tempat paling berkesan saat mampir sarapan itu di soto Mbok Giyem, Boyolali. Mas Sis sudah tahu pasti saya akan pesan menu : soto daging, lemon tea hangat, plus nyemil tahu bakso. hihi. Perhatian sekali, cakep! Kita sama-sama penyuka soto, es dawet atau es degan (ponakan-ponakan kami sampai hafal), plus makanan khas daerah tertentu yang kita singgahi.
Alhamdulillah, bersyukur punya partner mbolang yang siap "nyasar" saat cari alamat tujuan. Hihi. Singkat cerita, sampailah kami di Toko Kue Lezati. Yups, istana cinta Ust. Hatta Syamsuddin dan Bunda Robiah Al-Adawiyah.

Kali pertama masuk istana cinta beliau, kami langsung disuguhi buku-buku yang terpajang rapi di rak. Huaaa, langsung deh. Saat Bunda Vida izin ke belakang, kami asyik mengamati satu per satu buku-buku yang berderet itu. Bisik-bisik sama Mas Sis, kalau nanti boleh pinjem, adik mau pinjem ah… (sambil nunjukin buku yang bakal jadi target sasaran). Mas Sis ngangguk, berencana pinjam buku juga ternyata. Hihi.
Eh, ada dik Farwah. Putra ketiganya Bunda Vida. Dia sempat bilang ke Umminya kalau Mas Sis mirip pakdhenya dan dia jadi kangen sama pakdhenya. Ah, so romantic little boy!

Obrolan yang hangat dengan Bunda Vida, Ustadz Hatta tidak bisa membersamai karena ada agenda rapat. Tema besar diskusi kita siang ini adalah pembentukan “Sekolah Pra Nikah” dan “Kajian Parenting”. Ya, ada sebuah impian dan ‘amanah’ yang harus segera kami realisasikan khususnya di kota Semarang. Dan Mas Sis saya tunjuk untuk mengawali maksud dan tujuan kami silaturahim siang itu. Hihi. Ya, silaturahim ke istana cinta Bunda Vida dan Ustadz Hatta ini menjadi salah satu bagian dari realisasi “action plan” atas impian yang tengah kami perjuangkan di kota Semarang.

Oh ya, Bunda Vida adalah perintis Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Benih. Salah dua program unggulan komunitas ini adalah SPN (Sekolah Pra Nikah) dan SIMAK (Sekolah Ibu Mengasuh Anak). Saya dulu pernah ikut SPN selama 2x pertemuan. Pertemuan pertama tanggal 27 Agustus 2012 dengan pemateri Bunda Vida. Kita membahas materi “Lajang Produktif” (Persiapan to be WIFE). Pertemuan kedua di bulan September dengan pemateri Ust. Hatta, membahas fiqh munakahat dan visi-misi pernikahan. Waktu itu saya ingat banget, disuruh baca visi misi pernikahan saya di kelas. Hihi. Dan semua peserta SPN mengaamiinkan. Abiz itu saya vakum, nggak lulus Sekolah Pra Nikah. Gara-gara keburu praktek. Akhir September dapat biodata ikhwan, 7 Oktober ta’aruf, 28 Oktober khitbah keluarga, 10-11-12 menikah. Akselerasi ceritanya!

Uhuy, pengin kenal lebih dekat dengan KPPA Benih? Bisa berkunjung kemari…
http://kppabenih.blogspot.com/

Mungkin apa yang saya dapatkan dalam pertemuan istimewa siang itu tidak semua saya tuliskan. Tapi saya sangat terkesan ketika Bunda Vida menyampaikan, bahwa persiapan pra nikah itu sangat penting. Menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga itu tidak bisa  semuanya “learning by doing”. Harus ada polanya, harus didasari dengan ilmu, melakukan sesuatu yang didasari dengan kepahaman. Nah, itu dia yang benar-benar dibutuhkan! Apalagi sekarang kita hidup di zaman yang semakin canggih. Kita hidup di era digital dengan keragaman majemuk dalam kehidupan masyarakat kita. Tantangan dakwah pun semakin keren. Lalu, apa menikah itu hanya sekedar menyatukan dua hati? Justru menikah itu bagian dari dakwah, dengan menikah para pelaku dakwah itu semakin kuat karena ada keterikatan “saling” di sana. Suami dan istri bisa saling membantu, saling menyemangati, saling menguatkan, saling menanggung beban, dst. Pun ketika menikah, harusnya menjadikan pribadi kita semakin produktif. Dan itu semuanya harus benar-benar dipersiapkan sebelum menikah.

Mungkin kalau pernah ikut kajian pra nikahnya Bunda Vida, pasti akan ada satu pertanyaan terlontar. “Kamu nanti setelah menikah mau jadi ibu rumah tangga atau bekerja di ranah publik?” Nah, itu semua bagian dari pilihan yang penuh dengan konsekuensi.

Bunda Vida sangat idealis dalam menentukan kriteria pendamping hidup. Salah satunya, bukan ikhwan Solo. Karena ada hal prinsipil yang ada pada “idealisme” beliau itu. Hihi (keren deh denger ceritanya). Alhamdulillah, idealisme Bunda Vida, Allah SWT perkenankan menjadi nyata. Bunda Vida tidak menikah dengan ikhwan UNS. Dalam hal ini, hampir mirip dengan prinsip saya. Saya nggak mau suami saya orang yang sudah saya kenal sebelumnya (termasuk “bukan orang UNS”). Hihi. Dapatlah Mas Sis, sosok yang semula asing dalam kamus hidup saya.

Ada cerita menarik yang berhasil saya rekam juga dari Bunda Vida, saat awal menikah beliau langsung “LDR-an” dengan Ustadz Hatta, Indonesia-Sudan euy! Waktu itu Ust Hatta “sedikit membatasi” ruang gerak istrinya, terutama terkait mengisi kajian dengan peserta ada ikhwannya selama Ust Hatta di Sudan. Bunda Vida merasa inilah bagian dari “TAAT”. Sampai akhirnya, Bunda Vida merasa, Ust. Hatta benar-benar membuka seluas-luasnya ruang aktualisasi di ranah publik setelah melahirkan anak ketiga. Karena Ust Hatta sudah beranggapan, Bunda Vida telah lulus dalam mata kuliah “TAAT” itu. Hihi. Kereeen! Hm, taat itu bagian dari belajar ikhlas, lho! Kata Ust. Hatta, suksesnya sebuah rumah tangga itu sangat ditentukan oleh dua hal : KESABARAN SEORANG SUAMI dan KETAATAN SEORANG ISTRI.

Ya, ketaatan merupakan poin terberat dalam mengarungi biduk rumah tangga. Ketaatan akan membawa keberkahan jika disadari dan dilakukan atas dasar kepahaman, kepercayaan pada pasangan, dan keikhlasan. Sebaiknya, ketaatan hanya menjadi bara dalam sekam, sandiwara, dan omong kosong saat ia dipaksakan, tanpa kesadaran, dan hanya karena “takut” pada suami. Ketaatan yang hanya bersumber pada “ketakutan”, hanya akan melahirkan rasa tertekan dan minder.

Ikhlas menaati suami sebagai seorang pemimpin rumah tangga bukanlah sebuah persoalan mudah. Namun sebenarnya, naluri taat itu dikaruniakan oleh Allah SWT pada seorang istri saat ia yakin bahwa pasangan hidupnya akan menjadi pangeran kunci surganya kelak. Dan sungguh, ketaatan seorang istri dan kesabaran seorang suami hanya bisa dihidupkan oleh hati yang dipenuhi CAHAYA IMAN. Bukan begitu?

Ada lagi bahasan menarik. Saat percakapan ini berlangsung saya langsung ingat 20 lembar biodata/ proposal nikahnya Mas Sis dan 11 lembar biodata “For The A.M.A.N.A.H of My Life” saya itu. Saya ingat, Mas Sis menulis secara lengkap impiannya pasca menikah secara detail, impian yang ingin dan akan diwujudkan bersama istrinya kelak (dan yang beruntung itu : saya! Wkwkwk). Dan satu yang pasti, di 11 lembar itu tertulis motto hidup saya “IPK” [Inspiratif-Prestatif-Kontributif] dan Mas Sis di antara 20 lembarnya itu tertulis impian ingin mendirikan istana IPK [Inovatif-Produktif-Kontributif]. Maka, hati saya dulu langsung “klik” sama pemilik biodata 20 lembar itu dan petunjuk dari Allah SWT itu bernama “IPK”. Ya, kita punya kesamaan di huruf K dengan kata “Kontributif” di sana. Saya sangat bersyukur saat ta’aruf 7 Oktober 2012 silam, saya sampaikan keinginan-keinginan serta impian-impian saya pasca menikah. Alhamdulillah, Mas Sis selalu memberi ruang untuk mengembangkan potensi dalam diri saya sampai saat ini dan semoga seterusnya. Demikian halnya yang dilakukan oleh Ust. Hatta kepada Bunda Vida. Apalagi jika sejak awal menikah, ada komitmen bahwa dakwah, melayani masyarakat, menyinergikan potensi masing-masing adalah spirit yang mewarnai pernak-pernik kehidupan berumah tangga. Saya selalu suka saat Mas Sis menasehati saya tentang banyak hal, termasuk ketika saya bertanya, “…ada yang ‘tanya tarif’ ngundang adik nih…”. Mas Sis selalu bilang, “… jadikan “amanah” itu sebagai sarana kontribusi adik dalam dakwah (ingat “KONTRIBUTIF”!), sarana pemberat timbangan amal adik di akhirat kelak,” kata Mas Sis. So, jangan pernah tanya ‘berapa tarif ngundang SUPERTWIN’ ya! Hihi. Kami bisa datang memenuhi undangan, diajak kulineran, apalagi bonus jalan-jalan itu sudah cukup membuat kami jingkrak-jingkrak kegirangan. Wkwkwk *nglunjak.

Oke, mengenai pembahasan di atas, saya kutipkan apa yang Bunda Vida tuliskan dalam buku beliau, “BUKAN SEPASANG MALAIKAT”. Simak, yuk! Dan ambil ibrohnya…

“…Saya melihat di sekitar saya, mendengar banyak keluh kesah yang terpendam bernada sesal di kalangan istri bahwa pernikahan memupuskan, bahkan memadamkan segala cita-cita mereka untuk mengembangkan diri. Banyak para suami yang mengatasnamakan ‘ketaatan’ dan rasa egois membiarkan istri-istri mereka terpuruk dalam rutinitas yang menjemukan. Para istri yang jenuh itu mungkin tidak memiliki akses sosial, akses teknologi, akses komunikasi, akses kesehatan yang mestinya bisa sedikit meluaskan wawasan mereka. Padahal ‘rehat sejenak’ justru dapat mengembalikan semangat mereka mengurus rumah tangga, suami,dan anak-anak.

Saya juga melihat akibat tidak ter-upgrade-nya potensi para AKTIVIS DAKWAH perempuan pasca menikah. Beban dakwah ini sering hanya dipikul oleh orang-orang yang sama. Perempuan-perempuan hebat di masa kampus seolah “turun mesin” dan tidak mampu memompa kreativitasnya. Lelah jiwa dan raga serta kejumudan dalam rutinitas, memenjara daya kreatifitas dan daya juang mereka sebagai kader dakwah. Menyedihkan.

Menanyakan harapan pasangan atas pernikahannya dengan kita melahirkan motivasi yang luar biasa. Apalagi memberikan fasilitas dan kesempatan untuk beraktualisasi diri dengan tulus, justru melahirkan kepercayaan dan kemampuan memanage diri.”

Catatan untuk para suami dan calon suami : yuk, berikan kepercayaan dan ruang untuk para istri. Dukunglah dan minimal tanyakan apa yang masih ingin mereka raih dalam kehidupan ini. Berilah kepercayaan dan yakinlah bahwa istri Anda mampu tetap melakukan kewajibannya sebagai istri dan ibu saat jiwa dan pikirannya pun Anda berikan hak untuk meluaskan wawasan dan berkarya! (Alhamdulillah, saya pun sering menanyakan impian dan cita-cita suami, begitupun sebaliknya!)

Bunda Vida sempat bilang, semoga semakin banyak lagi pasangan yang bisa bersinergi seperti Nungma dan masnya (hihi). Sukses itu berpasangan! Sukses itu bersama-sama. Banyak kasus, konflik rumah tangga dipicu karena penghasilan istri yang jauh lebih tinggi dibanding suami. Istri yang “melejit”, suami yang “melempem”. Atau sebaliknya, istri merasa dieksploitasi dalam rumahnya sendiri (karena jenuh dengan rutinitas pekerjaan rumah) sedangkan sang suami sangat cuek. So, jadilah pasangan yang selalu “MOVE ON!”(nasihat Bunda Vida). Istri yang tegar itu di belakangnya ada suami yang care. Suami yang sukses itu di belakangnya ada istri yang taat. Ah, saya masih berjuang dan akan terus berjuang!
Bunda Vida pun berkisah sedikit tentang pengalamannya menyeleksi ART (Asisten Rumah Tangga) dan berinteraksi sehat dengan mereka serta pola asuh pada kelima buah hatinya. Lima anak itu berarti lima cara berkomunikasi, lima cara berinteraksi, dst… Hmm, kereeen! Ternyata masih banyak “PR” yang harus saya selesaikan dan persiapkan. Dan saya makin haus akan ilmu dan sharing pengalaman.

Menikah memang sebuah jejaring sosial yang penuh berkah jika kita mau memasukinya dengan tulus. Sebelum menikah, kita dan pasangan telah memiliki lingkungan sosial, lingkungan pekerjaan, relasi, dan sahabat, dan juga kerabat. Setelah menikah, semua itu menjadi sebuah jaringan yang semakin luas dan mempererat silaturahim. Begitulah sepertinya yang saya rasakan, dulu sebelum saya menikah saya masih “bebas” bisa mbolang kemana-mana asalkan mengantongi izin dari orang tua. Setelah menikah, segala aktivitas saya harus atas izin dan ACC suami. Setelah menikah pun, saya menyandang status “tante” dengan 20an ponakan. Wah… Tapi yang pasti, menikah adalah jalan halal bagi hubungan laki-laki dan perempuan. Menikah juga menjadi harapan untuk menyambung generasi, melahirkan anak-anak sebagai investasi akhirat. Dan kini, saya dan suami masih terus berjuang untuk mewujudkan program “investasi generasi” itu dan bagi saya ini menjadi bagian dari “pembuktian tawakal” atas jargon hidup yang sangat saya suka, “Allah SWT pasti akan menjawab semuanya dengan sangat indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK” karena saya  NORMA (5 huruf : TEPAT) dan suami saya SISWADI (7 huruf : TERBAIK). Mari saling memotivasi dan berserah pada Allah SWT sampai pada sebuah keyakinan bahwa Allah Maha Tahu amanah yang diberikan pada kita tepat pada waktunya. Sekali lagi, Allah SWT tidak akan memberikan keputusan-Nya yang nomor dua, keputusan-Nya pastilah yang nomor satu dan itu pasti yang TEPAT dan TERBAIK!

Bareng Bunda VidaBareng Bunda Vida

camilan khas india n pakistan. misoa pake kuah susu. mak nyuuuz.camilan khas india n pakistan. misoa pake kuah susu. mak nyuuuz.


Terima kasih buat Bunda Vida atas semua yang telah Bunda sharingkan, termasuk camilan khas India-Pakistan yang Bunda suguhkan bagi dua “musafir cinta” siang itu. Hihi. Mak nyuuuz banget, Bund! Juga atas pinjaman buku “Financial Revolution”-nya TDW (buat Mas Sis) dan buku lama terbitan Mizan “Permata Rumah Kita” yang bisa menjadi bagian dari inspirasi atas judul buku yang telah kami rancang sebelumnya, “Permata Hati Ibunda”. Semoga lancar dan bisa launching saat Hari Ibu Desember 2014 nanti. Aamiin Ya Rabb…

dik caca-nya defidik caca-nya defi

dik caca cantik... shalihah, ya Nak!dik caca cantik... shalihah, ya Nak!

Pada kesempatan mbolang itu, kami berdua sempat silaturahim ke rumah Mas Andika (sosok berpengaruh dalam sejarah kehidupan saya dan Mas Sis) serta nengokin Defi (adik ipar Mas Andika, teman saya di MIPA) yang baru saja melahirkan dedek Caca shalihah. Senang dan bahagiaaa banget! Mungkin rasa semangat yang semakin membara dalam dada adalah bagian dari berkah silaturahim kita hari ini. DNA! Dream ‘N Action!
Jam 17.00, perjalanan balik ke Semarang pun dimulai. Perjalanan pulang yang so awesome. Sering ketemu orang-orang bawa carier n perkap muncak. Ah, moment keren jelang 17 Agustus.

Perjalanan hati itu...
Saat kita bergandengan tangan lebih lama.
Saat hati kita belajar lebih banyak.
Saat doa melangit membawa hati yang penuh impian dan harapan diiringi tekad dan semangat untuk mewujudkan...

[Keisya Avicenna, 18 Agustus 2014]