Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label sekolah muslimah. Show all posts
Showing posts with label sekolah muslimah. Show all posts

Monday, July 06, 2020

CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR

Monday, July 06, 2020 1 Comments





Inilah misi hidupku: 
Mulia karena taqwa, bercahaya dalam karya, menginspirasi dengan prestasi!

Bidang yang ingin aku tekuni: pendidikan ibu dan anak (dunia parenting); keterampilan menulis (momwriter); istana kreatif DNA.

Peran yang ingin aku lakukan dalam menjalani hidup ini: motivator, inspirator, dan trainer kepenulisan.

ð Menjadi seorang "CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR"

CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR

Inilah formula dari segenap peran yang ingin aku lakukan sebagai upaya menjadi khalifah di muka bumi ini. Semuanya berawal saat aku menulis lalu menerbitkan buku motivasi kemuslimahan yang berjudul BEAUTY JANNATY pada September 2013. Setelah buku itu  terbit dan beredar di seluruh toko buku di Indonesia, aku seperti “kebanjiran amanah”. Aku sering mendapatkan undangan untuk bedah buku, mengisi seminar kemuslimahan, talkshow, bahkan workshop menulis. Dengan peserta mulai usia remaja sampai dewasa. Aku juga sering ke luar kota, kadang ditemani suami namun kadang berangkat sendiri jika suami ada jadwal pekerjaan di waktu yang sama. Semuanya sangat aku nikmati. Bismillah, senantiasa aku niatkan semua karena mengharap ridho Allah, semoga lelahku jadi lillah. Menjadi sebuah kesyukuran tersendiri saat apa yang aku sampaikan mendapatkan respon yang positif. Bahkan ada beberapa muslimah yang bercerita kalau ia memutuskan untuk berhijab dan semakin dikuatkan keinginannya untuk menyempurnakan hijab setelah membaca buku Beauty Jannaty. Masya Allah. Semuanya atas izin Allah.


Alhamdulillah, “kesibukan” ini berlangsung hingga 2016. Saat aku hamil, aku mulai mengurangi aktivitas “moving”-ku karena ini kehamilan yang sudah kutunggu-tunggu setelah 44 bulan lamanya. Suami juga berpesan demikian, istrinya ini diminta “anteng sejenak” di rumah selama hamil. Alhamdulillah, sambil menikmati serunya jadi bumil, aku mendapatkan amanah untuk menulis buku ensiklopedia. Semua proyek menulis ensiklopedia ini aku kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai timeline. Kegiatan belajar dan mengajar di DNA Writing Club juga masih berjalan tiap sore. Hingga suami menyarankan kepadaku untuk mulai melakukan rekriutmen mentor karena ia melihat aku cukup kewalahan, anak-anak yang belajar menulis di DNA semakin banyak. Akhirnya, aku mulai merekrut mentor. Mentor yang membantu mengajar di kelas reguler juga mentor yang membantuku saat mengadakan kegiatan DNA Writing Holiday saat liburan.

Alhamdulillah, setelah melahirkan aku berjuang untuk beradaptasi menjadi ibu baru. Aku nikmati dan aku syukuri semuanya. DNA sudah bisa di-handle kakak-kakak mentor, aku bisa fokus di 3 bulan pertamanya Dzaky plus dibantu Titi Ya. Masya Allah, kenikmatan yang tiada terkira. Permasalahan terkadang justru datang dari diri sendiri. Saat diri merasa jenuh dengan rutinitas harian, kangen bisa kopdaran dengan teman-teman penulis dan blogger (karena kadang kalau kopdar blogger ada syarat tidak boleh membawa anak); kangen mbolang kemana-mana, tapi tidak memungkinkan karena Dzaky masih bayi mungil. Ibu juga kurang setuju kalau Dzaky diajak pergi-pergi karena Dzaky cucu pertama. Hehe. Kalau jenuh mulai melanda, yang sering aku lakukan adalah banyak-banyak istighfar dan curhat ke suami sampai hati benar-benar merasa nyaman.

Program ke depan sebagai upaya terus belajar menjadi CREATIVE MOM-WRITERPRENEUR adalah:

Sebagai Individu
Belajar ilmu agama
Belajar ilmu tajwid (untuk memperbaiki bacaan al-qur’an dan hafalan)
Belajar ilmu dan keterampilan kepenulisan untuk anak dan remaja
Belajar ilmu komunikasi yang efektif dan positif.
Belajar ilmu merawat kecantikan diri (secara lahir dan batin).
Belajar ilmu bisnis/entrepreneur untuk mengembangkan usaha di DNA.
Belajar ilmu manajemen rumah (menjadikan “rumahku kantorku” dan “rumahku inspirasiku”)

Karya yang ingin dihasilkan:
üBuku motivasi untuk muslimah remaja.
ü Buku pictorial book Islami untuk anak usia dini.
ü Buku kumpulan cerita anak Islami untuk anak usia 7-10 tahun.
ü Buku memoar tentang inspirasi kehidupan.
ü Buku puisi.

Sebagai Istri
Belajar ilmu dan keterampilan domestik rumah tangga
Belajar ilmu memasak menu sederhana namun sehat dan bergizi untuk keluarga
Belajar ilmu manajemen keuangan keluarga (sakinah financial)
Belajar ilmu kehumasan (cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan prinsip ‘berbaur namun tidak melebur’, ‘mewarnai namun tidak terwarnai’)
Belajar ilmu kesehatan keluarga (keterampilan menjadi dokter keluarga)
Belajar ilmu manajemen konflik

Sebagai Ibu
Belajar ilmu Parenting Nabawiyah.
Belajar ilmu tentang kehamilan, melahirkan, dan perawatan bayi (persiapan anak kedua ^_^).
Belajar ilmu tumbuh kembang anak sesuai dengan fitrahnya.
Belajar ilmu tentang kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual seorang ibu.
Belajar membuat kurikulum “home education” untuk Dzaky.

Tiada tempat berserah diri terbaik selain kepada-Mu, Ya Rabb.
Inilah sebagian dari proposal hidupku.

#TugasMulia4
#SekolahMuslimah
#PejuangLiterasi




Monday, June 29, 2020

HIJAB, MAHKOTA SURGA TERINDAH

Monday, June 29, 2020 0 Comments




Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan
lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantis yang tak ingin dilupakan…

Serpihan Kenangan Masa Silam
Juli 2003. Tak terasa sudah 17 tahun lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otakku. Saat ini, aku seperti memutar kembali sebuah rekaman skenario kehidupan yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, aku adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik menikmati masa putih abu-abu. Juli 2003, aku naik kelas 2 SMA. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Aku berangkat pagi ke sekolah, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Aku memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang.
“Ifang, ayo kita ke bawah! Aku pengin lihat MOS anak-anak kelas satu,” ajakku pada Ifang.
Sebelum bel masuk berbunyi, aku dan Ifang serta beberapa teman yang lain ke lapangan upacara. Kami ingin melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para senior yang kebanyakan dari pengurus OSIS. Aku menyaksikan MOS tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung. Peraturan senior masih sama: “Pertama, senior selalu benar. Kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan pertama!” Hah, peraturan macam apa ini? Tiba-tiba…
 Dejavu! Aku mengalami suatu hal yang membuat diriku seolah kembali ke masa MOS satu tahun silam. Setahun lalu, aku memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat MOS. Ketika melihat MOS adik kelas, aku merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya, mungkin ini yang disebut trauma. Trauma MOS! Mendadak kepalaku pusing bukan main. Aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua hal yang seharusnya aku nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telingaku berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang aku alami satu tahun silam. Ketika di rumah pun, aku mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan.
Pada akhirnya, aku ambruk. Aku mengalami sebuah guncangan psikologis yang cukup hebat. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otakku. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa, terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluargaku. Waktu itu, rumahku tengah direnovasi. Tapi, karena aku harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan dialihkan untuk biaya pengobatanku. Biaya rumah sakit, biaya obat, biaya terapi, semuanya tidak murah. Puncak cobaan terberat itu adalah saat tim dokter memutuskan bahwa aku harus cuti sekolah selama satu tahun. Saat itu menjadi saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupku. Tapi keberadaan keluarga mampu membuatku belajar untuk bisa kuat dan tegar. Karena Allah SWT pasti sudah menyiapkan  hikmah di balik setiap peristiwa.


Al waqtu juz’un minal ‘ilaj: “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan.
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari, bulan demi bulan pun berganti. Tak terasa, sudah memasuki tahun ajaran baru. Alhamdulilah, aku sudah sembuh total. Aku sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 akan kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, aku sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat Tahajud. Allah SWT benar-benar menunjukkan kebesaran-Nya kala itu.
Ada sebuah azzam di hatiku. Ketika naik kelas tiga nanti aku mampu membuktikan dengan berprestasi masuk peringkat tiga besar -yang itu artinya aku sudah benar-benar sembuh dari sakit-, aku akan mengenakan jilbab. Sebuah azzam untuk merealisasikan gambaran peristiwa unik dalam mimpiku malam itu. Aku tersenyum damai saat mengenakan mahkota bercahaya, mahkota yang akan menjaga hati, jiwa, dan ragaku. Begitulah mimpiku.
Aku menjalani masa-masa kelas 2 SMA dengan sangat menyenangkan dan berprestasi gemilang. Aku pun mulai dikenalkan oleh sahabat-sahabatku dengan organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) dan aku pun mulai aktif di mentoring. Aku selalu tersenyum saat mengenang masa jahiliyah-ku dulu ketika kelas 1 SMA. Gaulnya dengan anak-anak basket dan pernah memprakarsai aksi membolos satu kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.
Awal-awal berhijab

Perjuangan Hijab Cintaku
18 Juli 2005
“Dee, hari ini adalah hari baru bagiku. Keinginanku untuk berhijrah dan berhijab akhirnya terealisasikan. Ya Allah, istiqomahkan aku untuk selalu berada di jalan-Mu. Semoga ini menjadi salah satu ikhtiarku untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya Allah, sujud syukur atas segala hal terindah yang telah Engkau berikan dalam hidupku…” [Catatan harianku]
Hari ini MOS hari pertama. Hari pertama pula aku menjadi siswa kelas 3 SMA. Pukul 5 pagi aku diantar Ayah ke kost Gestin, sahabat dekatku. Mereka berangkat bersama ke sekolah. Hari ini aku mendapatkan amanah menjadi panitia MOS. Subhanallah, dulu aku pernah sakit akibat trauma MOS dan sekarang harus mengemban amanah menjadi senior MOS. Skenario Allah SWT yang sangat luar biasa!
Ketika bertemu para panitia MOS, mereka langsung mengucapkan selamat dan mendoakanku semoga senantiasa istiqomah.
Aku sempat merasa terkejut ketika ada SMS masuk, ternyata dari seorang ikhwan yang menjabat sebagai Wakil Ketua ROHIS SMA sekaligus Ketua II OSIS. Ardi namanya. SMS itu berbunyi: “Alhamdulillah, Subhanallah…Allahu Akbar! Barokallahu ya ukhti, selamat karena telah berjilbab, semoga istiqomah. Be A Good Muslimah! Your Brother.” SMS pertama, yang menjadi pemula SMS-SMS lain.
Hari-hariku pun semakin ceria. Meski ada kejadian yang mengusik ketenangan hatiku. SMS-SMS itu! SMS dari Ardi. Semula hanya bertujuan untuk sharing, diskusi, dan menguatkan semangat. Tapi berlanjut menjadi ajang curhat pribadi, SMS-SMS tidak penting, bahkan ungkapan kekaguman. Astaghfirullah, aku tahu kalau kedekatanku dengan Ardi sudah melampaui batas. Tapi, aku pun menyadari muncul benih-benih cinta di dalam hati ini.
“Ya Rabbi, di saat hamba ingin memulai kehidupan yang baru, kenapa ujian yang Engkau berikan justru semakin berat dan menyesakkan hati? Ujian cinta!” jerit batinku kala itu. Mungkin inilah salah satu bukti bahwa manusia adalah insan fluktuatif. Tegar, namun terkadang rapuh...
Sampai akhirnya, ada SMS dari seorang sahabat untukku:
“Bukanlah hal yang aneh jika manusia futur. Tapi, yang aneh adalah manusia yang membiarkan dirinya tetap futur. Bahkan ada yang tertawa, tersenyum senang saat futur, walau hanya diwujudkan di hati. Pernahkah membaca firman-Nya,”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’:36).”
Belum selesai aku baca, linangan air mata sudah menciptakan jejak di pipiku. Aku lanjutkan membaca SMSnya…
Betapa ruginya jika manusia hatinya berkurang keimanannya dan hanya terisi dengan nikmatnya menjalani kehidupan dunia. Maka Allah memberikan tawaran: surga atau neraka, taat atau ingkar! Tapi jangan takut! Jangan bersedih! Tidak ada yang lebih indah dari tetap berharap akan ampunan dari Yang Maha Sempurna. Dia-lah pemegang masa depan dan takdir kita. Tak ada yang lebih baik dari pemberian-Nya. Kembali ke jalan-Nya adalah sebaik-baik ibadah. Karenanya, terhapuslah dosa terdahulu. Sahabat, tiada lain ini hanyalah nasihat. Tapi sahabat yang baik itu saling menasihati, bukan hanya saling memuji. Semoga tetap dalam lindungan-Nya dan ini diambil manfaatnya. Afwan jiddan…”
Aku menangis sejadi-jadinya. Betapa selama ini aku begitu terlena! Terlalu lama aku berkubang dalam lumpur dosa. Astaghfirullah…
“Terima kasih Ya Rabb, diri ini seketika tersadar, keistiqomahan itu mahal harganya! Jilbabku, hijabku, izinkan aku memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru dengan hati yang baru…” ratapku dalam tangisan taubatku.

Dream ‘N Action : Hijab, Cinta, dan Cita-Cita
“Setiap orang harus memiliki  cita-cita besar, mimpi yang tinggi dan harapan yang ideal. Namun, dalam menghadapi realitas keseharian, berpikir dan bertindaklah secara sederhana. Gak usah neko-neko! Karena kebahagiaan adalah  sesuatu yang harus diperjuangkan. Energi kasih sayang harus terus dinyalakan, agar visi untuk mengetuk pintu surga dapat terus diupayakan.”

Atas skenario-Nya yang indah, lulus SMA aku diterima di Universitas Sebelas Maret, Solo. Aku sangat bersyukur karena tidak satu kampus dengan Ardi. Ardi diterima di Universitas Diponegoro, Semarang. Aku belajar untuk cepat beradaptasi di lingkungan baru.
Setelah agenda orientasi mahasiswa selesai, aku mulai disibukkan dengan jadwal kuliah dan praktikum yang cukup padat. Aku menimba ilmu di jurusan Biologi, Fakultas MIPA.
Tak disangka, Ardi masih saja mencoba menghubungiku. Tapi aku acuhkan semuanya. Aku sudah bertekad untuk benar-benar membentengi diri dan menjaga hati. Aku terus berusaha menyadari bahwa Allah SWT sedang memberikan ujian dan terkadang Allah SWT menguji pada titik terlemah dari diri seorang manusia.
Ya Rabb, selalu kupinta tunjukkan padaku jalan terindah menuju keridhoan-Mu…
Aku putuskan untuk bergabung di kerohanian Islam. Aku ingin memperbaiki diri, belajar untuk menjadi seorang muslimah yang shalihah. Aku harus memperbaiki caraku berhijab, baik secara fisik terlebih hati. Terus memperkaya diri dengan ilmu. Tekadku, hijab tidak akan menghalangiku untuk bisa berprestasi!
Sempat muncul rasa minder pada awalnya. MIPA terkenal sebagai pesantrennya kampus. Banyak muslimah yang sudah mengenakan hijab secara syar’i. Adab-adab pergaulan dengan lawan jenis pun sangat diperhatikan. Ada sedikit rasa canggung saat bergaul dengan mereka. Tapi, menjadi pribadi yang lebih baik itu butuh perjuangan.
“Ya Allah, Engkaulah yang Maha Kuasa. Jika Engkau menghendaki sesuatu, tiada sesuatu pun di bumi dan di langit yang menghalangi-Mu. Apapun yang Engkau kehendaki akan terjadi. Jika Engkau menghendaki untuk memudahkan suatu urusan, tidak ada seorang pun yang mampu menyulitkan-Mu. Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Pada suatu hari, usai mengikuti sebuah training motivasi di kampus, aku tuliskan semua impianku di sebuah buku yang aku beri nama “Dream Book”.  Sebenarnya, malu rasanya tatkala menuliskan impian nomor 44 yaitu MENIKAH. Aku tuliskan lengkap visi dan misi pernikahanku serta kriteria calon pendamping hidupku. Ada sosok sholeh yang kurindukan. Tapi, saat aku merindukan sosok itu aku merasa tak pantas, karena diri ini belumlah shalihah.
Dan sederet impian lainnya, lulus kuliah dengan IPK cumlaude, jadi penulis, jadi trainer muslimah, jalan-jalan keliling Indonesia dan dunia, umroh, naik haji bersama keluarga, bertemu sosok-sosok inspiratif dengan kisah luar biasa mereka tatkala memutuskan untuk berhijab (Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Oki Setiana Dewi, Alyssa Soebandono, Meyda Safira, dll.) dan masih banyak lagi impian yang kutuliskan. Aksara-aksara yang menjelma jadi doa. DNA! Dream N Action! Tekadku waktu itu, kita boleh bermimpi sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, tapi harus dibarengi dengan aksi nyata yang hebat, pantang menyerah, yakin Allah SWT selalu melihat usaha kita dan Allah SWT pasti akan menjawab setiap doa kita.

Dengan berhijab, membuatku semakin dekat dengan Rabb-ku.

Tidak ada yang tidak mungkin jika KUN FAYAKUUN-Nya telah bekerja sepenuh energi CINTA.
Namun adakah yang layak untuk ditangisi kalau semua dijalani dengan semangat tinggi dan niat yang bersih? Tidak ada kesusahan bagi orang yang menempuh perjalanan dengan keikhlasan. Karena Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. It can be a MIRACLE if you believe. Tepat dan terbaik!
Semakin membara semangat dalam hati ini untuk memperbaiki diri dan terus menyempurnakan hijab ini, aku rasakan semakin dahsyat pula cara kerja Allah SWT dalam mewujudkan impian-impian yang pernah aku tuliskan itu.
Alhamdulillah, aku  lulus kuliah dalam waktu 3,6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Aku langsung kerja sambil terus belajar menulis dari para mentorku. Aku harus punya buku. Buku yang best seller! Mengapa harus best seller? Karena semakin banyak yang membeli, semakin banyak yang membaca, Insya Allah akan semakin banyak kebermanfaatan yang tersampaikan. Jika satu kalimat saja yang aku tulis itu bisa membuat kehidupan atau pribadi seseorang menjadi lebih baik, pasti Allah SWT telah menyiapkan hadiah istimewa juga buatku, entah di dunia atau di akhirat sana. Aksara-aksara berdaya yang bisa menjelma menjadi tabungan jariyah kelak. Aku ingat, dulu waktu sakit saat SMA, salah satu terapi yang aku jalani adalah MENULIS. Karena itu, akupun menulis! Menulis bisa menjadi terapi jiwa bahkan bisa bermanfaat buat sesama.
Ada kisah baru yang akan dimulai, ada kisah lain yang menunggu untuk segera diakhiri. Ini bukan cinta yang terbungkam oleh diam tapi cinta yang terlanjur malu untuk menngungkapkan. Bukan karena apa atau siapa, menjawab kapan atau mengapa, bertanya bagaimana atau mencari tahu ada di mana? Bukan, bukan tentang itu semua! Semestinya pikirmu tahu dan hatimu semakin mengamini, bahwa dirimu adalah milik-Nya dan dirinya juga milik-Nya. Jadi, biarkan saja Sang Pemilik Jiwa berkehendak sesuka atas apa yang menjadi milik-Nya. Semuanya tak akan tertukar, maka tetap tersenyumlah biar segalanya semakin indah, mudah, dan full barokah…”
Impian menikah tanggal 10-11-12 yang aku tuliskan di Dream Book pun menjejak nyata atas izin-Nya. Proses dapat tawaran untuk menikah (tanggal 27 September) sampai (H-1) aqad nikah total 44 hari dan MENIKAH itu impian yang aku tulis di nomor 44. NIM (Nomor Induk Mahasiswa) ku ketika kuliah pun M0406044. Allahu Akbar! Benar janji Allah, laki-laki yang baik diperuntukkan untuk wanita yang baik. Maka, aku akan terus memperbaiki diri. Terus memantaskan diri di hadapan-Nya. Perjuangan menjadi muslimah shalihah, istri shalihah, dan nanti ibu shalihah baru saja dimulai.
Dan kini… Alhamdulillah, sudah lebih dari 30 buku yang aku tulis. Salah satunya berjudul “BEAUTY JANNATY”. Buku yang berisi motivasi untuk para muslimah agar menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga. Sebuah buku istimewa buah dari perjuangan panjang. Sebuah buku istimewa yang menjadi pengingat dan penyemangat bagi diri ini. Sebuah buku istimewa yang terbit setelah aku menikah. Sebuah buku istimewa yang membuatku bisa berbagi inspirasi sekaligus traveling di berbagai kota di Indonesia dengan mengisi bedah buku, seminar, dan talkshow. Hingga terwujud pula impianku bertemu sosok-sosok inspiratif yang dulu aku tuliskan di Dream Book. Aku bulatkan tekad, aku akan terus menulis, terus berkarya. Karena aku tidak ingin, jika kelak jatah hidupku di dunia ini habis, aku hanya dikenang orang dari tiga kalimat saja : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Tapi, harus ada warisan karya yang bisa aku tinggalkan. Maka, aku harus terus menulis, aku harus terus berkarya, aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang inspiratif, produktif, dan kontributif.

Mahkota Surgaku Kini Hingga Nanti
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…" (QS. An-Nuur [24]: 31)
Hidup berisi dengan aneka macam peristiwa. Peristiwa yang menghadirkan silih berganti perasaan yang mengisi jiwa. Maka, kokohkanlah keimanan saat perjalanan membuat kita bertanya, saat membuat kita meragu dan kecewa. Yakinlah, skenario Allah SWT tengah berlangsung dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Tanamkan dalam diri kita Allah Mahatahu yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya!
Sesungguhnya Allah menjadikan seluruh tubuh seorang wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh seorang wanita yang terlihat oleh orang yang bukan mahromnya, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Hakikat jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kita dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah, jagalah pandangan dari hal-hal yang dilarang. Hijab lidah kita adalah menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan yang sia-sia, usahakan selalu basahi lisan kita dengan berdzikir kepada Allah. Hijab tangan kita adalah ringan berbuat tatkala ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Hijab kaki kita adalah saat kita gunakan menapak di jalan-jalan kebaikan. Hijab pikiran kita adalah saat kita mampu berpikir visioner jauh menatap masa depan serta menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif. Hijab hati kita untuk selalu meletakkan nama Allah di tingkatan tertinggi, kemudian Rasulullah, orang tua, dan seterusnya.
Akupun bertekad, segala hal yang aku torehkan di dunia sebagai bagian dari perwujudan cita-cita menjadi bagian dari para perempuan langit, para perempuan yang dirindukan surga. Teringat nasihat seorang sahabat, “Mereka yang dalam diam tiada henti menyebut nama Allah. Mereka yang selalu giat menghafalkan Al-Qur'an demi mendapat keridhoan Allah. Mereka yang hendak memberikan mahkota penuh cahaya untuk kedua orang tua kelak di surga nanti. Mereka yang bersikukuh mengenakan hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah. Walau ‘diancam’ akan kehilangan pesona dunia, mereka tiada gentar untuk tetap bertahan. Mereka yakin bahwasanya perhiasan sejati seorang muslimah itu adalah dari amal ibadah dan akhlaknya yang jernih, bukan berasal dari moleknya tubuh yang mengundang nafsu dan syahwat. Ya, mereka adalah perempuan langit!” Dan aku ingin menjadi bagian dari mereka.

SUPERTWIN sebelum mengisi seminar muslimah di UGM Jogjakarta.

Bismillah… Semoga istiqomah untuk menjaga hati dan diri dengan mengenakan mahkota surga terindah. Karena menjadi seorang muslimah itu indah dan mulia, seperti sejarah para ummul mukminin dan para shohabiyah. Semoga senantiasa mampu menjadi muslimah shalihah yang dirindu Jannah. Aamiin…



Sunday, June 21, 2020

BELAJAR MENJADI ORANG TUA KEDUA

Sunday, June 21, 2020 0 Comments



Sejak saya TK hingga SMA, Babe dan Ibuk sering dititipi keponakan yang merantau untuk sekolah di Wonogiri. Ada yang dari Sumatera (Mas Jarot), Paranggupito (Mas Sutris), dan Giriwoyo (Budi). Babe dan Ibuk sudah menganggap mereka seperti anak-anak sendiri. Dan sepertinya hal itu menurun kepada saya dan suami. Tahun kedua pernikahan, kami dititipi satu keponakan dari keluarga Mas Sis, putri kedua kakak pertamanya Mas Sis yang tinggal di Bayat, Klaten. Namanya Desi. Ia ingin melanjutkan kuliah di Semarang. Saya pun senang karena ada teman di rumah jika Mas Sis harus pulang malam atau ada pekerjaan ke luar kota.

“Dek Norma dan Dek Sis, nitip anakku, Desi, nggih. Semoga dengan ikut tinggal bersama kalian Desi jadi anak yang ngerti agama, jadi anak salihah, belajarnya lebih sungguh-sungguh, jadi lebih dewasa, kelak bisa jadi orang sukses yang membanggakan keluarga,” begitu ucapan Mbak Puji, kakak pertama Mas Sis saat melepas kepergian Desi ke Semarang untuk tinggal bersama kami.

Satu hal yang harus kami pelajari adalah kami harus belajar menjadi orangtua Desi selama ia tinggal di Semarang. Mencoba memahami karakter khas anak remaja, bergaul dengannya ala sahabat, mengawalnya beradaptasi di masa transisi dari anak SMA ke anak kuliahan, juga dari suasana pergaulan di desa dengan di kota yang tentu saja akan banyak sekali perbedaan.

Kala itu penampilannya masih seperti remaja gaul pada umumnya dengan hijab kekinian dan masih enggan memakai rok. Kadang keluar rumah juga tidak mengenakan kerudung. Satu hal utama yang terus kami tekankan adalah salat wajib di awal waktu atau minimal tidak telat. Karena Desi sering mengalami insomnia alias jarang bisa segera tidur malam, ia jadi sering bangun malas-malasan untuk menunaikan salat Subuh, kadang masih suka menunda-nunda. Masih banyak PR kami yang lain. Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, kami berusaha agar Desi bisa belajar menjadi muslimah yang semangat beribadah dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Setelah satu semester perkuliahan berjalan, ada saudara yang menitipkan anaknya lagi untuk tinggal bersama kami. Namanya Nur. Dulu adik kelasnya Desi waktu SMA, masih sedesa dengan Desi juga, masih ada hubungan saudara jauh juga. Alhasil, Desi sekarang ada temannya. Apalagi mereka kuliah di kampus yang sama. Karakter Nur juga hampir sama dengan Desi, malah cenderung ndableg dan kurang inisiatif. Desi dan Nur masih suka bermalas-malasan, seolah-olah tugas mereka hanya berangkat kuliah lalu pulang, dan asyik rebahan sambil main HP sepuasnya. Saya tak kehabisan ide, berpikir bagaimana caranya agar mereka tidak menyia-nyiakan masa usia produktif mereka.

Satu trik yang saya lakukan adalah mengkaryakan dan memberdayakan mereka. Saya berikan tanggung jawab masing-masing untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Misalnya, tugas membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah, menyapu, berbelanja ke pasar, dan memasak. Ketika memungkinkan, saya pun sering mengajak mereka salat berjamaah di rumah. Benar-benar tantangan mendidik remaja zaman now itu sesuatu sekali. Benar-benar tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mood swing yang unpredictable, karakter yang masih cenderung seenaknya sendiri, kurang menghargai waktu, dan banyak lagi. Ketika saya merasa kesal karena “ulah” mereka, saya mencoba bersabar dan tidak langsung menunjukkan kekesalan itu pada mereka. Cukup diam. Lalu, ketika suasana sudah tenang dan terasa menyenangkan terjadilah diskusi-diskusi ringan untuk meluruskan tanpa harus merasa paling benar, apalagi dengan mengungkit-ungkit kesalahan. Berat memang, tapi saya dan suami mencoba untuk terus belajar. Terlebih belajar untuk selalu memberikan keteladanan terbaik bagi mereka.

Sampai suatu ketika saya mendapatkan amanah untuk menjadi co-writer Bunda Darosy Endah untuk menulis buku pertama beliau. Buku itu berjudul Cahaya Cinta Ibunda, yang sekali cetak tembus 1500 eksemplar. Saya dan Mas Sis pun mendadak super sibuk kala itu. Saya pun melibatkan Desi dan Nur untuk membantu packaging dan proses pengiriman buku. Saya pun sering mengajak mereka silaturahim ke rumah Bunda Darosy, terus beberapa kali meminta bantuan mereka menjaga stand buku saat Bunda ceramah, bahkan mengajak mereka mendengarkan ceramah Bunda Darosy beberapa kali. Alhamdulillah, pikiran dan hati mereka mulai tercerahkan. Satu indikatornya, mereka perlahan mengubah penampilan keseharian mereka. Mulai belajar memakai rok dan kerudung menutup dada. Ya, mereka belajar memakai pakaian muslimah yang lebih syar’i. Mereka juga jadi lebih peduli dan belajar bagaimana memanajemen waktu dengan baik.

Hidayah itu memang harus terus diperjuangkan. 
Istiqomah itu harus selalu dijaga dan diikhtiarkan.
Untuk menjadi agen kebaikan memang pengorbanan dan perjuangannya sungguh luar biasa.
Tak jemu untuk selalu perkaya diri dengan ilmu, juga harus selalu memurnikan niat dan mengingat tujuan akhir yang ingin dicapai.
Sehingga, ketika ada batu sandungan, semuanya benar-benar dikembalikan kepada Allah, karena Dia-lah Dzat yang membolak-balikkan hati.
Tiada tempat bergantung dan bersandar kecuali hanya kepada-Nya.

Indah, jika semua karena Allah.