Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, June 11, 2012

PADI [2]

Monday, June 11, 2012 0 Comments
KETAKJUBAN hati atas segala curahan nikmat yang Allah anugerahkan kepadaku akan selalu ku iringi dengan rasa syukur, pengabdian dan takwa kepada-Nya, Allah Yang Maha Esa. Akan selalu ku jaga hati ini agar tidak menjadi HITAM. Karena hati yg hitam akan mudah RAPUH jika dihadapkan pada kesulitan hidup. Aku yakin selama DI ATAS BUMI KITA BERPIJAK tak ada persoalan yang tak dapat kita atasi, karena sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kesulitan dan kemudahan itu adalah cobaan bagi manusia yg beriman. Allah selalu menguji hamba yang mencintai-Nya atas Dzat yang dicintai hamba-Nya. Keimanan adalah CAHAYA MATA untuk menerangi jalan kehidupan agar manusia tak mudah jatuh dalam lubang kemaksiatan yang akan membawa sengsara dunia dan akhirat. Hanya mengaku beriman tanpa pernah dan mau untuk menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya tak ubahnya seperti MENANTI KEAJAIBAN untuk memperoleh syurga, karena syurga hanya diperuntukkan bagi manusia yang beriman dan bertakwa pada Allah. Setiap persoalan dan kesulitan yang kita alami hendaklah membuat kita MENJADI BIJAK dalam menghadapi serta mengatasinya. Mungkin kebahagian adalah SESUATU YANG TERTUNDA setelah kita berhasil mengatasi persoalan yang kita hadapi, walaupun sebenarnya kebahagian itu tak pernah tertunda, karena kebahagian laksana air yg mengalir, dimana setiap orang dapat meneguk kesegaraannya. Aku berusaha kokohkan lagi semangat yang mungkin pernah PATAH karena terpaan hidup yang kualami, kususun kembali REPIHAN HATI yang hampir mati. Dengan keimanan yg terpatri di hati, ku mencoba untuk hidup yang lebih berarti.
PROLOG hidup baru ku awali dengan hati dan jiwa yang suci. TAK HANYA DIAM dan terpaku dengan kenangan masa silam yang kelam atau termenung MENANTI SEBUAH JAWABAN atas dosa yang pernah ku lakukan, terampuni ataukah tidak. Tetap ku yakin Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang benar-benar bertobat kepada-Nya. Aku terus perELOK hati agar menjadi hamba yang selalu mendapat rahmat dan ampunan-Nya. Karena ku tahu SIAPA GERANGAN DIRINYA yang mampu MENEROBOS GELAP rintangan hidup adalah manusia yang muttaqin, manusia juara. Aku akan selalu berusaha SAVE MY SOUL dari hal yang tercela dan dilarang Allah hingga AKHIR DUNIA. Insya Allah Dia akan selalu memudahkan urusanku didunia dan akhirat kelak. DAN TERNYATA CINTA kepada Allah dan Rasul-Nya yang menguatkan aku serta membuat hati dan jiwaku menjadi tenang, menjadikan hidup lebih terarah & penuh hikmah. Ku selalu berdo'a dan berharap suci dari dosa hingga MASIH TETAP TERSENYUM saat Izroil menjemputku, mati dalam keadaan khusnulkhootimah. Aamiiin....
[dari suatu sumber....file lama niy]

PADI [1]

Monday, June 11, 2012 0 Comments
Disepertiga malam-Mu dengan sifat PADI ku bersimpuh memohon ampun pada-Mu. Seribu tanya terus menggebu diqolbu, akankah ku temui BIDADARI ku disana. Disyurga, yang disanalah bidadari yang cantik dan tidak pernah disentuh jin dan manusia sebelumnya menunggu manusia bertakwa.  Semua kan kupertaruhkan DEMI CINTA ku pada Rabb Yang Maha Kuasa pemilik dan penguasa alam raya. SUDAHLAH cukup perbuatan dosa dan sia-sia yang aku lakukan. Kenyataan dan pengalaman telah BERI AKU ARTI tentang bagaimana seharusnya mnjalani hidup. Meski TERLANJUR banyak kesalahan yang telah kuperbuat, tetap ku yakin BEGITU INDAH anugerah dan ampunan yang Allah berikan kepadaku. Semoga MAHADEWI disyurga kan menyambutku, saat kelak aku menghadap-Mu. Tuhan, sungguh aku tak sanggup DI SINI TANPA-MU, tanpa curahan kasih sayang-Mu, tanpa lindungan-Mu sekejap matapun sungguh ku tak akan mampu. Aku coba terus belajar dan teladani akhlak mulia SEPERTI KEKASIHKU, kekasihmu, kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw. Rasul tercinta, teladan umat, Nabi teragung sepanjang zaman.  SOBAT, ingatlah terus akan Tuhan-Mu niscaya Dia akan selalu mengingatmu di waktu lapang dan sempit.
BAYANGKANLAH jika mulut terkunci, hanya kaki dan tangan kita yang bicara takkan ada yang bisa membela kecuali amal perbuatan kita. Tak ada SESUATU YANG INDAH selain kehidupan disurga. Memang Allah menciptakan manusia SEMUA TAK SAMA, namun di hadapan-Nya semua tak ada beda, hanya iman dan takwa yang membuat manusia berbeda. KEMANA ANGIN BERHEMBUS Allah akan selalu bersama kita, Dia akan selalu menjaga kita, mengawasi tingkah kita, karena Dialah yang menciptakan kita dan dunia beserta isinya serta makhluk LAIN DUNIA yang tentu kita percaya keberadaanya. Aku sadar dunia ini tak lebih dari sebuah PERJALANAN yang harus kulewati untuk menuju persinggahan yang abadi. SEANDAINYA BISA MEMILIH diakhirat kelak, tentu semua manusia memilih surga. Namun akhirat bukan tempat untuk memilih bagi manusia, dunialah tempat memilih jalan mana yang akan menempatkan manusia ke surga atau neraka. KeANGKUHan manusia yang tak mau beriman kepada Allah & RasulNya, menolak kebenaran yang dibawa Rasulallah menjerumuskan manusia kedalam LINGKARAN api neraka. Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk ciptaanNya. Tak ada KASIH TAK SAMPAI kepada semua manusia atas segala curahan kasihsayang-Nya , karena manusialah yang sesungguhnya tak mengerti dan memahami kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Mahasuci Allah dengan sifat2-Nya Yang Maha Rahman dan Rohim.

Cenung...

Monday, June 11, 2012 0 Comments
‘’Salah satu karunia Alloh bagi manusia dalam menjalani kehidupannya adalah ketika ia diberi-Nya banyak tantangan, hambatan, ujian, dan persoalan dalam hidupnya. Oleh karna itu, semakin banyak tantangan dan kesulitan (ujian) yang menghadang, Insya Alloh peluang untuk dekat dengan Alloh pun semakin besar…”

Friday, June 08, 2012

ALPUKAT

Friday, June 08, 2012 0 Comments
Jadi, teorinya begini... :D "Life is like a rollercoaster". Right? Sepenggal lirik lagunya Bon Jovi kayaknya. Yupz, kalo bahasa kita lebih akrab dengan kalimat "hidup itu ibarat roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah". Hikmahnya apa, ketika di atas janganlah takabur, justru saat berada di fase keemasan itu kita harus lebih produktif, mawas diri, kaya syukur, dan bijak. Namun, ketika di bawah janganlah mengutuki nasib, tp lakukanlah evaluasi, tetapkan strategi, dan berani membuat sesuatu yg jauh lebih berarti. Manusia adalah insan fluktuatif. Tegar, namun terkadang rapuh! Ketika rapuh, carilah lingkungan yg mampu menguatkan. Dan jadilah motivator untuk diri sendiri. Self talk yg positif! #Semakin merasa yakin, impian itu sebentar lagi akan terwujud. Atas izinNya, atas kehendakNya... DREAM, PRAY, and ACTION! Kamis Optimis dengan spirit jus ALPUKAT: ALLAH SWT PUnya sKenario yg nikmAT dan dahsyAT! ^_^

Friday, June 01, 2012

Rahasia Bisnis Nabi Muhammad SAW Akhirnya Terungkap!

Friday, June 01, 2012 0 Comments
Fakta pertama, Nabi Muhammad SAW. adalah seorang pebisnis sukses. Buktinya, ditinjau dari sisi waktu, Beliau menjalani hidup sebagai pebisnis selama 25 tahun, yakni dari umur 15 sampai umur 40 tahun. Sementara masa kerasulan beliau hanya 23 tahun. Fakta kedua, Nabi Muhammad SAW. adalah manusia yang kaya. Meski dilahirkan dalam keadaan miskin namun pada saat beliau menikah pada umur 25 tahun, beliau mengeluarkan mahar kawin, yang jika diperhitungkan dengan nilai sekarang berkisar 6 milyar rupiah. Fakta ketiga, Nabi Muhammad SAW. menganjurkan kita untuk kaya. Beberapa sabda beliau secara terang menganjurkan umat islam untuk menjadi kaya. Beberapa diantaranya: ”Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya sembilan dari sepuluh pintu rezeki di dunia ini adalah perdagangan” (HR. Ahmad), ”Sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah seorang pedagang (entrepreneur)” (HR. Baihaqi), ”Allah itu cinta kepada seorang Mukmin yang bekerja” (HR. Al-Thabrani dan Al-Baihaqi). Dan banyak lagi hadist lainnya yang menyerukan umat muslim untuk menjadi sejahtera. Fakta keempat, Nabi Muhammad SAW. telah menerapkan prinsip bisnis modern dalam membangun kerajaan bisnis. Rasulullah menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga. Rasullullah menjadikan kejujuran (As Siddiqh) dan kepercayaan (Al Amin) menjadi prinsip utama dalam berbisnis. Rasulullah tegar dalam mewujdkan impian bisnis. Rasulullah memiliki pikiran visioner, kreatif, dan siap menghadapi perubahan. Rasulullah memiliki perencanaan dan goal setting yang jelas dalam membangun bisnisnya. Rasulullah pintar dalam mempromosikan dirinya. Rasulullah menggaji karyawan sebelum kering keringatnya. Rasulullah mengatahui rumus ”bekerja dengan cerdas”. Rasullah mengutamakan sinergisme. Rasulullah berbisnis dengan cinta. Rasulullah pandai bersyukur dan berucap terimakasih. Terakhir tapi juga terpenting dari rahasia bisnis beliau adalah menjadi manusia paling bermanfaat. Inilah rahasia bisnis Rasulullah yang sudah semestinya diikuti oleh semua orang jika ingin membangun kerajaan bisnis yang modern. Mari kita, termasuk saya, mengikuti jejak bisnis Rasulullah sumber :khairulrizal.multiply.com

KUATKAN AKU YA RABB...

Friday, June 01, 2012 0 Comments
Dengan nama-Mu ya Allah... hamba melangkah, berharap Engkau kan meridhoinya sebagai sebuah rangkaian pahala menuju Jannah-Mu... Dalam langkah-langkah memperjuangkan izzah dan keridhoan... Jika langkah ini harus tertatih, kemudian harus terjatuh karena sirna sudah kekuatan yang bersemayam dalam diri ini. Hanya satu kekuatan yang tiada kan pernah pudar. Kekuatan yang tiada lawan sanggup mengalahkannya. Kekuatan-Mu Ya Rabbi… Kuatkan hamba dengan kekuatan-Mu….

Wednesday, May 30, 2012

MENUNGGU HINGGA SUNYI YANG SEMPURNA

Wednesday, May 30, 2012 0 Comments
Saat detik merangkak menyambut waktu Subuh… Ada sosok yang tengah berpikir di kolong langit Mengeja konstelasi bintang Mencoba cari petunjuk ‘tuk temukan jawaban Ada setitik keraguan, menjadi sandungan bagi tekadnya Bersama sebuah kisah yang mengembara sendirian, tanpa berkawan Hening melintas menggulirkan waktu Kembali batinnya mengeja angka Hatinya mendesah… Betapa berlikunya jalan menuju keikhlasan Betapa berat menjaga suasana hati yang sudah terkondisi agar tidak terkotori Membuat jiwanya semakin ‘kaya’ (semoga…) Batinnya pun mengamini “Bahwa hidup menawarkan warna lain dari yang selama ini ia jalani” Mendamba sebuah ketegaran Ketegaran yang tidak mudah menguap oleh waktu Berharap temukan sebuah senyum Senyuman paling melegakan sepanjang hidup… “Ya Rabb, inikah kebahagiaan yang Kau ‘tunda’ untuknya?” *** “Kesedihan tak perlu diberi nama Dan kebahagian itu kita sendiri yang menciptakannya… Karena Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu perlu” Saat langit malam terlukis sinar bintang dengan kecemerlangan yang tak berbanding… [Keisya Avicenna, 15 Maret 2011…Jelang Peristiwa Subuh di Masjid Perjuangan NH IC] “Tidak ada seorangpun yang tahu di mana ujung dari HITAM PUTIH PENANTIAN-nya, maka selalu berbaiksangkalah kepada-Nya, buatlah Dia selalu tersenyum karena kita…” [Kun Geia] “PENANTIAN SUNYI” Melangkahlah ia, antara menapak dan melayang, menyusuri jejak-jejak musim. Mengharap terpandang seluruh sisi bukit, berikut wajah-wajah tua yang letih menatap zaman. Selangkah berganti hatinya menderu hingga semak ilalang tersyahdu mendengar kelunya dan pepohonan kering mendengar desahnya. Ketika aku memandang langit, ia terhampar dengan keangkuhannya, enggan menangis atau tak bisa. Padahal bumi slalu merindu, menunggu, kadang membisu. Hingga senja rebah saat langkah terhenti, matanya masih menatap sayu. Hati pun masih sendiri, alam enggan mendengar ia bernyanyi, menangis, atau berjanji. Berteduh di bawah atap bambu, menghela sendinya yang terasa beku. Malam itu ia menatap ke tengah hutan, menjelajah sudut-sudut kerimbunan. Saat serigala enggan bernyanyi, sembunyi berselimut kemalasan. Bulan pun tak bersedia menyapa, enggan naik atau sekedar tertutup awan. Langit malam itu mulai berurai tetes-tetes hujan, menandai berganti musim atau hanya pesan kerinduan. Matanya berkaca-kaca membias tetes-tetes hujan, membiarkan larut membasahi penantian. Ia melangkah kembali. Dia dan malam, tiba pada kelelahan. Langkah yang mengusung beban penantian terpaku di bibir danau. Hujan, pembawa kerinduan dan kehidupan telah berhenti membasuh bumi. Langit kini bertahtakan bintang, ramah bertegur sapa pada kelamnya malam. Sinar bulan sabit memecahkan lamunan, menuntun pandangannya menyambut tetes-tetes hujan yang membiaskan sinar bintang dan rembulan. Saat itu tubuhnya rebah mencium tanah, sekadar menyandarkan kelelahan dan kerinduan. Fajar di hari muda berbinar terang setelah kaki melangkah jauh. Setelah badan tertopang letih, setelah jiwa terselimuti kerinduan, setelah berharap menjadi kehidupan. Musim semi telah datang membinarkan kesayuan alam. Sepagi itu mentari merangkak menyentuh kebangunannya, sepagi itu nyanyian burung menggemakan nyanyian hatinya. Sepagi itu ia bangun dan tersenyum, masa penantiannya telah ditinggalkan jauh di puncak bukit, masa kesendiriannya tersesat di dalam hutan, dan masa kerinduannya telah tenggelam di dasar danau. Sekarang, ia sampai pada ujung penantian. Ada yang mendengar ia bernyanyi, menangis, atau berjanji. *catatan untuk Vay [Keisya Avicenna]

Monday, May 28, 2012

Puisi dalam Plastik

Monday, May 28, 2012 4 Comments
Benang-benang jingga terajut indah di senja kali ini. Mataku tak lepas dari sorot sang bagaskara yang lambat laun kembali ke peraduannya. Saat asyik memandang kepulangan mentari senja itu, aku merasakan ada sesuatu tersangkut di kaki. Sebuah plastik. Aku pungut plastik itu. Awalnya, akan kubuang. Setelah kuamati, ternyata ada yang aneh. Ada kertas di dalamnya. Kemudian, langsung kubuka lipatannya.
Kutulis denting cinta ini di sebuah tebing di pinggiran pantai 
Kamu tahu kenapa? 
Biar ketika menangis… 
Burung-burung camarlah yang menghibur kesedihan 
Biar ketika tertawa… 
Gema-gema alamlah yang mengisi keramaian 
Ketika bergembira… 
Peri-peri memainkan keindahan dawainya 
Di tengah lukisan senja atau fajar di kejauhan 
Saat terasa terluka… 
Buih-buih pantai yang membasuh dengan deburan ombaknya yang tiada akhir mengecup kepedihan 
Bila merengkuh kegundahan… 
Menatap kedatangan kapal-kapal yang singgah Memberi sejuta harapan Setiap orang yang memandang tebing 
Akan melihat indahnya cinta kita! 
Setiap orang yang mendengar gema tebing…
 Akan mendengar melodi kasih kita! 
Apabila ia telah naik ke tebing, sungguh ia telah berada di tengah-tengah
 Segalanya tentang kita! 
Batu Cadas, 10 Oktober 2010 
-ROS- 

Tertegun diriku saat membaca puisi itu. Indah sekali. Ros? Siapakah dia? Aku baca ulang puisi itu. Ada rasa membuncah dalam dada. Aku ingin bertemu dengan Ros. 
10 Oktober 2010? 
Hari ini! Mungkin saja dia tinggal di sekitar pantai. Batu Cadas? Di manakah itu? 
Aku bertanya pada seorang nelayan yang tengah menyiapkan perahunya untuk berlayar malam ini. 
 “Maaf, Pak! Saya mau numpang tanya. Batu Cadas itu di mana ya?” tanyaku. 
Nelayan itu menyeka keringatnya kemudian menjawab, “Ooo, di atas bukit itu Nak!” 
“Terima kasih, Pak!”
 Aku langsung berlari menuju daerah Batu Cadas yang terletak di atas bukit seberang pantai. Tersengal-sengal napasku meski pada akhirnya aku sampai juga di atas bukit. Ada seorang perempuan berkerudung merah tengah menyirami taman mawar di halaman rumah bambunya. “Mbak, Batu Cadas itu di mana ya?” tanyaku
 “Di sini Mas!” jawabnya sambil tersenyum.
 “Mas mau mencari siapa?” “Ros”, jawabku yakin. 
“Kebetulan, saya Ros. Rosmita!”
 “Oh.. perkenalkan, nama saya Aditya,” jawabku sambil mengulurkan tangan. 
Ros membalas jabat tanganku dengan menelangkupkan tangannya di depan dada. 
“Maaf ya Mas, bukan mahramnya”
 “Oh, maaf ya Ros!” aku kikuk.
 “Ros, saya menemukan puisi ini di tepi pantai. Kamu yang menulisnya?” 
“Iya”, Jawab Ros pelan 
“Ros, aku langsung jatuh cinta saat pertama kali puisi ini kubaca!” Ros hanya terdiam.
 “Maukah kau menjadi kekasihku, Ros? Kekasih untuk selamanya.” Ros masih diam. 
“Jawab Ros. Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku.”
 “Maaf Mas, saya memang ingin menikah. Tapi maaf, saya tidak bisa menikah dengan Mas!” jawabnya lirih. 
“Mengapa Ros?”
 “Mari ikuti aku, Mas!” Ros berjalan ke belakang rumah. Aku mengikutinya. 
“Mas, tutup mata ya! Mas akan segera tahu alasannya.” Aku menurutinya. “Sekarang buka mata Mas!” Saat kubuka mata. Di depanku ada gundukan tanah merah. Pada nisannya tertulis, “Rosmita, Lahir : 1 Oktober 1985, Wafat : 10 Oktober 2010”. Aku merinding. Ada sekuntum mawar merah dan sebuah plastik berisi kertas di atas gundukan tanah merah itu. Apakah puisinya lagi?

Tergelincir

Monday, May 28, 2012 1 Comments
Sang surya masih malu-malu tersenyum menyapa pagi di sebuah desa yang terletak di kota Brebes.
 ”Pak, Alhamdulillah, Tum masuk jurusan Biologi UGM.”
 ”Alhamdulillah, selamat ya Nduk! Tapi kok wajahmu seperti itu? Seharusnya kamu senang dong. Kamu sudah lulus dan sudah diterima. Memang kenapa lagi?”
 ”Berarti Tum akan jauh sama Bapak dan Ibu?”
”Nduk, kan sudah kita sepakati bersama. Jangan menyesal! Kamu harus percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya. Mungkin Allah punya rencana untuk kamu di sana. Kamu harus yakin itu Nduk! Ayo mana anak Bapak yang pantang menyerah?”
Akhirnya, Tumini berangkat ke Jogja.
Saat Orientasi Mahasiswa Baru, dia bertemu Rossy. 
“Kenalin, gue Rossy dari Jakarta. Elo?” 
”Ehm.. Aku Tumini dari Brebes” 
”Tumini? Eh, lo mau ga jadi temen gue?”
 ”Wah, mau...”
 ”Sip, tapi aku panggil kamu Mini aja ya biar gaul gitu lho!” saran Rossy.
 ”Ehm.. Mini? Bagus juga! Okelah..” 
Sewaktu mereka asyik berbincang-bincang, datanglah seorang gadis berjilbab rapi yang ternyata bernama Dara. Tumini juga berkenalan dengannya. 
Saat Dara berlalu, Rossy kembali berujar. “Gimana kalau besok kita shopping aja sekalian beli perlengkapan kuliah!” 
“Shopping? Hmm.. ehh.. oke deh!” kata Tumini. 
Keesokan harinya mereka shopping. Tanpa kenal waktu, sampai-sampai shalatpun terlewatkan. Tumini pun terdesak dan memakai uang yang diberikan Bapaknya sebagai jatah biaya hidupnya sebulan. Mereka jadi kecanduan shopping. Tumini berubah menjadi gadis yang boros dan sering meninggalkan sholat. Tumini yang dulunya lugu dan pendiam mulai berubah seiring dengan pergaulannya bersama Rossy. Ia suka hura-hura dan sering berbohong pada orang tuanya. Dia selalu meminta uang dengan alasan untuk kuliah, beli buku, dan lain-lain. Padahal uang kirimannya digunakan untuk belanja, nonton, dan hura-hura. Hingga suatu ketika datanglah sepucuk surat dari Ibu. Dengan penuh semangat Tumini membuka surat itu. Namun, ekspresinya berubah seketika. 

Assalamu’alaykum. Wr.Wb... Tum, bapakmu sakit. Sekarang sedang opname di Rumah Sakit. Maaf, Bapak Ibu tidak bisa mengirim uang bulan ini. Tolong uangnya dihemat ya. Doakan Bapak cepat sembuh. Wassalamu’alaykum. Wr.Wb... Ibu 
Tangis Tumini pecah. Tak kuasa ia menahan air matanya. Uangnya habis. Padahal belum bayar biaya kuliah. Tuminipun mencari pinjaman pada Rossy. Akan tetapi, Rossy menolak saat dimintai tolong. Hati Tumini semakin terpukul. Ia mencari tempat untuk menenangkan diri. Ia teringat akan orang tuanya di desa yang susah payah memberi dukungan kepadanya. Tapi kepercayaan itu disalahgunakan. 
Dara memergoki Tumini yang sedang sedih di pojok ruangan. “Mini, aku perhatikan dari tadi kok kamu aneh. Kenapa? Kok menangis? Cerita saja Tumini! Apa gunanya ada teman kalau kamu tidak bisa berbagi dengannya.”
 ”Rossy jahat Ra. Dia ada kalau senang saja, ketika aku sedih dan membutuhkannya, dia malah meninggalkanku. Aku menyesal sudah terpengaruh. Sekarang aku kena batunya.” 
Akhirnya Tumini menceritakan semua kejadian kepada Dara. ”Ya sudah, sekarang begini saja. Aku punya simpanan, nanti pakai uangku dulu saja.”
 ”Makasih ya, kamu sudah menemani dan sudah memberi solusi untuk masalahku ini.”
 ”Iya, sama-sama. Itulah gunanya teman. Ya sudah, baiknya sekarang ikut aku kajian kemuslimahan di masjid yuk biar kamu lebih tenang,” ajak Dara. Tumini pun mengiringi langkah Dara menuju masjid kampus.

Sunday, May 27, 2012

Dari Blog Turun ke Hati

Sunday, May 27, 2012 1 Comments
Namaku Adnan Cahyono. Pada usia yang sudah dikatakan wajib untuk menikah, belum juga Allah mempertemukanku dengan seorang muslimah yang tepat. Setelah kegagalan proses dengan seorang muslimah dari Bandung, aku semakin berhati-hati dalam menentukan pilihan. Ternyata muslimah itu melakukan ta’aruf dengan laki-laki lain, padahal jelas-jelas dia sudah aku lamar. Alhamdulillah, Allah memberiku petunjuk untuk mengetahuinya sehingga proses itu tak dilanjutkan. Kembali aku mencari referensi tentang kriteria istri yang baik. Aku banyak bertanya pada ustadz, baca buku, dan searching di internet. Aku pun berlayar di dunia maya, hingga akhirnya berlabuh di sebuah blog. Blog tersebut memberi banyak informasi tentang kriteria istri yang baik. Pemilik blog itu seorang muslimah bernama Rosma Khoirunnisa.

Sebuah ide gila mampir di benakku, “Aku lamar saja pemilik blog ini. Sepertinya ia muslimah yang baik, sesuai dengan kriteriaku, dan satu lagi... belum menikah!” Aku beranikan diri untuk mengirim email pada Rosma. Kebetulan dalam profil blognya, ada alamat emailnya. Dalam email itu, aku memperkenalkan diri dan menyampaikan harapan untuk menjadi temannya. Gayung bersambut, tiga hari kemudian ada email balasan. Senangnya hati ini tatkala Rosma mau bersahabat denganku. Email kedua kukirim lagi. Kali ini aku memberanikan diri bertanya, “Kapan ia menikah? Seperti apakah kriteria calon suaminya?” Aku lampirkan biodata dan sebuah surat berisi kesungguhan untuk menikahinya. Uhf, pertanyaan yang terlalu lugas dan tindakan yang terlampau berani. Tapi, aku tetap mengirimkannya demi sebuah misi besar dalam hidup ini. Pernikahan! Berhari-hari aku menunggu email balasan. Tapi, baru dua minggu kemudian email itu datang. Pedih hatiku tatkala dalam emailnya Rosma mengatakan bahwa ia akan menikah sebulan lagi. “Rabb, berikan aku kesabaran yang berlipat. Perjuangan mencari pendamping hidup ini memang terasa berat, tapi aku yakin Engkau pembuat skenario terbaik.” Batinku menyemangati diri. 

Tiga bulan berlalu, aku masih dalam perjuangan mencari pendamping hidup. Siang itu aku hendak menuju toko buku Al-Firdaus. Sambil membaca di dalam bus, aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu bersama anak balitanya di kursi berjok tiga. Selang berapa lama, naiklah seorang muslimah di bus itu. Dia duduk di bangku samping ibu dan anaknya tadi. Aku hanya menatapnya sekilas. Pandanganku kembali fokus pada buku yang tengah kubaca. Tapi, telingaku tetap bisa mendengar percakapan mereka. “Adik, namanya siapa?” tanya muslimah itu “Dela, Kak!” jawab si kecil. “Kakak namanya siapa?” tanya Dela. “Rosma.” Jawab muslimah itu Deg. Rosma? Batinku bergejolak. Jangan-jangan... Konsentrasiku sedikit buyar. Penasaranku terjawab sudah tatkala muslimah berkacamata itu mengeluarkan sebuah buku. Aku mengamatinya. Subhanallah, buku itu tertulis nama, ‘Rosma Khoirunnisa’. “Turun di mana Dik?” tanya ibu di sebelahku kepada Rosma. “Toko buku Al-Firdaus, Bu!” jawabnya. Subhanallah, kami satu tujuan. “Ooo...” ibu itu manggut-manggut. “Sendirian saja Dek, tidak sama suami?” Ibu itu kembali bertanya. “Iya Bu. Hmm, saya belum menikah” jawab Rosma lirih. Meski suaranya lirih, tapi telinga ini bisa menangkap jawaban muslimah itu. Ada tanya besar dalam benakku. Ahh, ingin rasanya segera membuka blog Rosma untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Bukankah ia akan menikah tiga bulan yang lalu?” tanya batinku. Akan tetapi, terselip juga rasa bahagia dalam hatiku. “Alhamdulillah, harapan untuk menjadi pendampingnya masih ada!”