Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, February 15, 2010

17 Tahun Mencari Cinta


Prolog : Cerpen ini adalah hasil kolaborasi antara saya (Aisya Avicenna) dan sahabat karib saya kala masih berseragam putih abu-abu, namanya Noer Fuadiyah Uyun (Fadhilah Fuady). Alhamdulillah, cerpen ini berhasil menyabet juara 3 dalam sebuah sayembara menulis cerpen yang diadakan oleh ROHIS (Kerohanian Islam)-nya SMA N 1 Wonogiri yang akhirnya bisa bertahta di salah satu rubrik di buletinnya ROHIS SMANSA (bulletin Al Azhar). Cerpen ini kami susun berdua saat kelas 2 SMA, waktu itu kami duduk sebangku. Cerpen ini terinspirasi dari kisah hidup kami berdua. Benar-benar kami kombinasikan mulai dari setting tempat, waktu, tokoh, sampai alur ceritanya.

Emmm… malam ini saya menuliskan kembali cerpen itu. Sekedar untuk mengenang sebuah persahabatan yang semoga tetap selalu dipenuhi dengan cinta. Ah, cinta…

Bertuturlah CINTA… mengucap satu nama

Seindah goresan sabdaMu dalam kitabku

Cinta yang bertasbih mengutus hati ini

Kusandarkan hidup dan matiku padaMu

Bisikan doaku dalam butiran tasbih

Kupanjatkan pintaku padaMu, Maha Cinta…

Sudah di ubun-ubun cinta mengusik rasa

Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit

Ketika cinta bertasbih, nadiku berdenyut merdu

Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta

Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang…

Sujud syukur padaMu

Atas segala cinta…

CINTA…

Lhoh, kok malah yang keluar soundtracknya KCB… (maklum, waktu nulis ini… lagu yang didendangkan ni laptop pas lagu itu… Sttt, laptop pinjeman euy… ^^v . Ehm, jadi kangen ma laptop Aisya di Solo… “Miss 13”! baik-baik ma MY SUPERTWIN ya… biarlah kau jadi pendamping MY SUPERTWIN menyelesaikan proyek dahsyatnya… SEMANGAT!!!)

Ya sudah, simak ya!!!

***

17 TAHUN MENCARI CINTA

Kudus, 2 Februari 1987

Oeek… oeek… oeek…

Allahu akbar… Allahu akbar… Gema adzan menyusup di gendang telinga mungilku. Indah nian! Aku belum bias apa-apa, selain menangis dan menangis. Aku belum tahu siapa-siapa. Aku siap menjalani sandiwara-sandiwara hidup di dunia ini. Aku jadi new comer in this world. Yup, inilah aku NANTA NIA.

Kudus, 2 Februari 1988

Aku berulang tahun yang pertama. Aku sangat mencintai ibu dan bubur beras merah. Aku menyukainya. Aku sudah bisa duduk dan belajar berdiri. Menyenangkan sekali!

Kudus, 2 Februari 1989

Aku berulang tahun yang kedua. Pipiku tembem sehingga banyak orang mencubit pipiku. Sebel deh! Apalagi dua kakakku. Mereka berdua hobby banget nyubit pipiku. Sakit tau! Aku kesal sama semua orang yang suka nyubit pipiku. Aku tidak mencintai mereka,

Kudus, 2 Februari 1990

Ultah ketigaku. Aku sudah bisa berlari. Aku tidak mencintai bubur beras merah lagi. Gigiku sudah mulai tumbuh. Kini aku menyukai tim ayam buatan ibu. Enaak dech!

Kudus, 2 Februari 1991

Aku mencintai ayah. Ayah baeeek banget! Ketika aku mau masuk sekolah, aku dibelikan ayah tas, buku gambar, crayon, kotak pensil, tempat makanan, dan penghapus. Aku akan sekolah! Yess!!

Kudus, 2 Februari 1992

Ultahku yang ke-5. Aku sudah sekolah TK nol kecil. Aku mencintai teman-temanku karena mereka lucu-lucu dan baik padaku. Ada Lili, Cia, Fadhil, si kembar Rasya dan Keisya, Delia, Rama, Adi, Faiz, Axel, Rahma, Sandi, dan banyak lagi. Aku sekarang tidak suka tim ayam lagi. Kini aku cinta berat sama es krim dan permen coklat. Ehm… enak deh! Aku juga suka tas berbentuk monyet punyaku. Lucu abis!

Kudus, 2 Februari 1993

Aku sudah di TK nol besar. Aku mulai benci dengan es krim dan permen coklat. Gara-gara mereka aku sering diomelin ayah ibu. Gigiku pun banyak yang hitam dan berlubang. Gigiku sering sakit. Ugh… sebel!

Ayah membelikan sepatu baru untukku. Kakakku Adnan juga membelikanku pita berbentuk boneka. Ah Ayah, kakak, aku mencintai kalian.

Kudus, 2 Februari 1994

Aku sudah masuk SD. Tapi aku kehilangan cintaku. Teman-temanku kini berpisah. Hanya aku, Cia, Sandi, dan Rama yang masih satu sekolah. Aku sangat sedih kehilangan mereka. Mereka bukan cintaku.

Kudus, 2 Februari 1995

Aku sudah kelas 2 SD. Aku sedikit bertambah tinggi. Di hari ultahku ini, aku dibelikan bandana merah oleh Kak Ifa. Terima kasih Kak Ida chayang!

Kudus, 2 Februari 1996

Aku sudah kelas 3 SD. Aku mencintai film kartun. Aku suka sekali nonton Casper dan Doraemon. Lucu deh!Tadi pagi aku mentraktir teman-teman sekelas minum es cincau sama keripik singkong di dekat sekolahku. Tiap orang aku beri uang 500 perak, lalu kami makan bersama. Asyik banget! Aku sangat mencintai kebersamaan ini.

Kudus, 2 Februari 1997

Kini aku sudah kelas 4 SD. Usiaku sudah… ehm… berapa tahun ya… kuhitung dulu ah! Oh ya! Usiaku kini 10 tahun. Udah gede ya. Tapi badanku masih aja kelihatan mungil disbanding teman-teman. Aku benci dengan Bu Hada. Habis setiap pelajaran Matematika aku selalu disuruh maju. Aku selalu jadi kelinci percobaan. Sebenarnya kau bisa mengerjakan soal tersebut tapi Bu Hada tidak pernah memanggil kawanku yang lain. Jadi, mereka yang tidak bisa ya… tetap saja tidak bisa mengerjakannya.

Kudus, 2 Februari 1998

Aku sudah kelas 5 SD! Selamat tinggal Bu Hada. Aku sekarang mencintai guruku, Ibu Yetti, orangnya baek banget. Nggak heran kalau nilaiku melesat meninggalkan teman-teman. Ya… itu karena aku senang dengan Ibu Yetti.

Kudus, 2 Februari 1999

Ah…, ternyata Bu Yetti bukan cintaku. Kalau dia cintaku, pasti dia selalu mengikutiku. Aku sudah kelas 6 SD. Udah 12 tahun. Mau masuk SMP nih! Moga aja aku masuk SMP 1. SMP terfavorit di kota ini. Aku juga bisa bareng Kak Ifa.

Di SMP nanti, apa aku bisa ketemu cinta ya?? Cinta… oh… cinta… Ciee.. anak kelas 6 sudah kenal arti cinta. Ya… iya dong. Menurutku cinta itu… pacaran itu kan… he… he… he… sebodo amat deh, aku belum tahu banyak tentang cinta.

Kudus, 2 Februari 2000

Yes!! Aku sudah diterima di SMP 1. Iya jelas dong! DANEM-ku aja memenuhi syarat : 45, 27. Nggak pake acara sogok-menyogok segala. Horeee… Aku seneng banget. Udah 6 tahun lamanya aku di SD. Uuh… bosen!

Sayang banget Cia dan Sandi beda sekolah. Mereka di SMP 2. Aku kehilangan cintaku deh! Tapi… aku menemukan cintaku lagi. Si kembar Rasya dan Keisya, Faiz, Rama, Lili, dan Axel satu sekolah lagi denganku. Surprise banget loo!

Aku sekarang suka bercermin dan berdandan. Aku senang pake parfum. Biar wangi nih! Terkadang ayah dan ibuku marah kalo aku terlalu lama mematut-matut diri di depan cermin dan tidak segera berangkat sekolah. Wuih… aku dah jadi ABG nih!

O… ya! Di SMP ini aku mendapat pelajaran Bahasa Inggris. Bahasa aneh yang masih terasa asing di telingaku. Tapi aku menyukainya. Gurunya bernama Pak Hendi. Cakep dan baeek banget. He… He…

Di ultahku yang ke-13 ini aku dikasih kaset Westlife oleh Lili. Lagu-lagunya Westlife bagus-bagus. Apalagi personelnya yang keren dan cakep-cakep, Aku ngefans berat sama Westlife. Dinding kamarku penuh dengan tempelan poster mereka. I love them!

Kudus, 2 Februari 2001

Aku sebeel deh! Bulan Januari lalu aku mendapatkan menstruasi pertamaku. Aku nangis di depan keluargaku. Eh… keluargaku malah ketawa! Mereka bilang itu tandanya aku udah dewasa. Ehm… aku sudah dewasa ya…? Berarti aku boleh mencari cintaku dong! Cinta… Cinta itu kayak apa sih? Aku belum paham betul dengan ini, cinta… Ah, sebodo amir, mending nyanyi ah!

Cinta… di manakah kau berada… rindu aku ingin jumpa…

Ah… fals banget. Ntar Mas Katon marah lagi, lagunya aku ganti.

Cinta selembut awan masih tersimpan di hati…

…ehm…ehm…ehm…

Uh… bodo! Habis nggak hafal sich! Mending nyanyi lagu anak-anak saja.

Kuambil buluh sebatang… Kupotong sama panjang…

Kuraut dan kutimbang dengan benang… Kujadikan layang-layang…

Aku ingin begini… aku ingin begitu.. ingin ini ingin itu banyak sekali…

Semua semua semua dapat dikabulkan… dapat dikabulkan dengan kantong ajaib!

Lho, kok nyanyinya jadi nyleneh sih? He… he… he…

Yah…aku sangat mencintai masa kecilku. Indah sekali, di mana kudapati cinta silih berganti, datang dan pergi.

O.. ya di ultah ke-14 ini si kembar Rasya dan Keisya member aku seekor kucing kecil lucu yang oleh mereka diberi nama yang aneh dan sangaaat panjang. Tuh meong bernama : PUSQUITO APRILLIO HEKSA DEVO LUCIANO VENUS MOKO WHISKASTO FELIS DOMESTICO. Panjang banget kan? Entah si Kembar mendapat nama aneh itu dari mana. Tapi yang pasti, cintaku juga terbagi untuk kucing kecil itu. Moko, kucing itu selalu setia menemaniku.

Kudus, 2 Februari 2002

Di ulang tahunku kali ini, bagiku adalah titik balik dari keceriaanku. Betapa menyakikan di hati ditemani hari-hari yang rasanya gamang. Ibu telah menghadap Yang Esa, seminggu sebelum hari ulang tahunku. Semua begitu terasa cepat. Ibu terserang maag akut. Aku hanya bisa memandang beliau saat nafas terakhirnya akan ditangkap oleh Izrail. Baru aku tahu betapa mati itu amat menyakitkan, ketika harus melafalkan “Lailahailallah Muhammadarrasulullah”. Betapa kematian Ibu sangat merapuhkan jiwaku. Aku seperti tak punya suara, kelu… aku tak bisa menangis. Tapi jauh di dalam hatiku tergali lubang yang sangat dalam, perih… perih sekali… Ulang tahunku ini kulalui dengan berteman senyap yang menggantung di ujung hari. Sepi… perih… dan sedih…

Ayah kini sering ke luar kota untuk urusan dinas sedang Kak Ifa, 4 hari setelah Ibu meninggal, ia menjadi gadis yang aneh, dia mengenakan jilbab yang besar. Dia menjadi sangat alim dan baik padaku. Sekarang Kak Ifa selalu bangun di tengah malam. Aku sering mendapatinya menangis dalam sholatnya. Dia menjadi seorang yang sangat tabah dan sabar. Tiap pagi Kak Ifa menyiapkan sarapan untuk kami. Tapi dia sering meninggalkanku untuk kegiatan keagamaan. Seperti acara MABIT atau kegiatan lainnya. Sedangkan Kak Adnan, dia sibuk dengan urusan kuliahnya di STIS, dia menjadi aktivis di bidang keagamaan. Dia sangat menyayangi aku dan Kak Ifa. Sering dia memberikan puisi untuk kami. Memang bukan materi, tapi kasih sayangnya tampak dalam untaian syairnya.

Untungnya si Kembar Rasya dan Keisya tadi ke rumahku sehingga aku cukup terhibur dengan gaya ‘childish’ mereka.

“Udah deh Nia, nggak usah sedih. Kan ada kita-kita. We will always be there for you.” kata Keisya.

“Ya, mending kamu mikirin wajah imut kita, eh enggak ding! Becanda lho! Mendingan kamu mikirin EBTANAS bulan Mei nanti. Kamu jangan terlalu larut dalam air eh… dalam kesedihan dong! Gitu ya!” sahut Rasya.

Kata-kata mereka sedikit membuatku tersenyum. Aku mencintai teman-temanku. Teman adalah segalanya bagiku. Aku mencintai mereka.

Kudus, 2 Februari 2003

Alhamdulilah aku diterima di SMA favorit di kota Kudus ini. Ternyata aku bisa melupakan kesedihanku. Ya… karena aku menemukan cintaku, Rama. Dialah yang membangkitkan semangatku. Kami sering jalan dan belajar berdua. Di SMA ini ada si kembar Rasya dan Keisya, Lili, Delia, Dika, Fadhil, dan cintaku… Rama. Ultahku kini penuh kebahagiaan.

Rama… dialah cinta pertamaku. Dia perhatian sekali denganku hingga aku bisa bertahan dalam kesedihan. Rama… engkaulah segalanya bagiku. Terima kasih Rama, atas segala perhatianmu.

Kudus, 15 April 2003

Hari ini Kak Ifa dan Kak Adnan pulang dari kampus. Aku senang sekali. Ayah juga ada. Kami bercengkerama di ruang tamu.

“Adnan, Ifa, Nia, Ayah mau berembug dengan kalian… Setelah ayah pertimbangkan, Ayah memutuskan untuk menghadirkan ibu baru buat kalian. Ayah hanya ingin bertanya, apakah kalian merelakannya anak-anakku?”

“Ayah, bila bagi Ayah itu yang terbaik. Pilihlah Ayah! Pilihlah orang yang bisa membimbing, menyayangi, dan menuntun kami dalam Islam,” kata Kak Adnan.

“Iya, Ayah. Bila Ayah bahagia, insya Allah, kami ikut bahagia,” sambung Kak Ifa.

“Bagaimana denganmu, Nia?” Tanya Ayah.

Aku terdiam. Kelu. Sulit untuk menerima kenyataan bahwa posisi ibu akan diganti wanita lain.

“Bagaimana menurutmu Nia?” Ayah mengulangi pertanyaannya.

“Ayah, Nia tidak ingin posisi ibu diganti oleh siapapun juga. Nia benci Ayah. Ayah tidak sayang Ibu!”

Aku tinggalkan Ayah yang terpekur dalam diam panjangnya dengan Kak Ifa dan Kak Adnan. Aku menjadi dingin dengan Ayah.

Kudus, 25 Mei 2003

Aku merenung di kamar. Sekali lagi aku kembali rapuh, aku akan kembali kehilangan satu cintaku, Ayah. Aku jenuh, aku ingin bertemu Rama. Kini dia selalu sibuk dengan OSISnya sehingga aku jarang bertemu dengannya. Mungkin dia bisa mencairkan hatiku. Semoga!

“Nia,,,, ada telepon dari Keisya!” suara Kak Ifa membuyarkan lamunanku.

“Ya… bentar”

Sesaat kemudian…

“Hallo, ini Keisya ya?”

“Iya, ini aku, Keisya. Gini, besok kamu datang ke ultahku dan Rasya ya! Bawa kado ya, kalo nggak, kujitak kau! He… he… becanda kok. Datang ya! Temen-temen kakakku juga diundang. Hari ultah kami kan sama. So, kamu bisa cuci mata dan cari vitamin lho! Pokoknya kamu harus dateng, kalo nggak, kamu akan rugi, nyesel, dan 1 lagi… kupeer! Makasih ya. Dah Nia.”

Klik. Gagang telepn ditutup oleh Keisya. Aku hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. SI kembar aneh, unik, lucu itu temenku yang childish banget. Padahal besok mereka mo ultah yang ke-16. Mereka sangat baik dan lucu. Aku mencintai mereka.

Kudus, 26 Mei 2003

“Rasya, Keisya, met ultah ya! Moga panjang umur.” Kataku pada si kembar saat menyerahan kado untuk mereka.

“Makasih ya!” kata mereka berbarengan. Aku tertawa melihatnya.

“Eh, Nia. Duduk-duduk dulu ya, biar ditemani Rasya,” pinta Keisya.

“Nih Nia, minum buatmu.”

“Makasih, Rasya!”

Aku berbincang-berbincang dengan Rasya. Acara belum dimulai walaupun tamu-tamu sudah banyak. Tapi… tapi… ups benar. Penglihatanku belum cacat. Rama… dan… Delia bergandengan bersama dan menyerahkan kado untuk Keisya. Aku bangkit. Aku tidak tahan lagi. Rasya mengerti perasaanku.

“Rasya, aku tak bisa ikut keseluruhan acara ini karena…”

“Sudahlah Nia. Aku mengerti.”

“Makasih Rasya, antarkan aku ke Keisya.”

“Keisya, Nia mau pamit. Dia mau diajak pergi oleh Kak Ifa,”kata Rasya

“Oh ya. Makasih attentionnya ya Nia!”

“Ya… sama-sama.”

Aku berjalan di depan Rama dan Delia.

“Eh… Nia… ini.. ini… ada Delia.”

“Iya, Nia. Delia hanya berteman dengan Rama kok!”

“Maaf, Rama. Aku sudah tidak mempercayaimu lagi. Kita… putus!”

“Tapi… Nia… ini…”

“Sudah Rama, Ini adalah keputusanku. Permisi!”

Aku berlalu meninggalkan mereka. Rama… ternyata engkau bukan cintaku. Sekarang aku menyadari cintaku selalu pergi. Adakah cinta yang selalu membuatku senang dan cinta itu bersifat abadi? CInta… dimanakah engkau cinta??

“Nia, kamu melamun?” Kak Ifa mengagetkanku.

“Kak…!” Aku menangis di pangkuan Kak Ifa. Kulepaskan persoalan di hatiku. Kepergian Ibu, keinginan ayah untuk menikah lagi, Rama yang berkhianat dan hatiku yang selalu tertipu oleh cinta.

“Kak, aku muak dengan cinta!”

“Adikku sayang, kamu mau nggak Kak Ifa tunjukin cinta yang benar-benar membuat Nia bahagia di dunia dan akherat. Yaitu cinta pada Allah.”

“Tapi… kan kita tidak dapat melihatnya?”

“Apakah setiap cinta itu kita harus melihatnya dengan mata adikku. Kita semua cinta Ibu, tapi Ibu sudah tidak ada. Tapi kita masih cinta Ibu kan?”

“Iya… ya.”

“Kalau begitu, mau nggak kamu ikut liqo’ di sekolah. Nanti Kak Ifa juga akan membimbing Nia sampai Nia merasakan betapa indahnya nikmat atas cinta. Mau ya? Kak Ifa seneng deh, Nia diberi petunjuk Allah. Kak Adnan pasti juga seneng. Oh… adikku!” Kak Ifa memelukku.

Akhirnya, aku ikut liqo’. Pertama ikut, terasa asing bagiku. Istilah-istilah asing banyak kujumpai seperti : akhwat, ikhwan, ukhti, murobbi, mutarobbi, afwan, jazakillah, ana, anti, dan lain-lain. Tapi aku seneng. Sedikit-sedikit aku menemukan indahnya cinta, cinta pada Allah yang Esa.

Kudus, 2 Februari 2004

Alhamdulillah, usiaku kini 17 tahun (sweet seventeen nih!). Kini aku telah menemukan cinta abadi dan aku telah mendapat hidayah dariNya. Kini jilbab indahku akan melindungiku dari fitnah dan mendekatkanku pada cinta Sang Rabbul ‘Izzati. Kak Ifa memberikan kado sebuah mukena, sedang Kak Adnan member kaset SNADA dan kaset mrottal. Ayah… aku telah merestui Ayah menikah dengan seorang wanita shalihah yang amat menyayangiku dan kedua kakakku. Jilbab rapinya mempercantik keanggunan yang terpancar dari hatinya. Beliau resmi menjadi ibuku dua bulan yang lalu.

Terima kasih Ya Allah. Engkaulah zat pemberi cinta dan yang sepantasnya aku cinta. Aku merasa pencarianku akan cinta terjawab sudah. Tujuh belas tahun aku mencarinya dan aku menemukannya. Ya… cinta pada Allah dan cinta pada sesama. Ah cinta… betapa indah cinta itu. Indah… sekali!!!

To all our friends

You must get true love

By : Fadhillah Fuady & Aisya Avicenna

***

Epilog : Ehm, ya begitulah cerpen saya (gaya anak SMA)… semoga menginspirasi… sudah dulu ya, retina mata ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Sudah jam 23:06… jam 03.00 harus sudah bangun lagi…
Sebelum menutup laptop ini dan akhirnya menutup mata… mendengarkan nasyidnya Raihan dulu yang sekaligus sebagai bahan muhasabah sebelum tidur…

CARILAH CINTA

Carilah cinta yang sejati

Yang ada hanyalah padaNya

Carilah cinta yang hakiki

Yang hanya padaNya Yang Esa

Carilah cinta yang abadi

Yang ada hanyalah padaNya

Carilah kasih yang kekal selamanya

Yang ada hanyalah pada TuhanMu

Di dalam mencari yang sejati

Banyaknya ranjau kan ditempuhi

Di dalam menggapai cinta yang hakiki

Banyaknya onak yang ditemui

Namun janjiNya kepada hambaNya

Tidak pernah dipungkiri

Dan tidak pernah melupakanmu

Yakinlah kepada TuhanMu

Karena Dia-lah CINTA HAKIKI

Karena Dia-lah CINTA HAKIKI

Karena Dia-lah CINTA yang HAKIKI

***

Jakarta, RedZone, 140210_23:16

Yang senantiasa mendamba cintaMu,

Aisya Avicenna

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna