Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, December 19, 2013

[Jejak BJ] : JILBABKU UNTUK INDONESIAKU (Meyda Safira dan Bunda Darosy)


JILBABKU UNTUK INDONESIAKU

Sabtu, 14 September 2013.

Bertempat di Fakultas Kedokteran UNDIP, diselenggarakan event IHSD yang menghadirkan artis muslimah Meyda Safiradan Bunda Darosy Endah. Keikutsertaanku dalam acara ini, bermula saat aku melihat banner super gedhe yang dipajang di depan Masjid Kampus UNDIP. Mas Sis bilang, “Dik, keren tuh acaranya! Bisa nitip stand Beauty Jannaty juga ada Bunda Darosy, lho! Beliau itu ibu dari Ilham Bersaudara.”

Dengan polosnya, aku bertanya, “Siapa tuh Ilham Bersaudara?” Mas Sis menjelaskan kalau Ilham itu dulu finalis Pildacil (aku baru ngeh dan baru inget, kalau aku dulu ngefans dengan sosok Ilham saat ajang Pildacil). Setelah ngontak panitia dan berkoordinasi akhirnya Beauty Jannaty bisa terdisplay dengan sangat cantik pada event tersebut.

Sabtu pagi, aku dan Mas Sis ke FK dulu pasang standing banner dan nitip buku BJ dan TSOS. Lanjut Mas Sis nganter aku buat ngajat ekstakurikuler jurnalistik di SDIT Bina Insani. Jam 10.00 setelah ekstra selesai, aku bergegas ke FK untuk mengikuti acara tersebut. Alhamdulillah, acara baru saja dimulai.

Sesi pertama diisi oleh Meyda Safira. Sosok muslimah yang cantik dengan segudang potensi dan prestasi. Meyda berpesan, ridho orang tua = ridho Allah. Meyda juga bercerita keikutsertaannya dalam casting film KCB. Banyak ‘hal ajaib’ yang itu semua adalah skenario terindah dari Allah SWT. Banyak kasus terjadi di lokasi syuting terkait interaksi dengan lawan jenis, tapi Meyda berusaha untuk menjaga dirinya. Salah satu contohnya, tidak mau bersalaman dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. “Kalau kita punya prinsip yang baik, Insya Allah lingkungan yang sulit pun lama-kelamaan akan mendukung…” kata Meyda menjelaskan.

Terkait keistiqomahan dalam menjaga hijab, Meyda Safira membagi tipsnya. Cekidot!
1.   Niat yang kuat karena Allah.
2.   Belajar dengan lingkungan yang mendukung.
3. Rangkullah teman-teman yang baru saja berhijab. Dengan begitu, bisa saling menguatkan.
4.   Cari lingkungan yang kondusif.
(aku menangkap kalimat yang keren, “kalau ada liqo’-liqo’ gitu, ikut…”)
5.   Semangat untuk tholabul ‘ilmy.

Sesi kedua disampaikan oleh Bunda Darosy Endah. Sungguh, aku langsung terpikat dengan gaya public speaking-nya yang langsung menyedot 100% perhatian dan konsentrasiku. Aku amati gerak-gerik dan segala tutur kata beliau. Wow bangeeet! Apalagi saat membaca puisi dan Bunda sempat mengajak peserta melantunkan penggalan lagu “Jangan Menyerah” nya The Massiv. Bener-bener bikin gue terpana!

Bunda Darosy menyampaikan bahasan “JILBAB IS MY LIFE STYLE”
Berjilbab merupakan perintah Allah dan dasarnya sudah jelas-jelas tercantum di dalam kitab suci Al-Qur’an (QS. An-Nuur : 31 dan QS. Al-Ahzab : 59). Aktivitas apapun kalau dasarnya perintah, pasti akan ada godaan maupun ujian tetapi Allah tidak akan ingkar dengan janji-Nya. Allah SWT pasti akan memberi kemudahan-kemudahan, asalkan kita berlapang dada untuk menikmati proses dengan terus-menerus, sungguh-sungguh, dan menyempurnakan.

Hidup itu terbagi dua :
1.   Harapan (pada akhirat)
2.   Takut (merasa diawasi Allah)
Segala aktivitas kita orientasinya harus ridho Ilahi dan bukan ridho diri.
Menurut manusia baik, belum tentu menurut Allah juga baik. Ah, semua kalimat yang disampaikan Bunda Darosy berbobot dan mak jleb semuaaa…

Bunda Darosy sempat bercerita. Kalau beberapa waktu lalu, beliau jatuh dari tangga lantai dua di Fakultas Psikologi UNDIP (beliau dosen psikologi). Cerita sebelumnya, Bunda menerima hibah penelitian bersama temannya dan Bunda bilang ke temannya tersebut kalau beberapa waktu ke depan akan fokus untuk penelitian dan mengurangi waktunya berdakwah (ceramah). Saat Bunda mau pulang ke rumah, sambil menenteng tas laptop, saat jalan menuruni tangga ke lantai satu, tiba-tiba dari arah bawah, para mahasiswa baru berlari dengan cepat ke lantai dua. Mereka masih menjalani OSPEK dan waktu itu disuruh berganti pakaian batik oleh para seniornya dalam batas waktu tertentu. Bunda tertabrak dan jatuh. Kaki Bunda keseleo. Seketika, Bunda langsung evaluasi diri. Ya, dakwah itu tidak mengenal kata “istirahat”. Karena justru amanah berdakwah itulah yang menjaga diri kita. Tips dari Bunda : DUITS : Doa-Usaha-Ikhlas-Tawakkal-Syukur.

Oh ya, Bunda juga menayangkan video perjalanan dakwah Bunda bersama Ilham Bersaudara. Aaargh, gue kagak kedeeep! Dalam hati berdoa, “aku ingin mendidik anak-anak hingga kelak bisa seperti mereka.” Aamiin…

Karena ibu itu pendidik pertama dan utama. Bunda telah melahirkan empat orang permata yang sangat istimewa (Ilham, Taufiq, Fira, dan Kintan). Nah, agar anak-anak tumbuh dengan prestasi kokoh (yang penuh dengan harapan akhirat), Bunda selalu membiasakan “mengawali kehidupan dengan menghidupkan Al-Qur’an” sejak mereka kecil dan melakukan komunikasi dua arah. Bunda justru menciptakan anak-anak yang kritis dan bukan anak yang penurut. Catat ya, KRITIS!

Kata Bunda, dapat tips dari Ilham nih, PACARAN! (lho, pacaran kan nggak boleh?) tapi ini beda!
PACARAN = [P]elajari [A]l-Qur’an [C]intai [A]llah dan [R]asul-Nya, [A]mar Ma’ruf [N]ahi Munkar. Hehe, Ilham ada-ada saja!

Selanjutnya, ada sesi tanya jawab. Aku sempat mengajukan pertanyaan kepada Meyda dan Bunda. Setelah itu, ada sesi foto bersama. Aku bergegas keluar, mengambil dua buku Beauty Jannaty, coret-coret pesan dan tanda tangan lanjut maju ikutan foto. Setelah foto, saat bersalaman. Aku sampaikan ke Meyda dan Bunda, kalau Beauty Jannaty adalah karya terbaruku dan bilang, “semoga bermanfaat”. Bunda malah menarik tanganku, kemudian berkata, “Setelah selesai acara, ketemu Bunda dulu ya, Dik!” Meyda tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Hihi. So sweet moment…

Saat kedua pembicara ke ruang transit, aku turut serta. Kesampaian deh ngobrol lebih dekat dengan Meyda Safira dan Bunda Darosy. Ngomong-ngomong soal Meyda, aku jadi teringat dengan karya korti Bio’06 (Sutikno) “Ketika Bio’06 Bertasbih”. Aku berperan sebagai sosok Husna Ambarwati. Tahu, kan? Peran Husna dibawakan oleh Meyda. Sosok muslimah sekaligus penulis buku best seller. Dan hari itu aku bertemu langsung. Husna Ambarwati bertemu Husna asli. Hihi. Meyda cerita kalau dia juga tengah merampungkan satu naskah buku yang Desember 2013 nanti launching (Hujan Safir, judulnya).

Dari pertemuan dengan Bunda Darosy, ada satu amanah yang tiba-tiba tersandang di pundakku. Aku harus membantu beliau nulis. Wow, amanah yang nggak main-main. Beliau sempat bilang kalau sudah banyak (ada sekitar 10-an) orang yang mengajak Bunda untuk membagi kisah perjuangan hidupnya (hingga putra-putrinya dua kali memecahkan Rekor MURI dan 5x diundang dalam acara kepresidenan RI), tapi orang-orang itu (ada penulis, wartawan, mahasiswa, dll) hanya semangat di awal saja, tidak pernah ada kelanjutannya. Hmm, bismillah… semoga bisa menjadi ladang dakwah.

***
September 2013-Desember 2013
Alhamdulillah, dari aksi spontanitasku memberikan hadiah BEAUTY JANNATY kepada Bunda Darosy, atas izin Allah, 22 Desember 2013 ini lahirlah sebuah buku yang ditulis dengan penuh cinta : CAHAYA CINTA IBUNDA.Dan sudah ada beberapa jadwal di beberapa kota untuk membedah buku ini.

Subhanallah, sungguh luar biasa skenario Allah SWT. Semuanya telah tertulis dengan sangat rapi dan indah di Lauh Mahfuz. Semoga lahirnya CCI bisa memberikan pencerahan dan kebarokahan buat semua. Dengan semangat : “DARI KELUARGA, DENGAN CINTA, UNTUK INDONESIA” Allahu Akbar!!!

[Keisya Avicenna, 16 Safar 1434 H]


 KCB (asli)

 KCB (aspal) hehe...

 Bersama Meyda Safira, ibunya Meyda, Bunda Darosy Endah, dan panitia UNDIP

 Cahaya Cinta Ibunda (CCI)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna