Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label ngeri. Show all posts
Showing posts with label ngeri. Show all posts

Saturday, April 09, 2016

Kengerian itu...

Saturday, April 09, 2016 0 Comments

Sebenarnya saya tidak ingin mengenangnya lagi. Tapi tak apalah, semoga tulisan ini bisa jadi katarsis sekaligus dokumentasi tersendiri. Dan cerita pun dimulai…

Dua hari sebelum OSPEK (tepatnya hari Sabtu), saya kembali belajar naik motor sama Mas Dodoy dengan si Vega Merah. Waktu itu saya sudah lumayan lancar keliling kampung. Saya yang mengendarai di depan dan Mas Dodoy mbonceng di belakang. Laju motor saya sudah cukup stabil, Mas Dodoy sudah tidak lagi membantu saya memegangi stang sepeda.

Ngeng… Ngeeeng…

Senang rasanya sudah mulai lancar naik motor. Dalam hati sih yakin, kalau sering naik motor pasti lama-lama akan lancar dan berani mengendarai di jalan raya.

Saat putaran ke sekian kalinya, sampailah saya di belokan jalan yang aspalannya masih baru. Tiba-tiba… sreeeeeeeeeeeeet, saya panik karena banyak kerikil kecil, jalanannya jadi licin. Karena kaget, entah kenapa yang saya lakukan bukan ngerem motornya tapi malah nge-gas. Alhasil saya tidak bisa mengendalikan si Vega Merah dan nyungsep ke depan. Mas Dodoy jatuh dan lututnya lecet-lecet. Lalu apa yang terjadi dengan saya? Saya pun menangis karena dari mulut banyak keluar cairan merah. Ya, darah mengucur deras.Ternyata gigi kelinci saya patah. Mas Dodoy langsung memeluk saya dan orang-orang yang ada di sekitar situ langsung mengerubuti kami. Saya sempat diberi minum air putih.

“Mas, gigi Dik Nung hilang satu, hiks… hiks…” saya baru sadar kalau gigi kelinci saya yang satunya hilang sampai akar-akarnya dan yang satunya patah separo. Yang hilang sampai akar-akarnya itu ketemu, yang hilang separo ngilunya luar biasa. Dahi saya juga berdarah-darah. Benturan tadi cukup keras ternyata. Hiks… hiks…

Saya pun pulang ke rumah dibonceng Mas Dodoy. Sampai di rumah, semuanya kaget dan syok melihat kondisi saya. Babe aja hampir pingsan. Ibuk lalu membersihkan luka di dahi dan menyuruh saya kumur-kumur dengan air hangat. Lalu, Mas Dodoy mengantarkan saya ke UGD RSUD Wonogiri. Dahi saya pun dijahit. Perih sekali rasanya. Untuk luka di gigi, saya dapat obat nyeri dan rencananya setelah OSPEK baru akan saya periksakan ke dokter gigi.

Hari Minggunya saya tetap ke Solo. Hari Senin saya tetap PD mengikuti kegiatan OSPEK meskipun dengan kondisi ‘gigi kelinci ompong separo’. Saya tetap PD aja waktu harus ke depan kelas memperkenalkan diri, ngobrol dengan teman-teman. Memang sih banyak yang bertanya saya kenapa karena di dahi ada perban yang cukup besar. Tapi, saya sangat bersyukur luka akibat jatuh dari motor itu tidak terlalu parah. Meskipun pada akhirnya saya harus kehilangan dua gigi kelinci asli ciptaan Allah SWT itu. Setelah ke dokter gigi, beliau menyarankan agar yang patah separo dicabut saja sekalian karena bisa infeksi dan bikin ngilu. Saya pun nurut saja dan dokter membuatkan saya gigi kelinci palsu lengkap dengan langit-langit dan kawat yang dikaitkan di gigi-gigi tepi kanan dan kiri. Untuk menunggu cetakan gigi kelinci palsu itu jadi, butuh waktu sekitar seminggu. Jadi saya sempat kemana-mana pakai masker. Hihihi.

Nah, itu cerita saya. Tragedi yang bikin saya jadi ngeri untuk naik sepeda motor. Tapi sekarang, Alhamdulillah kengerian itu saya coba untuk buang jauh-jauh. Dibantu suami, saya mencoba untuk menyembuhkan diri dari trauma naik motor. Alhamdulillah, saya sudah berani keliling kampus UNDIP, meskipun belum berani 100% untuk naik motor di jalan raya yang ramai. Tapi, saya harus semangat, saya harus berani lagi naik sepeda motor biar mobilitas semakin banyak. Memang sih, sampai sekarang pun ke mana-mana saya lebih nyaman naik angkot oranye, naksi, atau mbonceng Macis.

Kengerian itu semoga cepat berlalu…

[Sabtu, 9 April 2016]

Day#13 One Day One Post FUNBLOGGING