Dokumentasi Momen “NGISIN-NGISINI”
Keisya Avicenna
Thursday, April 07, 2016
3 Comments
Mualunyaaa... |
Kejadian-kejadian
memalukan itu…
SD
Saat
kelas 5, ada praktik memasak mie goreng spesial saat pelajaran Muatan Lokal.
Saya berbeda kelompok dengan Mbak Thicko, kembaran saya. Saya dan kelompok saya
mencoba membuat mie goreng Jawa spesial plus es jeruk. Hiasan dari wortel,
cabai, tomat, dll, telah kami siapkan dengan sebaik mungkin. Penataan di piring
kami buat dengan menarik. Hingga waktu untuk memasak pun habis dan saatnya
penyajian ke dewan juri alias para guru penilai. Kami harus membawa hasil
masakan kami ke kantor.
Saat
di kantor, saya mendapatkan sebuah pertanyaan dari Pak Mahmud –guru IPS, beliau
bertanya dalam bahasa Jawa ngoko alus. Saya lupa pertanyaanya, yang jelas saya
harus menjawab dua puluh lima alias 25, tapi… dalam bahasa Kromo Inggil. Saya
jawab aja “kalih doso gangsal”. Seketika Pak Mahmud dan para guru yang ada di
situ tertawa. Saya bingung apanya yang lucu. Saya pun baru ngeh saat dikasih
tahu Pak Mahmud kalau njawabku salah, 25 itu dalam bahasa Jawa Kromo Inggil
yang benar adalah “selangkung”. Huahahaha, pengin rasanya krukupan kresek,
secara para guru saya waktu SD kenal dekat sama Babe yang notabene sangat
pintar bertutur kata dalam bahasa Jawa sampai level Kromo Inggil sekalipun.
Maafkan Dik Nung, ya, Be… Hahaha. Ngisin-ngisini tenan ogh! Wong Jowo tapi ra
njawani… ^_^
SMP
Setiap
pekan pertama di hari Jumat, semua kelas 3 yang muslim mendapatkan jatah
Jumatan di sekolah. Jumat pekan pertama
bawaan saya tentu bertambah berat, sudah bawa kamus yang tebal masih bawa
mukena dan sajadah. Tapi, saya merasa ada yang aneh dengan bawaan saya Jumat
itu. Kenapa berat banget, ya? Nggak seperti biasanya.
Sahabat
dekat saya pun terheran-heran saat mencoba mengangkat tas saya karena berat
sekali. Saya memakai tas ransel merk ALTO dan tidak membawa tas jinjing.
Selidik punya selidik, sebelum saya dan beberapa sahabat saya ke tempat untuk
shalat Jumat, saya mengeluarkan barang-barang dari dalam tas satu per satu.
Alangkah kagetnya saya, saat saya tahu kalau ada benda aneh yang nyasar di tas. Aaaargh, saya jadi diledekin teman-teman. Ngapain bawa barang kayak gitu,
memangnya mati lampu atau mau nyari jangkrik? Ngekngoook. Tahu nggak apa yang
ada di dalam tas saya? Heuheu… Lihat gambar di bawah ini!
Sokle alias senter jadul. Gambar dari olx. |
Saya
tahu, siapa yang sudah berbuat usil memasukkan benda itu ke dalam tas saya. Ya,
pasti Mas Dodoy! Kakak sulung saya yang super duper jahilnya nggak ketulungan
itu. Mas Dodoy memang suka bikin ulah tujuannya sih seru-seruan sama
adik-adiknya. Pernah pas tidur, bibir saya dan Mbak Thicko dikasih garam kasar
yang sudah diikat benang, pernah juga di atas pintu dapur ditaruh ember yang tepung,
dan lain-lain.
SMA
Saat
masih jadi siswa baru di SMA, ada kegiatan Pramuka yang namanya PERPEGAK. Kami
harus berkemah selama 3 hari 2 malam. Saya dibekali beberapa tip dari Mas Dodoy
yang sejak SMP doi sering memenangkan kejuaraan Pramuka di sekolahnya. Salah
satu tip yang doi kasih adalah “letakkan semua perlengkapan yang harus dipakai
di sekitar lokasi tidurmu”. Karena waktu itu memang ada syarat, saat tidur
tidak boleh pakai sepatu, pakai topi, bahkan pakai seragam Pramuka. Saya pun
melaksanakan tip dari Mas Dodoy, karena kata Mas Dodoy bisa jadi ada sidak ke
tenda-tenda dan bisa jadi akan dibangunkan secara mendadak saat tengah malam. Saya
pun melipat seragam saya dengan rapi lalu saya letakkan di atas kepala saya
lengkap dengan topi dan kelengkapan lainnya, sedangkan sepatu saya gunakan
sebagai bantal.
Prit… prit…
priiiiiiiit!
Peluit
panjang berbunyi. Saya dan kelompok saya bangun dengan panik. Teriakan-teriakan
dari kakak senior menyayat hati dan menambah kepanikan. Beberapa tenda dari
kelompok lain ada yang dirobohkan. Alhamdulillah, tenda kami cukup kuat.
Hihihi, yeaaay kakak-kakak nggak kuat ya bikin roboh tenda kelompok Manihot
utilisima, yeee?! Saya pun bergegas berganti seragam Pramuka, mengenakan topi,
peluit, dan tak lupa memakai sepatu.
Ayo,
Dek… Cepat, Deeek! Lelet ya kalian semua! Bla… bla… bla…
Kakak-kakak
senior pada sibuk ngoceh n mbentak-mbentak. Saya pun segera lari turun ke
lapangan dan berbaris berdasarkan kelompok masing-masing.
Selanjutnya,
saat pengecekan kelengkapan seragam, ada seorang kakak senior cewek yang
mendekati saya. Pas di dekat telinga saya, dia bertanya dengan nada tinggi.
“Udah
rapi?”
“Sudah,
Kak!” dengan tegas saya menjawab.
“Yakin,
sudah rapi???” tanya doi dengan nada makin meninggi.
“Siap!
Sudah, Kaaaaak!” nggak mau kalah saingan saya pun menjawab dengan lantang.
“Coba
lihat ke bawah!”
Cegluk…
Ealah,
ternyata saya memakai sepatunya terbalik. Sepatu kanan saya pakai di kaki kiri,
begitu sebaliknya. Saya pun buru-buru membetulkan sepatu saya. Masih dapat
hadiah bentakan lagi.
“Kalau
mau merapikan itu balik kanan dulu. Cepat!”
Dengan
pasang tampang tengsin, saya pun buru-buru balik kanan sambil nahan ketawa.
Mualu rasanya. Apalagi dilihatin oleh beberapa senior cewek yang lain.
Ya,
mungkin 3 momen “ngisin-ngisini” di atas bisa jadi hiburan tersendiri saat saya
mengenangnya…
[Kamis, 7
April 2016]