Jejak Karya

Jejak Karya

Sunday, March 13, 2011

MUBENG KRATON: “PERJALANAN KITA JADI CERITA”





Ketika pagi membuka hari
Tak henti lisan ini berucap penuh kesyukuran tiada henti,padaMu Ya Ilahi Rabbi
atas semua nikmat yang telah Engkau beri
Mata ini memandang hamparan ilalang hijau yang lembut bergoyang
Cericit burung menyenandungkan lagu seolah ikut berdendang
Bersama iringan simfoni alam, mencoba menyatukan nada-nada menjadi berirama
Tiupan angin berhembus halus menghadirkan kesejukan yang begitu tulus
Ketika ku tatap langit, serasa diri ini turut mengangkasa
Ingin rasanya terbang mensketsa impian, menuliskannya di atas sana…
[Keisya Avicenna_celoteh aksaraku di Buku DNA]
***

Tetesan embun menambah kemewahan romantisme pagi ini, iringi rona jingga Sang Bagas yang perlahan meninggi tuk terangi hari. Nungma masih asyik bercengkerama dengan catatan hariannya, membuka lembar demi lembar yang telah tertulis, membiarkan aksara berbicara untuk mendokumentasikan hidupnya. Kembali ia lihat jadwal yang tertulis di lembar “AGENDA BULAN MARET”. Hm, tepat di hari Sabtu tertanggal 12 Maret 2011 ada agenda MUBENG KRATON bareng Kang Nassirun Purwokartun bersama keluarga FLP Pelangi Solo Raya. Cihuy…bergegas ia menyelesaikan tugas-tugasnya pagi itu kemudian bersiap untuk melakukan “petualangan” seru hari ini.

Melihat jam di N 5310-nya, 07.45 WIB. Dengan langkah ringan sambil menjinjing helm dan menggendhong tas “backpacker” hitam manis yang telah malang-melintang menemani aksi petualangannya, Nungma berjalan menuju daerah belakang UNS. Menanti kedatangan Mbak Santi. Nungma duduk di salah satu kursi merah depan apotek, mengeluarkan buku sketsanya dan mulai mencoret-coret kertas putih itu dengan berbagai gambar. Salah satunya gambar tukang becak. Nungma jadi ingat sama Pak Katno, tukang becak langganannya, yang sudah 15 tahun berprofesi sebagai tukang becak untuk menghidupi seorang istri dan tiga orang anaknya.

Sekitar jam 08.15, yang dinanti Nungma pun datang. Dengan jaket pink dan jilbab kremnya, gadis cantik asal Sragen itu tersenyum penuh keceriaan. Turun dari sepeda motornya kemudian berkata,
“Nungma, aku ke apotik dulu ya!”
“Iya mbak,” jawab Nungma sambil membereskan perkap menggambarnya tadi.
Selang beberapa menit kemudian, Mbak Santi keluar sambil memamerkan bulatan-bulatan hijau dengan merk PROMAG. Mengeluarkan salah satu isinya kemudian mengunyah bulatan hijau itu seolah tengah asyik mengunyah “permen cecak”. Hihi…
“Nung, beli maeman dulu yuk!” ajak Mbak Santi
“Itu ada toko roti mbak,” kata Nungma sambil mengajak Mbak Santi memasuki sebuah toko di samping apotik.
“Tapi aku pengin gorengan Nung. Beli di Pasar Gede mungkin ada ya?”,
“Okelah Mbak. Ayo, berangkat!”

Perjalanan menuju Pasar Gede pun berlangsung sangat menyenangkan. Sesekali Nungma membuka pesan yang masuk ke inbox-nya. Salah satunya dari Mas Tyo,
“Ngumpule dimana? Pas-e?”
Nungma bales, “Daerah Gladag, tunggu aja di dekat Patung Slamet Riyadhi, kamu hormat dulu Mas sama tu patung, ntar dikasih kata sandi. Hahaha…”
“Aku udah hormat di patung Gladag, sama Kang Nass.”
SMS-an yang dung-dung tralala.

Setelah dapat 6 buah timus dan 6 buah klenyem di Pasar Gede, Mbak Santi dan Nungma pun segera menuju daerah Gladag. Parkir di dekat tukang stiker sepeda motor kemudian jalan kaki sampai taman dekat patung Slamet Riyadhi yang masih gagah berdiri. “Pak, kalau capek istirahat dulu ya, Mas Tyo siap menggantikan.” (hahaha…imajinasinya Nungma).

Ah, kalau berada di daerah ini, Nungma jadi mengenang masa-masa jadi mahasiswa dulu. Sering banget ikut “aksi” di kawasan itu. HIDUP MAHASISWA!!! Paling tak terlupakan ya pas aksi bareng rekan-rekan BEM SI (BEM Seluruh Indonesia), dengan jas almamater warna-warni kita berikrar SUMPAH MAHASISWA INDONESIA!!! Ough, unforgetable memories dah…Nung rela mbolos kuliah Fisiologi Mikroba hanya untuk membersamai rekan-rekan mahasiswa dari berbagai pelosok Indonesia. Uhuy, beruntung juga waktu itu malah kosong kuliahnya. Hahaha…

Dengan wajah yang berseri-seri, seperti wajah sang mentari yang mulai meninggi, duo humas itu pun menyapa para personil Pelangi yang sudah nongkrong di situ. Ada Mbak Nury dengan baju merah hatinya, Mbak Ivon dengan jilbab biru mudanya, Ustadzah Sa’idah (teman mbak Ivon sekaligus guru tahsinnya Nungma di PPQ Al Mahir…^^v), Mbak Umi dengan gamis merah batanya, Ayu’ dengan kostum bunga-bunga dan jilbab pinky-pinkynya, Diah Cmut dengan kaos, jilbab, dan jaket yang warnanya ungu semua.hihi…dikau jadi kelihatan tambah unyu. Mbak Eka dengan kostum ala “bu dosen” tapi lebih casual. Hehehe…

Belum sempat duduk manis, Nungma pun tenggelam bersama aksi foto-foto para ibu PKK itu. Hihihi. Datanglah Mas Tyo dengan kamera NIKON-nya. Jeprat-jepret…asyik dah! Aksi pemotretan ternyata membuat perut terasa lapar (lagi!), duduk-duduk dulu, makan gorengan sambil minum dan bersenda gurau. Ah, saat-saat kebersamaan yang sungguh membahagiakan.

Kang Nass, Mas Dwi, dan Mas Ruri pun datang mendekati kita. Kemudian kita cari lokasi yang nyaman untuk “memprologi” agenda Mubeng Kraton hari ini.
“Fahmi endi? Wis tangi durung? Wingi aku SMS jam 7 nganti saiki durung dibales,” tanya Kang Nass kepada anak-anak Pelangi mempertanyakan keberadaan sang kepala suku. Hahaha, tu pethunya emang dung-dung deh. Paling pake acara umbah-umbah n nyetrika dulu. Atau gak ketiduran lagi karena terlalu larut malam nge-ronda jadi Kamen Rider. Membasmi kejahatan. Hahaha…dung-dung sangat!

Setelah menemukan posisi yang pe-we untuk menggelar koran, acara pun dibuka oleh Kang Nass. Beliau menjelaskan 3 agenda kita hari ini. Pertama, ngefix kan proyek Pelangi dan Majalah EMBUN, kedua kita akan bersama-sama mencoba memaknai kembali masa-masa kejayaan Islam dengan agenda “Mubeng Kraton”, kebetulan Kang Nass juga tengah menggarap buku tentang Kota Solo sebagai wujud dan bukti kecintaan beliau setelah 10 tahun ada di Kota Solo. Wow!!! Dan yang ketiga, mempertegas agenda tanggal 19 Maret untuk adik-adik FLP UNS (khusus bagi yang ingin serius jadi penulis). Sippp dah….(adegan tambahan: ada Mas Tyo yang masih asyik jeprat-jepret).
Setelah prolognya usai, saatnya jeng-jeng…

Memasuki area Gladag, kita melewati Gapura Gladag. Di sana terdapat patung raksasa yang tengah membawa gada. Patung ini menggambarkan penghalang yang sangat menakutkan, angkara murka dan watak kekerasan. Hikmahnya, ketika kita ingin “nggayuh kautaman”, kita pasti akan menghadapi banyak sekali rintangan, hambatan, dan cobaan. Ketika kita tidak tabah dan mudah menyerah, kita pasti akan gagal dalam menggapai impian dan cita-cita kita.

Sampailah di alun-alun utara…tadi sebelum masuk alun-alun ada dua Ficus benjamina yang berasal dari family Moraceae. Begitu ilmu Biologi yang pernah Nungma dapatkan setelah belajar binomial nomenklatur warisan bapak taksonomi, Carolus Linnaeus. Haiyaah………

Masuk pendhopo kraton, ada meriam besar. Huaaah, gimana make’nya nih? Hoho…wizzz, pokoknya seru banget lah mubeng-mubengnya. Apalagi sambil mengabadikan spesies alias poto-poto. Masuk kawasan pendopo. Kang Nass juga sempat cerita kalau bangunan itu menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya UNS. Dulu namanya UGS (Universitas Gabungan Surakarta). Nungma pun manggut-manggut. O….
***
Cerita yang lengkap bisa dibaca di note nya Mbak Eka.hehe…
http://www.facebook.com/home.php#!/notes/eka-susylowati/unforgettable-memories-in-kraton-surakarta/197603503593107
***
Sampai di depan pendopo, tampaklah sosok “duo ngenez” yang datang. Haha, ternyata Mas Tyo tadi menghilang kie njemput soulmatenya to??? Hahaha…gek wis adus durung tu kepala suku??? Ntar kita bingung mbedain dengan Kyai Slamet. Ckikikik…dengan pasang tampang ngeneznya, tu pethunya ngeles kalau telat karena abiz syuting Twilight! Haiyyah, jadi petugas yang ngipasi sutradaranya ajah pake ngelezzz…hahaha…
Perjalanan pun dilanjutkan, menuju Sasana Mulya.
Adegan yang bikin ngakakgulingguling adalah ketika menyaksikan aksi mbak Umi Kultum berpose dengan patung. Hahaha…sempet-sempetnya bergaya dengan mencet hidung tu patung. Jiaaan, narsisnya Nungma n mbak Santi ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan aksi narsisnya Mbak Umi. Gubraaaaaaaakkk!!!
Kemudian keliling Kampung Baluwarti….
Sampailah di SD Pamardi Siwi, bertemu adik-adik yang lucu berseragam Pramuka. Para siswinya sedang asyik bermain hulahop. Foto-foto dah! Karena ingin mengenang masa-masa kecilnya, Mas Tyo pun bergabung dengan mereka. Oalah, selain berbakat jadi fotografer, ternyata Mas Tyo juga berbakat jadi instruktur hola hop.

“Anak-anak, begini lho caranya. Lingkaran hola hop dimasukkan kemudian dipegang sebatas perut. Udah siap semua? Diputar dengan menjaga keseimbangan, ya! Mulai bergoyang yuk!,” kata Mas Tyo selaku instruktur hola hop sambil bergoyang, untungnya gak pake adegan gaya ngebornya Inul. Hahaha…ngayal.com! Tapi sumpah, aksi Mas Tyo kala itu bikin kita ngakakglundhungglundhung!!!

Perjalanan selanjutnya, menuju Alun-Alun Selatan. Tempat yang kosong tanpa bangunan yang berarti alam baka. Haha…tempat favoritnya Mas Tyo n Kang Fahmi nih. Ada saudara kembar mereka. Mas Kyai Slamet. Kebo bule yang hanya dikeluarkan satu tahun sekali pada waktu malam 1 Sura. Wah, herannya kenapa tu kotoran kebo jadi rebutan pas malam itu doang yo? Padahal tiap hari tu kebo pasti juga buang hajat. Hehe…ah, tradisi n mitos!!! Pas di bagian ini, Trio Permen Sunduk (Ayu’, Diah Cmut, n Nungma) gak ikutan masuk. Mereka bertiga malah asyik nangkring di warung juz buah dekat pintu masuk, dengan berbekal uang 5.000an dua lembar pemberian Kang Fahmi.

“Mas, juz apelnya satu, jus tomatnya tiga, jus alpukatnya satu, gak pake lama ya, Mas!!” order Ayu kepada Mas-mase. Hehe…
Nungma ngambil 2 roti dari stoples, satunya dikasihkan ke Diah Cmut karena Ayu’nya gak mau. Diet katanya, hihi…gubrak!
“Yu’, aku jus apelnya gak pake es ya!”, kata Nungma
Kemudian Ayu bilang ke Mas-e.
“Nung, kalau gak pake es berarti jus anget dong!”, ujar si Cmut.
“Bukan, kalau jus gak pake es berarti namanya JU”, timpal si eNung.
Hahaha…obrolan unyu…

***
Setelah jusnya jadi, e… rombongan sudah selesai bezuk kebo bule. Wah, padahal Nungma pengin nyuruh Mas Tyo n Mas Ruri untuk bacain puisi buat tu para kebo. Akhirnya, Nung n Diah Cmut masuk ke area kebo bule. Belum sampai mendekat, crooot….jus alpukatnya Cmut tumpah. Ahihihi…ngompol season dua nih! Untungnya saksi matanya cuma aku Mut, kalau ada Kang Fahmi pasti kamu habis. Habis Dipitnah!!!xixixi.. Gak jadi mendekat ke area kebo bule, cukup melambaikan tangan dari jauh aja. Ah, adegan yang sangat mengharukan. Heuheu….^^.

Nungma n Diah Cmut pun segera menyusul rombongan. Kita kembali ke Alun-Alun Utara. Berkumpul bersama. Mbak Amrih juga ikutan. Foto-foto dah…Salut deh buat Mas Tyo!!! Hahaha…meski harus berngenes-ngenes ria gak ikutan foto bareng.
Ada adegan lucu lagi. Sekarang tentang Mbak Santi.
“Nung, lumba-lumbanya lucu dan bagus ya…bisa jungkir balik”, kata gadis cantik itu penuh kekaguman.
Hahaha…..
“Beli aja mbak!”, kata Nungma sambil ngakakgulingguling.
***
Kemudian kita pun duduk melingkar di pendopo, menggelar semua bekal dan jajanan. Asyiiiik, dapat bros juga dari Mas Tyo. Terima kasih, Mas!!! Belum ada 10’ duduk, kita ‘diusir secara halus’ oleh kerabat keraton. Hahaha, akhirnya pindah deh di bawah pohon, deket lapangan. Kang Nass mulai asyik bercerita. Tentang perjalanan hidup dan perjuangannya menjadi seorang “seniman” dan “penulis”. Karena jadi “penulis”, Kang Nass mampu mengangkat harkat dan martabatnya, hingga akhirnya bisa berjodoh dengan Bu Nass (Bu Yuli Astuti), istri beliau sekarang. Konon dulu…sang istri berperan sebagai ‘mak comblang’ sahabatnya, ealah…malah beliau yang ditantang Kang Nass untuk dijadikan pendamping hidup. Kisah yang lucu dan seru…dibikin cerita aja, Kang! Kang Nass juga memberikan banyak motivasi kepada kami untuk terus menulis. Karena menulis itu kerja individual. Hihi, Nungma juga dapat masukan nih. Semangat menulisnya dah OK, tinggal bagian editingnya nih yang harus lebih diseriusi. Teman-teman, mohon dibantu yak!!! Oke yak… ^^

Pada kesempatan kali itu pun, Kang Nass juga membagi-bagikan buku. Kali ini yang beruntung, Mas Tyo, Mas Dwi ‘n Diah Cmut. Yang belum kebagian, sabar yak…tunggu sesi selanjutnya!!!

Tak terasa adzan Dhuhur berkumandang. Kang Nass dah jalan duluan menuju Masjid Agung Surakarta. Walah, anak buahnya malah asyik menikmati “empek-empek” bikinan Mbak Ivon. Hihi…

Setelah selesai, kita-kita pun nyusul ke masjid. Diah Cmut, Ayu’, mbak Ivon, mbak Umi Kultum pada balik duluan. CU tomorrow. Berhubung lagi gak sholat, Nungma nemenin Mbak Santi sambil liat jepretan di NIKON-nya Mas Tyo. Hihi….gambarnya lucu-lucu.

Ba’da sholat, kita ke bagian buku-buku bekas. Sempet foto-foto juga. Dan akhirnya Nung beli buku yang dulu sempat tertunda gak jadi beli waktu di pameran buku. Hanya dengan uang 10.000 rupiah, akhirnya buku MAINTAIN THE HEART-nya Aa’Gym bisa menambah koleksi “AL FIRDAUS 2”. Ahay…terima kasih juga buat Mas Dwi yang rela menyumbangkan uang 5.000-nya dan akhirnya Nung bisa mendapatkan novel “SETITIK KABUT SELAKSA CINTA”nya Mbak Izzatul Jannah. Sebuah novel yang selama ini masuk dalam daftar novel yang Nungma cari. Hm, ada yang punya novel KETIKA MAS GAGAH PERGI-nya Mbak HTR gak??? Kalau ada yang punya, Nungma minta ya…(gak pinjem lho!!! Wkwkwk…). Makasih ya Mas Dwi!!!

Kang Nass pun akhirnya pamitan pulang. Waktu untuk keluarga tercintanya dan bekerja. Sedangkan kita-kita??? It’s time to lunch!!! Laper berat euy…Akhirnya, duduk manis di dekat penjual tahu kupat. Seperti biasa, Nungma pesan tahu kupat tanpa tahu (setelah tadi beli jus tanpa es.hehehe). Makan siang yang sangat heboh dan menyenangkan. Adik-adik UNS juga masih lengkap bertiga. Wien, Nur, dan Kurnia. Tapi Wahab UMS kok dah ngilang ya??? Tertinggal dimana tu bocah??? Ada yang tahu???

Perbincangan keluarga Pelangi seputar “rencana mantu” ke depan. Hihihi…wah, benar-benar gila!!! Sampai akhirnya, Nungma merasa ada yang tidak beres dengan kepalanya bagian kanan. Migrain-pun menyerang dan mencoba meruntuhkan pertahanan fisiknya.

Tepat jam 14.00, keluarga Pelangi pun berpisah. Terima kasih buat Mbak Amrih yang dah nraktir. Kang Fahmi, kapan-kapan tak tagih traktiranmu!!! Hm, nebeng mbak Santi, Nungma pun meluncur menuju kostan. Sepanjang perjalanan, satu hal yang dilakukan memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang luar biasa!!! Pengin rasanya segera ‘ngglethak’. Heuheu…

***
Ah, meski Nungma pun berakhir “ngenez” karena migrain…tapi agenda Mubeng Kraton kemarin sungguh sangat luar biasa sekali bangeeeetttt!!!
Alhamdulillah, ketika membuka mata tadi…migraine itu sudah pamitan…ahay, bersyukur bisa berjumpa di hari Ahad penuh semangad!!! Saatnya kembali mengukir cerita penuh warna….
Sampai ketemu nanti siang di markas yak!!!
***


Matur nuwun sanget kagem para aktor dan aktris yang sudah menjalankan lakonnya dengan sangat baik di skenario yang telah Dia tuliskan untuk kita hari ini….
1. Kang Nassirun Purwokartun: terima kasih untuk ilmu, pengetahuan, wawasan, motivasi, cerita-ceritanya yang luar biasa, serta waktu yang sudah dialokasikan khusus untuk mengokohkan kebersamaan Keluarga Pelangi. Doakan ya kang, kita bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Amin..^^
2. Mas Tyo: sang fotografer, meskipun harus rela berngenez-ngenez ria gak ikutan difoto. Jangan minta Nungma untuk menggantikan posisimu sebagai seorang fotografer ya, MAs. Karena dengan sangat tegas, pasti Nungma berkata: “TIDAK!!!”. Hahaha….Terima kasih ya Mas, jepretan2mu menjadi sebuah dokumentasi hidup untuk kita semua.
3. Mas Dwi: terima kasih atas sumbangan 5.000-mu ya Mas!!! Novel itu sangat luar biasa buatku…hehe…Hanya Allah yang mampu membalas kebaikanmu. Termasuk usulan obatmu tadi malam.
4. Mas Ruri: terima kasih ya Mas, karena sudah bersabar menghadapi orang-orang unyu di Pelangi (ex: Mas Dwi, Mas Tyo, n Kang Fahmi). Hihihi…tetaplah kalem dan selalu tersenyum.
5. Kang Fahmi: terima kasih buat kepala suku. Orang ter-ngenez di Pelangi, yang selalu rela mengorbankan semuanya untuk kelangsungan hidup anak-cucunya di Pelangi. Teruskan kegilaanmu, karena itu sudah menjadi ciri khas orang-orang yang “extraordinary”.
6. Wahab UMS, adik-adik FLP UNS (Wien, Nur, Kurnia): jangan heran dengan ‘kegilaan’ kami ya…hehe…
7. Mbak Santi: terima kasih ya Mbak, atas tebengannya, atas gorengannya, atas hari-hari HUMAS yang semakin berseri-seri sepanjang hari…
8. Mbak Umi: teruskan kenarsisanmu, Mbak. Kapan-kapan bagi-bagi ilmu buat aku n Mbak Santi ya. Hehe….gubraaaakkk buat Mbak Umi Kultum. Terima kasih buat poto-potonya!
9. Mbak Eka: ibu dosen yang satu tanah kelahiran dengan Nungma ini selalu mampu memberikan semangat. Siiipp, bu dosen. Beliau rela meliburkan murid-muridnya hanya untuk membersamai keluarga Pelangi. Hahaha, dosene yo pengin jeng-jeng, mahasiswanya senang dosennya juga senang! (mbak Santi, upload foto mbak Eka pas lagi ngemut permen sunduk dong!xixixi)
10. Mbak Nury: meski kebersamaan dengan Mbak Nury cukup singkat di hari itu, tapi terima kasih ya Mbak buat semangat dan motivasinya…SALUT!!!
11. Mbak Ivon: terima kasih ya Mbak, buat “empek-empek”nya. Meskipun banyak yang ngira itu bakwan. Ah, gubrak tenan! Tapi enak kok mbak…kapan-kapan ajarin bikin yak! Terima kasih juga buat Ustadzah Sa’idah yang tadi dah ikut n sempat jadi fotografernya aksi Nungma n Mbak Santi..
12. Mbak Amrih: terima kasih wafer Tango-nya! Terima kasih juga karena dah rela ngedit karya anak-anak Pelangi untuk majalah Embun. Nungma belum bisa berkontribusi di bagian perdana nih. Karena kemarin KO!!! Minimal bantu menyemangati dan mendoakan dulu. Hehe…terima kasih juga dah ditraktir makan siang. Sering-sering ya Mbak!!
13. Erny: terima kasih dah jadi fasilitator Keluarga Pelangi. Sabar ya nduk dalam menghadapi kakak-kakakmu yang “aneh-aneh” ini.
14. Diah Cmut: terima kasih ya Mut!! Buat semuanya dah…^^. Jangan “ngompol” lagi yak…
15. Ayu’: terima kasih buat permen sunduknya ya Yu’. Bersabarlah dalam menghadapi pitnah-pitnah dari orang-orang di sekitarmu. Ahahaha….
***
[N] ikmati indah perjalanan yang terbentang di depanmu
[U] kirlah kisah terindah tuk membuat JEJAK TERHEBAT dalam hidupmu…
[N] iscaya kan kau temui beranekaragam keagungan-Nya
[G] ali dan rasakan gema alam yang berhembus bersama sentuhan kasih-Nya
[M] elukiskan kebahagiaan dalam canda dan bukan air mata kesedihan
[A] lam akan selalu menjadi saksi terpautnya hati…
dalam indahnya CINTA…dalam tulusnya sebuah PERSAHABATAN…

[Keisya Avicenna, 3 jam menyelesaikan tulisan ini…semoga menjadi [NO]stalagia [R]o[MA]ntic yang tidak ingin dilupakan….!!!]

NB : AYO, KRITIK TULISAN INI!!!! (10 lembar yang menyembuhkan….salah satu terapi migrain yang mujarab adalah….MENULIS!!!)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna