Jejak Karya

Jejak Karya

Friday, January 13, 2023

DEMAM LATO-LATO DI NEGERI WAKANDA



Tak tek tak tek

Akhir-akhir ini, suara itu sering terdengar di telinga kita, bukan?

Saya sendiri baru ngeh kalau mainan saya zaman kecil itu kini jadi mainan viral di kalangan anak-anak waktu acara Pesantren Liburan. Ada anak yang bawa. Terus kok di pinggir jalan banyak yang jualan mainan ituh. Kalau dulu namanya Tek-Tek an. Kalau sekarang lebih famous dengan nama Lato-lato.

Pagi ini pun ada flyer tentang peringatan untuk tidak membawa dan memainkan Lato-lato di lingkungan sekolah. Imbauan dari Walikota Semarang, Bu Itha kalau Lato-lato banyak mendatangkan kemudharatan daripada manfaat. Ya benar juga sih, karena hasil saya bertanya ke anak-anak tetangga yang memainkan lato-lato kebanyakan mereka mengalami cedera di bagian tangan, jadi lebam kebiruan gitu karena kena bola lato-lato yang memang sakit rasanya kalau kena tangan. Apalagi baru-baru ini ada kasus anak yang harus kehilangan fungsi indra penglihatannya karena matanya kena lato-lato.  Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un...

Banyak juga video beredar di media sosial dampak negatif dari permainan ini terutama yang membahayakan kesehatan, seperti kepala jadi benjol kena lemparan bola lato-lato, tangan jadi memar, dan lainnya.

Sebenarnya kalau ngomongin manfaat, asal dipakai dengan cara yang TEPAT dan tidak berlebihan, tidak sekadar buat gaya-gayaan karena permainan ini sedang viral, lato-lato bisa menjadi sarana pengalihan dari aktivitas screen time pada anak-anak. Yang dulunya suka bergerombol buat mabar (main game bareng, battle main game) kini sering kita jumpai mereka ngumpul untuk unjuk kebolehan main lato-lato.

Saya sependapat dengan seorang editor buku anak lulusan Psikologi UNS ini, Kak Diah Cemut.

Doi menyampaikan pendapatnya seperti ini, “Untuk positifnya, pertama, bisa bermain 'permainan fisik'. Bukan gadget. Tangannya kan gerak tuh. Jadi fisiknya ikut gerak. Lebih bagus daripada main gadget aja. Mata juga lebih sehat karena nggak kelamaan natap layer. Kalau anak jaman dulu ada permainan tradisional. Tapi sekarang udah jarang yang main engklek kan? Kedua, suaranya mungkin bagi kita yang denger terasa bising. Tapi bagi pemain, itu kayak suara mengasyikkan. Berarti gerakannya udah pas, sehingga menghasilkan suara yang nyaring. Kalau nggak nyaring berarti ada yang salah dalam memainkannya.  Ketiga, mencoba hal baru dan menjawab tantangan. Coba tanya ke dalam hati kecilmu, kamu pasti juga ada rasa penasaran untuk memainkannya kan? Kok ternyata nggak bisa sekali mainin langsung bisa. Ada kalanya harus kepentok dulu, sakit dulu, terus latihan terus hingga jago. Nah, anak akan belajar untuk menchallenge diri.”

Masya Allah, jawaban yang awesome sekali, bukan?

Kalau saya sendiri, Alhamdulillah, Dzaky tidak tertarik untuk memiliki ataupun memainkannya. Dia lebih memilih beli lego daripada lato-lato. Hehe.



No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna