Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, September 23, 2020

RINDU HUSNUL KHATIMAH

 


Jika dalam hidup ini ada perpisahan, biarlah kematian yang menyambungnya. Tapi,  jika dalam kematian ada perpisahan, biarlah hidup ini memberi arti yang nyata.

(Aisya Avicenna)

 

Mencintai Kematian

Tuhan jamahlah hatiku
Yang kering dan hampa tanpa kasih
Atas kuasa-Mu ku terlahir
Dan hanya pada-Mu ku kembali
(Doa – Ungu)

 

Sahabat SUPERTWIN, masih ingatkah beragam musibah yang pernah melanda Indonesia? Tsunami di Aceh, Gempa Jogja, Likuifaksi di Palu-Donggala, meletusnya Gunung Merapi, dan beberapa bulan terakhir ini pandemi Covid-19 telah membuat kehidupan kita banyak yang berubah. Sampai sore ini, kasus kematian karena virus Corona sudah mendekati angka 10.000 jiwa. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga semua berpulang dengan husnul khatimah. Aamiin.

Bencana yang menimpa kehidupan manusia di dunia ini, tak hanya menyebabkan kerugian yang besar, tapi juga rasa duka yang mendalam. Duka karena kematian dan kehilangan.

Manusia sangat akrab dengan kematian sebagaimana ia juga akrab dengan kehidupan. Mati dan hidup, dua hal yang senantiasa datang dan pergi, bergiliran. Kadang saya berhenti dan terhenyak, teringat pada orang-orang yang tidak akan lagi bisa saya jumpai di dunia ini karena telah berjumpa Sang Penggenggam Kehidupan dan Kematian. Salah satunya, orang terdekat yang selalu hangat di hati saya, Babe Kadri, ayah terkocak sedunia yang meninggal setahun silam. Semoga husnul khatimah. Al Fatihah untuk Babe…

[*]

 

Kematian memang begitu wajar,

 namun tidak pernah habis untuk direnungkan.

 

Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
(Rapuh – Opick)

Saat membaca tulisan ini, kita tentu masih menghirup segarnya udara kehidupan. Berjuta kenikmatan dan gemerlapnya kehidupan dunia masih sangat akrab dengan kita. Akan tetapi, siapa bisa memastikan bahwa hidup kita masih bertahan lebih dari satu tahun, satu bulan, satu minggu, satu jam, atau sekedar satu kali desahan nafas? Kematian bisa datang kapan dan di mana saja. Kematian tidak pernah datang terlalu cepat atau terlalu lambat.

Tak seorang pun yang memungkiri akan datangnya kematian. Meskipun demikian, dalam praktik kehidupan, banyak dari kita yang tingkah lakunya menunjukkan ketidakyakinan akan datangnya kematian. Kita masih asyik bergulat dengan kemaksiatan, acuh dengan perintah dan larangan-Nya, dan tak pernah tersisa sedetik waktupun untuk merenung bahwa hidup di dunia hanya sementara.

 

Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!

(HR. Tirmidzi)

            Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai hikmah hidup, bahkan menjadi rem cakram agar terhenti dari penyimpangan.

 

Jadikan Hidup Kita Berarti dengan Berprestasi!

Sahabat SUPERTWIN, idealnya dan memang seharusnya demikian, bahwa setiap aktivitas kita hendaknya berlandaskan pada niat untuk mendapatkan ridho-Nya, menempatkan cinta kepada Allah di atas segalanya, karena hanya dengan cinta itu yang dapat mengalahkan godaan dunia yang meraja. Cinta itu adalah cinta hakiki yang membuat manusia melihat dari sudut pandang yang berbeda, menjadikan hidupnya lebih bermakna dan lebih indah. Mencintai Allah, setulusnya, dengan sebenar-benar cinta adalah salah satu bekal kita menghadapi kematian.

            Tapi, tak bisa dipungkiri! Dalam perjalanan hidup ini, hati kita kerapkali terisi oleh cinta selain-Nya, mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, terkadang melakukan sesuatu bukan karena-Nya. Ujung-ujungnya, tak sadar bahwa kematian semakin mendekat. Kita terlalu larut dalam buaian nafsu duniawi.

 

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.

(Q.S. Ali ‘Imran [3] : 14) 

            Dunia memang kerap menyuguhkan kedahsyatan tipuannya. Jangan sampai kita terlena! Jangan sampai amalan baik kita tertutup oleh maksiat yang tak kita sadari. Sedihnya, saat nurani yang bersih menjadi terkotori oleh nafsu duniawi, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu.

Faghfirli, Ya Rabbi… Ampunilah hamba-Mu ini.

 

Dan di antara manusia, ada yang berkata : ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir’. Padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.

 (Q.S. Al-Baqarah [2] : 8 – 10)

 

Sahabat SUPERTWIN, coba tanyakan pada hatimu! Bagaimanakah kabarnya? Sedang bahagiakah? Menangis? Damai? Galau? Atau Merana?

 

Meski ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
(Rapuh – Opick)

 

Waspada! Izrail Senantiasa Bersiaga

Sombongnya kita! Sering bangga pada diri sendiri, padahal sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapan-Nya selain ketaqwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa pasti akan mati, namun kita masih bergulat dengan kefanaan. Taqwa? Sudah cukup layakkah kita menyandang gelar itu?!

Naudzubillah, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, saat tiada rasa dosa ketika mendzolimi diri dan saudara yang lainnya. Raga kita memang belum mati (untuk saat ini), tapi apakah itu pertanda hati kita yang sudah mati?!

 

Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada, kuharap hanya diri-Mu yang bertahta
(Rapuh – Opick)

Mumpung Allah Swt masih memberi kita kesempatan untuk hidup, mari persiapkan bekal terbaik. "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS Al-Baqarah [2]: 197). Semoga jiwa kita masih memiliki cahaya cinta itu. Cinta pada Sang Penggenggam kehidupan dan kematian kita. Semoga, pada saatnya nanti kita meninggalkan dunia yang penuh goda ini, husnul khotimah pantas menjadi predikat kematian kita! Aamiin.

 

Oh Tuhan mohon ampun
Atas dosa dan dosa… sempatkanlah…
Aku bertobat hidup di jalan-Mu 
Tuk penuhi kewajibanku
Sebelum tutup usia kembali pada-Mu
(Akhirnya – Gigi)

Mendamba Kematian Husnul Khatimah

Ia sudah menyelesaikan studinya di pondok Tahfizhul Qur’an. Di satu tangannya, ia membawa Kitabullah. Sementara di tangannya yang lain, ia membawa kotak amal. Sejak lama ia memang sudah memendam cita-cita Islam, cita-cita saudaranya kaum muslim. Ia tidak membeli kotak amal itu untuk dimakannya sendiri. Ia membelinya agar ia sendiri bisa menginfakkan sebagian hartanya fi sabilillah.  Agar ketika makan, ia bisa mengingat saudara-saudaranya kaum muslim di berbagai belahan dunia dan memikirkan cara menolong mereka dari kesengsaraan akibat rasa lapar dan sakit. Agar Allah berkenan menjadikan benda itu sebagai saksi baginya di hari kiamat nanti.

Namun, keluarnya ia kali ini dari pondok yang penuh berkah ini untuk memasrahkan dirinya disambut oleh Yang Memberi Segala Karunia. Ia dipilih oleh Allah untuk berpulang ke hadirat-Nya.

Tiba-tiba sebuah mobil yang dikendarai oleh sopir ceroboh menghantam tubuh yang suci itu sehingga tubuhnya terpental di atas tanah. Mushaf Al-Qur’an di tangan kanannya terjatuh sementara kotak amal di tangan kirinya berhamburan isinya. Akan tetapi, jantungnya masih berdetak, tanda ia masih hidup.

Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dalam kondisi kritis. Saat itu hari Ahad. Pada hari Jum’at, nyawanya berpulang ke rahmatullah. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada muslimah penghafal Al-Qur’an itu. Ia tidak sedang membawa majalah porno. Ia juga tidak sedang keluar dari diskotik atau tempat yang penuh dengan wanita yang membuka auratnya. Ia baru saja keluar dari taman Al Qur’an. Tidurlah dengan tenang dan tenteram wahai, Saudariku…

Subhanallah, belajar dari kisah di atas... betapa Allah benar-benar men-setting bahwa kematian itu luar biasa dahsyatnya. Waktunya dirahasiakan dan kisah yang mengiringinya pun hanya Allah yang Maha Tahu. Ya, Allah lah pemegang kuasa  yang menentukan akhir kehidupan kita. Kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga Allah berbelas kasih kepada kita, sudi mengampuni dosa-dosa kita, dan menutup kehidupan kita dengan husnul khotimah untuk kemudian di akhirat nanti menikmati kehidupan syurga yang abadi… Aamiin…

[*]

Sahabat SUPERTWIN, alangkah indahnya dunia ini tatkala setiap orang menyadari hakikat kabar kematian yang tersembunyi. Hal terpenting bukanlah tentang kapan dan dengan cara apa kita menutup lembaran kehidupan kita di dunia. Tapi bagaimana akhir kisah yang kita akhiri dalam lembaran-lembaran itu. Hal terpenting adalah tak ada penyesalan ketika kita meninggalkan dunia ini.

Kematian kita menjadi sebuah kabar duka bagi setiap orang yang sempat maupun yang tidak sempat mengenal kita sehingga rangkaian doa pun mengalir laksana mata air dan pada saatnya di Yaumul Akhir nanti, kita bisa bertemu Allah SWT dalam wajah penuh ketaqwaan. Sungguh, jiwa ini merindu kematian husnul khatimah.

Akhirnya, tuntunan dari Rasulullah Saw. ini benar-benar menjadi rumus pamungkas bagi kita dalam menjalani kehidupan:

Bekerjalah untuk DUNIAMU seolah-olah kamu akan hidup SELAMANYA dan bekerjalah untuk AKHIRATMU seolah-olah kamu akan mati ESOK HARI.




No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna