Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, September 10, 2020

MBOLANG RIANG SEPUTAR TEMBALANG

 

Tak terasa ya, sudah hampir setengah tahun kita banyak beraktivitas di rumah saja. Pandemi Corona ini membuat ruang gerak kita untuk beraktivitas di luar menjadi sangat terbatas. Aku pun demikian. Jika tidak ada hal penting, benar-benar penting, yang membuatku harus keluar rumah, aku lebih memilih di rumah saja. Ya, salah satu alasan terbesarku karena Dzaky (3,5 tahun) bakal nginthilin kemana pun aku pergi. Jadi dengan alasan demi menjaga kesehatan, mencegah penyebaran virus Corona, juga karena menjalankan imbauan Pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, maka di rumah saja adalah pilihan terbaik.

 

“Umma, kapan kita jalan-jalan ke Cimory?”

“Umma, kapan kita lihat kuda?”

“Ayo, Umma, ke Giyi (Wonogiri,-red). Dek Ah sudah kangen Titi Ya.”

 

Beberapa pertanyaan dan pernyataan itu sering terlontar dari mulut mungil Dzaky. Mungkin dia sudah merasakan kenapa kami sekeluarga jarang pergi bersama-sama setiap akhir pekan, seperti sebelum pandemi. Dulu setiap bulan, kami selalu mengegendakan untuk mbolang bersama atau wisata keluarga.

 

Sebelum pandemi, kalau aku merasa kangen Wonogiri, homesick, kangen masakan ibu, aku akan bilang suami. Jika suami tidak ada pekerjaan di hari Sabtu-Ahad, biasanya Jumat sore kami meluncur dari Semarang menuju Wonogiri. Tapi untuk saat ini, semua itu belum memungkinkan. Kasus positif Corona, di Semarang khususnya, masih terus naik. Bahkan kemarin sempat baca  berita, kalau Semarang menjadi kota dengan kasus positif tertinggi di Indonesia. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

 

Meskipun masih masa pandemi, beberapa tempat wisata Semarang sudah buka. Kebanyakan dengan alasan karena setiap orang itu butuh refreshing untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun yang terpenting, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, kalau bisa lengkap dengan pakai face shield, selalu cuci tangan dengan sabun, selalu membawa hand sanitizer, jika harus bepergian pastikan tubuh harus benar-benar dalam kondisi sehat.

 

Ingin rasanya, kami kabulkan permintaan Dzaky untuk sekadar piknik tipis-tipis ke Cimory, namun kami urungkan niat itu karena masih teramat riskan. Apalagi di usia yang sekarang, fase Dzaky sedang kepo-keponya terhadap banyak hal, pegang sesuatu yang dia ingin tahu lebih, terus tanpa sadar pegang hidung dan mulutnya. Aaargh… situasi belum aman!

 

Refreshing di sekitar UNDIP Tembalang

Akhirnya, sebagai alternatif wisata murah meriah, pekan kemarin aku mengajak Dzaky berwisata ke kampus abinya, Universitas Diponegoro (UNDIP). Hehe. Awalnya atas ajakan Mbak Desi untuk berolahraga sore di waduk UNDIP Tembalang. Aku iya-in saja karena lokasinya cukup dekat.

 

Aku sempat menyiapkan kangkung dan wortel karena rencananya setelah dari Waduk UNDIP, kami akan mampir ke Taman Rusia yang lokasinya dekat dengan Laboratorium Terpadu UNDIP. Dzaky sangat excited karena dia suka sekali kegiatan memberikan makan hewan-hewan. Setelah salat Asar, kami pun berangkat.

 

Aku pun baru tahu lho, kalau di UNDIP Tembalang ada jembatan merah, terus ada waduk juga. Hehe. Waduk ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diberi nama Waduk Pendidikan Diponegoro. Pembangunan waduk ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan, serta pengendali banjir di kawasan kampus UNDIP Tembalang. Waduk ini juga bisa jadi tempat belajar bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Biologi, Kimia, maupun Perikanan dan Kelautan. Selain itu, waduk ini juga difungsikan sebagai pembangkit listrik dan tempat rekreasi.


Dzaky di pinggir Waduk UNDIP


Saat kami di sana, ternyata ada banyak kegiatan yang dilakukan para pengunjung di sekitar Waduk UNDIP. Ada yang memancing, ada yang jogging, ada yang main skateboard, ada yang main sepatu roda, ada yang bersepeda, dan ada yang hanya duduk-duduk santuy sambil ngemil dan menikmati pemandangan. Kunjungan singkat ke waduk UNDIP ini cukup membuat pikiran lebih fresh dan hati lebih bahagia. Alhamdulillah.

 

Lokasi selanjutnya, kami menuju Taman Rusa. Sesampai di lokasi, ada 2 keluarga (bapak, ibu, dan anak-anak mereka) sedang asik dengan rusa. Dulu pas terakhir ke sini, rusanya baru segelintir, belum sebanyak sekarang. Aku pun seketika merasa so amazing. Hehe.

“Umma, minta kangkungnya,” pinta Dzaky.

 

Dzaky pun menjulurkan tangannya dan rusa-rusa itu saling berebut untuk menikmati kangkung yang diberikan Dzaky. Ada seorang anak yang dari tadi memandang Dzaky dengan tatapan mupeng (muka pengen, -red). Hehe. Aku bisikkan ke telinga Dzaky, “Boleh ya, berbagi kangkung ke kakak itu. Kakak itu ingin memberi makan rusa kayak Dzaky. Tapi, dia nggak bawa kangkung.” Alhamdulillah, Dzaky mengiyakan. Dzaky mau berbagi kangkung. Mata anak laki-laki itu berbinar-binar tatkala beberapa tangkai kangkung berpindah ke tangan mungilnya. Dia pun semakin asik memberi makan rusa bersama Dzaky. Ibunya turut mengucapkan terima kasih kepada kami.

 

Masya Allah, banyak yang bisa kami pelajari dan lakukan saat mengunjungi Taman Rusa. Kami tidak perlu repot-repot datang ke kebun binatang apabila ingin melihat rusa.  Taman Rusa ini terletak di belakang Laboratorium Terpadu, dekat dengan Pojok Tanaman Langka, tak jauh dari Fakultas Peternakan.

 

Taman ini bisa menjadi media rekreasi dan edukasi bagi keluarga. Bagiku, kegiatan sore itu sekaligus bisa mengasah fitrah keimanan dan fitrah belajarnya Dzaky. Aku pun memancing dialog dengan Dzaky.

 

UmmaMa: “Siapa pencipta rusa, Dzak?”

Dzaky: “Allah.”

UmmaMa: “Masya Allah, ya. Indah sekali salah satu hewan ciptaan Allah ini.”

 

Terus aku jelaskan tentang rusa. Rusa itu berkaki empat dan memiliki tanduk di kepalanya. Kadang orang menyebut rusa dengan nama sambar atau menjangan. Rusa termasuk dalam keluarga mamalia (hewan yang berkembang biak dengan beranak) dan termasuk jenis hewan herbivora (pemakan dedaunan). Ya, aku jelaskan sebatas yang aku tahu dan Dzaky sangat senang menyimak penjelasanku.

 

Dzaky: “Kok rusa juga suka wortel, Ma? Kayak kelinci.”

UmmaMa: “Iya, rusa juga suka wortel, selain suka kangkung karena rusa pemakan tumbuhan. Tuh lahap sekali, kan makan wortelnya.”

 

Dzaky


Menurut informasi, rusa yang ditangkarkan di Taman Rusa UNDIP ini merupakan rusa asli Indonesia berjenis langka yakni rusa timor. Nama latinnya Cervus timorensis, yang kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan taman rusa ini juga sangat bermanfaat sebagai sarana penelitian civitas akademika, selain sebagai upaya melindungi populasi rusa langka di Indonesia. Taman rusa ini berada di bawah pengelolaan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Taman rusa ini juga menjadi bukti bahwa UNDIP adalah kampus yang ramah lingkungan dan peduli dengan keberlangsungan hidup satwa langka di Indonesia. Wow, masya Allah, ya!




 

Dulu, di taman rusa ini ada petugas yang menyediakan pakan, lho. Tapi, kemarin pas nggak ada. Insya Allah, pakan kami aman kok, Pak. Nah, yang perlu diperhatikan pengunjung saat memberi pakan rusa adalah jangan sampai memberikan pakan yang masih dibungkus plastik, ya, misal seplastik-plastiknya disodorin ke rusa. Selain itu, juga jangan memberikan pakan yang masih terikat tali rafia. Kasihan kan rusanya kalau nggak sengaja makan plastik atau keloloden tali rafia.

 

Setelah kangkung dan wortel yang kami bawa habis, aku, Dzaky, Mbak Desi, dan Mbak Riza asik berfoto-foto di dekat patung sapi. Ada 3 patung sapi yang cukup ikonik di situ. Ada tulisan berisi informasi yang menyebutkan kalau patung sapi itu dulunya ada di Pleburan terus dipindah ke Tembalang. Hijrah ceritanya. Hehehe.

 

Waaah… alhamdulillah, seru sekali, wisata sore kami yang gratis dan ekonomis ala UmmaMa dan Dzaky kali ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya, setidaknya kasus positif akibat virus Corona semakin menurun, bahkan Allah hilangkan virus ini dari muka bumi. Aamiin ya Rabb. Karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Kun! Fayakuun! Jadi! Maka, terjadilah!

 

Yuk, tak henti langitkan doa, semoga pandemi ini sirna dan kita bisa berwisata, menjelajah keindahan bumi Allah ini bersama keluarga dengan hati bahagia!




 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna