Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, September 21, 2020

BELAJAR TOLERANSI DARI NOVEL ANAK KEO & NOAKI

 


“Bu Norma, novel ini aku bangeeet!” seru Khansa, kelas 6 SD.

“Aku ingin punya sahabat seperti Formasi 8!” kata Inas, kelas 5 SD.

 

Begitulah celoteh anak-anak di DNA Writing Club saat aku sodori novel seri Keo & Noaki. Tidak hanya meminjam lalu membaca satu demi satu novelnya, mereka pun memutuskan untuk mengoleksi. Tentu saja setelah minta izin orang tua masing-masing, bahkan ada yang membeli dari hasil uang tabungan mereka sendiri.


Inilah novel anak yang paling laris dipinjam di Perpustakaan DNA. Novel karya penulis favoritku, Kak Ary Nilandari. Ada 6 judul novel seri Keo & Noaki versi buku cetak. Lalu, Kak Ary menambahkan ada seri 6.5, yang bisa dibaca di wattpad. Sampai detik ini pun para diehard fans Keo & Noaki masih menanti-nanti seri berikutnya. Mungkin yang para tokohnya sudah menginjak usia SMP lalu SMA, dan seterusnya. Ayo, Kak Ary, seri Keo & Noaki dilanjutin, dong! Hehehe.


Ada satu momen istimewa saat DNA diminta Kak Ary Nilandari untuk menerbitkan judul ke-5 dan ke-6 (Seri ke-5 dan 6 beralih menjadi “Keo & Noaki”), setelah sebelumnya judul 1-4 (awalnya Go, Keo! No, Noaki!/GKNN) diterbitkan oleh Penerbit Kiddo. Wow! Terima kasih ya, Kak Ary atas kepercayaannya dan terbukti kalau Keo & Noaki sangat best seller.

 



Merayakan Perbedaan dalam Jalinan Persahabatan

Seri Keo & Noaki adalah novel anak yang mengisahkan persahabatan antar delapan anak yang berusia antara sepuluh hingga dua belas tahun (kelas 4-6 SD). Mereka memiliki latar belakang yang sangat beragam.


Tokoh utamanya bernama Keo dan Noaki. Mereka adalah anak lelaki dan perempuan berusia 11 tahun yang memiliki wajah kembar, tapi tidak ada hubungan darah. Persahabatan mereka terbentuk setelah melalui rangkaian peristiwa dan terus diuji dengan konflik-konflik yang tidak mudah. Sudut pandang anak-anak dan cara penyelesaian masalah ala mereka membuat seri ini dekat dengan pembacanya.


Menurut Kak Ary Nilandari, gagasan dan idealisme yang diangkat dalam seri ini mencakup: nilai-nilai persahabatan, pengakuan akan proses pertumbuhan alami anak, konflik realistik, multikulturalisme, penanaman karakter unggul, suara anak, pendidikan sekolah yang ramah anak, cinta lingkungan, reading campaign, dan pengakuan pentingnya akses internet dan gadget disertai kesadaran akan bahayanya juga. 


Terus, visi dan misi dari Kak Ary di balik seri Keo & Noaki terangkum dalam satu kalimat: “merayakan perbedaan dalam persahabatan”, alasannya…

1. Karena persahabatan tidak bisa dibeli dengan uang.

2. Sahabat harus dicari dan dipertahankan, meskipun harus berkorban untuk itu.

3. Dalam persahabatan, perbedaan diakui, diterima, dan dihargai.

4. Sahabat saling menerima ada adanya.

5. Persahabatan kerap diuji. Kadar kesejatiannya terlihat setelah melalui aneka konflik dan bertahan.

 

Di seri pertama, visi dan misi ini mulai tampak saat pengenalan tokoh. Delapan orang tokoh dengan segala latar belakang mereka masing-masing. Novel ini sangat unik. Seri ganjil dari sudut pandang khas anak laki-laki, yaitu Keo. Seri genap dari sudut pandang khas anak perempuan, yaitu Noaki. Nah, pada novel pertama mengisahkan kepindahan Keo dari Jakarta ke Bandung karena ibunya berpindah tempat kerja. Sebenarnya Keo tidak suka, tapi ibu memberi masa percobaan kepada Keo selama satu bulan. Jika setelah satu bulan Keo merasa tidak betah di Bandung, maka mereka akan kembali ke Jakarta.



Keo harus beradaptasi dengan banyak hal, termasuk dengan sekolah barunya. Di sekolah itu, Keo bertemu dengan sekelompok anak berjumlah 7 orang. Anak-anak itu sangat unik dengan suku, ras, dan agama yang berbeda-beda.

Saat menceritakan behind the scene Seri Keo & Noaki, Kak Ary menyebutkan untuk mewujudkan visi dan misi dari karya ini, Kak Ary menciptakan tokoh yang multietnis dan multiagama. Hal ini akan memberikan banyak pengalaman keren bagi para pembaca cilik tentang hakikat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Delapan tokoh dan seri Keo & Noaki ini (Keo, Noaki, Wamena, Timika, Ajeng, Lady, Sebastian, dan Toby) berasal dari suku bangsa: Jawa, Sunda, Tionghoa, Minang, Papua, Manado, Bali, bahkan ada yang berdarah Prancis. Mereka lalu menamakan diri mereka Formasi 8.


Lalu, dengan tokoh yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, apa yang ingin Kak Ary sampaikan? Simak, yuk!

  • Indonesia terdiri atas ratusan etnis; kaya tradisi budaya, agama, dan bahasa. Keberagaman itu harus diapresiasi dan diperkenalkan kepada anak-anak.
  • Anak-anak sejatinya memiliki toleransi tinggi. Orang dewasalah yang seringnya menanamkan ketakutan dan kecurigaan terhadap perbedaan, Hal ini tidak sehat bagi perkembangan sosial-emosional anak.
  • Keburukan perilaku berasal dari pribadi manusianya, bukan dari latar etnis dan agamanya.
  • Dalam keberagaman, justru anak menyadari jati diri dan keunikannya. Rasa percaya diri pun tumbuh karena itu.

 

            Wah, makin penasaran, kan, gimana alur ceritanya?

 

Banyak adegan dalam novel yang dikemas dengan asik dan tanpa menggurui, mengajarkan kepada anak-anak tentang indahnya sikap toleransi. Bagaimana tokoh-tokoh saling menghargai perbedaan, bagaimana mereka berjuang untuk menjaga persahabatan, konflik-konflik yang muncul dalam novel seri ini juga memperkaya sudut pandang pembaca.

Ini salah satu cuplikan dari seri ke-3, halaman 65:

“Untuk PKn, Keo sekelompok dengan Langit dan Mazaki, membuat tabel perbedaan di antara mereka. Ciri fisik, suku bangsa, agama, adat istiadat, bahasa, dan tata krama sehari-hari. Menarik dan menyenangkan sekali. Mengenal Langit dan Mazaki lebih jauh. Keo justru lebih sadar dengan ciri fisik, kesundaan, keislaman, dan cara hidup keluarganya.”

Wah, keren sekali, ya! Aku sendiri setelah membaca ke-7 seri ini merasa: novel ini harus jadi bacaan wajib anak-anak Indonesia, nih! Karena segala unsur intrinsik dan ekstrinsik sangat kaya sekali dan dekat dengan dunia anak-anak, terutama anak-anak pre-teen (praremaja). Serial Keo & Noaki memang dipersembahkan untuk pembaca kategori pre-teen (praremaja) yang sedang mengalami beraneka macam “gejolak” akibat dari hormon pertumbuhan.

Anak-anak dapat dikenalkan dengan indahnya nilai-nilai toleransi salah satunya lewat bacaan, tentu saja pilih bacaan yang mendidik. Aku rekomendasikan seri novel Keo & Noaki ini. Cakep abiz!



Oh ya, coba baca dulu seri #1, pasti anak-anak (bahkan orang tua) bakalan nagih untuk baca seri-seri berikutnya. Seri ganjil favoritku yaitu seri #5 yang berjudul “Panggil Aku, SPARK!” yang secara garis besar banyak bercerita urusan anak cocok. Seperti apa saja yang dirasakan Keo, rasa cemburu, “persaingan” antara Nata dan Keo untuk merebut perhatian Noaki, ketakutan Keo tentang mimpi basah, dan banyak lagi. Ada satu bagian yang aku suka, saat Kak Ary menyebut mimpi basah sebagai “emisi malam”. Istilah ini terdengar lebih ilmiah dan membahas tentang hal ini bukanlah hal yang tabu. Mimpi basah menjadi episode sangat penting bagi anak cowok, jadi memang sudah seharusnya bagian ini dimunculkan.



Demikian juga di seri genap favoritku, yaitu seri #6 yang berjudul “Layang-Layang Hati”. Pada seri ini menggunakan sudut pandang Noaki. Ada bagian yang menggambarkan salah satu tokoh mengalami menstruasi. Ah, aku benar-benar akui, racikan cerita yang dijalin Kak Ary sungguh luar biasa. Benar-benar layak konsumsi untuk anak-anak pre-teen. Setting yang detail, dialog cerdas dan mengalir, terus tokoh-tokoh yang berkarakter, konflik yang membuat emosi campur aduk, benar-benar semuanya dikemas dengan sangat keren tanpa menggurui.

 

Pentingnya Menanamkan Nilai Tolerasi Sejak Dini

Nah, dari novel anak seri Keo & Noaki, para pembaca dapat  belajar bahwa perbedaan itu indah, perbedaan itu bahkan akan “memperkaya”, akan membuat banyak hal menjadi lebih bernilai dan penuh makna. Karena itu, sikap tolerasi perlu ditanamkan sejak dini, tidak hanya dikenalkan namun juga melalui pembiasaan-pembiasaan dari hal-hal yang sederhana.

Misalnya, saat anak bermain dengan teman atau saudara. Anak akan belajar tentang nilai-nilai sosial, adab berinteraksi dengan orang lain, belajar kasih sayang, dan makna sebuah kebersamaan. Anak juga belajar saat berbagi dan berganti dengan teman atau saudaranya, belajar menghargai pendapat teman atau saudara yang berbeda saat bermain, dan lain sebagainya.

Dengan menanamkan sikap toleransi sejak dini, manfaat yang akan didapat, diantaranya:

  1. Anak-anak akan belajar beradaptasi dengan lingkungannya yang beragam (heterogen).
  2. Anak akan lebih santai menghadapi perbedaan yang ada di sekitarnya.
  3. Anak akan belajar menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri.
  4. Anak akan belajar memegang teguh prinsip dan tidak mudah terpengaruh pada hal yang tidak baik.
  5. Mencegah timbulnya kasus “bullying” pada anak.
  6. Anak memiliki kecerdasan sosial dan dapat menempatkan diri dengan baik.
  7. Anak akan lebih berani bereksplorasi.

 

Nah, kemampuan bertoleransi sangat berkaitan dengan kecerdasan kognitif dan kecerdasan sosial anak, tidak hanya di usia kanak-kanak, tetapi juga saat mereka dewasa kelak. Lalu, bagaimana cara membiasakan anak-anak untuk bertoleransi?

  • Sebagai orang tua, berikan teladan dan contoh terbaik untuk anak. Misalnya: bersikap baik kepada tetangga yang berbeda agama dan suku.
  • Ajak anak lebih sering bersosialisasi. Misalnya: ajak anak mengunjungi taman bermain di dekat rumah, menemani ibu berbelanja ke pasar, silaturahim ke rumah tetangga, dan banyak lagi.
  • Kenalkan anak dengan keanekaragaman budaya. Misalnya: jelaskan kepada anak, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing yang istimewa dan unik. Mungkin bisa mengambil contoh dari keluarga besar, ada yang dari suku Jawa, suku Sunda, dan lainnya.

 

Terakhir… kalau Kepo dengan novel seri Keo & Noaki, bisa baca sinopsis dan blurb-nya di sini.

Kabar buruknya, seri 1-4 sudah tidak dicetak lagi oleh Penerbit Kiddo, stok di Kak Ary sudah benar-benar terbatas. Mungkin seri 5-6 yang masih bisa didapatkan. 

 



No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna