Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label adab bepergian. Show all posts
Showing posts with label adab bepergian. Show all posts

Sunday, October 25, 2020

KETIKA MUSLIMAH HARUS “MELANGKAH” KE LUAR RUMAH

Sunday, October 25, 2020 0 Comments

 


Rihlah adalah perjalanan intelektual, perjalanan spiritual, perjalanan hati. Membuka mata, membuka kalbu, menenun tafakur, membuang takabur, mengupgrade rasa syukur. Pada sebuah pencarian. Mencari makna, mencari hakikat diri dan mencari keridhoan Ilahi Rabbi.

[*]

Pernahkah hatimu berkecamuk tatkala kamu harus bepergian seorang diri? Atau kamu sudah terbiasa mbolang sendirian?

Waktu itu, tahun 2011, saya belum menikah, baru saja lulus kuliah tapi belum diwisuda. Saya punya tekad untuk melakukan perjalanan seorang diri. Tujuan saya adalah kota Bandung. Waktu itu, cita-cita saya ingin melanjutkan kuliah S2 di ITB (Institut Teknologi Bandung).

Sahabat terbaik saya saat SMA, namanya Gestin, waktu itu kuliah di ITB. Bismillah, berbekal doa dan restu orang tua akhirnya saya berani mboleng sendiri ke Bandung. Saya naik kereta dari Solo ke Bandung. Itu pertama kalinya saya naik kereta seorang diri untuk menempuh perjalanan ke luar kota yang cukup jauh. Sesampai di Bandung, saya dijemput Gestin. Lalu dari stasiun, kami naik angkot untuk menuju kos-kosannya.

Selama di Bandung, banyak pengalaman seru yang saya dapatkan. Waktu itu, saya selalu ikut Gestin ke kampus. Dia ada jadwal kuliah, saya menjelajah ITB. Saat itu bertepatan dengan tanggal 22 April. Nah, ada peringatan Hari Bumi di sebuah area terbuka. Saya lupa lamanya. Ada Dik Doank hadir sebagai pembicara dan ada beragam pameran yang ditampilkan oleh para penyelenggara. Seru sekali rasanya.

Perjalanan mbolang selanjutnya yang sendirian dengan menempuh jarak jauh bahkan luar pulau adalah ketika saya ke Makassar (5-8 September 2019). Waktu itu, saya naik pesawat sendirian dari Semarang, transit ke Surabaya, baru terbang lagi ke Makassar. Deg-degan rasanya tapi seruuuuu. Alhamdulillah, suami mengizinkan karena tidak mungkin juga beliau menemani saya menghadiri acara 4 hari 3 malam karena ada Dzaky, ada kuliah (saat itu juga pas ujian), dan banyak amanah lain yang tidak bisa ditinggalkan. Sehingga saya pun “terpaksa” harus berangkat seorang diri.

Kalau untuk saat ini, sudah ada sih rencana traveling, tapi bareng-bareng keluarga. Untuk lokasi terdekat paling jelajah Jogjakarta, agak jauhan dikit pengen explore Malang, kalau ke luar negeri pengen umroh ke Mekah-Madinah. Bismillah, semoga Allah kabulkan.

[*]

 

Lalu, apa saja sih yang harus dilakukan ketika muslimah harus melangkah keluar rumah atau bepergian?

1. Tidak bepergian kecuali bersama dengan mahramnya.

Sahabat SUPERTWIN, salah satu di antara petunjuk Islam bagi wanita Muslimah ialah larangan bepergian kecuali disertai laki-laki mahramnya. Sebab yang namanya bepergian tentu ada hal-hal yang memberatkan, bahkan ada kalanya banyak diwarnai hal-hal yang membahayakan, hal-hal yang tidak diinginkan bahkan kesulitan. Tidak selayaknya seorang muslimah mengalami dan menghadapi hal-hal seperti itu sendirian, tanpa disertai mahramnya. Mahram yang siap membantu membawakan barang-barang bawaan ataupun menyingkirkan bahaya.

“Janganlah wanita bepergian selama tiga hari kecuali bersama mahramnya.” [HR. Bukhari]

Tidak diperbolehkan bagi wanita yang beriman kepada Allah Swt. dan hari akhirat bepergian dengan jarak perjalanan tiga malam kecuali bersama mahramnya.” [HR. Muslim]

Hadist-hadits yang menyebutkan masalah ini sangat banyak. Hadits-hadits tersebut menegaskan syarat adanya mahram yang menyertai perjalanan wanita, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu yang memaksa.

Islam yang hanif menghendaki untuk melindungi wanita dan menjaganya dengan berbagai cara serta sarana, yang pada akhirnya ada manfaat yang kembali kepada wanita tersebut. Dari uraian ini kita bisa mengambil beberapa faedah, di antaranya:

a.     Diharamkannya wanita bepergian selain haji dan umrah tanpa disertai mahram atau suaminya asalkan ada jaminan keamanan bila disertai wanita lain yang dapat dipercaya. Pendapat ini berbeda dengan pendapat orang yang mensyaratkan mahram atau suami.

b.     Perhatian Islam terhadap wanita untuk menjaganya, tidak mengundang kekhawatiran apabila ada gangguan terhadap dirinya.

 

Sahabat SUPERTWIN, kita bisa baca di QS. Al Hasyr [59]: 7, yang artinya: Allah Swt. berfirman: “Apa yang dikatakan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.


Apa yang Rasulullah SAW perintahkan kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya, jauhilah. Sesungguhnya beliau hanya memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kejelekan.


Kita bisa saksikan kenyataan di sekitar kita, semakin banyak muslimah mengadakan bepergian tanpa didampingi oleh mahramnya. Amalan semacam ini tak lain hanya akan membawa kerugian bagi muslimah tersebut baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu agama Islam yang hanif memberikan benteng kepada mereka (kaum muslimah) dalam rangka menjaga dirinya, kehormatannya, dan agamanya.


Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi SAW bersabda : “Janganlah seorang wanita melakukan bepergian kecuali bersama mahramnya dan janganlah seorang laki-laki masuk menjumpainya kecuali disertai mahramnya.” Kemudian seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah ! Sungguh aku ingin keluar bersama pasukan ini dan itu sedangkan istriku ingin menunaikan haji.” Maka bersabda Rasulullah SAW: “Keluarlah bersama istrimu (menunaikan haji).” (HR. Muslim dan Ahmad)

Abu Maryam dalam bukunya Al Manhiyat mengatakan : “Mahram bagi wanita adalah siapa saja yang diharamkan menikah dengannya secara mutlak (selamanya) seperti ayah, saudara laki-laki, keponakan laki-laki, dan yang dihukumi sama dengan mereka melalui susuan, demikian pula suami dari putri-putrinya (menantu) yang telah bercampur dengan mereka (yakni menantu tersebut telah melakukan jima’ dengan putrinya sebagaimana layaknya suami istri). Termasuk dalam hitungan mahram bagi wanita adalah suaminya.”


Keluarnya wanita sendirian akan memberikan dampak yang negatif bagi kaum laki-laki maupun bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bila ia keluar dengan ber-tabarruj, menampakkan perhiasan bukan pada mahramnya. Maka syariat melarang mereka untuk banyak keluar rumah tanpa ‘uzur yang syar’i, memerintahkan kepada mereka untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan agar mereka menjaga dirinya, agamanya, dan kehormatannya dari kehinaan dan kerendahan yang akan menimpanya.


Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka apabila keluar, syaithan akan menghiasinya.” (HR. Tirmidzi).

Hadits Rasulullah SAW di atas merupakan peringatan kepada kaum wanita agar tidak banyak keluar rumah tanpa disertai mahram. Islam melarang mereka agar tidak terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu sebab-sebab yang akan mengantarkan pada perbuatan zina.

 

2. Memperhatikan adab keluar rumah

Wahai muslimah jelita, bila ada kepentingan darurat yang mengharuskan kita untuk keluar rumah ada beberapa adab yang harus kita perhatikan. Hm, apa ya adab-adabnya?

a.     Kenakanlah hijabmu yang syar’i.

b.    Jangan memakai wangi-wangian.

c.      Ketika berjalan , berjalanlah sewajarnya saja.

d.    Apabila engkau berjalan bersama saudaramu ataupun temanmu sesama wanita sementara di sana ada lelaki maka tahanlah untuk berbicara.

e.     Apabila engkau telah menikah minta izinlah kepada suamimu ketika keluar rumah.

f.      Bila jarak perjalanan yang ditempuh adalah jarak bepergian (luar kota) maka engkau harus didampingi mahrammu.

g.    Hindarilah dari berdesak-desakan dengan lelaki.

h.    Berhiaslah dengan rasa malu

i.       Tundukkanlah pandangan matamu

 

Sahabat SUPERTWIN, al Iffah (harga diri), rasa malu, dan kelembutan adalah sesuatu yang bernilai tinggi, nilainya tidak dapat ditakar dengan harga dunia beserta seluruh isinya dan hal ini merupakan kekhususan bagi wanita Muslimah yang tak dimiliki oleh wanita lain. Oleh karena itu,  Allah dan Rasul-Nya melalui syari’at yang agung menetapkan aturan-aturan yang dapat mempertahankan eksistensi dari kekhususan ini dan semuanya itu diletakkan dengan hikmah yang tinggi.


Marilah senantiasa memohon kepada Allah Swt. agar memperlihatkan kepada kita al haq dan membimbing kita untuk mengikutinya dan memperlihatkan kepada kita al bathil dan membimbing kita untuk menjauhinya. Ya Allah, tuntunlah kami ke jalan-Mu yang lurus. Aamiin...