Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label gara-gara corona. Show all posts
Showing posts with label gara-gara corona. Show all posts

Sunday, May 10, 2020

JADIKAN RAMADAN DAN LEBARANMU TETAP ISTIMEWA MESKI DI RUMAH AJA

Sunday, May 10, 2020 0 Comments


Kita semua tahu, suasana Ramadan tahun ini sungguh-sungguh berbeda karena efek pandemi Corona. Tak ada tarawih di masjid, tak ada kegiatan TPQ, tak ada acara buka bersama di luar, tak ada majelis taklim tatap muka, yang paling terasa adalah tak ada mudik ke kampung halaman. Sediiiiiih banget rasanya… Tapi, kita tak bisa menolak kenyataan atas segala takdir yang telah Allah gariskan. Jalani saja semuanya dengan lapang dada, dengan kesabaran teristimewa, serta tak henti langitkan doa, semoga Allah mampukan kita semua.

Ramadan sudah separuh perjalanan, bagaimana kabar iman? Bagaimana kabar tilawah kita? Kabar ibadah-ibadah harian kita? Semoga tak ada hari berlalu kecuali segalanya bertambah dan menjadi lebih baik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Aamiin.

Ramadan sudah separuh perjalanan. Biasanya jelang 10 hari terakhir, banyak persiapan yang saya lakukan, salah duanya: kegiatan “Mukhoyyam Qur’an (MQ)” dan “Mudik Lebaran”. Biasanya, setelah MQ, saya akan diantar mudik ke Wonogiri dulu oleh suami. Lalu suami akan kembali ke Semarang untuk i’tikaf dan baru akan mudik sekitar H-2 atau bahkan H-1 Lebaran karena masih jadi panitia pembagian zakat. Biasanya (lagi), saya sudah mulai persiapan packing keperluan saya, suami, dan Dzaky untuk mudik. Mulai dari pakaian, buku, mainannya Dzaky, oleh-oleh, dll. Tapi kini, koper masih tertata rapi di atas lemari. Rencana mudik yang harus ditunda dulu, sampai pandemi Corona berlalu…

Persiapan lebaran kali ini, tak ada persiapan khusus sebenarnya, kegiatan MQ akan tetap berjalan meski nanti via virtual. Padahal tahun kemarin bisa mabit (menginap) di masjid bersama sahabat-sahabat salihahku. 1 hari bisa tilawah minimal 10 juz. Bisa setor hafalan baru minimal setengah juz. Bisa berlama-lama dengan Al Qur’an tanpa kepikiran nanti masak buat menu buka atau sahur apa (karena sudah disediakan panitia). Tentu saja, Ramadan kali ini berasa ada yang kurang. Setelah MQ, bisa lanjut mudik, menghabiskan 10 hari terakhir Ramadan di rumah Wonogiri. Bisa menikmati santap sahur dan buka bersama keluarga tercinta. Sudah kangen banget sama kuliner Wonogiri dan Klaten. Hiks…

Rencananya lebaran nanti, kami sekeluarga akan nge-ZOOM bareng-bareng baik keluarga Wonogiri maupun Klaten, juga sahabat-sahabat dan sanak keluarga.

Lebaran 2019 di Wonogiri

Jadi #autonyanyi lagunya keluarga DNA Adhitya…

Bulan mulia kini tlah tiba
Terasa berbeda karena Corona
Bulan mulia kini tlah tiba
Terasa berbeda karena di rumah aja

Ramadanku kini di rumah aja
Tarawih di rumah
Bersama keluarga
Indah penuh berkah
Meski di rumah aja

Banyak tilawah
Banyak sedekah
Perbanyak ibadah
Mohon ampunan-Nya

Bersama-sama kita berdoa
Hilanglah Corona
Bangkitlah Indonesia!

Ramadanku kini di rumah aja
Tarawih di rumah
Bersama keluarga
Indah penuh berkah
Meski di rumah aja

#CENUNGMERENUNG
Metamorfosis Cinta Di Ramadan Mulia
Fase 1: TELUR
“Inilah faseku bermula. Bersiap hadapi sekian proses yang akan aku jalani. Awal untuk sebuah akhir yang indah, itu harapku!”

Fase 2: LARVA
“Aku terlihat begitu menjijikkan. Bahkan aku pun tak mengenali bayanganku sendiri di cermin. Tapi, syukur adalah sebuah keterterimaannya aku pada diriku sendiri. Karena itu artinya, aku menghargai sebuah karya cipta Maha Agung. Dan inilah fase hidupku untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Bersiap menghadapi fase penuh penempaan selanjutnya.”

Fase 3: KEPOMPONG
“Inilah fase terberat yang memperkaya jiwaku akan arti kesungguhan, kesabaran, keikhlasan, perjuangan, dan kebeningan hati. Fase muhasabah dan penemuan hakikat diri. Inilah fase paling menentukan. Karena ujian terus datang membadai. Inilah faseku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang berharap layak menyandang gelar insan bertaqwa. Aku ingin meraih gelar itu agar kepakan sayapku sempurna…”

Fase 4: KUPU-KUPU
“Atas kesabaran yang berhasil aku kumpulkan, tibalah masa di mana aku membuka kulit kepompongku. Belajar membuka sayapku yang masih terasa rapuh. Hangat sang mentari pun membakar semangatku. Jiwa-jiwa terlahir menjadi pribadi yang baru. Ya, aku yakin! Aku pasti mampu merentangkan sayapku kuat-kuat. Terbang menghiasi taman melati surga, senantiasa menjadi penyejuk bagi siapapun yang melihatku dalam tatapan cintanya. Menebarkan pesona teristimewa sebagai tanda kesyukuranku pada Sang Pencipta…”


Selamat bermetamorfosis di bulan Ramadan dengan semangat “Mengetuk Pintu Ar Rayyan”! Yuk, optimalkan hari-hari terakhir Ramadan dengan amalan-amalan istimewamu! Selepas Syawal, semoga kita semua layak menyandang predikat insan bertaqwa. Aamiin Ya Rabbal’alamiin…




Sunday, April 19, 2020

TERCENUNG KARENA CORONA

Sunday, April 19, 2020 2 Comments




Ytc. Penduduk Bumi
Oh ya, sebelumnya aku minta maaf. Aku datang hanya menjalankan tugas Penciptaku. Aku juga minta maaf, karena lewat aku, banyak yang menjemput takdir terbaiknya: berpulang menuju kehidupan abadi. Sekali lagi aku minta maaf, jika kehadiranku membuat dunia ini panik, membuat dunia ini sibuk, atau mungkin muncul rasa cemas juga takut tak berkesudahan. Sekali lagi, aku minta maaf.
Namun, lihatlah, wahai penduduk bumi… Ketika kalian tidak lagi berkendara menuju kantor atau sekolah, dan memilih untuk tetap tinggal di rumah, bumi mengembangkan senyumnya. Udara jadi lebih bersih, tidak begitu sesak dengan asap kendaraan.
Selain itu, kalian juga lebih dekat dengan keluarga, bukan? Membantu anak mengerjakan tugas sekolah. Membantu pasangan kalian mengerjakan pekerjaan rumah. Bukankah begitu indah? Aku juga sungguh senang, kalian sekarang lebih peduli dengan kebersihan. Lebih sering cuci tangan dengan sabun.
Kalian juga jadi beribadah bersama di rumah. Membaca kitab suci kalian bersama keluarga tercinta. Di mana hari-hari sebelumnya mungkin sangat jarang kalian lakukan bersama keluarga tercinta. Kalian jadi sering bercengkerama atau ngobrol apapun bersama keluarga untuk mengisi waktu, yang sebelumnya mungkin jarang, atau bahkan tidak pernah. Karena kehadiran aku, momen itupun tercipta.
Di malam hari kalian merenung. Betapa kecil dan tak berarti apa-apanya diri kalian. Kalian sadari itu. Kesombongan yang ada pun runtuh oleh makhluk seperti aku, yang hanya berukuran nanometer. Kalian pun lebih sadar akan keagungan Sang Maha Kuasa.
Sikap peduli kalian pun muncul. Meskipun ada social distance dan tidak bisa pergi ke mana-mana, namun lewat jari dan hape, kalian bisa mengirim donasi. Hati kalian berempati, tergerak untuk saling membantu kepada yang membutuhkan. Padahal tadinya mungkin kalian kurang peduliah bahkan cuek. Namun karena merasa sama-sama menderita, jiwa sosial itu muncul.
Saat rumah ibadah ditutup, kalian akan sadar, bahkan bertnaya: kapan terakhir kali mengunjungi rumah ibadah? Ya, Tuhan sedang menegur kalian lewat kedatanganku. Tuhan kangen banget sama kalian. Kangen curhatan kalian.
Aku tidak ingin kalian berterima kasih kepadaku. Berterima kasihlah kepada-Nya.
Surat cinta dariku ini hanya ingin kalian sadar, dunia hanya sementara, tempat persinggahan, bukan tujuan. Rumah kalian yang sesungguhnya adalah akhirat.
Jadi jangan sedih jika kalian dilarang pemerintah pulang kampung gara-gara aku. Itu belum seberapa. Perbanyaklah investasi akhirat, bekal untuk pulang kampung yang abadi.
Berkat kesadaran akan sementaranya di dunia, kalian tidak lagi saling menyalahkan. Justru kalian naik level, dari yang tadinya problem finder (penemu masalah) menjadi problem solver (penyelesai masalah). Saling bergandengan tangan, bersatu melawan aku. Jujur, aku senang.
Wahai penduduk bumi, kalian dapat salam dari teman-teman virus yang lain. Inilah saat kalian beribadah dengan cara kalian dan kami bertugas juga beribadah, dengan cara sebagai virus ciptaan Tuhan.
Sampai jumpa dariku yang tak tampak mata,
CORONA

***
Surat dari Corona di atas tersebar bebas di dunia maya, bahkan ada yang versi audio/videonya, entah siapa penulis aslinya, saya belum berhasil menemukannya. Ini saya tulis kembali dengan beberapa editan seperlunya. Yup, surat di atas seketika membuat diri ini #tercenung. Betapa kita sebagai manusia biasa adalah makhluk lemah tanpa daya di hadapan-Nya. Namun, seringkali kita lalai dan merasa sombong. Merasa segala yang kita punya, pencapaian prestasi kita, dan kesenangan duniawi lainnya yang saat ini kita miliki adalah murni kerja keras kita semata, padahal itu semua adalah bagian dari skenario indah-Nya.

Buku karya Mbak Watiek Ideo dan Mbak Maya tentang Corona


Dear Corona,
Terima kasih atas surat yang kamu tulis. Setiap kalimat yang terangkai menciptakan ruang renung dalam hati ini. Apalagi sebentar lagi Ramadan. Tentu saja, semuanya akan berbeda karena kami masih harus #dirumahaja sebagai upaya “memerangi” dirimu yang tak tampak mata. Aktivitas ibadah yang biasanya bisa dikerjakan berjamaah di masjid, Ramadan tahun ini cukup dikerjakan di rumah. Tarawih, tadarus, TPQ anak-anak, majelis taklim, pawai takbiran, dll. Semuanya pasti akan sangat berbeda. Belum menjalani saja, rasa haru itu sudah memenuhi rongga dada.

Dear Corona,
Betapa sedih diri ini saat mengetahui kabar kalau satu per satu tenaga medis pun berguguran, terakhir kabar dari 46 tenaga medis RSUP dr.Kariadi yang tes swabnya menunjukkan hasil positif. Semua bermula karena ketidakjujuran pasien. Ya Rabb… tidak habis pikir dengan ulah pasien yang seperti ini. Kalian sungguh berdosa besar!
Untukmu para tenaga medis, terima kasih tak terhingga saya ucapkan. Insya Allah, hadiah syahid karena engkau adalah pahlawan kemanusiaan akan kau dapatkan, berpulang dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin Ya Rabb.
Sampai tanggal 17 April ini, data kasus positif Covid-19 di Indonesia hampir mencapai angka 6000, dengan kasus pasien meninggal mendekati angka 600. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Beberapa daerah sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tentu saja banyak yang terdampak, terutama dari segi ekonomi. (Hiks… semoga Allah mampukan. Semoga Allah kuatkan. Bersama kesulitan, pasti ada kemudahan). Benar sekali yang engkau bilang di suratmu itu, Corona… semoga hati-hati ini bisa lebih berempati, saling menanggung beban, juga saling meringankan.

Dear Corona,
Banyak sekali hikmah yang bisa diri ini ambil, tatkala menjalani aktivitas #dirumahaja selama 1 bulan ini. Kami sekeluarga semakin sering melakukan aktivitas bersama. Hari Sabtu yang biasanya menjadi “Sabtu tanpa Abi” bagi Dzaky karena tiap Sabtu Abi harus kuliah di Jogja, berangkat jam 3 pagi sebelum Dzaky bangun dan pulang lagi ke Semarang jam 10 malam saat Dzaky sudah tidur. Sekarang, menjadi “Sabtu Bersama Abi” karena kampus libur. Dzaky dan Abi bisa berolahraga tiap pagi dan melakukan kegiatan bersama. Seperti mencuci mobil/motor bersama, membersihkan kandang burung, bermain bersama, dan banyak lagi. Sabtu bersama Abi menjadi momen istimewa untuk Dzaky. Demikian juga dengan saya. Saya menjadi punya banyak kelas online sebagai sarana mengisi kegiatan belajar di rumah.  Saya belajar menulis naskah nonfiksi, belajar menulis cerita anak, belajar penyuntingan naskah, kajian persiapan Ramadan, kajian pekanan bersama sahabat “ngerumpi berfaedah”, setoran hafalan, bahkan sampai belajar memasak. Satu aktivitas yang paling mencolok, berbeda dari hari-hari sebelumnya adalah saya jadi rajin memasak sekaligus rajin food preparation (food prep). Belanja langsung untuk kebutuhan minimal 3 hari, lalu meracik menu harian. Masya Allah, seru sekali rasanya dan tentu saja jadi sarana untuk berhemat.

          Dear Corona,
          Waktu adalah milik-Nya yang patuh, setiap detik berjalan menurut Titah Tuhannya. Sebagai manusia biasa, tentu saja tidak ada yang tahu kapan semua ini akan berakhir, hanya Allah Yang Maha Tahu. Diri ini hanya bisa melangitkan doa, semoga pandemi karena “aksimu” ini segera berlalu.
         Demikian balasan surat dariku, segera selesaikan tugasmu dan kembalilah kepada Penciptamu.
          Salam,
          Nungma

***
          Saat ini adalah saat di mana Allah menguji kesabaran kita, menguji keteguhan hati kita, bahkan menguji keimanan kita. Dampak dari pandemi ini sungguh luar biasa. Saya bisa melihat kondisi orang-orang di sekitar tempat tinggal saya. Ada beberapa bahkan “dirumahkan” tanpa pesangon, ada yang jadi pekerja harian, dan banyak lagi. Namun, mereka tak lantas patah arang lalu menghalalkan segala cara untuk mengais rezeki atau hanya berdiam diri mengharap uluran tangan dermawan. Sebagian besar dari mereka justru lebih kreatif, mencoba mencari solusi terbaik. Ada yang kini berjualan online lauk pauk, berjualan snack, delivery order sayur mayur juga kebutuhan rumah tangga, dan banyak lagi. Yups, semua kini tengah berjuang untuk tetap bertahan. Saya pun kini merindukan banyak hal.

Inilah 3 hal yang ingin saya lakukan after covid-19 nanti. Saya benar-benar kangen untuk bisa segera menunaikannya.

Mudik ke Klaten dan Wonogiri
Biasanya kalau sudah merasa kangen rumah, kami sekeluarga segera pulang tanpa pikir panjang. Jarak tempuh tidak sampai 3 jam, betapa kemudahan akses perjalanan via tol cukup membantu kami melepas rindu. Namun, rindu ini harus menciptakan jarak terlebih dahulu… Ah, jauh di mata namun dekat dalam doa. I miss you full, 2 kota tercinta!

Foto Lebaran di Wonogiri (2019)


Umroh bersama keluarga
Seharusnya bulan April ini, keluarga kakak ipar dan ibu mertua menunaikan ibadah umroh. Kalau saya dan suami rencana riilnya insya Allah masih tahun 2022, setelah target perkuliahan dan pekerjaan suami selesai, dari segi dana juga lebih longgar. Namun, karena pandemi ini dan terjadi penundaan jadwal keberangkatan umroh, tidak mustahil bagi Allah, jika Haromain sudah benar-benar resmi dibuka nantinya dan Allah “memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”, kami bisa umroh bersama-sama. Masya Allah, ingin sekali rasanya. Mengajak Titi Ya (ibuk saya) juga, plus keluarga Mamiko juga Dedoy. Tidak ada yang tidak mungkin jika Kun Fayakuun-Nya telah bekerja sepenuh energi cinta.

Berkegiatan bersama DNA dan kumpul komunitas
Perjumpaan fisik selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu untuk belajar hal baru juga melepas rindu karena lama tak bertemu. Sudah sebulan lebih rindu ini membelenggu. Hari-hari belajar dan bermain bersama anak-anak DNA, hari-hari berkumpul bersama sahabat pengajian atau sahabat komunitas, menjadi hari-hari yang istimewa dan penuh cinta. Semoga segera tiba masa di mana Pemerintah memberikan pengumuman resmi kalau semuanya bisa beraktivitas normal lagi. Aamiin Ya Rabb.

***

Di penghujung tulisan ini, saya copas-kan tulisan dari Ustaz Cahyadi Takariawan. Semoga bisa jadi bahan perenungan khususnya buat diri ini.

Keluhan hamba yang lelah dan jawaban Allah Yang Maha Penyayang dalam Al Qur'an
Oleh : Cahyadi Takariawan

Ya Allah, apakah gerangan yang sedang menimpa kami saat ini?
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” 
(QS. Al-Baqarah : 155).

Mengapakah kami harus diuji dengan wabah corona seperti ini?
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” 
(QS. Al-Ankabut : 2)

Untuk apa sesungguhnya ujian ini, ya Allah?
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya.” 
(QS. At-Taghabun : 11)

Namun, mengapa harus terjadi pada kami?
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” 
(QS. Al-Ankabut : 3)

Dari mana datangnya musibah ini, ya Allah?
“Dari mana datangnya ini?” Katakanlah: “Itu dari dirimu sendiri.”
(QS. Ali Imran: 165).

Tapi ya Allah, wabah ini sungguh buruk bagi kami…
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah : 216)

Telah sesak nafas kami, berat hidup kami, gara-gara wabah ini…
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” 
(QS. Al-Baqarah : 286)

Kami tidak bisa bekerja ya Allah, kami dikurung di rumah saja, kami tidak bisa berbuat apa-apa….
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” 
(QS. Ali Imran : 139)

Terkadang, wabah ini memberikan tekanan yang demikian dahsyat kepada kami. Rasanya kami telah menyerah kalah. Sebagian dari kami bahkan telah berputus asa.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
(QS. Yusuf : 87)
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr: 56)

Kami menjadi gelisah, tidak tenang, karena beban berat yang kami hadapi akibat wabah ini…
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28).

Di saat sempit seperti ini, masih adakah jalan keluar bagi kami? Masih adakah pintu rezeki untuk menyambung hidup kami ya Allah?
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
 (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” 
(QS. Ath-Thalaq: 4).

Tapi, perusahaan sudah memotong gaji kami. Bahkan sebagian dari kami, sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Siapa yang akan memberikan rezeki kepada kami?
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)

Sudah lebih dari sebulan kami menjalani kebijakan stay at home. Rasanya sudah tidak kuat untuk terus menerus dikurung di dalam rumah. Lelah ya Allah. Sungguh kami tidak tahu, sampai kapan suasana ini….
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” 
(QS. Ali Imran : 200)

Mengapa Engkau menyuruh kami untuk bersabar?
“Allah mencintai orang-orang yang sabar.” 
(QS. Ali Imran : 146)

Adakah balasan atas kesabaran kami ya Allah?
“Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” 
(QS. An-Nahl : 96)

Alhamdulillah. Seberapa banyakkah pahala yang akan Engkau berikan kami?
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar : 10)

Subhanallah… Lalu bagaimana nasib kami kelak di akhirat ya Allah ?
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (surga), (sambil mengucapkan): ‘Selamat untuk kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” 
(QS. Ar-Ra’du : 23-24)

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Sekarang kami tenang ya Allah. Kami ridha dengan ketentuan-Mu. Kami bersabar dengan ujian-Mu.

“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah : 8)
“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” 
(QS. At-Taubah : 72).

Masya Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah…
Semoga tulisan Ustaz Cahyadi di atas bisa semakin meneguhkan keimanan kita. Kepada-Nya lah segalanya bermuara.

***
Mari persiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut tamu istimewa, Ramadan mulia. Marhaban Yaa Ramadan.