Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, March 12, 2018

DIARY SYUKURKU

Monday, March 12, 2018 5 Comments

“Enggak perlu iri dengan kemudahan yang didapatkan oleh orang lain, Sayang. Kalaupun mau iri, irilah pada mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan. Kemudahan bisa dimiliki siapa saja. Allah yang Maha Adil sudah menjatahkan kita kemudahan di urusan yang berbeda-beda. Mungkin dalam hal ini, itu memang bukan jatah kamu untuk mendapatkannya. Hidup ini berputar kan, begitu juga dengan kemudahan dan kesulitan. Kitanya aja yang suka lupa, makanya suka ngeluh kalau dikasih kesulitan. Padahal kesulitan dan kemudahan itu adalah keniscayaan dalam hidup. Selalu akan kita temui. Hanya menunggu giliran saja. Kalau enggak dikasih kesulitan, gimana caranya kita belajar sabar, gimana bisa kita menjadi kuat. Kesabaran dan kekuatan itulah yang akan didapatkan oleh mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan, bukan mereka yang bersuka cita dalam kemudahan."
"Percayalah, Allah selalu berpihak pada orang-orang yang sabar, Sayang. Jadi bersabarlah atas segala kesulitan, sabar dengan sebaik-baiknya kesabaran, niscaya Allah akan memaniskan akhirnya. Kalaupun kita diberi kemudahan, cukup kita simpan dalam ruang syukur kita saja, sebagai ungkapan terimakasih atas kebaikan dan pertolangan Allah. Atau jika berkesempatan, terjemahkanlah terimakasih itu dengan turut memudahkan urusannya orang lain.”___ Serial Ayah-Bunda, Nazrul Anwar

Plak! Serasa tertampar dengan 2 paragraf di atas yang tanpa sengaja aku temukan di folder “BANK INSPIRASI”. Sebagai manusia –memang manusiawi- sekali ketika muncul rasa iri atas pencapaian orang lain –tanpa mungkin kita melihat berdarah-darahnya perjuangan mereka sebelumnya. Terkadang rasa itu masih suka muncul, merasa rumput tetangga lebih hijau. Ya, karena hakikat hidup itu kan sawang-sinawang. Ketika rasa itu muncul, diri ini akan –memaksakan diri- untuk tertunduk diam dalam lantunan istighfar. Ah, ini karena aku kurang bersyukur. Padahal begitu banyak nikmat dan rezeki yang telah Allah karuniakan padaku sampai detik ini.

Dan inilah diary syukurku…
==============================================
Jumat, 9 Maret 2018
Hari ini aku sangat bersyukur karena…

Aku diberikan kesempatan untuk on air di sebuah radio dengan penyiar yang cukup ngehits, Kak Odi dan Kak Febi. Yups, di Imelda FM 104.4. Aku, Kak Septi, Nala, dan Bu Farida diberikan waktu 1 jam untuk sharing tentang DNA WRITING CLUB. Rasanya senang sekali.
Aku mendapatkan kesempatan ngomong pertama kali, menceritakan apa itu komunitas DNA WRITING CLUB juga sejarahnya. Selanjutnya Kak Septi, selaku mentor DNA (hayo,  apa bedanya tentor dengan mentor?) berbagi pengalamannya saat menghadapi anak-anak dan mendampingi mereka untuk berkarya. Sedangkan Nala bercerita tentang betapa asyiknya dia belajar menulis di DNA hingga akhirnya bisa melahirkan sebuah buku yang diterbitkan dan bisa dibaca banyak orang. Bu Farida pun memberikan testimoni yang luar biasa untuk DNA. Kurang lebih, Bu Farida menyampaikan ini,

“Sebelum gabung di DNA, anak saya memang suka nulis, tapi nggak tahu mau diapain tulisan itu. Maklum, mamanya awam dunia tulis menulis. Setelah gabung dengan club DNA, jadi tahu proses menulis yang benar, terus dikirim ke penerbit sampai menghasilkan sebuah buku. Yang pasti, dengan gabung DNA, benar-benar membantu meningkatkan kepercayaan diri anak karena secara nggak langsung potensi anak jadi makin terlihat. Bahkan salah satu psikolog di Surabaya –yang menangani Nala-, waktu itu mengatakan bahwa kegiatan menulis yang diikuti Nala bersama komunitas ini secara tidak sengaja menjadi salah satu terapi buat Nala. Nala mempunyai gangguan belajar spesifik (disleksia). Sehingga kekurangan dalam menulis dan menyusun kalimat sekarang ini jadi lebih baik. Selain itu, dengan bertemu teman-teman di komunitas dan pengungkapan perasaan lewat tulisan juga membantu Nala mengurangi kecemasannya.”

Masya Allah, terharu rasanya mendengarkan penuturan Bu Farida. Dengan testimoni seperti itu membuat diri ini semakin terlecut semangatnya untuk menjadikan DNA sebuah komunitas yang lebih baik bahkan semoga lebih bermanfaat lagi ke depannya. Selain itu, ada juga testimoni dari Bu Dhian –yang dikirim via WA ke Imelda-. Bu Dhian ini mamanya Khansa. Khansa adalah murid pertama DNA. Khansa pun turut andil dalam “membesarkan” nama DNA.
“Alhamdulillah, menemukan wadah bernama DNA WRITING CLUB, untuk mengasah kemampuan menulis Khansa. Dengan Bu Norma, Khansa menemukan tempat bertukar pikiran sehingga bisa menuangkan idenya dengan lancar dalam sebuah cerpen dan novel. Semangat berkarya penulis cilik hebat!”
Ya, Khansa dan Bu Dhian menjadi saksi bagaimana kami berkolaborasi dalam sebuah perjuangan. Bahwa berdiri dan berkembangnya DNA tidak bisa terlepas dari peran orang tua sebagai sebuah “support system” yang memiliki andil besar membangun budaya literasi di rumah.

Oh ya terima kasih untuk Kak Febi, Kak Odi, dan Tim Imelda FM yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk on air. Sukses selalu buat semuanya.

Ya Rabb, betapa kerennya hari ini…

Betapa istimewa hari-hari yang telah Engkau rancang untuk hamba-Mu ini. Alhamdulillah. Segala puji bagi-Mu. Dan tak lelah diri ini mengeja pinta semoga amanah-amanah baru di DNA, Engkau berikan hamba kemampuan dan kemudahan untuk menunaikannya. Aamiin.



Mejeng bersama sebagian karya anak-anak DNA WRITING CLUB

Foto dulu sebelum on air

DNA



Top of Form


Friday, February 23, 2018

11 ALASANKU MENCINTAI AKSARA

Friday, February 23, 2018 2 Comments





Aku mengenalmu sudah lama. Saat Ibuku menuntunku mengejamu satu demi satu...
QWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM.
26 aksara yang ajaib! Izinkan detik ini aku kembali mengakrabimu. Mensejajarkanmu, satu dengan yang lain menjadi untaian kata yang berpadu. Mencoba tegak berdiri, bersejajar dan saling menguatkan. Hingga tercipta rangkaian kalimat yang apik yang sarat akan makna, kaya akan hikmah. Aksaraku, izinkan tulusku mencintaimu. Hingga jiwaku terlelap bersama cinta dalam goresan pena :
“Dari Tinta jadi Cinta…”

Ketika aku memutuskan “Pena adalah daya juangku” dan “Aksara adalah pasukan yang setia mengiringinya”,  menulis adalah passion-ku”, lalu aku tetapkan alasanku untuk selalu mencintai mereka, tulus tanpa syarat…

Dan inilah 11 ALASANKU MENCINTAI AKSARA
Menulis adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa menjadi dzarrah kebaikan [Keisya Avicenna]
* Kalimat ini merupakan motto hidup ketika aku harus bertanya kepada diri sendiri: “mengapa aku harus menulis?” dan “untuk apa aku menulis?”. Harapan besarku, ketika menulis, aku mampu menjadikan aksara-aksara itu menjadi untaian kalimat yang sarat manfaat, khususnya buat diri sendiri terlebih untuk orang-orang yang membaca tulisanku.

Menulis untuk mendokumentasikan hidup.
* Salah satu kegiatan menulis yang aku suka adalah menulis catatan harian yang kuberi nama “[NO]stalgia [R]o[MA]ntic”. Dengan menulis catatan harian, aku dapat mengasah kemampuan dalam memilih kata, sarana meluapkan emosi, wadah untuk melakukan evaluasi, memperkaya jiwa, mengasah kepekaan jiwa, mendewasakan emosional, dan yang paling penting untuk mendokumentasikan hidup. Setiap hari yang terjadi dalam hidup kita pasti ada pesan-pesan rahasia yang telah Allah SWT titipkan, dan kita harus pandai dan bijak dalam mengambil hikmah. So, saatnya aku belajar mengikat ilmu dengan menuliskannya!

Menulis sebagai panggilan jiwa.
* Semuanya bermula dari hati, dari dalam jiwa kita. Aku ingin menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas yang bermula dari jiwa, aktivitas yang ketika aku tidak melakukannya, aku serasa “mati”. Karena menulis sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam jiwaku, dalam hidupku, dalam duniaku. Dengan bergabung di komunitas menulis bahkan tengah berjuang dalam sebuah komunitas kepenulisan (DNA Writing Club), aku yakin, aku akan terus bisa “hidup” dan terus bersemangat untuk meningkatkan KUALITAS dan KUANTITAS tulisanku.

Menulis untuk menciptakan kebahagiaan
* Kebahagiaan itu tidak dicari, tapi kita sendirilah yang menciptakan kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tidak hanya untuk kita nikmati sendiri tapi kebahagiaan yang bisa kita bagi hingga orang lain pun turut merasakan kebahagiaan itu.

Menulis : menata aksara warnai dunia!
* Rangkaian tulisan bisa menjadi jembatan harapan, kehendak dan inspirasi tiada henti. Berjuta cerita telah dengan sukses diabadikan dengan indahnya tulisan. Beribu tokoh terlahir dengan kepiawaiannya bercerita melalui tulisan. Pesan dan cita-cita mengalir setiap saat dengan sekian banyak tulisan yang dibaca manusia di seantero dunia. Hmm, indah dan dahsyatnya sebuah tulisan!

“Tidak begitu penting menjadi terkenal dengan menulis lebih penting menjadi terampil dan bisa memberi banyak manfaat banyak melalui tulisan kita” (Pesan Mas Koko Nata saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari 2011).
* Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Dan aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat, bisa menginspirasi banyak orang, memberikan pencerahan dengan kekuatan kata-kata dalam tulisan.

“Norma…amal jariyahmu akan kamu bawa mati, maka MENULISLAH!!!” (Pesan Mbak Sinta Yudisia saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari  2011)
* Pesan Mbak Sinta semakin menguatkan azzamku –kala itu- untuk lebih sungguh-sungguh dan serius lagi di “jalan pena”, hingga kini.

Sebuah perwujudan DNA. Dream ‘N Action! Karena menulis bukan kegiatan main-main :
a.   Menggunakan dasar ilmu
b.   Menggunakan niat yang kuat
c.    Menggunakan hasrat/passion yang terarah
d.   Menggunakan strategi yang jitu
*    Salah satu impian yang pernah aku tulis di DREAM BOARD : menjadi WRITERPRENEURSHIP! Impian ini mulai menjejak nyata di November 2013 lewat DNA.
*    Ya, semula memang bermula dari IMPIAN dan aku akan berusaha untuk merealisasikan impian-impianku selanjutnya.

Menulis adalah jalan pengembangan diri
* Apakah satu buah tulisan yang telah dimuat sudah mencukupkan diriku untuk terus belajar? Lalu menganggap diri ini sudah bisa menulis, kemudian menutup mata dari kenyataan bahwa satu tulisan saja tidak cukup untuk menjadi sebuah proses pembelajaran. Bahwa setiap tulisan yang gagal muat sebenarnya mengandung pelajaran bahwa aku tidak seharusnya mengulang kesalahan yang mungkin kubuat ketika menuliskannya. Bahwa seharusnya aku bisa lebih banyak menulis untuk meningkatkan kemampuan. Bahwa pada saat itu aku terpaku untuk melihat peluang hanya pada satu titik saja.
* Aku mungkin lupa, bahwa setiap keberhasilan memiliki jalannya sendiri-sendiri. Ada yang mulus, sekali dua kali percobaan langsung berhasil, karena mungkin dikaruniai bakat dan kemampuan yang baik dalam hal itu. Namun ada juga yang penuh liku, bahkan proses itu begitu panjang hingga harus melewati berkali-kali kegagalan. Aku mungkin lupa, bahwa setiap kegagalan memiliki hikmahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kali dapat merenungi sebuah kegagalan, aku akan mendapatkan kesegaran dan semangat baru untuk memperbaikinya dan melakukan hal tersebut lebih baik lagi.

Saatnya BELAJAR, BELAJAR dan TERUS BELAJAR untuk menjadi pribadi yang LEBIH BAIK dan LEBIH BAIK.
*    Karena bagiku, menulis adalah proses pembelajaran dan perbaikan diri.

Karena MENULIS ADALAH NIKMAT TERINDAH (Belajar dari Mas Gola Gong)
* Mas Gola Gong yang punya keterbatasan secara fisik saja bisa, aku yang Alhamdulillah mempunyai fisik sempurna seharusnya mampu meneladani sosok beliau. Mas Gong, you’re my best teacher!

Di penghujung celoteh aksara #CenungMerenung ini, perlu kita ketahui bahwa hambatan pertama ketika menulis sering karena kurang kemampuan menangkap IDE SECARA KREATIF. Hambatan kedua sering karena tidak tahu METODE EKSEKUSI IDE. Hambatan ketiga karena memikirkan KETAKUTAN yang belum tentu terjadi. Hambatan keempat karena merasa HARUS SEMPURNA. Dan hambatan utama adalah… TIDAK PERNAH MEMULAINYA.

Karena aku tidak ingin ketika jatah hidupku di muka bumi ini sudah habis, orang-orang hanya mengenal biografi hidupku dalam 3 kalimat : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Karena itu, aku ingin meninggalkan warisan yang semoga bisa bermanfaat untuk umat, salah satunya dengan MENULIS!

Alhamdulillah, atas izin-Nya lahirlah satu karya ini "BEAUTY JANNATY"


Dari Tinta Jadi Cinta…
So, tunggu apa lagi? MENULISLAH  dan CIPTAKAN SEJARAH!




Thursday, February 01, 2018

TERMINAL PERENUNGAN : PENGHUJUNG 30

Thursday, February 01, 2018 0 Comments

Begitu banyak kesyukuran yang harus aku langitkan hingga detik ini. Pasalnya, mungkin sudah tak sanggup lagi aku menghitung nikmat serta beragam kebahagiaan yang tak pernah Allah salah alamatkan.  Allah Maha Baik, terlalu Baik malah. Terima kasih Ya Allah… meski hambaMu ini masih sering tak khusyuk sholatnya, lebih banyak pegang HP daripada waktu tilawahnya,… Astaghfirullah. Tapi, Engkau selalu mencukupkan kebutuhan hamba.

Hari ini, lembar pertama Februari. Dan Februari selalu menjadi bulan yang istimewa. Bulan untuk menjadi hakim pada diri sendiri. Bulan untuk bermuhasabah, atas berkurangnya usia, atas kehidupan yang telah terjalani sebelumnya, untuk bersiap menapaki hari-hari di ‘usia yang baru’ nantinya.

Hari ini adalah hari di mana akhir dari masaku menjalani 30 tahun usia. Esok, angka 0 itu akan menggelinding dan berganti angka 1. Ya, esok adalah 31 tahun usiaku. Selayaknya diri ini pantas merenung. Menciptakan sebuah terminal perenungan. Pencapaian apa yang sudah ada di tangan? Kontribusi kebaikan apa yang sudah dilakukan?

Kamis, 1 Februari 2018
Penghujung 30
#diaryUmma


Thursday, March 02, 2017

[Hari 2] : PENTINGNYA ISTRI MANDIRI SECARA FINANSIAL

Thursday, March 02, 2017 0 Comments
Kamis, 2 Maret 2017
Pentingnya Istri Mandiri Secara Finansial
Mandiri secara finansial berarti seorang individu dapat mengelola keuangannya sendiri. Jika individu tersebut memiliki anak, maka dia harus bisa mengelola keuangan untuk seluruh anggota keluarga, dengan atau tanpa pasangan.
Mengapa istri harus mandiri secara finansial? Berikut beberapa keuntungan mandiri secara finansial bagi istri:
1. Istri yang mandiri secara finansial dapat membantu keuangan keluarga.
Seorang istri yang memiliki penghasilan pribadi dapat mendukung rumah tangganya ketika suami kehilangan pekerjaan atau mengalami hal lainnya yang mengakibatkan kehilangan penghasilan.
2. Istri yang mandiri secara finansial dapat memberikan kontribusi finansial
Ketika harga barang dan biaya pendidikan melambung tinggi, istri yang memiliki penghasilan pribadi dapat menyokong keuangan keluarga sehingga kebutuhan anak tetap tercukupi.
3. Istri yang mandiri secara finansial dapat memberi motivasi bagi anak-anak mereka untuk bersikap mandiri
Istri dengan penghasilan pribadi bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka.
4. Istri yang mandiri secara finansial dapat mewujudkan ‘mimpi’ mereka
Terkadang kita hanya bisa bermimpi tanpa mewujudkannya karena terbentur masalah ekonomi. Entah itu membawa anak-anak liburan, menyekolahkan anak di sekolah yang baik, atau sekedar menyenangkan diri sendiri dengan melakukan perawatan pribadi di spa/salon.
Bukan Hanya Mandiri, Istri Harus Memiliki Rencana Keuangan
Jika istri sudah menyadari risiko-risiko yang dapat dialami sang suami, maka penting bagi dirinya untuk bisa berdiri sendiri dalam hal keuangan.
Apakah artinya istri harus bekerja kantoran?
Tidak. Istri bisa menjadi mandiri secara finansial tanpa bekerja konvensional sebagai karyawan. Jika kita adalah ibu rumah tangga, maka belajarlah menjadi ibu rumah tangga yang kreatif dan mampu menghasilkan pendapatan sendiri. Misalnya dengan usaha katering kecil-kecilan jika gemar memasak, atau bekerja sebagai penulis lepas jika  punya bakat menulis, dan sebagainya.
Semuanya tidak ada yang instan, semuanya harus melewati proses belajar yang konsisten.
Dengan ‘aman’ secara keuangan dan mandiri finansial, artinya kita akan tahu batasan gaya hidup seperti apa yang sesuai dengan kantong kita sendiri.  Satu hal yang menjadi tujuan kenapa banyak sekali istri ingin mandiri secara keuangan adalah ingin punya waktu untuk pribadi, keluarga dan organisasi  serta berinteraksi/berkontribusi dengan masyarakat lebih banyak lagi, ingin berbagi dan sedekah lebih banyak lagi, dsb.




Wednesday, March 01, 2017

[Hari 1] : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"

Wednesday, March 01, 2017 0 Comments

Rabu, 1 Maret 2017
MELATIH KEMANDIRIAN#1 : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"

Menurut Ust. Tri Asmoro Kurniawan, secara umum manusia itu nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan, maka satu hal yang sering dikhawatirkan adalah adanya fase-fase perubahan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Dan pernikahan adalah fase perubahan dari kebiasaan-kebiasaan masa lajang menuju kebiasaan-kebiasaan rumah tangga.
Nikah adalah kemandirian. Sepasang suami istri hendaknya tidak terlalu menggantungkan dirinya pada orang lain seperti teman, saudara atau orang tua. Meskipun pengertian mandiri bukanlah berarti hidup sendiri tanpa membutuhkan campur tangan orang lain. Tetap saja dibutuhkan peran orang lain dalam porsi sewajarnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial yang saling bersimbiosis mutualisme. Demikian halnya dalam kehidupan berumah tangga, kewajiban mencari nafkah memang ada di pundak suami, tapi tak ada salahnya istripun berupaya untuk tetap mandiri dari segi finansial.
Ini yang sejak awal juga saya komunikasikan kepada suami. Saya minta pendapatnya tentang istri yang bekerja di luar rumah. Setahun pertama kita menikah, saya masih berstatus sebagai “istri pekerja”, meskipun jam kerjanya hanya siang sampai jelang Isya’ karena saya ngajar di bimbingan belajar. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk resign. Saya dan suami pun sering terlibat obrolan, apa yang bisa saya lakukan dengan menjadikan rumah sebagai kantor, tetap bekerja meskipun dari rumah, tetap berpenghasilan meskipun dari rumah. Akhirnya tercetuslah ide dan kami mendirikan sebuah bimbingan belajar dan tempat pelatihan menulis untuk anak-anak dan remaja : DNA WRITING CLUB. Alhamdulillah, jatuh bangun kami memulainya. Dari yang awalnya 1 murid, 3 murid, bertambah jadi 5 murid, sekarang sudah lebih dari 50 anak.
Suami yang bekerja sebagai pegawai swasta benar-benar menjadi supporter dalam proses pengembangan DNA. Sampai sekarang pun, saya masih terus belajar untuk mengatur keuangan rumah tangga. Penghasilan yang saya dapatkan pun lumayan. Bisa saya tabung dan untuk keperluan pribadi saya (misal untuk beli buku yang saya inginkan, tanpa harus mengusik uang belanja atau meminta suami).
Kemandirian memang bukan perkara yang mudah, namun banyak cara untuk memupuk karakter tersebut, salah satunya dengan menggali potensi diri dalam berkreativitas. Saya menemukan potensi diri saya : MENULIS dan MENGAJAR. Maka, lahirlah DNA WRITING CLUB dan karenanya saya berusaha menjadi seorang istri yang  mandiri dari segi finansial dengan terus mengasah skill yang saya miliki. Karena pada dasarnya, setiap permasalahan memerlukan kemandirian dan cara–cara yang kreatif untuk menyelesaikannya. Semakin banyak permasalahan yang bisa diatasi dan semakin besar kebutuhan yang harus dipenuhi, maka semakin terasahlah kreativitas dalam diri seseorang. Semoga…





Sunday, February 05, 2017

[Hari 10] : SAAT HARUS “JAUH DI MATA, DEKAT DI HATI”

Sunday, February 05, 2017 0 Comments
Jaga komunikasi


I miss you so much... 

Ahad, 5 Februari 2017

Sejak hari Kamis kemarin, Mas Sis sudah bilang kalau Sabtu malam mau njemput Ibuk (mertua saya) ke Klaten sama Lia (adiknya Ani). Sekalian nanti nganterin Mas Dhody dan Wahono, juga njemput Ibuk Wonogiri. Setelah berstatus jadi “bumil” saya memang suka baperan kalau posisi di rumah sendirian atau ditinggal Mas Sis –suami- pergi ke luar kota.

“Tenang, Say. Nanti Riza nemenin adik kok,” katanya, menenangkan, “kan Minggu sore paling juga sudah sampai Semarang. Riza itu ponakan yang sekarang ikut tinggal bersama kami karena sedang kuliah di UNISSULA.

“Baiklah…” 

Selama hamil ini, paling jauh dan paling lama ditinggal suami waktu beliau mengikuti training di Jakarta dari Senin-Kamis, lanjut ikut Aksi Damai 212. Dan baru sampai Semarang lagi hari Sabtu sore. Ditinggal hampir seminggu dalam posisi lagi hamil, benar-benar kerasa baper luar biasa.

Kemarin pun saya kembali belajar kalau sedang dalam posisi “jauh di mata, dekat di hati” alias LDR (Long Distance Relationship), kuncinya :
  1. Jaga komunikasi (bisa lewat telepon, WA atau video call)
  2. Lepas kepergiannya dengan doa dan senyuman
  3. Mencoba berdamai dengan perasaan. Hehe.
  4. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan hal-hal yang positif


Akhirnya, Mas Sis berangkat jam 01.15 dini hari tadi, sebelum berangkat, sempat ngajak ngobrol debay di perut, “Abi tinggal njemput Simbah dulu ya, Dik. Baik-baik di rumah sama Umma…” ^_^ lalu menciuminya dengan sepenuh cinta.


#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip




[Hari 9] : OBROLAN SANTAI NAMUN BERGIZI

Sunday, February 05, 2017 0 Comments


Sabtu, 4 Februari 2017

Ba’da Subuh suami dapat telepon dari kakak pertamanya. Ponakan kami (Ani, 25 tahun) kontraksinya mulai sering terasa. Alhasil, usai shalat Subuh, Mas Sis segera mengeluarkan mobilnya dan menjemput mereka untuk segera pergi ke RSI Sultan Agung. Di rumah, saya pun berdoa semoga persalinan ponakan (dan calon cucu pertama kami) dapat lahir dengan normal, sehat, selamat semuanya… dan penuh barokah.

Setelah mengalami aneka drama kontraksi dan bukaan yang sempat cukup lama dan divonis dokter harus SC karena ketubannya kurang, Alhamdulillah jelang adzan Dhuhur Ani akhirnya bisa bukaan lengkap dan lahirlah seorang bayi perempuan cantik dengan berat 3 kg dan panjang 52 cm. Meski harus masuk ruang Peristi dulu karena debay saturasi oksigennya 90%, tapi setidaknya semua keluarga bisa bernapas lega. Alhamdulillah, bisa persalinan normal.

Kakak ipar sempat SMS, kalau Ani dijahit 7. Saya bilang itu ke suami. Suami kaget dan bertanya, “Dek, kok persalinan normal jahitannya bisa sebanyak itu sih?”
“Ada banyak faktor Say, kenapa ibu yang persalinan normal pun harus dijahit, istilahnya episiotomi atau proses pengguntingan jalan lahir. Bisa karena ibunya sudah sangat lelah dan itu upaya dokter mempercepat proses bayi keluar, bisa juga karena ukuran bayi yang besar, atau karena saat mengejan si ibu tanpa sengaja mengangkat pantat/panggulnya, dsb.”
“Oooh…”
“Terus, bisa nggak persalinan normal, tapi tanpa jahitan atau minim jahitan?” tanyanya lagi.
“Bisa saja. Kan kondisi elastisitas vagina, daerah perinium, dan area sekitarnya setiap ibu pasti beda-beda. Makanya, penting juga saat trimester 3 tuh bumil banyak jalan kaki, melakukan senam hamil, senam kegel, juga pijat perineum (kalau sudah 36 minggu lewat) untuk membuat kondisi jalan lahir lebih elastis,” jelas saya, berdasarkan cerita pengalaman teman-teman dan buku yang saya baca.
“Semoga adik nanti bisa persalinan normal ya, dan tanpa jahitan….,” doanya penuh harap.
“Aamiiin Ya Rabb…” jawab saya.

Alhamdulillah, kami bisa saling berbagi ilmu dan pengetahuan setiap hari. Sorenya saya pun banyak mendapatkan ilmu seputar dunia bisnis online dari suami –saat diskusi- usai kami mengikuti Sekolah Bisnis Online (SBO). Suami memang backgroundnya seorang bussiness development,  jadi lumayan banyak tahu hal-hal yang berhubungan dengan dunia bisnis dan keuangan Syariah.


#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


[Hari 8] : BERSAMA, SALING BERBAGI TUGAS

Sunday, February 05, 2017 0 Comments


Jumat, 3 Februari 2017

Obrolan saya dan suami pagi ini seputar rencana kami di hari Jumat, yaitu membersihkan 4 ruangan di istana mungil kami. Rapat kecil pun dilaksanakan, melibatkan orang yang ada di rumah kami. 

Bersama, saling berbagi tugas.

Pertama, ruangan perpustakaan utama yang ada aquarium besar. Perpustakaan ini menyimpan koleksi buku-buku umum. Kedua, ruangan perpustakaan untuk menyimpan koleksi bacaan anak-anak, sekaligus ruang kerja saya. Ketiga, kamar saya dan suami, yang sebentar lagi InSyaa Allah juga akan berfungsi jadi kamar bayi. Keempat, gudang yang selama ini jadi tempat menyimpan buku-buku terbitan DNA Creative House sekaligus tempat menyimpan baju-baju lipatan pasca dicuci. 

Selain, 4 ruangan itu juga harus membetulkan posisi seng di atap karena geser dan bikin kamar saya bocor juga ada bagian yang terlepas sehingga menimbulkan suara berisik kalau angin bertiup kencang.

Alhamdulillah, sejak kemarin ada kakak saya yang datang dari Wonogiri (Mas Dhody) dan tetangga kami (Wahono, atau biasa kita panggil Si Whoor). Akhirnya, kami pun berbagi tugas. Si Whoor bertugas membersihkan perpustakaan utama dan membenarkan seng. Mas Dhody membersihkan dan menata buku-buku di perpustakaan kedua karena DNA WRITING CLUB Januari kemarin mendapatkan kiriman 200 buku anak dari Penerbit BIP Gramedia dan belum sempat saya tata, baru dilabeli saja. Selanjutnya, saya memilih membersihkan kamar, terutama di bagian rak buku dan meja karena keduanya nanti harus dikeluarkan untuk diganti dengan box bayi. Sedangkan Mas Sis, membereskan gudang.

Paginya saya memasak dulu untuk sarapan, suami pun membantu menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci piring, menata barang-barang, mengumpulkan baju kotor, dan menyapu. Melibatkan suami untuk berbagi tugas memang sangat menyenangkan. Komunikasi mengenai hal ini sudah kami lakukan sejak awal pernikahan. Alhamdulillah, saya memiliki suami yang juga suka memasak dan sama sekali tidak canggung untuk belanja ke pasar atau ke tukang sayur, juga membantu menyelesaikan aneka pekerjaan rumah tangga. Beliau memang terbiasa mandiri sejak kecil.

Saya dan suami biasa mempertimbangkan bersama cara yang bisa membuat suatu pekerjaan rumah tangga menjadi lebih mudah dilakukan, juga tak lupa kadang mengurutkan pekerjaan itu dari yang mudah, sedang, dan sulit dengan mempertimbangkan berapa lama waktu yang dihabiskan dan seberapa sering harus dilakukan. Salah satu kesepakatan kami adalah, baju-baju yang sekiranya harus disetrika maka di-laundry saja. Karena pekerjaan menyetrika memakan waktu yang lebih lama daripada yang lain. Suami hanya menyetrika celana panjang yang beliau pakai ke kantor. Alhamdulillah, saya merasa kontribusi suami dalam membantu saya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga akan membantu menjaga tingkat energi saya dan memberikan saya lebih banyak waktu untuk mengerjakan dan melakukan hal-hal yang lain. Tak lupa, setiap kali selesai membantu saya, suami akan saya berikan apresiasi, baik berupa ucapan terima kasih, kata-kata cinta, dan ciuman tanda sayang ^_^.

#hari8
#tantangan10hari

#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip