Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, January 22, 2009

Bila Diri Sempit Hati

Thursday, January 22, 2009

"Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia. "Sahabat, alangkah menderitanya orang-orang yang sempit hati. Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi keruh, dan penuh rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilaluinya sering kali diisi kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan dendam kesumat.Dia pun akan mudah tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak ada kata maaf. Hatinya baru terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya. Karena itu, tak heran bila menjelang tidur, otaknya berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan rasa dendam yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan pada orang yang dibencinya.Ingatlah bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali. Hanya sebentar, belum tentu panjang umur. Amat rugi kalau kita tidak bisa menjaga suasana hati. Saudaraku, kekayaan yang sangat mahal dalam hidup ini adalah suasana hati. Walau rumah kita sempit, tapi hati kita lapang, maka akan terasa lapang pula hidup kita. Walau tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita sehat, maka hidup akan lebih tenang. Walau badan kita lemas, tapi kalau hati tegar, maka jiwa kita insya Allah akan terasa lebih mantap.Lalu, bagaimana caranya agar kita berhati lapang dan mampu mengatasi perasaan-perasaan yang sempit itu? Pertama, kita harus mengondisikan hati agar selalu siap untuk dikecewakan. Hidup ini tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan. Artinya, kita harus siap dengan situasi dan kondisi apapun. Kita jangan hanya siap dengan kondisi enak saja. Kita harus siap dengan kondisi yang paling pahit dan sulit sekalipun. Benarlah bila pepatah mengatakan: 'Sedia payung sebelum hujan'. Artinya, hujan atau tidak hujan kita harus selalu siap.Kedua, kalau toh ada yang mengecewakan, maka jangan terlalu dipikirkan. Mengapa? Kita akan rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan saja, karena yang memberi dan membagikan rezeki hanyalah Allah semata; juga yang mengangkat derajat dan menghinakan manusia juga hanya Allah. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang? Apalagi kalau kita tidak salah dan berada di jalan yang benar. Biar pun orang tersebut kelelahan menghina kita, sungguh tidak akan berkurang sedikit pun pemberian Allah kepada kita. Kita tidak akan hina dengan cemoohan orang. Kita hanya akan hina dengan perilaku kita sendiri.Rasulullah SAW dihina, tetapi ia tetap cemerlang bagaikan intan berlian, sedangkan yang menghinanya, Abu Jahal, sengsara. Demikian juga Salman Rusdhie yang terus dilanda ketakutan dan tak bisa ke mana-mana. Siapa yang menabur angin, maka ia akan menuai badai. Ada kisah menarik. Suatu ketika Nabi Isa AS dihina, tapi ia tetap tersenyum, tenang, dan mantap. Tidak sedikit pun beliau menjawab dengan kata-kata kotor dan tajam seperti dilontarkan orang yang menghina tersebut.Saat ditanya oleh sahabatnya, "Wahai Nabi, kenapa engkau tidak menjawab dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah engkau membalasnya dengan kebaikan?" Nabi Isa AS menjawab, "Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia".Sungguh seseorang akan menafkahkan apa-apa yang dimilikinya. Suatu ketika seorang saleh bernama Ahnaf bin Qais dimaki-maki seseorang menjelang masuk ke kampungnya dengan kata-kata: "Hai kamu bodoh, gila, kurang ajar". Namun, Ahnaf bin Qais malah menjawab, "Sudahkah? Apakah masih ada hal lain yang akan disampaikan? Sebentar lagi saya masuk ke kampung. Kalau nanti didengar orang-orang sekampung, mungkin nanti mereka akan mengeroyokmu. Ayo, kalau masih ada yang disampikan, sampaikanlah sekarang!"Saudaraku percayalah, semakin mudah kita tersinggung, apalagi hanya karena hal-hal sepele, maka akan semakin sengsara pula hidup ini. Apakah kita akan memilih hidup sengsara? Tentu tidak bukan? Justru kita harus menjadikan orang-orang yang menyakiti kita sebagai ladang amal. Bagaimana bisa begitu? Kalau kita tidak ada yang menghina atau menyakiti, kapan kita mau memaafkan? Yang pasti, semakin kita berjiwa pemaaf, maka hati kita akan semakin lapang; semakin bisa memahami orang lain; dan hidup kita akan semakin aman dan tentram. Wallahu a'lam bish-shawab.


KEEP OUR UKHUWAH MY BELOVED SISTER AND BROTHER WHEREVER YOU ARE....

Tuesday, January 06, 2009

Belajar dari Cermin

Tuesday, January 06, 2009
Tau CERMIN kan? Benda bening yang tak lepas dari kita sebagai seorang muslimah… Yaiyalah… pasti tiap hari ngaca terus kan??? (hayo ngaku!)
Kita bisa banyak belajar dari cermin
1. Cermin berasal dari kualitas terbaik, begitu juga dengan diri kita. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; Q, S At-Tin : 4). So, bersyukurlah atas apa adanya kita! Karena kita telah diciptakan Allah SWT dengan begitu sempurna, punya kelebihan.. tak sedikit juga kekurangannya… Tapi bagaimana kita menyikapi kelebihan dan kekurangan itu? Kedewasaan kitalah yang bermain di sana. Kedewasaan dalam menyadari hikmah dalam setiap sudut perjalanan hidup kita…sampai detik ini…

2. Cermin adalah benda yang bermanfaat. So, jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain.. “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat”

3. Cermin tidak banyak bicara (yaiyalah..). Cermin menasihati dengan bijak tanpa banyak bicara, langsung memperbaiki diri kita. So, nasihati orang lain dengan bijak, keteladanan, dan contoh real.

4. Cermin tak pernah berdusta (kayak lagu aja…). Mengajarkan kita, jangan berdusta pada diri kita sendri, terlebih pada orang lain… Jangan berdalih akan kekurangan kita…Jadilah apa adanya kita… Kekurangan dalam diri kita jadikan modal untuk terus memperbaiki diri… Sehingga saat kita bercermin, senyum optimislah yang akan tergambar di sana..

5. Cermin itu tidak pernah membuka aib. Saat kita bercermin, hanya kita dan cerminlah yang tahu kekurangan kita… So, jagalah kepercayaan yang telah diberikan saudara kita, jangan sampai saat kita menjadi tempat curhat mereka, kita malah membeberkan semua rahasia mereka…wah, ember dunk…Cermin itu butuh dibersihkan dan dijaga. Kalau tidak dibersihkan, akan banyak debu yang menempel di permukaan cermin itu dan kalau tidak dijaga, cermin bisa rapuh dan pecah. Seperti halnya dengan diri kita. Kalau kita tidak bersih dari penyakit hati dan kita jauh dari Allah SWT…kita akan menjadi sangat rapuh… Ingat 2 potensi manusia…FUJUR ataukah TAKWA… itu adalah pilihan!!! So, perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT… Jika hablumminallah baik, maka habluminannas juga akan baik, dan Allah SWT akan memberi kemudahan dalam setiap aktivitas kita yang hanya kita niatkan untuk mendapat ridho dari-Nya…

Saturday, January 03, 2009

time must go on...

Saturday, January 03, 2009 0 Comments
Dari teman, lumayan utk direnungkan: Tahun baru ditunggu banyak orang. Berjuta manusia melenggang rasa, gegap gempita. Senang, suka ria, bahagia dan tertawa. Pestapora! Nafsu dibiarkan menggurita, lepas bak angsa terbang ke angkasa. Tahun baru yang gagah, yang dipuja banyak manusia. Mereka tertawa terbahak-bahak, menikmati kebebasan dan keleluasaan berbuat dosa. Hanya angka? Tentu saja tidak. Bergantinya tahun memaksa kita untuk paham bahwa kita berada pada sebuah dimensi waktu. Waktu yang mengenalkan kita istilah muda dan tua. Waktu yang mengingatkan kita bahwa ada jam yang berputar, ada satuan masa yang tak bisa berhenti dan dihentikan. Setiap detik adalah amal perbuatan, ada yang mencatat dan dibukukan. Setiap yang dicatat pasti dimintai pertanggungjawaban.

MEKANISME FISIOLOGIS KERACUNAN

Saturday, January 03, 2009 0 Comments

Mekanisme Fisiologis Keracunan

Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) melalui:

1. Kulit luar

2. Mulut dan saluran makanan

3. Saluran pernapasan

Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut, racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah. Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun – dan di bahan racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity). Racun jenis organofosfat seperti malathion yang biasa digunakan untuk pencegah serangan kumbang ambrosia (Scolytidae) dan kumbang bubuk (pinhole borers: Lyctus, Heterobostrychus, Dinoderus) merupakan racun akut. Racun jenis organokhlorin atau hidrokarboberkhlor seperti DDT, Chlordan, Lindane dll. merupakan racun kronis yang baru terasa efeknya setelah bertahun-tahun karena diperlukan waktu yang lama untuk menumpuk (akumulasi) racun ini dalam lemak tubuh. Sebaliknya, racun akut yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa larut dalam air bekerja sangat cepat tapi tidak bersifat akumulatif dan mudah tercuci serta terurai menjadi komponen yang tidak beracun.

Pada umumnya bahan pengawet yang beracun dapat digolongkan dalam tiga golongan besar yaitu:

1. Pengawet yang bersifat minyak,

2. Pengawet larut minyak dan

3. Pengawet larut air.

Di antara pengawet minyak terdapat kreosost yang merupakan campuran bermacam-macam senyawa organik yang berasal dari residu destilasi minyak bumi. Bahan pengawet larut minyak biasanya terdiri atas senyawa-senyawa organik yang bersifat racun kronis, memliki afinitas terhadap lemak tubuh sehingga bersifat akumulatif dalam tubuh jasad hidup. Contoh racun yang larut dalam minyak adalah semua senyawa organokhlorin seperti DDT, endrin, Chlordane, lindane yang sampai kini sebagian masih digunakan untuk melindungi bangunan dari serangan rayap tanah. Senyawa bahan pengawet larut air adalah racun-racun dari golongan organofosfat (malathion dll.) serta garam-garam sulfat, arsenat, Cu, , Cr, dan boron.Bahan pengawet larut air sebagian besar merupakan racun akut.

Racun kronis

Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya.

Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang dari lingkungan, mungkin untuk waktu yang sangat lama.

Racun akut

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat enimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah “Baygon” yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam pencemaran lingkungan.

Pestisida dan pencemaran lingkungan

Racun kronis sangat berbahaya bagi lingkungan karena daya bertahannya (residual effects) yang sangat lama disebabkan sukar terurai sehingga sekali racun ini digunakan ia akan berada dalam lingkungan untuk waktu yang sangat lama sampai berpuluh-puluh tahun. Sebagai contoh, Ddt tidak terurai oleh sinar matahari ataupun sinar ultraviolet. Tekanan uapnya 1.5 x 10 -7 mm Hg -- demikian rendahnya sehingga DDT merupakan racun yang sangat besar efek residunya. Salah satu sifat buruk DDT dan pestisidapestisida organokhlorin lainnya adalah kecenderungannya untuk menempel pada lemak (lipofilik), sebagaimana telah disinggung di atas. Pestisida golongan organokhlorin dan senyawa-senyawa heterosiklin yang bersifat racun kronis kuat adalah: DDT, Rothane, Dilan, Kelthane, gamma BHC, Chlordane, Heptachlor, Aldrin, Endrin, Toxaphene, Strobane, Kepone dan Mirex. Daya larut bahan-bahan racun ini dalam air sangat rendah: DDT hanya 0,2 part per billion (ppb). Untuk menilai derajat pencemaran oleh pestisida digunakan jasadjasad indikator baik nabati (tumbuh-tumbuhan) maupun hewani. Jasadindikator ini cenderung menyerap bahan pestisida dari lingkungan hidupnya. Salah satu jasad indikator pencemaran adalah moluska (jenis-jenis kerang). Makin besar kandungan racun dalam air, makin besar pula kandungan pestisida dalam tubuh kerang. Ikan cenderung menumpuk pestisida dalam lemak tubuhnya dan bila ikan ini pindah ke perairan lain yang belum tercemar, racunpun ikut terbawa sehingga daerah pencemaran menjadi lebih luas lagi. Cacing tanah merupakan binatang indikator pencemaran untuk tanah-tanah yang tercemar karena cacing tanah menelan tanah dalam jumlah yang besar untuk menjaring sejumlah kecil jasad renik untuk makanannya, sebagaimana kerang menelan air dalam jumlah yang besar untuk menyaring makannya.