Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, January 26, 2021

CORONA DAN RABITHAH CINTA KELUARGA

Tuesday, January 26, 2021 2 Comments

 


Rabu terakhir di bulan Desember 2020. Setelah Tahajud sambil menunggu waktu Subuh, biasanya saya gunakan untuk ngaji atau membaca buku. Terkadang saya juga mengetik kalau ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tapi di awal kehamilan kali ini, pinggang saya jadi gampang capek kalau harus duduk lesehan sambal ngetik di kamar, lebih enak ngetik sambil duduk di kursi ruang tengah.


Setelah azan Subuh, tiba-tiba Dzaky posisi tidurnya melorot dari kasur dalam kondisi dia masih merem.

“Kenapa, Dek Ah?” Abi is sontak bangkit dan mencoba membenarkan posisinya.

“Ma, celananya basah. Bau pulak. Kayaknya pup di celana!” ucap Abi sedikit panik.

Saya yang sedang ngaji pun bergegas menghampiri mereka. Dzaky diangkat Abi ke kamar mandi untuk dibersihkan.


Pagi itu, Dzaky tidak segokil biasanya. Meski dia masih sangat aktif, masih glundungan sana-sini. Tapi 2x dia sempat muntah. Pupnya juga masih encer. Rabu pagi itu dia masih mau sarapan bubur ayam disuapin Abi. Setelah sarapan, saya beri dia Lacto-B.

“Dek Ah, mau ya dipriksain ke Dokter Soraya?” tanya Abi.

“Iya, biar dicek Bude Soraya, ya. Biar Dek Ah pupnya nggak encer lagi,” ucap saya.

“Nanti kalau perutnya sudah enakan, pupnya udah bagus lagi, Dek Ah semangat minum obat dan nurut apa kata Bude Soraya, boleh kok nanti di Giyi lama sama Titi Ya,” kata Abi memotivasi Dzaky.

Saya pun mengiyakan. Kami pun mengajak Dzaky berdoa bersama minta kesembuhan sama Allah.


Sekitar jam 7.30, kami berangkat ke Klinik Mitra Umat. Dzaky masih mual dan sesekali mengeluh perutnya nggak enak. Alhamdulillah, dapat antrian pertama. Saat diperiksa sangat kooperatif dan nurut banget sama Bude Soraya. Sempat ada obrolan tentang makan buah.

“Dzaky mau apel, Bude,” katanya.

“Tapi nanti maem pisang dulu ya, apelnya nanti kalau dah nggak sakit perutnya,” ucap Dokter Soraya.


Awalnya Dzaky merajuk. Sampai akhirnya dia sendiri yang memutuskan, meminta Abi untuk membelikan pisang dan bukan apel. Motivasi internal untuk sembuh itu sudah muncul. Dia pun semangat makan, minum apapun yang kami kasih, bahkan minum antibiotik yang sedikit pahit. Yups, Titi Ya jadi moodbooster: KALAU SEMBUH, BOLEH LIBURAN LAMA DI GIYI (WONOGIRI).


Rabu itu dia masih bolak-balik ke KM sampai 5-6x. Tapi nggak kelihatan lemes. Makan dan minum masih mau. Masih lincah juga seperti biasanya. Alhamdulillah hari Kamis tekstur pupnya sudah bagus. Saya dan Abi is sudah lebih lega. Dzaky juga sudah nggak mual. Namun, Jumat sorenya dia diare lagi. Bahkan sangat bau dan berwarna kehijauan. Saya konsultasi via WA dengan Dokter Soraya. Setelah kami evaluasi kemungkinan karena Dzaky pada Kamis itu sudah mengkonsumsi susu UHT sedangkan pencernaannya -mungkin- belum siap.


Selama masih mau makan dan minum dan tidak menunjukkan gejala dehidrasi, insya Allah masih aman. Alhamdulillah, nggak ada demam juga. Dzaky masih doyan banget makan pisang, Jumat itu juga kami beri dia degan hijau, juga madu hangat. Anaknya juga masih aktif polahan. Hihi.

Saya dan Abi sampai membuat rencana kalau Sabtu pupnya masih seperti itu, akan kami cek lab-kan ke Cito dan periksa ke Dokter Agus (Spesialis Anak) di Hermina Banyumanik.


Alhamdulillah, Sabtu itu Dzaky sudah tidak diare. Malah seharian itu dia nggak pup. Makan dan minum juga sangat bagus, aktivitas fisik juga heboh seperti biasa. Saya dan Abi is bisa lega. Puncak kelegaan kami saat hari Ahad tekstur pupnya sudah sangat normal. Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah…


Beberapa hari kemudian, Dzaky nagih dong janji kami untuknya jika sembuh dari diare. Yups, liburan lama di Giyi. Anaknya pun setiap hari nanyain kapan kita ke Giyi? Kapan ke Titi Ya? Nah, waktu itu juga ada informasi kalau mulai hari Senin, 11 Januari 2021 akan ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) selama 2 pekan. Akhirnya, Abi memutuskan Sabtu kita antar ke Wonogiri daripada nanti anaknya nagiiiiih terus setiap detik. Hihihi. Dengan semangat ’45 dia packing sendiri mainannya 1 kardus plus 1 box. Bener-bener deh persiapan mau liburan lama.


“Nanti kalau Umma kangen gimana dong?” tanya saya.

“Umma kan bisa video call atau ke Giyi aja. Di Giyi lama sama Dek Ah,” jawab dia santuuuy.

Huwaaaaaaaaaaa… benar-benar bakal kangen sama bocil satu ini.


Sabtu (9 Januari 2021) malam kami sampai di Wonogiri. Tak lupa cuci tangan pakai sabun di pancuran depan counter yang sudah disiapin Dedoy terus Dzaky dimandiin Abi is pakai air hangat. Semua mandi dan ganti baju bersih. Terus menikmati teh hangat buatan Titi Ya. Dzaky pun langsung “nginthilin” Titi Ya kemana-mana. Bobok malam pun maunya sama Titi Ya. Hihi. Ciyeee, yang kangennya sudah terobati.


Ahad siang, saya dan Abi is bersiap pulang ke Semarang. Ahad malam Abi mau ada rapat. Waktu itu pun kami mendapat kabar tentang kondisi Pak Gik (bapaknya Pakde Hengki) plus info yang membuat kami cukup syok adalah hasil rapid antigennya positif. Beliau ada riwayat perjalanan dari menghadiri ngunduh mantu anaknya besan ke Purwodadi. Sepulang dari acara tersebut beliau ngedrop bahkan keluarga besan pun banyak yang ngedrop, termasuk ayah mertuanya Mas Lana (anak bungsunya Pak Gik) yang waktu ke Purwodadi semobil dengan Pak Gik. Ayah mertua Mas Lana sejak hari Jumat dirawat di Ken Saras dan hasil tesnya juga positif Covid. Beliau komorbid. Ya Rabbi…

[*]


“Dek Ah, Umma sama Abi nanti pulang Semarang lho, ya. Dek Ah di Giyi dulu sama Titi, Dedoy sama Dewid juga. Bersikap baik ya, nurut sama Titi dan semua,” pesan Abi is.

“Baiklaaaaah,” jawab Dzaky dan mereka pun uyel-uyelan bersama. Hahaha.


Dzaky dan segala keseruannya di Wonogiri saya posting di WA story atau IG @umma.dzakydna

Saat mobil kami mulai jalan, anaknya pun melambaikan tangan, melepas kami dengan ceria. Kami pun percaya, Dzaky bakal aman dan nyaman di Wonogiri Bersama Titi Ya, Dedoy, dan Dewid.

Ini kali ketiga kami tinggalkan Dzaky di Giyi dalam waktu cukup lama. Yang pertama dulu waktu masih masa nyapih dan saya harus ke Makassar 4 hari 3 malam. Yang kedua setelah Ahha Wok meninggal, kami sempat mengizinkan Dzaky untuk stay di Wonogiri dulu sepekan. Dan ini yang ketiga.


Sehat dan bahagia selalu di Giyi ya, Dzaaaak.


Malam harinya sebelum saya dan Abi tidur. Abi is bilang, “sepi ya, biasanya Dzaky di sini.” (sambil nata bantal yang biasa Dzaky pakai). Wkwkwk.


[*] [*] [*]


Senin, 11 Januari 2021

Senin sekitar jam 10-an ada berita duka di grup Keluarga Klaten, mengabarkan kalau ayah mertuanya Mas Lana meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un… Semoga husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan terbaik.


Hari itu pula saya mendapatkan kabar dari Mas Sis kalau Mas Juwarno (suami kakak ipar saya yang no.3) dilarikan ke RSUD Ambarawa karena sesak nafas. Hasil rapid antigennya pun positif. Mas Sis pun segera menghubungi Mbak Desi dan memintanya ke Klinik Mitra Umat untuk rapid antigen. Ya, karena Sabtu-Ahad Mbak Desi dan Mbak Riza sempat menginap dan berada di Karangjati. Selain itu, Mas Juwarno sudah meriang selama beberapa hari. Mbak Desi pun sempat tidak enak badan selama 3 hari dan 3 hari itu pula dia tidak masuk kerja. Mbak Riza pun sempat mengeluhkan batuk dan pilek. Bisa jadi mereka senasib karena tidur satu kamar saat di Meranti maupun di Karangjati.


Rencana  saya untuk rebahan sejenak dan tidur siang pun bataaal. Senin itu menjadi Senin yang super hectic dan deg-degan. Mas Sis telepon lagi mengabarkan kalau hasil rapid antigen Mbak Desi positif. Mas Sis segera menghubungi Mas Puji (kakak no.2) dan membuat keputusan kalau semua yang interaksi sama Mbak Desi segera rapid antigen. Saat ini, Mbak Desi dan Mbak Riza tinggal dengan Akmal dan Azfa (anaknya Pakde Puji dan Bude Ani) di Meranti karena Pakde Puji dan Bude Ani mendapatkan amanah mutasi (kantor pajak) di luar kota dan luar pulau.


Mbak Riza sejak pagi sudah berada di Karangjati untuk menemani Rafif karena ditinggal Bude Ju nganterin Pakde Ju ke RS. Kami pesan ke Mbak Riza pokoknya selama di rumah wajib pakai masker karena di rumah ada Mbah Kakung dan Mbah Putri (orang tua Pakde Ju).


Jelang Asar, saya, Mas Sis, Azfa, dan Akmal berangkat ke Klinik Mitra Umat. Kami mendaftar untuk rapid antigen. Sebelumnya, kami diperiksa BB, TB, tensi, dan saturasi oksigen. Oh ya, sebelum ke klinik, saya sempat cerita ke Mamiko kalau mau rapid antigen. Mamiko ngasih tips:

“Bayangin aja kamu lagi ngupil tapi kejeron.” Kurang lebih rasanya kayak gitu. Hehe. Ngupil kejeron, Gaeees. Selain itu, doi juga ngasih tips untuk bawa air putih hangat jadi usai rapid bisa lebih enakan.


Saat cek tensi, tensi Azfa dan Akmal tinggi: 140 dan 138. Mereka memang terlihat panik dan takut. Sebagai Om dan Tantenya, kami pun mencoba menenangkan. Dengan selfi jarak jauh juga ngobrol-ngobrol gayeng. Mbak Desi juga masih nunggu di dekat ruang obat. Menunggu hasil kami juga dengan deg-degan.



Urutan pertama Mas Sis, lalu saya. Saya mencoba untuk rileks, santai, banyakin zikir. Rasanya memang aduhai sekali. Tapi lebih aduhai saat kontraksi, kok. Hihi. Sempat ngrasa agak mual usai rapid terus minum air putih hangat, alhamdulillah lebih enakan. Kalau Akmal selesai rapid, air mata bercucuran dengan sendirinya tapi bukan bermaksud nangis kesakitan. Respon sesaat saja. Kalau Azfa malah sempat gagal di colokan pertama karena dia tiba-tiba kaget terus jadi berdarah. Ganti lubang hidung yang kiri deh yang dicolok.


Selesai rapid, kami salat Asar. Berdoa sungguh-sungguh sama Allah. Saya tekankan ke anak-anak untuk ridho dan ikhlas apapun nanti hasilnya. Saya sendiri juga deg-degan karena kondisi sedang hamil trimester pertama. Tapi, berusaha keras untuk pasrah. Saya hanya memupuk keyakinan, “everything gonna be OK”.


Azfa sempat memprediksi, “kayake aku deh Tant yang hasilnya positif, kan aku selama ini tidur sama Mbak Desi n Mbak Riza, bahkan sejak mereka sakit dulu,” ucap Azfa mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu cara dia menyiapkan diri apapun hasil tesnya nanti.


30 menit berlalu, saya dipanggil ke ruang obat. Hasilnya sudah di tangan. Satu di antara kami hasilnya POSITIF, yaitu Akmal. Abi is orang pertama yang saya kasih tahu. Setelah selesai membayar, saya ngobrol dengan Desi, Akmal, dan Azfa. Sebelumnya saya motivasi dulu mereka, kalau ini semua sudah bagian dari skenario Allah yang harus kita jalani bersama.


Ketika saya sampaikan bahwa hasil yang positif itu Akmal, justru Azfa yang menangis sesenggukan. Dia sendiri nggak menyangka justru adik kesayangannya yang positif. Setelah suasana lebih tenang, saya pun membuka pembicaraan lagi. Mas Sis sudah melesat pergi karena ada panggilan rapat penting.


“Sekarang, Mbak Desi sama Akmal pulang ke rumah Meranti naik motor. Sampai rumah segera mandi dan ganti pakaian bersih. Selama di rumah tetap pakai masker, ya. Untuk keperluan makan, camilan, vitamin, insya Allah, nanti diatur sama Om Sis,” terang saya.


“Oh ya, tadi Om Sis juga ngasih tahu, Abi sudah ndaftarin Mbak Desi sama Akmal untuk swab PCR besok di Cito. Untuk jamnya nanti dikabari Om Sis, ya. Nah, untuk Azfa, karena hasil rapidnya Mbak Desi dan Akmal positif sedangkan kamu, Om Sis, dan Tante Norma negatif, kamu sekarang ikut Tante pulang ke Jati. Selama Mbak Desi dan Akmal isoman, kamu jadi anak asuhnya Tante,” kata saya sambil nge-pukpuk Azfa yang kelihatan banget masih syok.


“Sekarang, nggak penting mikirin siapa menularkan siapa, tertular dari mana, dan lainnya. Karena detailnya tentu saja Allah yang lebih tahu segalanya. Tugas kita sekarang ikhtiar untuk sembuh dan sehat. Mbak Desi dan Akmal saling memantau ya, jika ada keluhan apapun segera laporkan ke Om Sis atau Tante Norma. Kalian berdua tidak usah panik, nggak usah mikir macem-macem. Harus ikhlas. Buat hati kalian selalu bahagia. Insya Allah imunitas tubuh bakal selalu terjaga.” Obrolan sore itu pun saya akhiri. Kami segera kembali ke tujuan pulang masing-masing. Mbak Desi dan Akmal ke Meranti, saya dan Azfa ke Jati.

[*]


Di sisi lain, ada kelegaan luar biasa dalam hati saya dan Mas Sis karena hasil rapid antigen kami negatif. Soalnya kan kami sempat ke Wonogiri. Alhamdulillah, insya Allah keluarga Wonogiri aman. 


Selama proses dari siang hingga sore itu, Bude Ani dan Pakde Puji pun memantau dari kejauhan. Saya selalu berkirim kabar kondisi anak-anak sejak awal mau tes hingga hasil tes itu keluar. Bagaimanapun juga hati orang tua mana yang tak khawatir dengan kondisi putra putrinya di masa seperti sekarang ini. Sedangkan amanah negara membuat mereka harus terpisah jarak dan waktu, namun insya Allah selalu dekat dalam doa.


Selama isolasi mandiri, Akmal dan Mbak Desi pun dipantau oleh pihak Puskesmas dan mendapatkan kiriman vitamin ke rumah. Hari Selasa, Akmal dan Mbak Desi melaksanakan tes Swab PCR di Lab Cito dikawal Mas Sis. 

[*]


Hari-hari setelah Senin itu, hasil rapid antigen Mbak Riza juga positif. Dia pun isoman di Karangjati. Pak Gik akhirnya diopname di RSIA Sultan Agung karena saturasi oksigen rendah. Terima kasih Mbak Ani (ponakan, kakak Mbak Desi) yang membantu mengurus kamar dsb karena saat ini Mbak Ani mendapatkan amanah sebagai perawat bangsal Covid di RSI Sultan Agung. Keluarga besar Pakde Hengki pun melakukan rapid antigen. Pakde Hengki, Ibuk, dan Tata (cucu Pak Gik) reaktif. Mereka pun isolasi mandiri, dipantau oleh Puskesmas.


Bude Win alhamdulillah, hasil rapid antigennya negatif. Meski begitu, terpaksa harus pisah rumah dengan Pakde Hengki. Bertiga saja di rumah sama baby Rania dan Mas Raihan. Bakoh dan strong selalu ya Budeee… (Pengen rasanya meluk setiap saat plus bantuin momong). Tapi saya yakin, Bude Win bisa menjalani episode kali ini dengan sukses dan happy ending. Pokoknya banyak doa terbaik selalu untukmu. 

[*]


Hari-hari setelah Senin itu menjadi hari yang sibuk.  Keluarga kami yang tergolong “aman” dan memungkinkan untuk tetap bisa wira-wiri. Jadi, Mas Sis yang sering mobile untuk memantau keperluan keluarga Bude Win, keluarga Pakde Hengki, juga keperluan Akmal dan Mbak Desi.  Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat. Cuci tangan pakai sabun, langsung mandi (setiap kali Mas Sis ke luar rumah, saya selalu menyiapkan baju bersih di dekat kamar mandi, jadi ketika pulang bisa langsung bersih-bersih badan). Selain itu, kami pun terus memantau kabar kesehatan Pak Gik juga Pakde Ju dan keluarga Karangjati.


Pakde Puji dan Bude Ani hari Jumat malam pulang ke Semarang. Meski mereka harus menginap di hotel, tapi setidaknya membuat hati mereka sedikit lega karena bisa berjumpa dengan Azfa dan Akmal meski dari kejauhan. Setiap kali mau pulang ke Semarang atau kembali ke Kalimantan, Bude Ani selalu Swab PCR karena sudah jadi syarat mutlak untuk bisa terbang. Pokoknya semua dijalani dengan ikhlas asal bisa melihat kondisi anak-anak. Waktu itu, Pakde Puji dan Bude Ani juga kirim stok kebutuhan dapur, aneka suplemen, vitamin C, buah, dan macam-macam untuk keperluan kami juga anak-anak.


Dengan kondisi saat ini, saya kembali bersyukur posisi Dzaky ada di Wonogiri. Biasanya kan dia geger nginthilin Abi is. Setidaknya pikiran Abi is pun bisa lebih fokus menghadapi situasi yang tengah terjadi pada keluarga besar kami.


Oh ya, terkadang saya bikin handslettering suka-suka trus ngetag para ponakan di Instagram dengan tujuan menghibur mereka. Hihi. Videocall-an bareng-bareng saling menyemangati dan mendoakan. Pokoknya sebisa mungkin kami menciptakan suasana yang seru dan menyenangkan.


Persembahan tembang untuk para ponakan tercinta: “MELUKIS SENJA” (yang dipopulerkan oleh Budi Doremi)



Melukis Senja

Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri


Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu


Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa


Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia


Aku di sini
Walau letih, coba lagi, jangan berhenti
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri


Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak indah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu


Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa


 

[*]

Tak terasa, 12 hari Azfa menemani hari-hari saya selama Dzaky di Wonogiri. Benar-benar Allah sudah mengatur jalan cerita kehidupan ini dengan sedemikian rupa. Selama Azfa jadi anak asuh saya, kami tiap pagi masak untuk sarapan yang nantinya juga dikirim ke Meranti untuk Akmal dan Mbak Desi.


Banyak kejadian absurd saat bersamanya, termasuk obrolan gaje saat lipat-lipat baju, saat kita nonton film Ayat-Ayat Cinta 2, saat main cat air bareng, dan banyak lagi. Saat dia ngezoom sekolah, saya pun “kerja” di depan laptop.


“Kalau capek ngetik, Tante nonton film saja atau tidur,” begitu pesan Azfa. Hahaha. Dasar kau!


[*]

Alhamdulillah, kini semua sudah pulih kembali. Pakde Juwarno sudah dinyatakan sehat dan bisa keluar dari rumah sakit. Demikian halnya dengan Pak Gik. Para ponakan pun sudah menyelesaikan isolasi mandiri mereka dan sudah mendapatkan surat pernyataan sehat dari Puskesmas.


[*]


Hingga detik saya menuliskan barisan aksara ini ditemani denting gerimis yang sungguh syahdu, rasanya tak henti saya melafalkan syukur atas apa yang telah Allah tetapkan. Saya yakin, inilah cara Allah mencintai kami. Cara Allah membuat kami saling menguatkan rabithah cinta atas nama keluarga. Saya sangat bersyukur, kami bisa saling support satu dengan yang lain. Saling mengingatkan dan menguatkan untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam Semesta. 


Yuk, jangan pernah lelah untuk melangitkan doa semoga pandemi ini segera sirna dan kehidupan bisa pulih kembali seperti sedia kala. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan pada kita semua. Aamiin.

 

Selasa, 26 Januari 2021.



 

 

Monday, January 04, 2021

TETAP DI RUMAH SAJA, LIBURAN SERU BERSAMA DNA

Monday, January 04, 2021 0 Comments

 


 

Alhamdulillah, 21-23 Desember 2020 kemarin telah terlaksana DNA Writing Holiday #12 dengan peserta berjumlah 51 anak. Serunya mereka berasal dari Sumatera Utara hingga Papua. Ibarat kata peserta se-tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Ini kali pertama DNA mengadakan kegiatan liburan secara online. Mau tidak mau, kami pun harus beradaptasi  dengan model pendidikan di era pandemi, yaitu dengan pembelajaran online atau daring (dalam jaringan).

 

Dulu, ketika DNA Writing Holiday 1-11 yang terlaksana secara offline, kami hanya berkegiatan di wilayah seputar Semarang. Saat sesi ke-9 kami pernah membagi lokasi menjadi 4 titik: Banyumanik, Ungaran, Pedurungan, dan Ngaliyan. Tetap saja hanya seputar Kota Semarang dan Kabupaten Semarang. Hikmahnya karena pandemi ini sehingga pembelajaran dilakukan secara online, jangkauan wilayahnya pun menjadi lebih luas, dari Sabang sampai Merauke. Alhamdulillah. Pasti selalu banyak hikmah.

 

Nah, selama 3 hari kami nge-zoom kemarin dengan agenda:

Hari #1:

  1. Tema khas KKPK
  2. Bedah karya KKPK
  3. Proses kreatif penulis KKPK
  4. Hunting ide

Hari #2:

  1. Unsur cerita pendek
  2. Riset tulisan

Hari#3:

  1. Cara asyik menulis cerita
  2. Editing dasar
  3. Rahasia tembus penerbit

 



Pada hari pertama, kakak-kakak mentor yang terdiri dari Kak Norma, Kak Etika, dan Kak Siti melakukan perkenalan dan memberikan motivasi tentang manfaat menulis. Selain itu, karena output kegiatan ini adalah naskah siap kirim ke KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) di Penerbit Dar!Mizan, makanya kami menjelaskan segala hal tentang KKPK. Anak-anak sangat antusias saat menyimak. Bahkan diskusi kami pun berlangsung sangat seru. Pada hari pertama anak-anak mendapatkan tugas untuk memilih satu tema dari 10 tema khas KKPK.

 


Pada hari kedua, zoom class sempat mengalami kendala teknis. Anak-anak sempat harus berpindah ruang kelas. Tapi tak masalah. Semuanya tetap happy dan berlangsung seruuu. Hari kedua, anak-anak belajar tentang unsur intrinsik cerita pendek. Mulai dari tokoh sampai meramu konflik. Selain itu, anak-anak juga praktik menulis kalimat percakapan (dialog). Selanjutnya, mereka juga belajar cara membuat kerangka karangan dengan metode BMA dan teknik melakukan riset atau penelitian kecil-kecilan untuk memperkuat tulisan mereka. Kami memberikan contoh cerpen karya Kak Khansa yang bisa mereka baca sekaligus pelajari.

 


Pada hari ketiga, kakak mentor mengulang kembali penjelasan mengenai riset untuk memperkuat tulisan juga teknik menulis cerita secara utuh dari awal hingga akhir. Kakak mentor juga menjelaskan tentang penggunaan tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan teknik editing dasar. Semua sangat antusias memperhatikan dan sudah tak sabar untuk segera menuangkan ide-ide mereka dalam sebuah cerita pendek.

 

Pandemi Corona ini memberikan wajah baru dalam metode pembelajaran. Semuanya kini serba online. Untuk kegiatan DNA ini pun, peran orang tua sangat luar biasa. Karena di lingkungan keluarga, budaya literasi itu pertama kali ditumbuhkan. Saya pun optimis, anak-anak bisa mendapatkan manfaat positif dari aktivitas menulis. Mereka akan belajar mengasah kepekaan emosi, mengasah kejelian panca indera, mengasah imajinasi, melatih kreativitas, dan banyak lainnya. Tentu saja untuk mewujudkan ini semua, dukungan orang tua yang paling utama. Alhamdulillah, banyak orang tua zaman now yang semangat untuk belajar parenting.

Para orang tua kini semakin sadar bahwa pengasuhan itu butuh ilmu tidak hanya sekadar pakai naluri semata. Mereka pun kini semakin “melek literasi”. Ya, memang seharusnya seperti itu. Karena orang tua adalah “sekolah pertama dan utama” untuk mendidik anak-anaknya.


Semoga pandemi segera usai, dan pembelajaran tatap muka bisa dilangsungkan lagi. Itu salah satu harapan saya di 2021 ini.




Sunday, January 03, 2021

KALEIDOSKOP 2020 KEISYA AVICENNA

Sunday, January 03, 2021 0 Comments

 

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, berapa umur yang masih kita punya, kesempatan yang kita miliki, kesehatan dan segala sesuatu yang ada. Tiada kata terindah yang pantas untuk terucapkan kecuali segenap pujian tiada henti.

Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada idola tercinta… Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, yang kita damba syafaatnya di hari akhir nanti. Alangkah bahagia bila kita dapat mendampinginya di syurga dengan aneka nikmat yang tersedia.

Hidup tidaklah kekal. Ada sebuah kepastian yang akan dilalui manusia di ujung masa hidupnya. Allah swt telah menggariskan bahwa yang HIDUP pasti akan MATI! Dan kita manusia adalah makhluk-Nya, yang telah diciptakan-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

Sudahkah cukup bekal kita untuk menghadap-Nya?

Sekiranya pertanyaan itu harus senantiasa “menghantui” keseharian kita agar setiap detik kita termotivasi untuk melakukan amalan terbaik, memperbaiki kualitas dan kuantitas penghambaan kita kepada-Nya. Karena sebaik-baik bekal adalah TAQWA. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Belum terlambat untuk bertaubat, istighfar sebanyak-banyaknya agar Allah mengampuni dosa-dosa kita.

Alhamdulillah, kini sampailah kita pada lembaran baru di tahun Masehi, yakni tahun 2021. Sejenak merenung, ada beberapa pencapaian di dunia pada tahun 2020 yang cukup membuat saya belajar banyak hal, khususnya di dunia literasi. Tahun 2020 memang tahun yang bisa dibilang “cukup berat, cukup menguras energi” semenjak pandemi Corona menghantam negeri ini pertengahan Maret silam. Mau tidak mau banyak hal yang membuat kita harus beradaptasi. Alhamdulillah, 2020 kemarin…

Saya berhasil merampungkan menulis 26 judul naskah buku pengayaan fiksi dan nonfiksi (untuk pembaca PAUD, SD, SMP, dan pendidik). Saya mendapatkan proyek ini sejak Desember 2019 (waktu itu menyelesaikan 3 judul) dan terhitung sejak Januari-November 2020 bertambah 26 judul. Jadi saya menyelesaikan total 29 judul buku pengayaan fiksi dan nonfiksi. Pengalaman ini pernah saya tulis di sini.


Alhamdullillah, selama 2020 saya mampu menulis 55 postingan di blog. Ya, memang sudah saya niatkan 2020 saatnya bersih-bersih sarang laba-laba di blog yang sejak 2 tahunan lalu vakum karena kesibukan yang lain. Semoga 2021 ini manajemen waktu saya sebagai BLOGGER bisa lebih baik lagi. Apalagi saat ini saya mengazzamkan diri untuk ikut ODOP dari Komunitas ISB.

 


Terbit 6 judul pictbook (Fabel Inspiratif Pembentuk Karakter Anak) di Penerbit Lingkar Media, yaitu:

  1. Sepatu Impian Panda
  2. Rubah Ingin Berubah
  3. Rumah Impian Tupai
  4. Saat Beruang Mengantre Panjang
  5. Saat Lebah Sendirian di Rumah
  6. Kisah Seru Kucing Lucu

Alhamdulillah, kabar dari penerbit buku tersebut terjual lebih dari 3000++ paket.

 

Rekreasi Literasi DNA => Kelas Intensif 30 Hari untuk Penulis Pemula "30 Hari Petualangan Aksara" dan Kelas Intensif 30 Hari untuk Penulis Cilik "Jelajah Imajinasi"

Alhamdulillah, ini kali pertama saya membuka kelas online DNA Writing Club karena sejak pertengahan Maret itu pula DNA offline terpaksa saya off-kan juga sampai nanti benar-benar sekolah sudah berjalan normal. Namun, karena kesibukan menulis naskah buku pengayaan yang butuh energi ekstra, saya baru membuka kelas online DNA pada bulan Oktober dengan mengadakan kegiatan Rekreasi Literasi DNA.




DNA Writing Holiday #12 dengan peserta 51 anak dari Sumatera Utara hingga Papua.

Inilah kali pertama DNA mengadakan kelas liburan secara online. Selama ini (sejak 2014) kegiatan liburan DNA berlangsung secara offline dan hanya bisa dinikmati oleh anak-anak yang tinggal di seputaran Kabupaten Semarang atau Kota Semarang. Meski dulu ada juga peserta dari Kudus yang rela menginap di DNA selama 2 hari 1 malam, ada juga yang jauh-jauh dari Solo, Salatiga, juga Tegal. Alhamdulillah, karena pandemi dan pembelajaran model daring, maka jangkauan wilayahnya kini lebih luas. Bersyukur rasanya bisa membersamai anak-anak usia 7-12 tahun untuk belajar menjadi penulis. Yel-yel kita selama belajar:

“Siap jadi penulis cilik?”

“Yes, AKU SIAP JADI PENULIS CILIK!”

Saat ini mereka memasuki tahap pengumpulan cerpen dan coaching naskah yang akan berlangsung kurang lebih selama 1 bulan bersama Kak Norma, Kak Etika, dan Kak Siti.

 

Kelas Nonfiksi Remaja DNA Writing Club

Alhamdulillah, selama pandemi ini, saya pun berhasil merangkul beberapa member DNA yang kebanyakan mereka bergabung dan belajar di DNA sejak SD lalu kini mereka sudah duduk di bangku SMP dan SMA. Seperti Khansa, Zahra, Zaskia, Aisyah, Najma, Shazia, dan Hanum. Kami belajar via Zoom class tiap Selasa sore dengan materi-materi nonfiksi.

 

Ada 7 judul buku antologi yang terbit selama pandemi.

Alhamdulillah, untuk terus mengasah skill menulis, saya pun melibatkan diri dalam beberapa proyek buku antologi, mulai dari yang berhubungan dengan kehidupan di masa pandemi hingga pengalaman melakukan aktivitas read aloud bersama Dzaky. Alhamdulillah, setidaknya pandemi bukan halangan untuk terus produktif berkarya. Hal ini juga saya lakukan sebagai sarana “rekreasi” karena seringnya berjibaku dengan jadwal ketat yang saya buat untuk menyelesaikan penulisan naskah buku pengayaan .

 

Lulus sertifikasi uji kompetensi penulis nonfiksi dari LSP-PEP.

Mei 2020, saya melakukan uji kempetensi penulis nonfiksi. Alhamdulillah, LULUS. Tentu saja, ini menjadi salah satu pencapaian yang membanggakan. Hal ini mampu memotivasi saya untuk lebih semangat dalam mengasah kompetensi diri khususnya di dunia literasi.

Job copywriter

Alhamdulillah, ada satu kesempatan istimewa saat saya mendapatkan tawaran untuk membantu bisnis sahabat saya. Inilah kesempatan saya mengasah skill copywriter sekaligus belajar menulis story-selling.

 

Selain beberapa pencapaian di atas, yang patut saya syukuri adalah banyaknya kesempatan untuk belajar di kelas online dalam beragam bidang. Saya masuk kelas parenting, kelas melukis, workshop read aloud bersama Bu Roosie Setiawan, jadi murid di Sekolah Menulis Wadas Kelir yang dibimbing langsung oleh Pak Heru Kurniawan, belajar di kelas menulis online-nya Pak Bambang Trim.

 

Satu kesyukuran luar biasa di penghujung tahun 2020 adalah saat Dzaky berkata, "Insya Allah, aku siap jadi KAKAK." Inilah catatan literasi cinta yang sungguh istimewa.

Barokallahu fiik...

 

2021, semoga hari-hari menjadi semakin penuh arti.

Semangat #HijrahLebihBarokah di tempat yang baru sekaligus persiapan menyambut anggota baru di keluarga kami.

Mohon doanya...

Selamat berkontemplasi, bermunajat hanya pada-Nya. Setulus menghambakan diri, tak henti langitkan doa untuk terwujudnya segala pinta.