Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, March 02, 2021

Bisnis Online Modal 1 M Bersama ISC

Tuesday, March 02, 2021 9 Comments


Wow? 1 M? 1 Milyar? ISC itu apa, sih? Modalnya segitu amat? Penasaran, ya? Baca dulu cerita di bawah ini dan temukan jawabannya…

 

Banyak Cerita dari Warung Pertama

26 Oktober 2003, warung kecil di teras rumah itu sudah tegak berdiri. Babe dan Ibuk membuatkan saya sebuah warung kecil untuk saya kelola. Waktu itu, dokter memutuskan bahwa saya harus cuti sekolah saja satu tahun agar kondisi fisik dan mental saya benar-benar siap ketika nanti harus kembali ke sekolah. Kejadian MOS tidak menyenangkan saat saya kelas 1 SMA itu terbayang dengan sangat jelas dan menyisakan trauma yang mendalam di saat saya sudah naik kelas 2 SMA dan melihat MOS adik kelas. Suara-suara teriakan senior itu tiba-tiba memenuhi kepala saya, segala bentakan dan hukuman itu kembali jelas tergambar. Hal tersebut membuat saya pingsan berkali-kali, membuat saya jadi aneh, bahkan saya tidak kenal dengan saudari kembar saya sendiri.

 

Hingga akhirnya, untuk mengisi waktu dan agar saya sibuk, Babe dan Ibuk membuatkan warung kecil untuk saya. Warung kelontong itu berisi aneka sembako dan jajanan khas anak-anak. Waktu itu usia saya 16 tahun. Saya belajar mengatur semuanya. Babe dan Ibuk hanya bertugas mengontrol sesekali. Setiap Sabtu, Babe akan mengantarkan saya untuk kulakan ke pasar. Setidaknya, duduk di warung sambil menulis puisi, menunggu warung sambal membaca buku atau mendengarkan musik menjadi semacam “trauma healing” bagi saya secara tidak langsung. Meskipun rasa sedih itu terkadang memenuhi relung hati, tatkala diri ini melihat saudara kembar sendiri (Kak Etika) dengan ceria berangkat ke sekolah dengan seragam putih abu-abunya. Menikmati masa-masa indah saat kelas 2 SMA. Sedangkan saya, sibuk menata hati dan pikiran, juga berusaha bagaimana caranya saya bisa sembuh, melupakan segala peristiwa tidak menyenangkan itu, dan bisa kembali belajar lagi di sekolah tanpa rasa trauma.

 

Seiring berjalannya waktu, saya menikmati ritme “kerja” saya mengelola warung, itung-itung sekalian belajar bisnis. Saya benar-benar belajar mengelola modal, menghitung pemasukan, menghitung laba, mencatat jika ada tetangga yang terpaksa harus berutang, mengecek stok barang, membuat list belanjaan, mengenali produk yang lebih laris, dan banyak hal yang saya pelajari. Saya pun belajar bagaimana berinteraksi dengan konsumen, ramah saat melayani mereka, pokoknya saya menikmati semuanya.

 


Warung itu hanya berjalan setahunan, karena Alhamdulillah, saya bisa kembali lagi bersekolah di SMA yang sama. Bersyukur sekali karena rasa trauma itu sudah memudar bahkan nyaris hilang. Saya mencoba untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Saya pun menjadi siswa berprestasi di sekolah sebagai wujud pembuktian kalau saya sudah benar-benar sembuh, saya juga aktif di organisasi seperti OSIS dan ROHIS.

 

Menjadi Wanita Mandiri Financial

Waktu berjalan dengan sungguh istimewa, saya menikmati masa-masa SMA dengan ceria. Saya memiliki banyak sahabat yang berhati mulia. Lulus SMA, saya diterima di Universitas Sebelas Maret (Solo). Saya ngekos dan mulai terbiasa berjuang untuk mandiri secara finansial, tidak ingin minta uang saku terus ke orang tua. Saya pun mulai berjualan snack di kos juga menitipkannya di beberapa kos teman, jualan pulsa, ngelesi privat, dll. Saya lulus kuliah di 2010 dan langsung bekerja di sebuah bimbingan belajar.

 

Saya menikah di 2012 dengan laki-laki lulusan Teknik Industri UNDIP yang melanjutkan kuliah bisnis nongelar di Bogor. Bassic keilmuan beliau adalah business development. Kami sering menghabiskan malam untuk berdiskusi tentang dunia bisnis, tentang keteladanan Rasulullah dalam berbisnis, dan rencana-rencana kami ke depan.

 

Setelah 6 bulan menikah, di 2013, saya resign dari pekerjaan saya dan mendirikan bimbingan belajar sendiri untuk anak-anak usia SD. Sang waktu terus berjalan, akhirnya usaha rumahan tersebut berkembang menjadi bimbingan belajar sekaligus les menulis cerita dan komunitas penulis cilik yang saya beri nama DNA Writing Club. Saya dibantu beberapa kakak mentor. Ya, saya akhirnya bertekad, bahwa menjadi penulis dan mentor kepenulisan menjadi jalan juang dan jalan rezeki saya. Dari sini, saya mendapatkan penghasilan dan menjadikan rumah sebagai “kantor” saya. Saya juga menjadi guru ekstrakurikuler “Penulis Cilik” di beberapa sekolah. Selain itu, saya pun mengelola toko buku online juga lapak @supertwinshop bersama saudari kembar saya. Ya, seiring berkembangnya teknologi, bisnis online merupakan bisnis yang cukup menjanjikan dalam mendatangkan pundi-pundi rupiah. Asal tidak melanggar syariat dan tentu saja selalu memerhatikan adab.


Ada catatan menarik yang selalu saya highlight dalam ingatan saya, hasil diskusi dengan suami. Bahwa sebagai seorang muslim, menjalankan sebuah bisnis bukan sekedar mencari keuntungan, menumpuk kekayaan, ataupun bebas finansial. Menjalankan bisnis adalah tentang mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Tentang memberikan kebermanfaatan ke sebanyak mungkin orang di sekitar kita, sebagaimana hadits Nabi bahwa sebaik-baik dari kita adalah yang paling banyak memberikan kebermanfaatan kepada orang lain. So, agar bisnis yang dikelola dapat memberikan kebermanfaatan kepada sebanyak mungkin manusia maka bisnis harus terus tumbuh dan berkembang (sustainable business growth).


Awal Februari kemarin, suami mengikuti workshop bisnis bersama Coach Fahmi di Malang. Saya pun kecipratan banyak ilmu dan energi positif terutama dalam hal bisnis dan perjuangan menjadi seorang pengusaha yang penuh barokah.


Agar bisnis dapat terus tumbuh dan berkembang serta menjadi jalan kebaikan bagi pelakunya dengan mendapatkan ridho dari Allah SWT maka
ada 5 hal atau 5 aspek yang wajib diaplikasikan, yaitu:

 

Aspek Legalitas

Pengalaman para pelaku bisnis yang mengalami masalah bukan saat awal bisnis berjalan, melainkan saat bisnis sudah berjalan tahunan atau bahkan belasan tahun. Bahkan masalah timbul dengan rekan kerja (partner). Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian para pelaku bisnis terkait aspek sistem kerjasama bisnis. Tidak adanya sistem dan model kerjasama yang jelas dan transparan di depan, menjadi awal bibit perpecahan bisnis saat bisnis sudah mulai membesar. Hal ini memberikan pembelajaran kepada para pelaku bisnis untuk memberikan perhatian yang lebih intens terkait legalitas bisnis, perjanjian bisnis dengan partner, dan segala aspek legal yang dibutuhkan dalam membangun dan membesarkan bisnis yang akan dikerjakan. Hal ini agar kelak tidak menjadi kendala dan hambatan dalam membesarkan bisnis.

 

Aspek Profesionalitas

Sebuah hadits yang sudah sangat cukup untuk menjadi pegangan bagi para pelaku bisnis: “Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari). Maka profesional dalam mengelola bisnis adalah sebuah keharusan. Jadi, memperbesar kompetensi dan memperbanyak jam terbang adalah menjadi sebuah keharusan bagi para pelaku bisnis agar bisnisnya dapat segera menjadi besar dan sangat besar.


Aspek Strategi

Business Plan ibarat sebuah peta dalam sebuah perjalanan. Dengan adanya peta yang jelas, membuat orang yang akan melakukan perjalanan menjadi tenang, terarah dan tidak kagetan dengan semua halangan yang ditemui saat perjalanan dalam mencapai tujuan akhir. Begitu juga dalam berbisnis, adanya business plan yang baik dan mendetail akan menjadi panduan bagi para pebisnis dalam melakukan step by step eksekusi untuk menuju tujuan dari bisnis yang dilakukan.


Aspek Rasionalitas

Banyak yang menyampaikan bahwa bisnis yang baik itu adalah bisnis yang diekskusi bukan bisnis yang selalu dikalkulasi. Eksekusi bisnis adalah penting, tapi akan lebih powerfull alias berdaya jika eksekusi dilakukan berdasarkan kalkulasi yang terukur. Fokuskan sumber daya kita hanya pada bisnis-bisnis yang mampu untuk dilakukan. Termasuk faktor risiko juga harus diperhatikan, jangan sampai kita masuk ke ranah bisnis yang meskipun secara potensi return sangat tinggi, tapi secara risiko kita belum sanggup mengelolanya.


Aspek Etik

Adab sebelum amal dan ilmu sebelum amal, sebaiknya menjadi panduan yang harus kita pegang erat-erat saat memulai bisnis. Bahwa bisnis bukan sekedar mencari kekayaan, bisnis adalah menebar kebermanfaatan. Bisnis akan menjadi berkah saat banyak orang lain di sekitar kita yang mendoakan bisnis kita. Bisa jadi membesarnya sebuah bisnis karena doa orang-orang di sekitar kita. Maka memastikan bahwa bisnis kita adalah bagian dari sinergi solusi dari permasalahan orang, faktor kehalalan produk, dan melalui proses-proses yang tidak melanggar ketentuan Allah SWT adalah sebuah keharusan.

 

Ekonomi Bangkit Bersama ISC dengan Semangat Gotong Royong

Tak dipungkiri, pandemi Corona yang telah berusia setahun di Indonesia berdampak besar pada kehidupan ekonomi masyarakat kita. Sering saya dapat curhatan dari sesama kaum ibu rumah tangga. Kebanyakan mereka ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk men-support nafkah dari suami, agar dapur dapat selalu ngebul. Bahkan ada juga di antara mereka yang suaminya kena PHK dan otomatis semua harus putar otak agar tetap bisa survive memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 

Saya hanya terus meyakini, bahwa di setiap musibah pasti bertabur hikmah. Di balik setiap ujian, pasti tetap saja ada peluang tercipta. Allah tidak akan membebani seseorang di luar kesanggupan hamba-Nya. Sebagai muslim, kita harus benar-benar meyakini hal itu.

 



Bersyukur saat ini, ada sebuah perusahaan yang berkantor pusat di MTH Square, Suite 319 Jl. Otto Iskandardinata No. 390, Jakarta Timur 13330. Namanya PT Indo Supply Chain (ISC), didirikan di tahun 2017 dengan cita-cita membantu masyarakat untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.

 

Perusahaan ini memiliki visi menjadi perusahaan multinasional, yang menawarkan pola kerja baru dimana pelanggan menjadi mitra dengan basis pemberdayaan. ISC bisa menjadi jawaban dan salah satu solusi terbaik dari segala permasalahan ekonomi yang terjadi sekarang ini. Para ibu rumah tangga bisa menjalankannya tanpa mengesampingkan peran utama mereka.

 

ISC memberikan alternatif solusi untuk mendapatkan sumber penghasilan dari penjualan langsung produk-produk kebutuhan dasar dengan dasar kemitraan dan semangat gotong royong. 2019, ISC telah memiliki 4 cabang, yaitu di Bandung, Semarang, Surabaya dan Bali. Selama pandemi ini, ISC juga semakin giat memberdayakan mitra dan UKM-UKM untuk bekerja sama dengan lebih baik lagi. Akhir 2020, ISC semakin berkembang hingga Karawang, Tasikmalaya, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Sidoarjo, dan Malang. Semakin banyak cabang ISC di beberapa wilayah tentu saja kebermanfaatannya semakin luas, tidak hanya untuk mitra ISC itu sendiri namun juga untuk para pelaku UKM. Wow, keren, ya!

 

Lalu, apa saja sih produk yang dijual di ISC?

Produk yang dijual di ISC secara umum adalah produk kebutuhan sehari-hari. Produk yang tentu saja dipakai oleh banyak kalangan berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-hari. Seperti:aneka jenis beras, tepung bumbu, bawang goreng, kecap, kopi robusta, minyak kelapa, cairan pencuci piring, hand wash, deterjen cair, aneka sambal, aneka camilan ringan baik yang siap makan maupun yang harus diolah dulu, seperti: macaroni, keripik singkong, kacang disco, keripik pisang, dan masih banyak lagi bisa dicek di https://iscglobe.com/produk

 






Bisnis ISC menawarkan berbagai produk yang pastinya dibutuhkan setiap orang. Selain itu, ketika menjadi Mitra ISC memiliki kesempatan untuk mendapatkan sumber penghasilan yang menjanjikan dan dapat diwariskan.

 

Apa perbedaan cara belanja di ISC dengan cara belanja pada umumnya?

Seiring berkembangnya teknologi digital yang demikian pesat, cara berbelanja pun beradaptasi yaitu dengan cara online. Mau tidak mau, orang yang awalnya gaptek (gagap teknologi) pun harus belajar untuk mengenal dan berinteraksi dengan internet. Banyak keuntungan dalam menjalankan bisnis online. Selain mudah, tidak perlu modal yang banyak, jangkauannya luas, efektif dan efisien, fleksibel (tidak harus punya bangunan toko misalnya), dan pasarnya luas.

 

Nah, di bawah ini adalah hal-hal yang membedakan cara belanja di ISC dengan cara belanja pada umumnya:







Ingin kenal lebih dekat dengan ISC bisa saksikan video di bawah ini:




Bisnis Online Modal 1 M Bersama ISC

Lho, katanya bisnis online bersama ISC itu mudah? Lha kok modalnya 1 M? Hmm… Bisnis online modal 1 M? Insya Allah, bisa! Sebelum memulai bisnis online, hal yang penting untuk dimiliki adalah MODAL. Banyak orang berpersepsi bahwa uanglah modal utama dalam berbisnis. Hmm, sayangnya saya kurang setuju dengan hal tersebut. Kalau saya boleh bilang, memulai bisnis cukup dengan modal 1 M. Apa? 1 Milyar?! Tenang Sahabat, 1 M yang saya maksud di sini adalah “ME” atau diri kita sendiri. Modal utama memulai bisnis adalah diri sendiri, bukan orang lain, bukan sekadar uang. Modal ini berupa NIAT, MOTIVASI, dan AKSI.

 

Kesimpulannya, bisnis bersama ISC itu adalah bisnis tanpa modal, nggak perlu nyetok barang juga, jadi sangat mudah dan memudahkan. So, tunggu apa lagi? Buruan belanja di ISC dan join kemitraan bisnis bersama ISC. ISC telah banyak menawarkan banyak keuntungan dan keunggulan. Tinggal kita siap dan mau beraksi tidak untuk menjemput peluang emas ini. Semakin penasaran untuk berbelanja dan ingin bergabung kemitraan dengan ISC, kan? Selengkapnya bisa cek dan ricek di webnya ISC, ya…

 

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤


Tempaan “mental pebisnis atau pengusaha” sejak usia 16 tahun di masa silam dengan segala pernak-perniknya itu, membuat diri ini sekarang semakin paham hakikat menjadi seorang entrepreneur yang sesungguhnya. Hingga detik ini, saya terus belajar dan selalu berusaha mengaplikasikan 5 hal atau 5 aspek yang sudah saya tuliskan di atas, mulai dari aspek legalitas, profesionalitas, strategi, rasionalitas, dan etik untuk mencapai kesuksesan dan keberkahan.

 

Nah, untuk mencapai kesuksesan tertinggi (ultimate success) dalam berbisnis yang merupakan sebuah ghayatul ghayah (tujuan di atas tujuan) hanya dapat dicapai dengan: selalu melandasi setiap aktivitas bisnis dengan ketaqwaan kepada Allah SWT (sharia base), selalu memberikan keteladanan yang baik (uswah hasanah), selalu memberikan kinerja dan karya terbaik (perfect performance), selalu berpikir kreatif dan solutif (extraordinary thinking), membuat rencana bisnis yang aplikatif dan terukur realisasinya (realizable). Paling penting yaitu selalu menyandarkan setiap aktivitas bisnis hanya kepada Allah SWT (tawakal).

 

Semoga bermanfaat. Salam sukses berkah berlimpah.

 


 

Tulisan ini diikutsertakan pada Blogging Competition Indo Supply Chain bersama komunitas blogger Gandjel Rel