Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, October 26, 2022

CINTA BUKU CINTA ILMU

Wednesday, October 26, 2022 0 Comments

 


Sejak dalam kandungan, Dzaky sudah sering saya bacakan buku. Buku yang ringan-ringan saja, tentang hewan, tumbuhan, keluarga, tentang Islam sampai kisah-kisah Nabi. Ketika bayi pun sudah saya kenalkan dengan buku-buku bayi seperti buku bantal, buku kain, contrast book (buku dengan warna-warna yang sudah dikenali bayi terutama untuk new born baby). Beruntung saat ini dunia perbukuan mengalami ledakan yang sangat dahsyat, dari jenisnya pun sangat beragam.

Saya dan suami termasuk penikmat buku, tapi koleksi bukunya lebih banyak saya, sih. Alhamdulillah, di rumah ada ruangan utama sekaligus ruang perpustakaan, tempat kami meletakkan koleksi buku-buku kami. Jadi sejak Dzaky bayi pun dia sudah berakrab ria dengan buku-buku. Seperti halnya Dzikri, adiknya Dzaky.

 Duo DNA (Dzaky dan Dzikri) Alhamdulillah bisa diarahkan untuk tidak merusak koleksi buku di Perpustakaan DNA, seprti tidak dicoret-coret ataupun disobek. Salah satu kuncinya adalah saya fasilitasi dengan menyediakan peralatan khusus untuk menyalurkan aktivitas menyobek dan mencoret-coret. Jadi, koleksi buku di Perpustakaan DNA aman, deh.

Salah satu kebiasaan yang saya bangun di rumah adalah kegiatan read aloud atau membacakan buku secara nyaring. Biasanya anak-anak akan memilih buku favorit mereka sendiri, lalu kami baca bersama. Saya yang melafalkan dengan intonasi seru dan suka-suka ala saya, anak-anak asyik menyimak. Minimal 10-15 menit read aloud sebelum tidur atau kapanpun mereka minta saat kegiatan santai. Selain bisa merekatkan bonding anak dengan orang tua, kegiatan read aloud ini banyak sekali manfaatnya, seperti mengasah fitrah bahasa anak-anak, menumbuhkan jiwa berpikir kritis dan problem solving, mengasah kecerdasan emosi anak, dan banyak lagi.

Duo DNA terkadang juga dibacakan buku oleh Abi. Meski banyak hal lucu yang dilakukan Abi saat membacakan mereka buku seperti ngarang cerita sendiri (walaupun masih sesuai gambar), aneka ekspresi lucu, dan lainnya. Tapi, kegiatan bersama Abi menjadi kegiatan yang selalu seru dan dirindukan anak-anak. Ya, karena Abi adalah sosok yang tidak bisa selalu hadir setiap saat (karena seabrek kegiatan dan amanah di luar rumah), tapi selalu ada di saat yang tepat. Jadi adanya Abi menjadikan hati anak-anak selalu hangat dan membuat mereka selalu bersemangat.

Ngomongin buku favorit, duo DNA saat ini lagi suka baca buku tentang Dinosaurus, kisah Nabi Muhammad, kisah 25 Nabi, ensiklopedia mini, dan buku cerita tentang Kakak-Adik. Sepekan ini, buku-buku itu saya letakkan di rak buku yang ada di kamar. Beberapa hari sekali saya rolling dengan judul-judul baru.

Dzaky kadang sudah beraktivitas secara mandiri, memilih buku sendiri sambil membaca gambar, kadang juga asyik memilihkan adiknya buku lalu dia membacakan gambar-gambar yang ada di buku tersebut. Tapi duo DNA memang paling senang ya dibacakan buku bersama, terus kami membahas banyak hal.

Semoga duo DNA tumbuh jadi anak-anak salih yang mencintai buku. Karena mencintai buku = mencintai ilmu. Barokallahu fiikum…

Thursday, October 20, 2022

SATU-SATUNYA DRAKOR YANG SELESAI SAYA TONTON

Thursday, October 20, 2022 0 Comments



Saya bukan penikmat drakor. Rasanya nggak betah kalau harus nonton berepisode-episode gitu. Hehe. Sampai akhirnya, saat hamil Dzikri tahun 2021 lalu ada satu drakor yang akhirnya saya tonton hingga tamat, yaitu BIRTHCARE CENTER. Drakor ini related banget dengan kehidupan ibu-ibu baru. Rasanya asyiiik banget waktu menikmati tontonan ini di setiap episodenya. Tidak hanya menghibur, tapi juga banyak muatan edukasinya.

 

Tokoh utamanya bernama Hyun Jin. Dia adalah sosok ibu bekerja dengan karir gemilang. Digambarkan dalam film tersebut ia kurang mempersiapkan dirinya menjalani kehamilan hingga persalinan. Justru yang heboh itu malah suaminya. Sang suami malah aktif ikut kelas senam hamil. Pas adegan ini saya ngakak habis. Beruntung banget Hyun Jin punya suami yang peduli dan sadar peran bahwa dirinya akan menjadi seorang Ayah.

 

Tibalah hari saat Hyun Jin melahirkan. Dengan aneka drama saat proses persalinan berlangsung akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki yang lucu dan sangat menggemaskan. Saat di RS itu, Hyun Jin tiba-tiba sangat ingin minum kopi karena sudah lama dia menginginkannya. Karena dilarang oleh ibunya, dia mengendap-endap membeli kopi. Eits, tapi boleh nggak sih ibu menyusui mengkonsumsi kopi? Nah, menurut penyampaian Bidan Ony Christy, di channel Youtube Kriwilife, ibu menyusui tetap boleh kok minum kopi. Tapi ada syaratnya. Kandungan kafein tidak boleh lebih dari 200mg/hari. Atau cukup minum kurang lebih 2 cangkir saja. Terus dilihat juga reaksi bayinya. Apakah dia jadi rewel atau tidak, ada perubahan yang tidak biasa atau tidak, pokoknya dipantau saja.

 


Setelah keluar dari RS, Hyun Jin masuk BIRTHCARE CENTER. Birthcare Center adalah pusat perawatan pasca persalinan. Tempatnya asyik banget. Ada taman, ada spa, ada kelas parenting, ada kelas yoga, ada ruang khusus menyusui, ruang khusus bayi, dan banyak lagi. Direktur Birthcare Center menyarankan Hyun Jin untuk menyusui. Ada dialog di mana ibu direktur itu membahas mengenai kolostrum. Ia menegaskan bahwa pemberian kolostrum itu sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Kolostrum adalah ASI pertama yang keluar berwarna bening dan agak kekuningan. Kolostrum memiliki antibody yang tinggi sehingga bayi yang diberikan kolostrum, kekebalan tubuhnya akan meningkat.


Ada juga episode saat para ibu yang berada di Birthcare Center berdiskusi tentang jumlah ASI. Kala itu mereka curhat kepada ibunya Sarang kenapa ASI-nya lansung lancar dan banyak setelah persalinan. Jumlah ASI yang sedikit bisa jadi karena banyak factor lho, Mom! Salah satunya bisa karena faktor trauma yang dialami ibu saat persalinan baik dengan proses SC maupun pervaginam. Kunci ASI melimpah adalah ibu harus Bahagia, kalau butuh bantuan bisa minta tolong konselor laktasi. Yang penting, ibu punya tekad dan semangat kuat untuk belajar dan bekerja sama dengan sang bayi dalam proses menyusui.


Setelah menjalani aneka drama saat hamil seperti morning sickness, sering kesemutan, tangan kebas, kaki sering pegal, punggung juga gampang pegal, posisi tidur yang serba salah, dan banyak lagi, ibu yang baru saja melahirkan juga akan memasuki babak baru dalam menjalani peran sebagai ibu menyusui. Dalam drakor Birthcare Center ini, juga ada peristiwa yang dialami Hyun Jin saat dia harus terkena MASTITIS. Ada sumbatan ASI di payudaranya yang menyebabkan ASI keluar sedikit atau bahkan tidak keluar, disertai pembengkakan pada payudara dan rasa nyeri sekujur badan yang entah banget deh rasanya. Benar-benar dari drakor ini saya mendapatkan banyak insight positif dan gambaran perjuangan menjadi seorang IBU.



Penasaran kan dengan kisah-kisah yang ada di drakor ini, silakan menonton saja, ya! Pokoknya bagi saya, nonton Birthcare Center ini membuat stigma negatif saya tentang aktivitas menonton drakor sedikit berubah. Nonton drakor ini menjadi hiburan tersendiri saat saya hamil tahun lalu. Masya Allah. Tabarokallahu.

Akhirnya, segala sesuatu itu ada dalam 1 paket, bukan? Ada kelebihan dan ada kekurangannya. Sejauh mana kita bersikap bijak dan tidak berebih-lebihan adalah kuncinya. Jangan sampai terlena karena asyik streamingan nonton drakor berepisode-episode jadi lupa dan aras-arasen mengerjakan to do list yang lain. Oke, Mom?





Wednesday, October 12, 2022

UPS, EMAK-EMAK INGIN VIRAL! WHY NOT?

Wednesday, October 12, 2022 0 Comments

 


 

Emak-emak dan media sosial. Sudah menjadi satu paket yang tak bisa dipisahkan. Media sosial bisa memiliki banyak fungsi bagi seorang emak, termasuk saya, emak dengan 2 anak laki-laki. Apalagi jika emak-emak pengen selalu update tentang konten apa saja sih yang saat ini lagi viral. Biar nggak ketinggalan info, biar bisa nyambung kalau lagi diajak ngobrol sama teman, anak, suami, ponakan, atau keluarga lainnya.

Bagi saya, fungsi media sosial diantaranya ada 3:

Fungsi edukasi

Dunia kini sudah seperti dalam genggaman. Kita bisa belajar dari mana saja, kapan saja, dan di mana saja karena kecanggihan teknologi. Zaman dulu punya HP yang hanya bisa SMS dan telponan saja kini sudah ada smartphone dengan beragam fitur yang keren-keren. Tidak perlu banyak excuse lagi, dunia digital menyuguhkan banyak konten yang bisa kita pelajari sebagai emak-emak yang harus selalu haus akan ilmu. Kita bisa belajar tentang parenting dengan nonton Youtube sembari menyetrika misalnya, kita bisa belajar aneka resep masakan dari konten selebgram dunia permasakan misalnya, kita bisa upgrade ilmu agama dari akun-akun ustadz dan ustadzah yang ilmunya sudah mumpuni, dan banyak lagi.

 

Saya baru tahu salah satu makanan yang lagi viral saat ini adalah Sando, sandwich Jepang yang diisi whipcream manis di-mix dengan buah segar seperti strawberry, kiwi, jeruk, mangga, dan buah lainnya itu ya dari media sosial. Saya jadi tahu tentang kasus seorang mbak-mbak yang nge-booking tempat duduk di commuter line Solo-Jogja buat teman-temannya yang membuat seorang ibu dan anaknya yang berusia 6 tahun tidak bisa duduk lalu ibu itu membuat postingan di media sosial dan itu viral. Saya juga jadi banyak tahu update mainan kekinian para bayi, toddler, ide dolanan seru ya dari scrolling media sosial.

 

Pada intinya, penggunaan media sosial itu kembali ke pribadi masing-masing. Sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Yang terpenting, jalani saja peran sebagai emak dengan hepi dan semangat mengupgrade diri.

 

Fungsi rekreasi

Tugas emak itu kayak tiada habisnya, sepertinya ada lagi dan lagi. Ye kan? Sungguh manusiawi jika terkadang rasa jenuh menghampiri, butuh sejenak menghibur diri agar segala sumpek dalam hati bisa sirna dan pergi. Nah, scrolling konten-konten yang lucu bisa jadi hiburan tersendiri, nonton video inspiratif juga bisa memotivasi diri. Silakan saja, Mak. Ambil waktu khusus untukmu merefresh hati dan pikiran. Buat hatimu selalu hangat dan nyaman. Manfaatkan ponsel pintarmu dengan sebaik-baiknya, cari manfaat sebanyak-banyaknya.

 

Fungsi refleksi diri

Saya punya beberapa akun andalan yang bisa saya manfaatkan sebagai ajang muhasabah diri, merenungkan banyak hal. Kadang kalimat-kalimat yang sungguh makjleb dengan tema apapun itu menjadi salah satu cara saya memperbaiki dan memotivasi diri sendiri.

 

Sebagai emak-emak yang juga suka bikin konten apapun di media sosial dan curhatan emak itu besar kemungkinan untuk viral karena ditulis dari hati, berdasarkan fakta di lapangan, dan tentu saja banyak yang mengalami (emak-emak yang merasa senasib sepenanggungan), karena itu ketika bikin konten perhatikan juga rambu-rambunya:

· Senantiasa luruskan niat karena Allah semata. Selalu ingat bahwasanya setiap yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Jadi, ikhtiarkan selalu untuk membuat konten yang positif, edukatif, dan inspiratif. Dipikir masak-masak dulu sebelum ngeklik tombol “publish”.

·       Tentukan apa manfaat dan tujuan ketika kita mau membuat konten di media sosial.

·  Kalau ingin rutin membuat konten positif bisa dimulai dengan belajar konsisten dengan tema, misal dunia parenting, ide bermain anak, literasi anak usia dini, menjaga kewarasan emak-emak, home décor, perdapuran, dan lainnya. Lama-lama hal ini bisa membangun “personal branding” juga lho, Mak!

 

Nggak papa banget kok kalau bikin konten kita niatkan untuk viral dengan catatan viral dalam mengunggah hal-hal yang baik, lho ya! Seperti halnya ketika kita menulis buku dan kita mengikhtiarkan BEST SELLER. Semakin banyak yang membeli dan membaca buku tersebut, orang-orang bisa termotivasi dan berubah ke arah yang lebih baik, insya Allah pahala jariyahnya juga akan mengalir ke sang penulis. Begitupun dalam membuat konten, terus Allah takdirkan konten tersebut viral dimana-mana. Alangkah indahnya jika kebahagiaan dan kebaikan yang kita publish di media sosial dan menjadi jejak digital kita di dunia maya itu bisa menjadi kebahagiaan dan kebaikan yang menular. Karena semuanya akan kembali kepada diri kita.

 

Semangat berjuang bikin konten dan postingan media sosial yang positif ya, Mak!




Tuesday, October 04, 2022

DUKA OKTO, DUKA AREMANIA, DUKA DUNIA

Tuesday, October 04, 2022 11 Comments

 



Kanjuruhan, 30 September 2022

“Okto, besok kamu nonton Arema sama Persebaya tanding nggak? Aku sudah dibelikan tiket ayahku. Aku mau nonton sama kakak dan ayah. Bakalan seru, nih! Aku yakin Arema yang bakal menang,” cerocos Ozan, sahabat Okto di Klub Sepakbola Kanjuruhan. Sore itu mereka selesai latihan bersama di lapangan tak jauh dari rumah Ozan. Bulan depan akan ada pertandingan persahabatan dengan klub sepakbola kota Malang. Okto dan Ozan juga selalu semangat untuk latihan sepakbola karena mereka punya cita-cita yang sama: kelak jadi pemain TIMNAS INDONESIA.

Sudah 3 bulan klub ini kembali berkegiatan secara offline. Ozan dan Okto sangat senang bisa berkumpul lagi bersama teman-temannya yang sudah mereka kenal sejak 2 tahun lalu. Karena pandemi Corona, klub ini sempat berhenti untuk berkegiatan secara offline.

“Eh, Okto! Kamu dengerin aku ngomong nggak, sih?” Ozan sewot. Ia sudah melepas sepatu bolanya dan dimasukkan tas kresek. Sandal jepit Swallow kini sudah ia kenakan.

“Oh… eh, aku belum tahu, Zan. Aku belum nanya Bapak,” ucap Okto dengan nada sedikit kecewa. Padahal sebenarnya Okto sudah tahu karena waktu Okto merajuk minta dibelikan tiket nonton, Bapak bilang kalau tidak bisa, "Sabtu malam ada rapat di kantor kecamatan," katanya. Semenjak jadi Lurah, bapak semakin sibuk rapat sana-sini.

“Ya sudah. Kabari ya kalau jadi nonton biar bisa janjian barengan dan duduk di tribun yang sama. Kan seru banget tuh bisa teriak yel-yel bareng kamu,” kata Ozan lalu sibuk nyanyi yel-yel Arema sambil membereskan bawaannya.

 

Kami Arema… dukung Arema…

Jadi juara… juara liga

Aremania, siap berpesta

Salam satu jiwa, untuk Indonesia

Ooooh…

 

Ah, Ozan. Sebagai Aremania, siapa sih yang nggak pengen nonton klub sepakbola kesayangannya tanding. Apalagi kali ini tanding di Stadion Kanjuruhan, lawan rival abadinya pula, Persebaya. Sayang sekali kalau tidak nonton langsung. Hmmm…

Okto mengayuh sepedanya dengan lesu. Jarak rumah dengan lapangan sepakbola tempat ia berlatih hanya sekitar 10 menit kayuhan sepeda.

“Assalamu’alaykum. Okto pulang, Buuuk…” ucap Okto saat masuk rumah. Bu Yuni, ibunya Okto sedang menata lauk di meja makan.

“Wa’alaykumussalam. Alhamdulillah, kamu sudah sampai rumah, Okto. Segera mandi sebentar lagi azan Magrib, terus ke mushola ya, nanti Ibu tunggu buat makan malam bareng, ya,” kata Bu Yuni.

“Bapak kemana, Bu? Kok sepeda motornya tidak ada?” tanya Okto.

“Bapak ada rapat di kantor kecamatan sejak sore tadi, Nak,” jawab Bu Yuni.

“Lho, katanya besok malam rapatnya?” tanya Okto lagi.

“Kata Bapak tadi rapatnya dimajukan sore ini. Paling nanti sampai malam Bapak baru pulang,” ucap Bu Yuni yang membuat Okto hanya ber-O panjang.

 

Kanjuruhan, 1 Oktober 2022

Kuuuk… kuuuuk… kugeruuuk… kuuuk…

Suara burung derkuku piaraan Bapak terdengar merdu pagi ini. Sejak Subuh Okto sudah bangun dan pergi ke mushola bersama Bapak. Selanjutnya jadi Minggu pagi yang sangat sibuk di keluarga itu. Bu Yuni sibuk menyiapkan sarapan istimewa, Pak Sapto -bapaknya Okto- sibuk mencuci motor dibantu Okto yang juga sekalian mencuci sepatu bola dan sepedanya.

Jam di dinding ruang tamu sudah menunjukkan pukul 07.00

“Bapak, Okto, ayo, sarapan dulu. Ibu punya kejutan, nih!” seru Bu Yuni.

Okto dan Bapak sudah menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas menuju ruang makan. Mereka berdua benar-benar terkejut saat melihat ada tumpeng nasi kuning dengan segala lauk pauknya terhidang di meja makan.

“Selamat ulang tahun, Pak. Selamat ulang tahun, Okto, anak kesayangan Ibu. Semoga Allah selalu memberikan umur yang panjang, sehat selalu, senantiasa dijaga Allah,” ucap Bu Yuni bersama dengan lantunan doa-doa yang kemudian diaminkan oleh Pak Sapto yang berulang tahun 28 September kemarin dan Okto yang berulang tahun hari ini, 1 Oktober.

“Wah, terima kasih banyak, Ibu. Bapak bahagia sekali hari ini,” sahut Pak Sapto.

“Okto juga, Pak. Ibu memang selalu keren dan penuh kejutan! Terima kasih doa-doa dan nasi tumpeng istimewanya ya, Bu,” timpal Okto.

“Eh, Bapak juga punya kado spesial untukmu, Nak. Tunggu sebentar,” ucap Pak Sapto kemudian. Bapak lantas beringsut ke kamar dan kembali ke ruang makan dengan membawa sebuah amplop coklat.

“Bukalah!” perintah Pak Sapto saat amplop itu sudah berpindah ke tangan Okto. Dengan antusias, Okto membukanya perlahan. Matanya tampak berbinar.

“Waaaaa… tiket Arema vs Persebaya malam ini!” seketika Okto jingkrak-jingkrak kegirangan ketika mengetahui ada 3 lembar tiket yang kini ada dalam genggaman tangannya. Artinya, nanti malam mereka akan merayakan ulang tahun Okto dengan menyaksikan pertandingan bola bersama. Ibu juga menyerahkan sebuah kado yang isinya baju bola seragam Timnas Indonesia, kaos Aremania, juga slayer Aremania. Hadiah yang sungguh istimewa di usianya yang ke-11!

Adegan berikutnya, keluarga kecil itu menikmati sarapan nasi kuning dengan hati yang hangat penuh cinta.

 

Sabtu malam, 1 Oktober 2022

Stadion Kanjuruhan malam ini dibanjiri Aremania. Tua-muda, besar-kecil, tumpah ruah di stadion. Teriakan yel-yel menyemangati para pemain Arema membahana di segala penjuru. Keluarga Okto duduk berdekatan dengan Ozan juga ayah dan kakaknya Ozan di Tribun 10. Ozan senang sekali, akhirnya keinginannya untuk menonton pertandingan “Si Singo Edan” bersama sahabatnya terwujud. Dan kini mereka di sini, di stadion yang akan menjadi saksi Arema akan bertarung sengit dengan rival sejatinya, Persebaya.

Pertandingan berlangsung sangat seru. Setelah memasuki babak kedua, tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ke-3, Arema FC semakin tampil menyerang berusaha membobol gawang Persebaya, namun sayangnya tidak ada gol yang tercipta. Semakin banyak serangan, semakin gemas pula para supporter menyaksikannya, termasuk Ozan dan Okto yang sesekali berdiri dan berteriak memberi semangat untuk para pemain Arema. Hingga akhirnya…

 

Priiit… priiiiiit…. Priiiiit…

Peluit panjang tanda pertandingan usai pun dibunyikan sang wasit. Raut kecewa tampak menghiasi para pemain  Arema. Mereka tertunduk lesu karena harus menelan pil pahit kekalahan di kandang sendiri.

“Ayo, Okto. Kita pulang. Pertandingan ya pertandingan, pasti ada yang menang dan kalah. Arema pasti banyak belajar dari kekalahan malam ini,” ucap Pak Sapto. Bu Yuni pun mulai beranjak dari tempat duduknya. Ozan beserta ayah dan kakaknya juga beringsut ingin segera keluar dari stadion.

Bersamaan dengan itu, suasana di lapangan tampak tidak kondusif. Okto menyaksikan sendiri suasana yang mendadak gaduh dan semakin ricuh tatkala banyak supporter yang turun ke lapangan. Kata-kata umpatan keluar diikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan. Para supporter semakin banyak yang berhamburan ke lapangan dan semakin beringas, tak terkendali. Para pemain Arema tampak digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan kawalan petugas keamanan. Setelah pemain masuk, supporter semakin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.

“Ayo, Okto. Percepat langkahmu. Suasana mulai rusuh. Orang-orang sudah mulai ribut ingin segera keluar stadion!” ucap Bu Yuni mulai panik. Pak Sapto menggenggam erat tangan istri dan anaknya. Penonton di tribun 10 mulai berlarian menuju pintu keluar.

Okto sesekali masih menengok ke arah lapangan. Ada banyak manusia berseragam aparat berusaha memukul mundur para supporter. Pemandangan yang seharusnya tidak disaksikan oleh bocah yang baru memasuki usia 11 tahun. Dengan mata kepalanya sendiri, Okto melihat kondisi yang semakin kacau tatkala aparat mulai melancarkan serangannya dengan menembakkan sesuatu secara membabi buta. Saat tembakan ke sekian, tiba-tiba…

“Bapak, Ibu… mataku perih sekali!” teriak Okto. Karena ingin mengucek matanya, gandengan tangan Bapaknya terlepas. Para penonton di belakang mereka mulai merangsek ingin segera keluar. Lautan manusia saling berdesakan menuju pintu keluar yang saat itu belum semua pintu dibuka.

“Bapaaaak, Ibuuu, kalian di mana?” Okto mulai panik karena terpisah dari Bu Yuni dan Pak Sapto. Semua berlarian menuju pintu keluar, saling berdesakan, tampak sesak karena “sesuatu” itu ternyata gas air mata. Okto mencoba bertahan untuk tetap berjalan mengikuti arus desakan dari arah belakang. Kedua matanya benar-benar perih, nafasnya mulai tersengal. Dalam hati, Okto terus berharap kedua orang tuanya juga keluarga Ozan dalam keadaan baik-baik saja.

Alhamdulillah, Okto berhasil keluar dari desakan lautan manusia. Sesampai di luar stadion, suasana masih ricuh. Ia saksikan mobil Polisi yang dibakar massa. Ia saksikan puluhan manusia bergelimpangan, terkapar. Mungkin ada yang sudah tidak bernyawa, atau hanya sekadar pingsan saja. Okto juga melihat anak-anak kecil yang menangis karena terpisah dari orang tuanya, ibu-ibu yang berteriak histeris karena mencari anaknya, laki-laki dewasa yang kebingungan mencari keluarganya. Semuanya sangat mencekam.

“Bapak, Ibu, kalian di mana?” gumam Okto lirih. Dengan sekujur tubuh yang terasa linu karena terhimpit, terdesak, terinjak, terdorong kerumunan massa, Okto berjalan tertatih mengitari stadion. Ia berusaha mengamati satu persatu, namun sudah lama ia berjalan, kedua orang tuanya belum bisa ia temukan. Okto akhirnya duduk dekat tempat parkir motor bapaknya. Ia masih ingat karena tidak jauh dari tempat parkir itu ada warung milik teman sekelasnya, Fani. Tadi sebelum masuk ke stadion Okto dan kedua orangtuanya sempat membeli air mineral dan jajanan ke warung Fani.

Okto mulai menangis membayangkan kalau hal buruk terjadi kepada orang tuanya.

“Eh, kamu Okto, kan?” suara anak perempuan membuat Okto menoleh ke sumber suara.

“Alhamdulillah, kamu tidak apa-apa, Okto. Ayo, ikut aku ke warung!” Fani menarik tangan Okto. Di rumah Fani, Okto diberi teh hangat agar sedikit lebih tenang.

“Sambil menunggu suasana lebih aman, kamu di sini dulu ya, Okto,” ucap ayahnya Fani. Okto hanya mengangguk.

“Kamu istirahat dulu saja, biar ayah Fani yang mencari kedua orang tuamu. Kondisi di luar masih tidak aman,” kata ibunya Fani sambil menyerahkan bantal ke Okto. Ayah Fani tampak keluar rumah. Suasana di luar masih sangat gaduh.

Okto mencoba memejamkan mata, tapi kantuk itu tidak juga datang. Pikirannya hanya dipenuhi wajah bapak dan ibunya. Perlahan terlintas peristiwa membahagiakan pagi tadi saat menikmati tumpeng nasi kuning bersama-sama, saat membuka amplop berisi tiket pertandingan malam ini dari Bapak, juga kado istimewa dari Ibu.

Akhirnya, Okto pun terlelap dan berharap ketika terbangun esok hari sudah ada kabar dari kedua orangtuanya.

[*]

Kanjuruhan, 2 Oktober 2022

Suasana Stadion Kanjuruhan sangat mencekam. Mayat-mayat bergelimpangan. Pagi ini tersiar berita, ada lebih dari 100 korban meninggal dunia akibat tragedi semalam. Mata Okto masih terasa perih dan dadanya sesak menahan rasa sedih. Setelah Subuh tadi, ayah Fani kembali melakukan pencarian.

Sekitar jam 7, usai Okto sarapan bersama Fani, adiknya, juga ibunya Fani, ayah Fani pulang dan tiba-tiba langsung memeluk Okto.

“Sabar ya, Okto. Pak Sapto, bapak kamu, iya bapak kamu… tadi ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa. Ibu kamu masih dalam proses pencarian. Nanti coba Bapak cari ke rumah sakit. Ya Allah, sabar ya, Okto,” ayah Fani menyampaikan berita duka itu dengan suara bergetar.

Hancur hati Okto, semakin perih rasanya tatkala Okto tahu kalau Ozan, ayah, dan kakaknya juga menjadi korban meninggal dunia karena tragedi semalam. Pecah tangis Okto karena kehilangan sosok laki-laki kesayangan yang menjadi panutannya selama ini, juga kehilangan sahabat terbaiknya, sahabat yang selalu memberikannya semangat untuk mewujudkan impian bersama.

“Ibu… Okto masih ingin dipeluk Ibu. Semoga Ibu ditemukan dalam kondisi baik,” batin Okto mengeja pinta. Dipegangnya kaos Aremania dan syal yang masih melilit lehernya, kado istimewa dari ibu tercinta. Langit Kanjuruhan pagi itu mendadak kelam, berselimut luka dan duka.

[*]

Sebulan berlalu pasca tragedi Kanjuruhan itu…

Okto terduduk lesu di dua pusara yang berdampingan.

“Bapak, Ibu, Okto kangen. Okto ingin bersama Bapak dan Ibu lagi kaya dulu. Bapak, Ibu, sekarang Okto tinggal bersama Paklik dan Bulik. Mereka sangat sayang pada Okto. Bapak, Ibu, Okto kangen. Coba kemarin Okto tidak ngajakin nonton, coba kemarin kita nontonnya di rumah saja… hiks, hiks, Okto tidak akan jadi yatim piatu, Okto tidak akan kehilangan orangtua yang penuh cinta seperti Bapak dan Ibu. Hiks… hiks…,” Okto terisak.

[*]

Cerita ini hanya fiktif belaka.

Turut berduka yang sedalam-dalamnya atas tragedi Kanjuruhan tanggal 1 Oktober silam. Semoga semua korban yang meninggal dunia diampuni segala dosanya, mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran.

Tidak ada sepakbola yang seharga nyawa.

Duka Kanjuruhan, duka kami semua…