Jejak Karya

Jejak Karya

Friday, February 01, 2013

Aksara Kembara [5]: “Meminang Surga”

Friday, February 01, 2013 0 Comments

Ketika Imam Syafi’i ditanya sejak kapan beliau mendidik anak, maka jawabannya sungguh diluar dugaan.
"Sejak aku belum menikah,” kata beliau.
"Aku mencarikan istri yang baik lagi shalihah, sebagai tempat lahirnya anak-anakku," lanjut beliau.

Iya, benar.
Karena Istri adalah sebagian dari darah, sebagian dari nyawa yang akan membentuk karakter anak itu kelak.
Maka mengetahui latar belakang akhlak calon istri adalah wajib hukumnya.

Lihatlah bagaimana Umar Ibn Khattab, menikahkan putranya, dengan seorang gadis jujur, yang ia dengar percakapan gadis itu dengan ibunya, dimana gadis itu menolak mencampurkan susu dengan air. Karena itu adalah perbuatan curang lagi tercela, sekaligus dosa.

Maka dinikahkanlah gadis itu dengan putranya. Kelak lahirlah dari rahim gadis itu cucu Umar Ibn Khattab yang kita kenal juga dengan nama Umar. Umar bin Abdul Aziz....Penyelamat sejarah Bani Umayyah, sekaligus termasuk dalam kategori Khalifah ke-5 diluar dari 4 Khalifah yang kita kenal

Maka bagaimana mungkin akan lahir Generasi Rabbani jika calon istrimu memiliki sejarah hitam dalam lumpur maksiat? Maka buanglah ‘cinta semumu’ itu di pojok sejarah...
Carilah Istri, yang shalihah lagi cantik dan baik hati. Disanalah rahim itu akan mencatat generasi baru: Generasi Rabbani.


Engkau Harus Sadar!
Ketika engkau menikah, maka harus mempunyai cita-cita yang tinggi, besar, dan bening…

Surga Allah...
itulah cita-cita kita semua!

Maka jangan biarkan mengalir...
Karena jika mengalir cita-cita itu tak terkendali
Tapi harus…

Dikonsep!
Dievaluasi!


Kalau engkau laki-laki jadilah LELAKI PEMINANG SURGA, dan jikalau engkau muslimah jadilah MUSLIMAH yang DIRINDU SURGA hingga engkau layak dicemburui oleh para bidadari…
Dunia ini tengah menanti para Generasi Rabbani yang lahir dari keturunanmu, keturunanku, keturunan kita semua...
Semoga Allah mencatatnya sebagai cita dan doa yang terijabah…
Aamiin Ya Robb.

***

Subhanallaah!
Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari Dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(QS. Ar-Ruum : 21).

[Keisya Avicenna, serakan inspirasi 30 Januari]

Aksara Kembara [6]: "Hari-hari Meriah Bersama ‘Si Merah’..."

Friday, February 01, 2013 0 Comments

Benar ya, ketika pernikahan memanjangkan ikatan tali silaturahim. Sahabat suami adalah sahabat saya juga. Dan bersyukurnya saya ketika dipertemukan dengan sahabat-sahabat beliau yang keren-keren dan luar biasa. Salah satunya adalah seorang mahasiswi berprestasi UNDIP, pernah menyabet gelar juara III MITI Awards, anak ETOS 2006 (semua anak Etos pasti kenal dia), dan segudang prestasi lainnya. Dan yang jelas darinya saya belajar bagaimana sih sosok seorang muslimahpreneur sejati. Mantap lah!

Kali pertama berjumpa waktu itu adalah hari pertama suami masuk kerja di kantornya yang baru di daerah Pandanaran. Saya pun ikut ke Semarang bawah karena posisi kami belum dapat kostan (berangkat dari KarangJati) sekaligus saya mau survey GO di daerah Semarang. Jadilah jam 9 saya mbolang sendirian di Gramedia Pandanaran sedangkan suami masuk kerja. Iseng SMS sosok muslimah UNDIP itu, pengin ngajak ketemuan sekaligus saya pengin transit di kostnya atau kiosnya. Ternyata balasan SMSnya mengatakan dia sedang ada kesibukan sampai siang. Yasudah, saya puas-puasin baca buku di Gramedia sampai akhirnya saya menemukan sebuah buku yang selama ini saya cari dan saya butuhkan. Adzan Dhuhur berkumandang, sholat dulu di mushola kemudian keluar Gramedia. Terkadang SMS-an juga dengan suami, beliau memastikan posisi dan kondisi saya. Hehe.

Tapak langkah kaki saya membawa jiwa dan raga ini ke toko buku selanjutnya. Masih di Pandanaran. Yups, toko buku Merbabu. Di toko ini saya berhasil melahap habis satu buku yang sangat keren tanpa harus membeli. Hihi. Plus beli camilan karena perut mulai keroncongan.

Hampir saja saya memutuskan pulang ke Banyumanik (ke rumah kakak ipar) karena belum juga dapat kepastian dari muslimah itu. Sampai akhirnya mata fashion saya mengajak untuk singgah di Rabbani. Akhirnya, muncul nama dia di inbox HP saya, dia akan menjemput saya! Asyiiik…

Hmm, pertemuan pertama begitu memesona. Selanjutnya, saya ditraktir makan siang. Soto yang aduhai lezatnya! Pertama kenal langsung ngrasa cocok dan akrab. Berasa kita dah sahabatan cukup lama. Muslimah yang sangat ceria, lucu, dan unik. Hehe. Mungkin 3 kata itu cukup mewakili sosok dia di mata saya. Di sela makan, kita pun ngobrol panjang-lebar. Saya pun diinterogasi terkait “proses” saya dengan suami saya. Lucu banget lah! Setelah makan, saya diajak ke kostannya dan di sanalah saya mendapatkan salah satu pengalaman yang luar biasa. Terapi Lintah di lidah! Wew… ^_^ Muslimah ini sedang mengepakkan sayap bisnisnya di dunia terapi herbal, bekam, punya kios beras organic, sayur organic, nugget organic, dll. Keren lah! Dan kini kita tengah berkolaborasi bersama untuk mewujudkan impian bersama. Inilah sepenggal kisah tentang pertemuan pertama, sampai akhirnya berlanjut dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya yang sungguh lebih istimewa dan penuh makna.

Tapi, yang paling berkesan dan benar-benar mencerminkan keunikan dia adalah peristiwa tertanggal 29 Januari silam. Hehe *izinkan saya tertawa terlebih dahulu. Pagi-pagi saya dan suami sudah meluncur ke Semarang bawah tepatnya ke butik Khair (tempatnya Hani/ fb: Mutiara Hati). Butik yang menjadi markas kita rapat setiap pagi (markas sementara DNA Semarang). Pagi itu Hani tidak ikut rapat karena ada wisuda dan sumpah profesi. Rapat yang biasa ber-6 hanya ber-4 saja, karena Akh. Agus juga gak bisa datang. Usai rapat (sekitar jam 9) dan Mas Sis juga harus ngantor, saya dan dia pun meluncur ke kiosnya. Kesibukan seorang muslimahpreneur pun bisa saya tangkap dengan segenap indera. Setengah jam di sana selanjutnya kami pun ke toko bunga, beli krisan ungu untuk Hani. Ada kejadian konyol karena lupa toko bunga mana yang kemarin dia sambangi waktu beli bunga juga. Aih, parah! Padahal baru beberapa hari yang lalu.

Kejadian konyol selanjutnya. Kita ke Kariadi, ke FK UNDIP. Parkiran penuh. Ada sela sempit di antara dua motor plus ada genangan air dengan diameter sekitar 30 cm (saya lupa nggak ngukur pake penggaris). Dia pun mencoba memarkir motornya di tempat itu. Dan apa yang terjadi saudara-saudara? Praaang! Kluthiiik… Kaca spion sepeda motor tetangga pecah dan jatuh. Kepanikan sesaat pun terjadi. Jujur, saya tidak mampu lagi mengungkapkan kejadian waktu itu dengan kata-kata, yang jelas ekspresi spontannya sungguh membuat saya terpingkal-pingkal (tapi dalam hati). Akhirnya, dia pun berinisiatif menulis pesan singkat di selembar kertas dan ditindihi helm. Selanjutnya kami pun mencari Hani. Tapi ternyata yang dicari sudah sampai di Khair. Muslimah itu pun menelepon dengan sangat histeris. Wkwkwk *pilihan kata histeris kayaknya terlalu lebay. Tapi kamu memang unik! Hihi. Kita pun kembali ke parkiran dan mengedit tulisan di secarik kertas tadi. (Konon sampai pagi tadi sang pemilik motor belum menghubungi nomor yang tertera untuk menuntut ganti rugi. Hehe. Mungkin dah diikhlasin kali ya?)

Ah, ini hanya catatan hijau untuk sahabat saya dengan karakter ‘merah’. Sosok yang keras (pejuang keras pluz keras kepala. Hehe), merah yang penuh semangat, pribadi yang supel, ramah, baik hati, visioner, muslimahpreneur tangguh, dan 3 kata tadi: ceria, lucu, dan unik. Hoho, special thanks untuk suami saya tercinta karena telah mengenalkan saya dengan sosok muslimah yang satu ini. Sehingga hari-hari saya di Semarang pun semakin penuh warna. Haiyyaaah…

Sahabat…
Ceria ini kan selalu mengembang bersama untaian senyummu…
Kebersamaan karena CINTA
Berbalut lembutnya KASIH SAYANG…

Ayo mbolang lagi say… ^_^
Kapan-kapan ajak ke PERKEBUNAN MELATI di Pekalongan dunk! *ngarep

[Keisya Avicenna, penghujung Januari berkisah tentang Nur Isnaini, cahaya Senin. Jangan-jangan kau lahir hari Senin say? Sama donk! hihi *gakpentingtapipueeeeentingbuaaangeeet!]